NovelToon NovelToon

My Dear Anna

Part 1.

Deburan ombak bergemuruh, menyapu sisian pantai, Angin yang bertiup terus menerpa surai panjangnya, terus menari seiring dengan mata angin yang datang.

Terlihat kaki jenjang terus mengayun, seraya memainkan pasir halus di bawah nya, pinggul nya terus bergerak, maju mundur seiring dengan ayunan yang ia tumpangi di salah satu taman, hingga sebuah tangan mengejutkan gadis cantik bernama Anastasya Irawan yang berusia 20 tahun.

"Ya ampun Ayah.. Bikin kaget saja". Ucap Anna. Tangan nya refleks memegang dadanya, sangat terlihat jelas jika gadis cantik itu terkejut.

Ari Sanjaya hanya mengulas senyum, karna berhasil mengejutkan Putrinya, namun senyuman itu langsung hilang saat melihat wajah Anna terlihat sembab

Kaki Pria paruh baya itu mengayun mengitari ayunan, dengan perlahan ia berjongkok menatap wajah sendu Putrinya, yang terlihat tengah menangis. "Siapa yang membuat Putri kesayangan Ayah ini menangis".Tangan nya terulur mengusap jejak basah di pipi putrinya.

Anna hanya menggeleng, tak ingin mengatakan penyebab ia menangis. "Mata Anna hanya kemasukan debu ko Ayah". Bohong Anna, ia mengusap sendiri pipinya yang basah karna menangis tadi.

Jika Ayah nya tau ia menangis karna merindukan Mamanya, pasti Ayahnya sangat marah.

" Anna!!.!. Jangan bilang kamu menangisi Wanita itu". Tebak Ari dalam seketika memasang wajah yang tidak bersahabat.

Anna menggeleng cepat. Namun memang dasarnya ia tak pandai untuk berbohong, hingga sebuah isakan kini terdengar hingga terdengar lirih. "Yah.. kenapa sampai saat ini Ayah masih membenci Ibu..?".tanya Anna.

"Jangan sekali - kali kamu sebut Wanita yang telah mengkhianati Ayah". kecam Ari Dengan terpaksa ia menarik lengan putrinya. "Ayah mengajak kamu kemari..untuk liburan bukan menangisi Wanita itu".Ari terus menarik Anna agar terus mengikutinya. "Kita pulang sekarang".

Anna menggeleng cepat. "Tidak Ayah..tidak...Bukan kah kita disini untuk 1 minggu.!?".

"Jangan membantah, kemasi barangmu lalu kita pulang".

Anna yang di tinggalkan di pintu kamarnya, langsung masuk ke dalam, dengan terpaksa ia mengemasi barang bawaan nya, di iringi isak tangis yang terus menggema di ruangan itu.

Genap 3 hari ia tinggal di salah satu hunian yang dulu ia tinggali bersama kedua orang tuanya sebelum bencana itu datang ke dalam keluarga, dan membuat, mereka bercerai berai.

Ibu yang amat ia sayangi, telah meninggalkan Anna dan juga menorehkan luka di hati Ari Sanjaya, yakni Ayahnya, dan sampai saat ini masih menjadi misteri yang belum terpecahkan, apa alasan Ibu mengkhianati Ayah.

"Anna....". Panggil Ari di iringi sebuah ketukan yang terus menerus.

...Ceklek....

Pintu pun terbuka menampakan sosok cantik dengan mata yang sembab. "Iya Ayah".

"Ini terakhir kali nya kamu menangisi Wanita itu". Pria paruh baya itu menatap putrinya dengan tatapan tajam. "Apa kau dengar Anna..!".

Anna mengangguk dan perlahan ia mengikuti langkah Ayahnya dengan menenteng tas jinjing, ia meninggalkan rumah kenangan bersama Ibunya, yang harus ia tinggalkan karna sudah memiliki hunian baru di Ibukota. Dan tentu saja dengan Ibu yang berbeda.

"Lebih baik Ayah jual saja rumah ini"

"Tidak Ayah..".dengan keberanian tinggi Anna merebut kunci itu dari tangan Ayah nya, setelah selesai di kunci.

"Anna kembalikan". Pria baya itu berucap sambil menadahkan tangan nya .

Anna menggeleng cepat, ia pergi begitu saja menuju mobil, meninggalkan Sanjaya yang masih memanggil namanya .

Pria paruh baya itu hanya bisa menghela nafasnya dengan panjang lalu mengikuti langkah Putrinya yang sudah masuk kedalam mobil, hingga kendaraan itu pun telah melaju membelah jalan raya.

Tak ada perbincangan antara Ayah dan anak itu, Anna memilih mengalihkan perhatian nya ke samping jendela hingga perlahan ia tertidur.

Perjalanan panjang pun akhirnya berakhir dan sampailah mereka di salah satu hunian megah berlantai 2, Ari mengguncang bahu Putrinya yang masih tidur, hingga perlahan mata sayu itu terbuka.

Anna menghela nafasnya dengan kasar, ia begitu malas harus kembali ke dalam rumah itu.

" Anna..". Teriak Ari dari arah luar mobil.

Dengan langkah gontai ia mengikuti langkah Ayahnya memasuki rumah yang penuh dengan drama, dan tentu saja drama yang sering di perankan oleh Ibu tirinya Ayu Miranda.

Merasa lelah sehabis perjalanan Anna mendaratkan pantatnya di atas sofa empuk sesampai nya di dalam.

"Lho.. Non Anna sudah pulang lagi". Sapa bi Asih yang baru kembali dari dapur. "Bukan nya 1 minggu ya non".Tanya bi Asih. Bisa terlihat jelas Wanita seusia Mama nya ini terlihat tegang dan gelisah. " Tuan Besar dimana Non".Tanya nya lagi.

"Mungkin sudah ke kamar Bi" Jawab Anna asal.

"Ke kamar.."

Melihat wajah bi Asih yang nampak tegang dan gelisah, Anna merasa heran belum sempat ia bertanya, suara teriakan dari lantai atas, membuat Anna langsung berlari ke arah tangga.

...Brukk....

Anna terhuyung ke belakang saat dirinya bertabrakan dengan seorang Pria yang cukup tampan. "Siapa kau".Tanya Anna penuh selidik .

Tak ada jawaban dari Pria itu, yang tengah sibuk memungut pakaian nya yang terjatuh karna tabrakan tadi, dengan wajah yang ketakutan Pria bertato itu berlari meniggalkan Anna yang terlihat hanya menggunakan celana boxer.

Anna kembali berlari menyusuri tangga karna masih mendengar teriakan dari Ayahnya, melupakan Pria asing tadi yang sudah menghilang secepat kilat.

Mata gadis cantik itu membulat dengan sempurna, ia membekap mulutnya dengan kedua tangan, seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Jadi kelakuan mu di belakangku seperti ini Ha..!." Ucap Ari dengan penuh amarah, tangan nya sudah terkepal di bawah sana.

Wanita paruh baya yang menutupi tubuh polos nya dengan selimut, dengan cepat menuruni ranjang dan bersimpuh di kaki Suaminya. "Maaf kan aku Mas". Ucap Ayu dengan memohon, ia memeluk kaki Suaminya dengan berderai air mata.

Ari terus menggeleng - geleng kepalanya, ia tampak syok saat melihat Istrinya bercumbu dengan Pria lain, bahkan usia Pria yang bersama Isterinya tadi seumuran dengan kedua Putrinya.

Bahkan ini bukan kali pertama bagi Sanjaya, kejadian serupa menimpa nya dulu, tak kuat lagi menahan keterkejutan nya, Pria paruh baya itu langsung ambruk sambil memegangi dadanya.

Anna yang sejak tadi mematung langsung berlari menghampiri Ayahnya yang sudah tak sadar kan diri. " Ya ..Ayah..". Anna terus mengguncang tubuh Sanjaya dan pada akhirnya ia melarikan Ayahnya menuju Rumah sakit terdekat karna tak kunjung mendapatkan kesadaran kembali.

...~ Jangan lupa tinggal kan jejak ya ~...

Part 2

Di Rumah sakit.

Anna dan juga Ayu Miranda terlihat mondar mandir menuggu kabar bagaimana kondisi Ari yang tengah di tangani Dokter di ruang UGD.

Rasa cemas dan khawatir terlihat jelas di raut wajah Anna, terbukti ia tak bisa diam, terus mondar mandir dan matanya terus tertuju pada ruang UGD. namun berbeda dengan Ayu, Wanita itu tampak menangis namun di dalam hatinya ia begitu bahagia.

Ayu yang memang tak mencintai Ari Sanjaya, berharap Suami yang tak bisa memuaskan di ranjang nya itu 'Mati saja'.

Tak berapa lama pintu UGD terbuka, menampakan seorang Dokter di ikuti perawat menghampiri Anna dan juga Ayu, melepas masker yang menutupi segurat wajahnya.

Jantung Anna terus berdetak cepat, seiring dengan langkah kaki Dokter, yang terus mendekat, hingga raut wajah Dokter yang tak terlihat akan mengabari hal baik padanya.

"Kami sudah semaksimal mungkin menyelamatkan nyawa Pak Sanjaya". Ucap Dokter. ia terlihat enggan menyampai kan berita pada keluarga pasien. "Tapi Tuhan berkehendak lain, Saya turut berduka cita". Imbuh sang Dokter, ia mengatupkan kedua tangan nya, sebagai rasa bela sungkawa pada keluarga pasien.

...Deg....

Bagai di sambar petir di siang bolong, dalam seketika tubuh Anna terjatuh lemas, setelah mendengar pernyataan Dokter, ia terus menggeleng tak mempercayai jika Ayahnya telah meninggal.

Anna berteriak histeris. "Ayahhh....tidak Ayah tidak". Anna terus menggeleng. "Jangan tinggal kan Anna Ayah". Anna terus menangis dengan histeris, hingga berakhir tak sadar kan diri.

Ayu yang tampak syok pun, langsung mengguncang tubuh Putri tirinya, meskipun hanya sebatas pencitraan saja.

Dokter jaga dan juga perawat membantu memindahkan Anna menuju ruang perawatan, sedangkan Ayu mengurus kepulangan jenazah Suaminya.

Dengan perlahan mata sembab Anna mulai terbuka, dan kembali mengingat tentang Ayahnya.

" Non Anna anda sudah sadar". Ucap Bi Asih.

"Ayah Bi...." isak Anna kembali.

Bi Asih langsung mendekap tubuh Anna dalam pelukan nya, membiarkan nona mudanya berduka, dengan terus mengelus punggung Anna yang terlihat naik turun. "Non Anna mesti kuat dan juga sabar ya". Ucap bi Asih terus mencoba menguatkan Anna yang terus menangis di dalam pelukan nya.

Hingga tangisan Anna kembali pecah saat tiba di rumah duka, dimana jenazah Ayah nya sudah terbaring di ruang utama dengan banyak nya para pelayat yang datang silih berganti.

Di bukanya kain bercorak batik itu, tangis Anna kembali pecah saat melihat wajah Ayahnya yang sudah pucat, ia genggam tangan Ayah nya untuk terakhir kalinya, menciumnya dengan penuh isak tangis, sebagai penghormatan terakhirnya.

Tak ada kata yang mampu ia ucapkan, hanya isakan tangis yang terus mewakili perasaan nya saat ini.

Hingga pada akhirnya tubuh yang sudah tak bernyawa itu sudah di kebumikan, sudah kembali ke tempat ia berasal, hingga tanah merah bertabur bunga kini terpang - pang nyata di mata Anna.

Ia peluk, sebuah nisan yang bertuliskan nama Ayahnya, hingga kerumunan pelayat pun pergi meninggalkan area pemakaman dan menyisakan Anna dan juga Bu Ayu, yang masih menangis.

Genap 10 hari kepergian Ayah nya Sanjaya, dan selama itu pula Anna selalu menyendiri, Tepat tengah malam, Anna yang belum bisa tidur, sebuah gedoran terdengar begitu memeka-kan telinga.

"ANNA BUKA PINTU NYA". Teriak Ayu dari luar kamar, Wanita itu terus menggedor pintu dengan cukup keras.

"ANNA".

" Iya Bu.". ucap Anna saat pintu sudah terbuka.

"Apa kau tuli ha...!". Ayu langsung mentoyor kepala Anna hingga gadis itu terhuyung ke belakang.

Anna hanya diam tak mampu menimpali perkataan Ibu tirinya, yang selalu berprilaku kasar.

"Apa yang Ibu lakukan". Ucap Anna setengah berteriak, melihat Ayu membuka lemari nya, memasukan semua pakaian nya ke dalam tas.

"Mulai sekarang kau pergi dari Rumah ini". Ucap Ayu, sambil melemparkan tas jingjing pada Anna dengan kasar.

"Ini rumah ku, dan aku berhak tinggal disini". Untuk pertama kalinya Anna membantah ucapan Ibu tirinya.

Tatapan Anna begitu berapi - Api melihat wajah Ayu, karna Wanita ini juga Ayahnya mengalami serangan jantung, bahkan meninggal, dan kali ini ia malah di usir dari rumah nya sendiri.

Dengan tatapan tajam, Ayu langsung menyeret tubuh Anna keluar dari kamar. " Rumah mu..!?." Ayu tersenyum miring. "Rumah ini atas nama ku, dan Ayah mu yang bodoh itu sudah memberikan semua harta nya padaku". Ucap Ayu dengan tatapan penuh kemenangan, dengan kepergian Anna ia bisa bebas menguasai harta Sanjaya Suaminya.

Dan tentu saja ia bisa bebas membawa pria mudanya ke hunian megah ini, dengan kepergian Sanjaya membawa kebahagian tersendiri, tinggal melenyapkan satu hama lagi yaitu, 'Anna'. Anak tiri yang ia benci.

Anna menggeleng tak percaya. " Ini tidak mungkin,, Ayah tak mungkin mewariskan seluruh hartanya pada Wanita ular sepertimu". Tunjuk Anna dengan sorot tak kalah tajam nya dengan Ayu.

...Plakk....

Dengan sekuat tenaga Ayu memberikan sebuah hadiah ke pipi Anna berupa tamparan dan berhasil membuat sudut bibirnya berdarah.

"Bawa dia dari sini..". Ucap Ayu pada 2 orang suruhan nya.

"Baik Nyonya".

Salah satu Pria mengeluarkan sapu tangan nya, dan langsung membekap Anna yang masih memberontak hingga gadis itu tak sadarkan diri.

Kedua Pria suruhan Ayu langsung menjalankan perintah, kini tubuh Anna sudah berada di dalam mobil.

" Selamat tinggal Putri tiriku yang malang". Wanita paruh baya itu tersenyum melihat kepergian mobil yang membawa Anna dari kediaman nya.

Selama 24 jam Anna tak sadarkan diri, dan selama itu pula para suruhan Ayu membawa Anna ke Negri yang sangat jauh dari tempat kelahiran nya.

"Kasihan gadis ini, harus memiliki Ibu tiri seperti Bu Ayu". Ucap salah satu Pria, menatap malang nasib Anna yang berasal dari keluarga berada.

"Tak ada gunanya mengasihani Gadis ini. Lebih baik kita cepat pergi sebelum dia sadar". Timpal salah satu rekan nya, ia juga menatap iba atas nasib Anna, yang telah mereka buang ke Negri berantah yang secara acak di pilih Ayu.

Membuang asal tubuh yang masih bernyawa itu, langsung pergi begitu saja sebelum ada orang yang melihat.

...----------------...

"Bagaimana..!. kalian sudah membuangnya kesana". Tanya Ayu setelah genap 2 hari dari kepergian Anna.

"Tentu saja Nyonya, Saya yakin dia tidak akan pernah kembali ke Negara kita".

"Hahahhaha". Gelak tawa memecah ke hening-an malam di rumah itu. "Ingat jangan katakan apapun pada Putriku Lisa, tentang Anna. Kalau tidak nyawa kalian menjadi taruhan nya". Ancam Ayu pada anak buahnya bahkan telunjuknya tepat berada di kedua orang suruhan nya.

Mereka mengangguk bersamaan, menuruti kemauan nenek sihir yang mereka segani.

" Lisa.. tak akan lagi yang menghalangi kita, untuk menguasai semua ini". Ucap Ayu di iringi gelak tawa.

...~Jangan lupa tinggal kan jejak ya~...

Part 3

5 bulan pun sudah berlalu, seorang Gadis dengan pakaian compang camping terlihat menyusuri jalanan yang cukup sepi.

Perut yang terasa sangat lapar ia tahan, kedua kakinya terus memaksanya berjalan menyusuri tempat yang tak ia tau dimana, bahkan ia sama sekali tak mengenal bahasa disana, tempat yang begitu asing bagi seorang Anna yang seorang buangan.

Tampilan yang berubah 180°, dari tampilan ia dulu, rambut dulu yang indah kini sudah berubah menjadi kusut, baju yang kumal, bahkan bau badan yang begitu menyengat, dan wajah cantiknya kini sudah tertutup lumpur tebal.

Menjadi seorang buangan di negri asing, tampa mengenal bahasa dan kerabat, menjadikan ia seorang gelandangan yang di cap sebagai hama di negara itu.

Braakkk...

Tubuhnya terpental jauh saat dirinya terhantam sebuah mobil, hingga suara decitan ban mobil yang di rem mendadak dengan aspal terdengar sangat nyaring.

Darah segar mengalir dari kepala Anna, berharap dengan kejadian itu ia bisa 'Mati saja', hidup tampa tujuan dan juga arah, hanya dendam yang sudah mendarah daging, hingga berapa saat kemudian ia tak sadarkan diri.

"Nath apa kau menabrak seorang pejalan kaki" Tanya seorang Pria yang duduk di kursi penumpang.

"Hanya seorang gelandangan Tuan". Jawab JoNathan yang tak peduli.

" Kau bilang hanya!!. Nath meskipun dia gelandangan tapi dia tetap seorang manusia". Dengan perlahan Pria tampan itu turun dari mobil dan di ikuti Jonathan.

"Tuan..!. " Panggil Jonathan pada Tuan nya. ia pun mengikuti langkah Pria tampan itu dari belakang.

"Kau ..! " Tunjuk Tuan Aslan pada Jonathan. "Bawa gadis ini".

Langkah Jonathan mengayun mendekati tubuh Anna dengan pandangan yang jijik ia langsung menyeret kaki Anna menuju semak - semak.

" Hei..". Teriak Ashlan. "Kenapa kau menyeret gadis malang itu. lalu kau ingin membawa nya kemana".

JoNathan menatap heran pada Tuan Aslan. "Tentu saja membuang hama ini, kedasar jurang". Ucap nya yang terus melanjutkan aksinya.

Plak.

Ashlan langsung menggeplak kepala asistennya itu cukup keras. "Aku tak menyuruhmu membuangnya". Ashlan menggeleng kepalanya karna tak paham dengan pemikiran Jonathan.

"Lalu kalau tak membuangnya, kita apakan hama ini". Dengan wajah yang tetlihat jijik Jonathan melepas tangan dari kaki Anna yang tadi ia seret.

" JONATHAN".Teriak Ashlan. "Bawa gadis ini kedalam mobil.

"Tapi Tuan".Jonathan begitu enggan untuk menuruti perintah Tuan Ashlan, untuk membawa gelandangan yang ia anggap sebagai hama masyarakat itu.

" Sebagai hukuman mu, kau harus menikahi gadis gelandangan itu". Ucap Ashlan dengan suara berat nya.

"Ta..Tapi Tuan". Jo mengejar Ashlan yang masuk begitu saja kedalam mobil, ia melirik tubuh Anna yang masih di atas semak - semak, dengan masih dengan perasaan jijik ia kembali menyeret kaki Anna dan mengejar Tuan nya kedalam mobil, hingga darah segar terlihat berjejak di atas aspal, seiring dengan langkah Jo yang masih menyeret kedua kaki Anna.

"Tuan.. kenapa anda duduk disana".tanya Jonathan saat melihat Tuan Ashlan duduk di kursi kemudi.

"Nikmatilah tempat duduk mu, bersama calon Istrimu itu..!?".ucap Ashlan menunjuk kursi belakang.

Wajah Jo langsung pucat pasi menatap gadis kumal yang berada di bawah kakinya. "Dasar hama sialan". Gerutunya. dengan menahan nafas ia membawa tubuh Anna masuk kedalam mobil.

Ia semprotkan 1 botol parfum ke tubuh Anna dan juga dirinya, dan Ashlan hanya menggeleng melihat kelakuan asisten nya itu.

" Sepertinya, aku harus mencari asisten baru, yang lebih menghargai nyawa orang lain". Ucap Ashlan selagi mengendarai mobilnya.

"Tolong jangan pecat Saya Tuan". Ucap Jo yang masih menahan mual. meskipun gadis di sampingnya sudah tidak bau, tapi rambut gimbal dan pakaian kumal, di tambah dengan banyak nya darah, membuat ia ingin muntah.

"Nikahi gadis di sampingmu kalau begitu".Ucap Ashlan sambil menahan tawa nya.

" Beri Saya hukuman lain Tuan. asal jangan menikahi hama ini".

"Sekali lagi kau memanggilnya hama, detik ini juga ku nikahkan kau". Ancam Aslan yang sudah geram pada Jonathan, yang selalu memandang hina pada gelandangan.

"Maaf Tuan.."

...----------------...

"Selamatkan nyawa Gadis itu".titah Ashlan saat sampai di hunian Megahnya nya.

Beberapa orang yang berprofesi sebagai Dokter di hunian itu, langsung bertindak, mengambil alih tubuh Anna yang masih bernyawa.

Ashlan tersenyum mendapati Asistennya kini bersimpuh di kakinya. "Tuan..!" Ucap Jonathan dengan memelas, namun tak ada tanggapan dari Aslan ia berlalu begitu saja meninggalkan Assisten plus sahabatnya itu yang masih berlutut. "Tuan..." Teriak Jo. kemudian ia berlari mengikuti Tuan nya.

Ashlan yang masih kesal melengos begitu saja menuju kediaman utama dan tentu saja Jo pun terus mengekori langkah Tuan nya kemanapun ia pergi, hingga hukuman itu di cabut.

"Apa kau juga ingin mengikuti ku saat Aku hendak mandi Nath..". Aslan menatap tajam wajah Jo.

"Tolong Tuan, jangan hukum Saya dengan menikahi hama. ehh maksud Saya gadis gelandangan itu Tuan".

Brakkkk

Tampa menjawab ucapan Jo ia berlalu begitu saja menuju kamar mandi membanting pintu itu dengan keras dan berniat membersihkan tubuhnya disana.

"Tuan..!". Jo menatap nanar pintu yang sudah tertutup. "SAYA AKAN TERUS BERLUTUT HINGGA TUAN MEMBERIKAN HUKUMAN LAIN PADAKU". Teriak Jonathan.

Di dalam sana Ashlan hanya tersenyum saat mendengar teriakan dari Jonathan, 1 jam lama nya, ia habiskan di dalam bathroom.

Kedua alis Ashlan terlihat saling bertaut mendapati asisten nya tengah berlutut dengan keadaan tidur, ada rasa kasihan dan juga kesal, mengingat Jo yang belum sempat beristirahat setelah perjalanan panjangnya, terlihat jelas raut wajahnya yang tampak lelah.

Dengan iseng ia mencipratkan air, yang ada di rambutnya, dalam sekejap mata Pria berwajah tampan itu, terbuka.

"Tuan..". Jonathan memandang ke atas melihat Tuan Aslan yang hanya menggunakan handuk yang terlilit sebatas pinggul nya.

Tak ada tanggapan dari Ashlan dengan begitu saja ia melengos melewati Jonathan yang masih berlutut.

" Saya mohon Tuan, cabut hukuman itu dari Saya Tuan". Pinta Jo dengan wajah memelas.

Karna kasihan melihat Asisten nya terus berlutut. "Bangun lah". Ucap Ashlan bernada perintah.

Jo mengulas, senyum akhirnya usaha nya membuahkan hasil, tangan nya ia tumpu di atas lutut dan hendak bangun, karna sudah 1 jam ia berlutut, kakinya teras kebas dan kesemutan, tangan nya pun reflek memegang handuk Tuan nya, dan tampa sengaja ia tarik.

"JONATHAN..". Teriak Aslan. handuk yang menutupi miliknya yang berharga kini sudah teronggok di bawah.

Jo tersenyum kecut, saat menyadari kesalahan nya, tampa sengaja ia melihat suatu barang milik Tuan nya, yang baru pertama kali ia lihat.

"Ptptptttt... Hahahaha". Tampa bisa menahan akhirnya suara tawa Jo memecah keheningan kamar Ashlan. "Ternyata milik Tuan tak jauh berbeda dengan ku".Masih menahan tawanya, Jo memegangi perutnya yang terasa keram.

"Berani kau menertawakan milik ku ini". Ashlan menatap tajam, bahkan tak berpikir menutupinya miliknya yang seperti belalai gajah itu. "Jangan kau bandingkan milik ku ini yang tengah tidur dengan milikmu itu".

"Tuan..!! mau sampai kapan Anda mempertontonkan milik mu itu".

Ashlan secara reflek melihat kebawah, dimana miliknya terus melambai ke bawah. "Bersiaplah dan akan ku nikahkan besok dengan Gadis gelandangan itu". Aslan menarik handuk yang ada di tangan Jonathan.

Berlalu pergi sambil melilitkan handuk ke pinggang nya, belum beres ia melilit handuk, ujung kain yang sedikit berbulu itu, langsung di cekal oleh Jo. "Tuan,.apa Anda tidak terlalu kejam"

"Lepas kan tangan mu Nath". Ada tarik menarik antara Jonathan dan juga Aslan, hingga kain itu kembali merosot.

"JONATHAN". Teriak Ashlan.

" Saya tidak akan pernah melepas Tuan, lebih baik Saya menikah dengan Tuan daripada harus menikah dengan gadis gelandangan itu".

"Apa kau sudah gila". Ashlan terkesiap mendengar ucapan Jonathan, mau tak mau akhirnya ia mencabut hukuman yang memang dasarnya hanya ingin mengerjai Asisten nya.

"Baiklah Jo, aku akan mengabulkan keinginan mu". Aslan menyeringai, ucapan nya memang menyimpang dan juga ambigu, sedikit menambah kan bumbu pada gertakan sahabatnya itu.

...Deg ....

Dengan susah payah Jonathan menelan saliva nyaa. "Sial, ancaman ku ternyata tak mempan"

Jo yang tak mau kalah, ia berdiri dan tersenyum nakal ke arah Aslan menggoda Pria tampan itu. "Apa Tuan yakin".

Ashlan langsung bergidik ngeri dengan tatapan Jonathan. "Kau pikir aku sudah gila, menikah dengan mu".Aslan mentoyor kepala Jo. "Kembalilah .. dan rawatlah gadis itu. seperti adikmu sendiri".

Jo tersenyum penuh kemenangan. "Trimakasih Tuan".

...~Jangan lupa tinggal kan jejak berupa like dan juga coment ya..!! ~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!