NovelToon NovelToon

Menikah Karena Tugas

Bab 1

"Tunggu aku! Sampai selesai masa pendidikan militer, aku akan melamarmu. Berjanjilah! Berjanjilah untuk setia padaku!" Zubair menggenggam erat tangan Armita dan menatapnya dengan tulus namun sangat menuntut.

Armita mengangguk. "Aku berjanji! Aku berjanji akan sabar menunggumu. Aku berjanji akan setia padamu. Sampai suatu saat kamu akan melamarku."

Zubair merengkuh tubuh Armita dan mendekapnya erat. Sungguh berat meninggalkan kekasih yang telah 3 tahun bersamanya.

Namun harus ia lakukan. Dia harus berangkat untuk memenuhi kewajibannya, demi mewujudkan mimpinya.

Zubair menempuh pendidikan militer untuk bergabung dengan Angkatan Laut. Dengan penuh optimis dan support dari sang kekasih, Zubair fokus mengejar karirnya.

"Kapten Zubair Al Tamish!" Suara sang komandan memanggilnya.

Zubair maju kedepan untuk menerima kenaikan pangkatnya. Dia sudah menjadi kapten sekarang. Karirnya cukup gemilang dalam jajaran pasukannya.

"Aku berhasil! Tunggu aku sayang! Aku akan pulang dan melamarmu!" Dengan penuh tekad, Zubair pulang untuk menemui Armita. Ia sudah menyiapkan kejutan spesial untuk kekasihnya.

Kali ini Zubair akan mewujudkan keinginannya untuk melamar Armita. Ia sudah menyiapkan sebuah cincin yang dibungkus sebuah kotak indah berwarna merah. Zubair sudah menyiapkan sebuah tempat untuk makan malam romantis mereka berdua. Sebuah restoran di tepi laut dengan diterangi cahaya lilin dan musik yang romantis.

Zubair menggandeng sang kekasih berjalan menuju meja yang telah ia pesan.

"Wow, apa ini?" Armita menatap takjub pada apa yang dilihatnya. Kedua matanya berembun karena terharu atas kejutan yang dibuat oleh Zubair.

Zubair berlutut menggunakan satu kakinya dan menunjukkan cincin yang bertengger dalam kotak beludru merah.

"Armita Wirapraja, bersediakah engkau untuk menja-"

Ucapan Zubair terjeda. Dering ponselnya mengganggu. Dering khusus untuk panggilan darurat yang mengharuskan dirinya untuk kembali ke pangkalan.

"Maaf sayang, ini panggilan darurat." Zubair mengambil jarak dan mulai menjawab panggilan tersebut.

Setelah beberapa saat, Zubair kembali dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Maaf sayang. Ada panggilan darurat yang mengharuskan aku untuk kembali ke pangkalan sekarang juga. Aku akan mengantarmu pulang."

Armita sangat kecewa. Namun ia tak bisa berbuat banyak. Jika masalah tugas memang tidak bisa dibantah. Ia hanya bisa pasrah dan menerima Zubair untuk mengantarnya pulang.

Selesai mengantar Armita, Zubair bergegas menuju markas. Ia bergabung dengan beberapa pasukan yang masuk dalam Tim khusus untuk misi kali ini.

Misi ini dipimpin oleh perwira bintang dua berpangkat Laksamana Muda (Laksda) yang bernama Laksda Yuda Wicaksana.

Ini adalah misi penangkapan pemberontak asal negara Barat yang di pimpin oleh seseorang berinisial Mr. F.

Mr. F memasok senjata api ilegal dan berhasil masuk ke wilayah perairan negara ini setelah bekerja sama dengan seorang pengusaha di negeri ini. Misi rahasia ini dilakukan untuk menangkap Mr. F dan membawanya untuk diserahkan ke pengadilan internasional.

Laksda Yuda mulai membagi tugas kepada masing-masing pasukan.

Kini tiba giliran Zubair.

"Kapten Zubair!" Laksda Yuda memanggil namanya dan mulai menyebutkan tugasnya. "Tugasmu adalah menjadi pengawal pribadi putriku! Kamu harus memastikan dia selamat dan tidak berada dalam ancaman selama misi ini berlangsung!"

Laksda Yuda berjalan mendekati Zubair. "Aku tidak akan bisa memimpin misi ini hingga sukses jika ada anggota keluargaku yang berada di bawah ancaman. Kau harus memastikan semuanya aman tapi putriku tetap bisa beraktifitas seperti biasanya."

Zubair menerima tugas ini. Dengan sikap sempurna dia menjawab "Siap Laksanakan!"

Setelah pembagian tugas kepada masing-masing personil dan rencana telah dijelaskan. Pasukan pun dibubarkan. Masing-masing personil mulai menjalankan tugasnya sesuai posisi masing-masing.

Begitupun dengan Zubair. Ia sudah berada di kediaman sang komandan dan mulai menilai tingkat keamanan tempat tinggal dari jangkauan musuh.

Hingga hari berganti dan Matahari terbit menggantikan malam. Zubair sudah bersiap untuk menjalankan tugasnya. Ia duduk di ruang pertemuan, menunggu sang komandan datang dan memberinya perintah.

Laksa Yuda datang bersama sang istri. Mereka duduk berdampingan di sofa ruang pertemuan itu.

"Panggilkan Zylda dan minta ia segera bersiap untuk menemui tamu kita." Laksda Yuda memberi perintah kepada salah satu asisten rumah tangga.

Tak berapa lama kemudian Zylda turun menghampiri sang ayah. Ia mengecup pipi sang ayah dan memberi salam.

"Selamat pagi ayah." Sapanya.

"Duduklah nak! Ada yang ingin ayah bicarakan denganmu."

Zylda duduk di sofa berhadapan dengan sang ayah. Namun pandangan matanya sempat menyapu ruangan itu dan berhenti pada sosok tampan yang duduk dengan tegak tak jauh dari ayahnya.

"Siapa dia? Tampan sekali prajurit ayah." Zylda bergumam dalam hatinya sambil tersenyum.

"Zylda, perkenalkan, dia Kapten Zubair Al Tamish. Mulai hari ini dia akan menjadi pengawal pribadimu. Dia akan mengikutimu kemanapun kamu pergi. Dia yang akan bertanggung jawab atas keselamatanmu." Kata sang ayah memperkenalkan Zubair.

Zylda menganga. Ia sungguh tidak percaya. Pengawal? Hidupnya akan dihantui oleh seorang pengawal? Hidupnya tak lagi bebas dan teman-temannya akan mengetahui jika dia anak seorang jendral.

"Tapi ayah, selama ini aku baik-baik saja. Aku tidak butuh seorang pengawal." Zylda mencoba menginterupsi.

"Tidak ada bantahan! Ini perintah dan kamu harus menjalankannya!" Ucapan tegas sang ayah tak pernah bisa ia bantah.

"Baiklah! Dia bisa menjadi pengawalku dengan satu syarat!" Zylda mencoba bernegosiasi.

"Tidak ada syarat dan tidak ada penolakan! Ini perintah!" Laksda Yuda berkata dengan tegas.

"Hanya satu syarat dan tidak akan melanggar protokol pengamanan. Ku mohon ayah." Zylda berkata dengan tatapan penuh harap.

"Apa syaratnya?" Tanya Laksda Yuda pada sang putri.

"Selama bersamaku, dia tidak boleh memakai seragam ataupun baju dinasnya! Jangan sampai orang di sekelilingku mengetahui profesinya sebagai seorang tentara!" Pinta Zylda dengan tegas.

"Baiklah! Ayah terima syarat itu!" Jawab sang ayah.

Zylda mulai menjalani harinya dengan diikuti Zubair di belakangnya. Aneh rasanya ketika hidup selalu diikuti oleh lain tanpa bicara sedikit pun. Namun Zylda hanya bisa pasrah mengikuti perintah sang Ayah.

Namun hari ini berbeda. Zylda ada janji bertemu teman-temannya. Teman-temannya akan curiga melihat Zylda yang selalu diikuti Zubair dalam jarak dekat.

"Aku harus mencari cara supaya teman-temanku tidak curiga! Jangan sampai mereka tahu kalau aku ini anak Jenderal!"

Zylda mendapatkan ide. Ia meminta Zubair untuk mengantarnya ke sebuah mall.

Berada dalam satu mobil namun tak ada pembicaraan sama sekali. Zylda yang duduk di kursi penumpang mulai membuka pembicaraan.

"Ehm, siapa namamu tadi? Zubair ya?" Tanya Zylda.

Tak ada jawaban dari Zubair. Pemuda itu hanya diam dan fokus mengemudi.

"Jadi begini." Zylda melanjutkan. "Kamu boleh jadi pengawalku dan ikut kemanapun aku pergi. Tapi dengan satu syarat!"

"Saya menyimak Nona." Jawab Zubair datar.

"Kamu harus menjadi pacarku!" Ujar Zylda dengan mengangkat kepalanya. "Hanya status! Supaya teman-temanku tidak curiga karena melihatku selalu bersamamu."

"Maaf Nona, saya tidak bisa." Jawaban Zubair ini membuat Zylda geram.

"Hei! Ini hanya status! Aku tidak mau teman-temanku tau kalau ayahku seorang Laksamana! Aku tidak mau mereka tau kalau aku putri seorang jendral!" Ujar Zylda dengan kesal.

Zylda semakin geram karena Zubair hanya diam dan tidak meresponnya.

"Antarkan aku ke mall G!" Zylda berujar dengan kesal dan membanting tubuhnya bersandar di kursi penumpang.

Zylda terus mencari cara supaya Zubair mau menyetujui permintaannya.

Mobil telah sampai di parkir basement mall G. Zylda langsung membuka pintu dan berlari menjauh dari mobil. Zylda berencana untuk kabur dari pengawalnya itu.

Namun Zubair adalah tentara terlatih. Dia langsung berlari mengejar Zylda.

Tanpa diduga, ada sebuah mobil yang melaju cepat melintas di dekat Zylda. Gadis itu terkejut dan tidak bisa menghindar.

Dengan sigap Zubair menarik tubuh Zylda hingga menatap dadanya dan masuk dalam pelukannya.

"Nona! Apa Nona sadar kalau tindakan itu berbahaya!" Suara Zubair seperti menggelegar di telinga Zylda.

Bab 2

Zylda sangat kaget dan ketakutan. Tubuhnya sampai bergetar dalam pelukan Zubair. Keadaannya yang nyaris ditabrak mobil dan suara bentakan Zubair membuat jantungnya berdebar hebat karena ketakutan.

Zylda mencoba bernapas untuk menenangkan perasaannya dan tubuhnya yang bergetar. Dia berhasil! Dekapan itu membuatnya tenang. Zubair merengkuh Zylda dalam dekapannya yang begitu erat, membuat Zylda merasa nyaman.

"Nona! Apa Nona sadar kalau tindakan itu berbahaya! Jika terjadi sesuatu dengan Nona, bukan hanya nyawa saya yang menjadi taruhan! Tapi juga-" Zubair tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Zylda tidak boleh mengetahui jika dirinya sedang berada dibawah pengintaian musuh.

Zylda tidak menjawab. Dirinya justru semakin menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan hangat Zubair.

Seketika Zubair tersadar jika posisinya terlalu dekat dengan sang Nona. Zubair melepas tubuh Zylda. "Saya mohon Nona tidak mengulangi kejadian serupa."

"Dengan satu syarat! Kamu harus mau mengaku di depan teman-temanku bahwa kamu adalah pacarku!" Ancaman Zylda berhasil kali ini.

"Tapi hanya di depan teman-teman Nona!" Tegas Zubair.

Zylda menggeleng. "Tidak hanya di depan teman-temanku, tapi juga di hadapan semua orang! Begitu keluar dari rumah, kamu menjadi pacarku! Jika ada yang bertanya tentangmu, kamu harus memperkenalkan diri sebagai kapten Zubair, kekasih Nona zylda!"

"Baiklah Nona. Ini hanya berjalan selama masa tugas saya!" Jawab Zubair.

Kini semua teman Zylda tau bahwa dirinya tak lagi sendiri. Zylda telah mempunyai calon pendamping. Sosok yang dingin dan tampan.

Zylda sangat menikmati sandiwara ini karena seumur hidupnya, Zylda tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan lelaki manapun. Zylda tidak ingin identitasnya terbongkar. Ia memilih untuk menolak semua laki-laki yang mencoba mendekatinya.

"Sayang, teman-temanku mengajak nonton bioskop. Ada film bagus yang lagi diputar." Seru Zylda.

"Maaf Nona. Kita hanya berdua di dalam mobil. Tak perlu memanggil saya seperti itu." Zubair berkata dengan sopan dan formal.

"Apa kamu lupa? Selama berada di luar rumah, kapten Zubair adalah kekasih Nona Zylda!" Zylda mempertegas aturan yang telah mereka sepakati.

Sekali lagi Zubair kalah dengan sang Nona. Ia hanya pasrah ketika Zylda selalu menggandeng tangannya kemanapun mereka pergi. Zubair hanya berusaha menjalankan tugasnya dengan baik.

"Tampan sekali pacarku ini? Meski dingin dan kaku, tapi tak menyurutkan pesona ketampanannya." Zylda bergumam dalam hatinya. Ia mulai jatuh hati pada Zubair. Kebersamaannya selama ini menumbuhkan benih cinta yang mulai tertancap kuat di hatinya.

"Sayang, antarkan aku ke toko jam tangan ya?" Pinta Zylda pada Zubair. Ia bermaksud untuk memberikan hadiah berupa jam tangan kepada Zubair.

Setelah mendapat jam tangan yang diinginkan, mereka berdua segera pulang. Namun ditengah perjalanan, Zylda meminta Zubair untuk menepi di depan sebuah minimarket. Zylda ingin membeli minum.

"Kamu tunggu disini saja ya? Aku hanya membeli minum sebentar." Kata Zylda.

Zylda turun dan masuk ke dalam minimarket.

Ponsel Zubair berdering. Ada panggilan masuk dari Pangkalan. Zubair menerima panggilan itu dan mendapat berita bahwa target telah berhasil ditangkap dan misi berjalan sukses.

"Siap komandan! Saya masih mengantar Nona, setelah ini akan kembali ke pangkalan untuk melapor!" Jawab Zubair.

Karena sibuk menjawab panggilan telepon, Zubair lengah dan tidak memperhatikan sang nona.

Saat Zylda baru keluar dari minimarket, tiba-tiba ada mobil berjenis MPV berwarna hitam berhenti di depannya. Mobil itu membuka pintu sliding di sisi penumpang. Turunlah dua lelaki bertubuh kekar langsung menarik tubuh Zylda.

"Toloooong!!! Tolooooong!!!" Zylda menjerit dan memberontak supaya bisa terlepas.

Mereka membekap mulutnya dan menyeret Zylda masuk ke dalam mobil.

Melihat kondisi sang Nona dalam bahaya, Zubair turun dari mobil dan dengan tanggap mengambil batu paving dan melemparkannya tepat di kaca depan mobil MPV itu.

Satu orang bertubuh kekar turun dari mobil dan menghajar Zubair. Dengan keahlian bela dirinya, Zubair mampu melumpuhkan musuhnya itu.

Tapi dia terlambat. Mobil MPV itu sudah melaju kencang membawa Zylda di dalamnya.

"NONAAA!!!" Zubair berteriak kencang.

Dia bergegas masuk ke dalam mobil dan mengejar Zylda yang telah hilang dari pandangan matanya.

Zubair langsung melaporkan kejadian ini melalui telepon kepada sang komandan.

Kabar ini membuat Laksamana marah. Putri semata wayangnya sedang dalam bahaya. Pasukan langsung bergerak dan melacak keberadaan Zylda melalui GPS Ponselnya serta CCTV milik pemerintah kota. Namun semua usaha itu sia-sia. Mobil MPV itu seolah lenyap ditelan bumi sehingga tidak terdeteksi keberadaannya.

"Kemana mereka membawa Nona?" Zubair masih berusaha mencari segala kemungkinan. Ia teringat bahwa ia memasang GPS pada liontin yang dipakai Zylda.

Zubair mulai mencari tahu dan berhasil menemukan titik lokasi berhentinya mobil MPV tersebut. Dengan cepat Zubair mengendarai mobilnya menuju target lokasinya.

Begitu sampai, Zubair langsung melakukan pengintaian. Zylda disekap di sebuah gudang di daerah pinggiran kota.

Zubair melapor pada sang Komandan. "Lapor! Saya berhasil menemukan keberadaan Nona Zylda!"

"Kirim lokasimu sekarang! Aku akan menugaskan pasukan khusus untuk membantumu disana!" Jawab sang Komandan.

Zubair berkeliling gudang itu. Mencoba mencari celah untuk bisa masuk.

Berhasil!

Zubair sudah berada di dalam gudang. Ia mulai menghitung jumlah musuh dan melihat sekeliling dan situasi yang mungkin akan dihadapi.

Zubair melaporkan semuanya menggunakan sandi khusus yang terhubung pada komando pusat pangkalan.

"Bagus! Aku memberi mandat kepadamu untuk memimpin operasi penyelamatan ini! Pasukan marinir akan datang membantu. Kirim semua perintah menggunakan kode rahasia kita!" Laksda Yuda memberi kepercayaan besar pada Zubair.

"Bagaimana kondisi target?" Beliau mengkhawatirkan putrinya.

Zubair tertegun sejenak. Ia tak tega menjelaskan kondisi Zylda pada sang Ayah.

"Target terlihat dalam jangkauan. Kita harus segera menyelamatkannya!" Jawabnya.

Zubair tidak sanggup menjelaskan kondisi sang putri yang sebenarnya.

Tubuh Zylda digantung dengan posisi terbalik menggunakan rantai besi. Tangan dan kakinya diikat menjadi satu di belakang punggungnya. Rambut panjangnya terjuntai kebawah dan lehernya tertarik. Jangankan untuk berteriak, bersuara saja ia tak mampu.

Tubuh Zylda hanya mampu bertahan dalam posisi ini kurang dari 24 jam. Dia akan sulit bernapas dan aliran darahnya akan terhenti.

Zubair berpikir keras untuk menyusun strategi. Tujuan utamanya adalah membuka katrol rantai untuk menurunkan Zylda.

Tubuh Zylda yang tergantung itu berputar. Ia menangkap sosok yang berdiri di kegelapan tak jauh darinya.

"Itu Zubair! Itu penyelamatku!" Zylda hanya mampu berbicara dalam hati dan pandangannya matanya.

Sorot matanya menunjukkan permohonan yang amat sangat kepada Zubair supaya bergegas menolongnya.

Zubair meminta pasukan marinir yang berada di pintu depan untuk menarik perhatian musuh. Setelah itu pasukan yang berada di atap turun dengan menggunakan tali dan bersiap menembak musuh.

"Lakukan!"

Dengan satu komando dari Zubair, semua pasukan bergerak. Zubair berlari ke arah katrol dan menurunkan Zylda.

Uhuk.. uhuk…

Zylda terbatuk-batuk dan menangis di pelukan Zubair. Zubair menggendong dan membawanya menjauh dari tempat itu.

Bab 3

Zubair menggendong Zylda dengan berlari. Berusaha menjauh dari lokasi.

"Bertahanlah Nona! Anda pasti akan selamat!" Zubair berusaha mengajak bicara untuk membuat Zylda tetap tersadar.

Namun satu orang musuh melihat mereka dan melepas peluru ke arahnya.

Dor!

Tembakan itu tepat mengenai lengan kiri Zubair sehingga membuat tubuh Zylda merosot jatuh dari gendongannya.

Zubair mengangkat tubuh sang nona dan menjadikan pundaknya sebagai tumpuan.

"Bertahanlah Nona! Kita akan segera keluar dari sini!"

Zubair menggendong tubuh Zylda yang lemas layaknya karung beras. Ia berlari keluar dari gudang dengan menghindari beberapa tembakan yang ditujukan ke arahnya.

Sungguh mimpi buruk bagi Zylda. Meski berhasil selamat tapi Zylda mengalami trauma berat. Zylda tidak bisa bertemu siapapun selain Zubair. Tubuhnya akan gemetar ketakutan setiap didekati oleh orang lain. Termasuk ayahnya sendiri.

"Tidak! Tidaaak!! Keluar! Keluaar! Jangan dekati aku! Pergi! Pergiiii!!"

Begitu terdengar teriakan Zylda dari kamar, Zubair langsung berlari masuk dan memeluk Zylda.

"Tenang Nona. Tenang. Anda berada di rumah. Anda aman. Anda bersamaku Nona."

Zylda menangis dalam dekapan Zubair. Ketakutannya mulai hilang. Perlahan-lahan mulai tenang. Zubair membaringkan tubuh Zylda di tempat tidur.

"Nona istirahat ya? Saya akan berjaga di luar kamar." Zubair berkata dengan suara lembut.

Namun Zylda menahan tangannya. Zylda Menggenggamnya erat. "Tidak! Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku! Aku tak mau sendiri!"

Nampak raut wajah penuh ketakutan dari zylda. Zubair tak tega melihatnya. Ia menuruti semua kemauan sang Nona. Dengan sabar zubair selalu mendampingi Zylda.

Laksda Yuda tersenyum melihat pemandangan ini. Meski khawatir pada kondisi sang putri, namun ia bersyukur ada Zubair yang mampu menjaga sang putri dengan baik.

Begitu Zylda sudah terlelap, Laksda Yuda memanggil Zubair untuk bicara.

"Aku pasrahkan putriku padamu! Aku memberi tugas padamu untuk menjaga putriku selama 24 jam full sampai dia sembuh dari traumanya."

Zubair mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Menemani Zylda setiap waktu dan memeluknya saat Zylda mengalami mimpi buruk. Zubair selalu mendekap tubuh Zylda sampai gadis itu terlelap tidur. Hanya dengan cara inilah sang nona bisa tidur dengan tenang.

Meski hubungan mereka sangat dekat secara fisik, tapi tak membuat perasaan Zubair berubah. Zubair menjalankan ini sebagai tugas dan tanggung jawab. Dia tidak menggunakan perasaan dalam menjalankannya karena hati dan pikirannya hanyalah untuk Armita.

Laksamana Yuda mengutus tim dokter kerumahnya untuk menyembuhkan Trauma Zylda.

"Tak perlu takut Nona. Ini adalah dokter yang akan memeriksa anda. Mereka orang baik. Mereka akan membantu anda untuk segera sembuh." Zubair menjelaskan dengan perlahan ketika tim dokter yang terdiri dari psikolog dan psikiater datang untuk melakukan terapi pada Zylda.

Laksamana Yuda sangat terkesan dengan sikap Zubair. Tak hanya pandai, Zubair juga merupakan pria yang baik dan bertanggung jawab.

Laksamana Yuda sudah membuat rencana. Saat Zylda sembuh dari traumanya, ia akan memanggil Zubair untuk memberinya sebuah hadiah.

Saat itu tiba. Zylda sudah sembuh dan mulai beraktifitas kembali. Laksamana Yuda memanggil Zubair untuk menghadap.

Dengan disaksikan oleh beberapa perwira tinggi, Laksamana Yuda mengumumkan untuk menaikkan pangkat Zubair menjadi Mayor.

"Atas keberhasilanmu dalam memimpin pasukan dan menyusun strategi dengan baik disaat genting untuk misi penyelamatan seorang putri Laksamana yang menjadi tawanan, kami memberikan sebuah penghargaan kepada Kapten Zubair berupa kenaikan pangkat sebagai Mayor!"

Laksda Yuda maju kedepan Zubair.

"Mayor Zubair!" Seru Laksamana Yuda.

"Siap!" Jawab Zubair dengan sikap sempurna.

"Bersediakah kamu menjalankan tugas untuk menjaga putriku?" Seru Laksamana Yuda.

"Siap Pak!" Jawab Zubair.

"Kalau begitu lakukan tugasmu! Untuk mendampingi putriku sepanjang hayatmu!" Ujar Laksamana dengan tempo yang sangat cepat. Dan Zubair langsung menyahut.

"Siap-" ucapan Zubair kali ini tertahan. Ia tak mampu mencerna seluruh kata dari ucapan sang Komandan. Tapi ia mendengar jika Laksamana memintanya menjadi pengawal seumur hidup. Sungguh Zubair tidak paham dengan maksud Sang komandan.

Belum selesai ia berpikir, tiba-tiba ruangan itu dipenuhi oleh suara tepuk tangan dan ucapan selamat dari seluruh perwira tinggi yang hadir.

Mereka memberi ucapan selamat kepada Zubair. "Selamat ya! Calon menantu Laksamana yuda!"

Tubuh Zubair membeku. Ia baru menyadari maksud ucapan Laksamana. Tugas yang diberikan padanya kali ini adalah menikahi putrinya. Menjadi suami Zylda.

Takdir seolah telah tercatat. Zubair tak bisa mengelak. Ia sudah terlanjur menyatakan sikap sedia untuk memenuhi tugas. Tugas terberat untuknya karena harus dijalani seumur hidupnya.

Zubair pasrah menerimanya. Dia harus bertanggung jawab atas keputusannya. Namun bagaimana dengan Armita?

Zubair mencoba menghubungi kekasihnya itu.

"Halo sayang? Bagaimana? Apa tugasmu berjalan lancar? Apa sudah selesai?"

Suara riang Armita di seberang telpon begitu mengiris hatinya.

"Aku diberi tugas tambahan." Suara Zubair terdengar sedikit gemetar.

"Apa tugas itu sangat berat sayang?"

"I-ya… sangat berat!" Zubair merasa ingin menangis di pundak Armita.

"Kamu pasti bisa menjalaninya sayang! Zubairku adalah seorang prajurit hebat. Pasti bisa melaksanakan tugas dengan baik!" Armita memberi semangat dengan suara riang, membuat air mata Zubair menetes begitu saja.

Sungguh ia tidak sanggup melepas kekasihnya itu dan bersanding dengan wanita lain. Namun Zubair tak mampu mengelak. Ia tak bisa mengkir dari tugas yang telah diberikan oleh Laksamana.

Waktu terus berjalan. Persiapan pernikahan pun semakin matang. Setelah menjalani serangkaian tes dan sidang pranikah. Kini Zubair dan Zylda mulai menjalani sesi pemotretan prewedding.

Zylda sangat bahagia menjalaninya. Impiannya untuk hidup bersama Zubair sudah di depan mata.

Namun Zylda merasa sikap Zubair berubah. Raut wajahnya seperti menampakkan beban. Zylda mendekat dan bertanya, "Apa ada masalah? Kamu seperti memikirkan sesuatu."

"Apa kamu bahagia dengan pernikahan ini?" Zubair bertanya.

"Tentu saja." Jawab Zylda dengan yakin.

"Apa kamu mencintaiku?" Tanya Zubair sekali lagi.

"Aku sangat mencintaimu." Jawab Zylda dengan senyum yang tulus.

"Tapi aku tidak mencintaimu." Butuh keberanian penuh bagi Zubair untuk mengatakan ini.

"Kamu yakin?" Zylda pikir setelah selama ini bersama akan mampu menumbuhkan bibit cinta di hati Zubair untuknya. Namun sepertinya Zylda harus lebih bersabar.

"Aku mengerti. Kamu memang belum mencintaiku. Tapi semua sikap baik dan tanggung jawabmu cukup untuk meyakinkan aku. Percayalah! Waktu akan mengubah hatimu. Dengan terbiasa hidup bersama, kita akan bisa saling mencinta." Zylda menjawab dengan bijaksana.

Zubair seolah tak mampu menyanggah lagi. Ia kehilangan kata-kata. Zubair hanya bisa mengikuti alur takdirnya.

Hingga hari pernikahan sudah semakin dekat dan semua undangan sudah tercetak. Surat undangan itu disebar ke semua teman dan kerabat dari kedua calon mempelai. Kecuali Armita, dan Ini adalah waktu untuknya memberikan surat undangan itu pada Armita.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!