Persahabatan adalah hal yang menarik bagi semua orang, setidaknya mereka memiliki satu saja seorag sahabat untuk hanya sekedar menjadi teman bercerita atau teman bermain. Sama halnya seperti Chaca dan Gina. Mereka adalah sepasang sahabat sejak masa SMA dan dimana ada Chaca disitu pasti ada Gina dan tak hanya itu saja. Mereka berdua juga mampu berprestasi dibidang mereka masing masing hingga mereka dijuluki best friend couple. Hingga akhirnya mereka harus berpisah untuk melanjutkan studi mereka. Chaca ke Amerika dan Gina ke London.
Meskipun Chaca adalah anak orang kaya namun ia jarang sekali kembali ke Indonesia bukan karena tak memiliki uang untuk membeli tiket namun karena ia harus terus mengasah kemampuannya di sana. Hingga akhirnya Chaca kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan pendidikannya di Standford University. Bersama kedua orang tuanya yang telah menunggu kedatangan putri tercinta mereka Chaca pulang ke rumah.
Sudah lama ia meninggalkan rumahnya namun keadaan rumah tak ada yang berbeda sejak ia berangkat ke Amerika empat tahun yang lalu. Baru saja Chaca sampai ayahnya mengajaknya membicarakan satu hal yang penting.
“Ada apa? Apa mama dan papa ingin mengatakan sesuatu?”, tanya Chaca.
“Jadi begini Chaca. Kamu sudah pulang dari Amerika dan papa ingin kamu mulai memimpin anak perusahaan”, Ucap ayahnya perlahan.
Chaca diam sejenak mendengar keinginan ayahnya untuk ia mengelola anak perusahaan sambil melihat ke arah ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya tak yakin dengan tatapan anaknya yang terkesan seperti ingin menolak keinginan ayahnya.
“Apa papa yakin?”, tanya Chaca.
“ Kalau papa tak yakin untuk apa papa memberikan tawaran ini untukmu nak? Apa kamu menolaknya?”, jawab ayahnya.
“Tidak mungkin Chaca menolaknya papa. Ini yang Chaca tunggu sejak lama. Chaca ingin menjadi bagian dari perusahaan dan mengembangkannya. Tak ku sangka ternyata hal ini terjadi sangat cepat.”, ucapnya bahagia.
“Lalu, kapan Chaca bisa mulai bekerja?”, Tanya Chaca bersemangat
“Besok”, jawab ayahnya.
Chaca memeluk ayah dan ibunya serta menciumi pipi mereka lalu masuk ke kamarnya sambil berlari karena persasaan bahagia di hatinya. Ia mengeluaran ponselnya dan orang pertama yang ia hubungi adalah Gina, sahabatnya. Dengan perasaan bahagia Chaca menunggu Gina merespon panggilannya.
“Hai Cha ... Ada apa?”, jawab Gina
“Gina, aku baru saja kembali dari Amerika tadi pagi. Apa kamu sudah pulang”, tanya Chaca
“Kamu sudah pulang? Aku sudah pulang minggu lalu namun aku lupa menghubungimu. Mari kita bertemu, aku sangat merindukanmu”, jawab Gina
“Baiklah, mari bertemu. Aku ingin mengatakan sebuah berita yang sangat menggembirakan. Besok siang jam dua belas bagaimana? Aku akan memberitahu tempatnya lewat chat”, ucap Chaca.
“Baiklah.. See you Cha” jawab Gina.
Chaca mengakhiri panggilannya, ia tak sabar menunggu datangnya hari esok. Rasa bahagia dan gembira memenuhi hatinya tak percaya bahwa hari ini akhirnya datang. Menjadi seorang pemimpin di perusahaan seperti ayahnya adalah impiannya. Kesokan harinya adalah hari baru bagi Chaca, ia merasa baru kemarin ia melangkahkan kakinya keluar sebagai seorang mahasiswa dan saat ini ia keluar sebagai seorang pemimpin perusahaan.
Hari pertama Chaca bekerja, ia sangat bersemangat. Segala macam dokumen yang ada di atas mejanya ia baca dan pelajari hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang dan Chaca bergegas keluar untuk makan siang bersama Gina, sahabatnya di sebuah restauran. Ketika Chaca datang ia sudah melihat Gina duduk menunggunya sambil memainkan ponselnya.
“Gina..”, panggil Chaca
Gina melihat kearah sumber suara yang memanggil namanya dan ia berdiri menunggu Chaca mendekat padanya lalu mereka berdua pun berpelukan. Sahabat yang terpisah selama empat tahun lebih tanpa bertemu sekalipun akhirnya mereka kembali bertemu. Chaca memeluk Gina erat erat seperti tak lagi ingin berpisah dari sahabatnya ini.
“Aku benar benar merindukanmu Gina”, ucap Chaca bahagia
“Maaf aku terlalu sibuk dengan urusan perusahaan jadi aku tak sempat mengabarimu”, jawab Chaca
“Bagaimana kabarmu?”, balas Gina.
Mereka berdua berbicara sambil makan siang bersama dan menghabiskan waktu sampai pada akhirnya sudah saatnya Chaca kembali ke kantornya untuk bekerja, berat rasanya ia harus meninggalkan sahabatnya dan tak lagi bisa memiliki banyak waktu seperti dahlu namun Chaca saat ini memiliki tanggung jawab yang besar dan tak bisa seenaknya meninggalkan pekerjaannya.
“Kamu hebat sekali Chaca. Saat ini sudah menjadi pemimpin di anak perusahaan. Dan apakah kamu memiliki kekasih?”, tanya Gina.
“Ya.. Dia adalah pengusaha konveksi. Aku bertemu dengannya di Amerika lalu ia harus kembali kemari untuk meneruskan usaha konveksi ayahnya karena ayahnya sedang sakit keras”, jawab Chaca
Chaca melihat jam yang melingkar di tangan kanannya dan terkejut melihat waktu telah menunjukkan pukul satu siang menandakan ia harus kembali. Chaca menghabiskan minumannya lalu mengambil tasnya.
“Gina. Aku sangat merindukanmu namun aku harus kembali. Makan siang kali ini biar aku yang membayarnya. Akan ku hubungi lagi setelah ini.”. Ucap Chaca tergesa gesa.
Chaca mmeluk Gina setelah membayar tagihan makanan mereka lalu melambaikan tangannya dan kembali ke kantornya. Chaca merasa bahagia karena dapat bertemu kembali dengan sahabatnya dahulu. Dalam perjalanannya ke kantor kekasihnya menghubunginya untuk bertemu dengannya untuk membahas sesuatu yang penting.
“Ya sayang?”, jawab Chaca.
“Baik datanglah, aku dalam perjalanan ke kantor setelah makan siang dengan sahabatku. Aku akan menunggumu.” , ucapnya
Chaca kembali meletakkan ponselnya dan melanjutkan perjalanannya ke kantor. Sesampainya di kantor Chaca kembali bekerja sambil menunggu kekasihnya datang untuk mengatakan hal yang penting katanya.
“Cha..”, panggil Ryan
“Oh.. Hai.. Sudah datang. Duduklah, tunggulah sebentar aku harus menandatangani dokumen ini terlebih dahulu sayang”, ucap Chaca.
Tak lama setelah Chaca selesai dengan dokumennya ia menatap kekasihnya dan menyingkirkan pekerjaannya lalu mendengarkan hal penting yang ingin kekasihnya katakan padanya ketika Ryan menghubunginya.
“Baiklah, ada apa?”, tanya Chaca.
“Aku ingin meminta bantuanmu, apakah aku bisa mengambil kain dari tempatmu? Aku memiliki banyak sekali pesanan dan beberapa toko kain langgananku sedang tak memiliki stok sedangkan kalau aku harus membeli ke toko lain aku tak bisa mendapatkan harga yang lebih murah”, ucapnya
Chaca mengerti mengenai permintaan kekasihnya ini dan ia memberikan kartu nama sebuah toko milik anak perusahaan yang ia pimpin, sebuah toko yang penuh dengan berbagai macam kain yang diproduksi dari pabrik anak perusahaan yang ia pimpin.
“Pergilah ke tempat ini, ini adalah toko milik perusahaan yang ku pimpin. Ambilah kain di sana sebanyak mungkin dan ku berikan harga khusus untukmu.”, jawab Chaca.
“Baiklah, terimakasih sayang”, balas Ryan.
Semenjak hari itu Ryan selalu mengambil kain dari toko milik perusahaan Chaca dan tak pernah lagi mengambil kain dari toko lain. Usaha Ryan semakin lama semakin maju hingga ia mampu membuka cabang di tempat lain dan perlahan menjadi pengusaha yang sukses.
Satu tahun setelahnya ketika Ryan hendak menuju toko kain milik Chaca, ia tak sengaja menabrak seorang wanita yang membuatnya jatuh dan terluka, Ryan turun dan membantunya berdiri.
“Oh Tuhan, maafkan aku. Aku tak melihatmu berjalan.”. Ucapnya sambil membantunya berdiri.
Ryan membawa wanita itu masuk ke dalam mobilnya dan mengobati lukanya secara perlahan, ia mengobati lengan dan juga lututnya yang berdarah.
“Ijinkan aku mengantarmu pulang sebagai permintaan maafku”, ucap Ryan memohon
Melihat wanita yang tak sengaja di tabraknya itu mengangguk, Ryan mengantarkan wanita itu pulang keruamhnya sebagai ucapan rasa bersalahnya. Dalam perjalanan Ryan maupun wanita itu tak mengatakan apapun yang membuat suasana menjadi cukup canggung.
“Jadi, siapa namamu?”, tanya Ryan kaku.
“Aku Gina. Kamu? Siapa namamu?”, tanya Gina.
“Aku Ryan.” jawabnya.
Ryan meminta nomor Gina untuk berjaga jaga kalau Gina tiba tiba ingin Ryan bertanggung jawab dan mengantarnya ke rumah sakit. Namun justru hubungan mereka semakin dekat setelah kejadian itu. Gina mengetahui kenyataan bahwa Ryan adalah kekasih dari sahabatnya namun perasaan cinta mulai tumbuh di hatinya. Sakit dan kecewa yang dirasakan oleh Gina namun Gina memilih untuk tetap berada di sisi Ryan meskipun ia mengetahui kenyataan pahit itu. Gina tak lagi ingin kalah dari Chaca dan perlahan merebut segala yang Chaca miliki dimulai dari Ryan.
Kebencian dalam diri Gina semakin membesar pada Chaca. Siapa sangka bahwa selama ini Gina sangat membanci sahabatnya sendiri, hal ini sudah terjadi ketika mereka duduk di bangku SMA. Saat Chaca berhasil mendapatkan segala yang ia inginkan dengan kerja kerasnya sendiri, berbeda dengan Gina. Sekeras apapun ia mencoba ia selalu menjadi bayang bayang dari Chaca sampai mereka lulus. Dan saat ini Gina takkan melepaskan Ryan dengan mudahnya.
Urusan perusahaan semakin lama semakin merenggut segala waktu yang ia miliki bersama keluarganya dan bahkan kekasihnya. Ia juga tak memiliki waktu untuk dirinya sendiri dan hal ini membuat Ryan sangat kesal dengan Chaca yang sepertinya telah menjauh darinya.
“Astaga ... Apa yang harus ku lakukan? Saat ini aku tak memiliki waktu untuk diriku sendiri dan sekarang hubunganku dengan Ryan pun telah diujung tanduk.”, ucapnya frustasi.
Chaca sangat hebat dalam urusan pekerjaan, ia bahkan mampu mengembangkan anak perusahan menjadi berkembang pesar hingga akhirnya ia mendirikan sebuah pabrik milik perusahaan yang ia kelola sendiri dan mulai tak lagi bergantung pada induk perusahaan. Hal ini membuat beberapa orang yang ingin menjatuhkan Pak Umar, Direktur utama PT Terang Abadi semakin sulit untuk menjatuhkannya melihat prestasi luar biasa yang dihasilkan oleh Chaca, anaknya. Tujuan utama Pak Umar menempatkan Chaca di anak perusahaan adalah agar ia bisa belajar memimpin sebelum akhirnya menggantikan dirinya menjadi Direktur Utama PT Terang Abadi.
Ada harga yang harus dibayar oleh Chaca demi mendapatkan posisi itu meskipun ia harus kehilangan waktu dan juga harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya sudah bosan dengannya.
“Bisakah kamu meninggalkan Chaca dan menjadi milikku seutuhnya?”, tanya Gina kesal.
“Tak bisa sayang. Aku banyak berhutang padanya dan kalau aku mengakhiri hubunganku dengannya lalu? Bagaimana aku harus membayar semua ini? Bersabarlah, aku akan segera menikahimu” jawab Ryan menengakan Gina.
Gina kembali pulang ke rumahnya setelah bertemu dengan Ryan. Ia melihat ayahnya menunggunya pulang dengan tangan yang terlipat sambil menatap kearahnya. Pedih rasanya untuk terus menjadi yang kedua, Hati dan perasaan Gina terlanjur sakit dan Gina tak lagi berpikir dua kali untuk membalas Chaca
“Baru pulang?”, tanya ayahnya.
“Papa, aku akan menuruti keinginan papa. Papa sangat membenci Pak Umar bukan? Dan aku sangat membenci Chaca. Aku sangat muak padanya”, ucap Gina kesal.
Chaca sama sekali tak mengetahui bahwa sahabatnya sangat kejam dan membencinya. Ia masih menganggap Gina adalah sahabatnya yang paling baik dan memahaminya disaat kesulitan antara pekerjaan dan hubungan asmara dengan kekasihnya bercampur aduk di kepalanya. Chaca bahkan pasrah dengan kenyataan bahwa ia harus putus dengan Ryan karena komunikasi mereka tak berjalan dengan lancar.
Hingga suatu malam Gina berada dalam kamarnya, tak ada lagi perasaan bersalah yang ada dihatinya. Gina seolah olah telah berubah menjadi monster yang kejam dan menyeramkan segala hal yang mengganggu rencananya akan ia hancurkan. Gina meraih ponselnya dan menghubungi orang suruhannya
“Dengar perintahku, lakukan malam ini dan jangan sampai ada yang tersisa”, ucap Gina lalu mengakhiri panggilannya.
“Dengan begini habis kamu Chaca dan Ryan akan menjadi milikku seutuhnya” , gumamnya dalam hati.
Orang suruhan Gina yang sudah mendapaat perintah dari Gina langsung bersiap. Dengan menggunakan mobil yang diberikan Gina pada mereka, mereka membawa empat minyak yang diletakkan didalam alat penyemprotan disinfektan dan masuk ke dalama pabrik bersama beberapa orang yang terlah mereka bayar.
Satpam menghentikan mobil yang mereka tumpangi dan mereka menyerang dengan menyuntikkan obat bius di lehernya. Begitu juga dengan beberapa satpam yang berjaga di daerah pabrik, mereka melakukan hal yang sama.
“Semua sudah beres, ayo kita bakar pabrik ini.” Ucapnya.
Gina memantau dari cctv yang dipasangnya dimobil untuk melihat sebuah pabrik itu terbakar dengan sangat dahsyatnya.
“Lima .... Empat .... Tiga .... Dua .... Satu .... BOOMM”. Teriak Gina dengan bahagia.
DDUUMM.... DDUUUAARR....
Dalam kediaman Pak Subroto, Chaca masih tertidur pulas dengan piyama yang ia kenakan, namun bunyi ponselnya membangunkannya. Pukul dua pagi Cahca bangun dan mengangkat ponselnya yang berdering sejak tadi. Sambil mengusap wajahnya dan menghela napas panjang Chaca menerima panggilan dari Shena sekertarisnya.
“Ya? Ada apa?” Jawab Chaca
Mata yang awalnya sangat berat dibuka tiba tiba terbuka selebar lebarnya, Chaca terkejut dengan berita yang dikatakan oleh Shena, ia awalnya bingung dengan apa yang harus dilakukannya, dengan kaki yang berat Chaca berteriak membangunkan kedua orang tuanya. Kepanikan Chaca membuatnya berjalan dengan sempoyongan sambil menangis.
“Papa.. Mama..” Panggilnya dengan suara kencang
Kedua orang tua Chaca yang tertidur pulas terkejut mendengar anaknya yang berteriak malam malam sambil menangis ketakutan. Chaca membuka pintu kamar kedua orang tuanya dan jatuh tersungkur.
“Papa.. pabrik milik kantor cabang papa terbakar habis” Ucap Chaca menangis
Kedua orang tuanya yang terkejut langsung menuju pabrik itu bersama Chaca dengan tetap menggunakan piyama mereka, orang tua Chaca berusaha meneneangkan Chaca yang terus menangis dan menangis. Mereka mengetahui bahwa kantor cabang juga pabriknya adalah hasil jeri payahnya selama hampir lima tahun dan malam ini seluruh kerja kerasnya hancur rata denga tanah.
Siapa yang mengira bahwa kemalangan tiba tiba terjadi? Ketika seluruh kerja keras yang sudah dikerjakan diambil darinya, perjuangannya dari awal sampai saat ini hancur tak bersisa. Menangis dan berteriak sekeras apapun takkan membuat pabrik itu utuh kembali, dan bagaimana dengan kepercayaan yang diberikan padanya?.
Melihat pabrik itu telah hangus terbakar, Chaca semakin terpuruk seakan harapannya telah musnah. Siapa yang tega melakukan ini padanya? Ia tak pernah memiliki musuh dan selalu berbuat baik pada semua orang. Ucapnya. Para penjaga yang sempat pingsan memberikan laporan pada Pak Umar dan juga Chaca, mereka menceritakan segala yang terjadi dan mereka tak tahu apapun saat pabrik ini dibakar karena pada saat itu mereka pingsan terbius. Hati Pak Umar sangat sakit dan hancur bukan karena pabrik cabang yang hancur namun karena melihat anaknya merasa hancur. Seluruh harapan, obsesi dan impian Chaca telah rata dengan tanah. Kini Pak Umar harus bersiap untuk menghadapi hal terburuk, yaitu orang orang yang akan merebut posisinya. Kabar ini pasti telah terdengar oleh mereka dan Pak Umar merasa bahwa merekalah yang melakukan ini pada Chaca.
Perusahaan berhenti beroperasi dan Chaca menenangkan diri terlebih dahulu didalam kamarnya. Ia berusaha menghubungi kekasihnya namun Ryan tak pernah meresponnya. Saat ini tak ada yang bisa untuk menghibur dan mengembalikan semangat Chaca seperti dahulu, sangat berat baginya melewati masalah ini seorang diri.
“Untuk saat ini jangan, biarkan dulu. Ia masih tertekan dengan keadaan ini, biarkan dia tenang”, ucap Pak Umar.
“Lalu bagaimana dengan perusahaan induk? Lawanmu pasti sudah mendengar kabar ini. Apakah kamu siap untuk kemungkinan terburuknya?”, gusar Bu Sinta
Pak Umar menarik tangan istrinya untuk kembali duduk di sebelahnya dan memeluknya, ia mengetahui apa yang akan terjadi sebentar lagi. Namun ia takkna tinggal diam karena perusahaan itu adalah miliknya dan ia yang merintisnya sampai sebesar ini.
“Aku adalah pemiliknya, aku sendiri yang merintis perusahaan ini. Aku takkan tinggal diam, aku akan mengumpulkan seluruh dukungan untuk mendukungku sayang. Tenanglah”, hibur Pak Umar pada istrinya.
Chaca menyadari bahwa masalah takkan selesai hanya dengan ia duduk dan termenung. Banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan dan masalah ini tak bisa menghambat langkahnya.
“Sudah cukup aku bersedih, saatnya aku bertindak”, ucapnya bersemangat.
Chaca menghubungi Shena, sekertarisnya untuk mengirim setengah dari tiap pesanan dan ia juga mengambi dari perusahaan induk dengan persetujuan ayahnya. Chaca juga memerintahkan Shena untuk menghubungi empat client terpentingnya dan membuat janji.
“Shena, dengarkan aku. Ini sangat penting. Buatkan aku janji dengan Mr Harry, Mr Chong dan Mr Rushan Khan dan pesankan saya tiket pesawat penerbangan pertama, saya akan berangkat ke Amerika dan ke London karena mereka ada di sana”, perintah Chaca.
Segera Chaca mengemas pakaiannya dan segala yang ia butuhkan. Chaca pun mengatakan rencana yang ia buat kepada orang tuanya karena untuk saat ini hanya empat orang client Chaca lah yang mampu membantunya.
“Apa kamu yakin dengan hal ini Chaca, lalu bagaimana kalau kamu gagal?”, tanya ibunya gelisah.
“Mama papa tenanglah. Chaca akan menyelesaikan masalah ini. Dan akan Chaca pastikan takkan ada yang mampu untuk menjatuhkan papa”. Ucap Chaca meyakinkan.
“dan mungkin Chaca akan tidur di apartemen karena jaraknya lebih dekat dari bandara”, imbuhnya.
Mencoba percaya dengan keyakinan Chaca, kedua orang tuanya merestui apapun yang Chaca lakukan. Chaca mencoba menghubungi Ryan dan sampai akhir pun Ryan tak bisa dihubungi. Chaca hanya mengirimkan pesan singkat pada Ryan dan ia juga menghubungi Gina sahabatnya tentang keberangkatannya besok.
Keesokan harinya dengan diantar kedua orang tuanya Chaca berangkat mengurus segalanya. Perjalanan sangat jauh ditempuh oleh Chaca seorang diri dan menyelesaikan seluruhnya seorang diri. Hampir saja ia gagal dalam menjalankan misinya namun pada akhirnya Chaca mampu kembali dengan kemenangan di tangannya. Ia berhasil meyakinkan ke empat client nya untuk tetap bersama sama dengannya dan bahkan berinvestasi pada bukan pada perusahaan induk namun pada ayahnya yang membuat Pak Umar memiliki saham yang lebih banyak diatas seluruh dewan redaksi.
Setelah selesai dengan urusannya, Chaca kembali dan sampai di bandara tengah malam dan Chaca pergi ke apartemennya karena ia terlalu lelah. Namun sesuatu yang mengejutkan terjadi. Ketika Chaca membuka pintu apartemen ia melihat baju berserakkan di lantai dan ketika ia masuk alangkah terkejutnya ia melihat kekasihnya tidur dengan sahabatnya sendiri dan tanpa mengenakan busana apapun, hanya selimut yang menutupi tubuh mereka. Seakan jantungnya berhenti, Chaca menangis dan menutup mulutnya. Ia tak kuasa melihat hal ini dan memutuskan untuk lari meninggalkan seluruh barang barangnya.
Tak dapat ia bayangkan ternyata alasan mengapa kekasihnya begitu dingin padanya karena ia memiliki hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri. Chaca berlari keluar apartemennya dan langsung menaiki taksi apa saja yang ia lihat.
“Jalan pak. Saya akan katakan kalau saya ingin berhenti”, ucapnya.
“Apa? Apa yang terjadi? Mengapa kalian melakukan ini padaku? Mengapa!!!” Ucapnya menangis sambil menjerit.
Taski pun berjalan entah membawa Chaca kemana, setelah cukup lama Chaca menangis, pada akhirnya ia mulai tenang dan bisa mengendalikan emosinya yang meluap.
“Nona cantik, sepertinya anda melalui hal yang berat, anda bisa meminum air yang saya sediakan. Minuman itu memiliki efek yang berbeda beda, botol bertutup hijau mampu membuat anda melupakan masa lalu, botol bertutup biru mampu membuat anda melihat masa depan sedangkan yang merah mampu membuat anda mengubah masa depan.” Jelas supir taksi itu.
Chaca diam dan tak menganggapi perkataan sopir taksi itu, ia tak bisa lagi berpikir jernih. Namun tanpa sadar Chaca mulai tertarik dan tangannya bergerak mengambil botol bertutup merah dan membukanya, awalnya ia ragu untuk meminumnya, namun menangis sangat menguras tenaganya.
“Aku tak pernah percaya dengan hal seperti ini, namun apa boleh buat, aku sangat haus “ Ucapnya dan meminum habis air dalam botol itu.
Tak butuh waktu lama untuk minuman itu bekerja seperti apa yang dikatakan supir taksi itu, Chaca bisa melihat sebuah lorong dan cahaya yang sangat terang, mobil taksi itu bersama dengan Chaca terhisap ke dalamnya seperti terbawa oleh waktu.
“AAAAAA” Teriak Chaca..
Secara tiba tiba, mobil taksi itu mengantarkannya ke rumahnya. Chaca sangat bingung karena berada dirumahnya dengan mengenakan pakaian yang berbeda. Chaca melihat ke arah supir taksi dengan tatpan bingung. Ia semakin tak memahami dengan apa yang terjadi.
“Nona cantik, karena anda meminum yang merah artinya anda ingin merubah masa depan anda. Silahkan turun dan lakukan seperti apa yang anda inginkan. Namun ingat satu hal. Semua ini hanya bertahan selama sembilan puluh hari. Selesaikan segalanya dalam sembilan puluh hari dan saya akan menjemput anda tepat pukul dua belas malam seperti saat ini.” Ucap sopir taksi itu.
Chaca turun dari taksi itu dan melihat mobil itu pergi. Ia merasa seperti tenaganya terisi kembali, segala kesedihan, kekecewaan dn kemarahannya saat ini menjadi obsesinya untuk membalaskan dendam pada sahabat dan kekasihnya dan berjanji akan menghancurkana mereka dalam waktu sembilan puluh hari dimulai dari saat ini.
Chaca kembali tepat tiga bulan sebelum ia mengetahui perselingkuhan kekasihnya dan sahabatnya serta masalah masalah yang ia lewati. Meskipun keinginan hatinya kuat untuk menghancurkan kekasih dan sahabatnya namun wanita tetaplah wanita, Chaca masuk kedalam kamarnya dan menangis. Ia menghabiskan air matanya sampai hatinya merasa terpuaskan, ia menyadari bahwa tak ada waktu lagi baginya untuk menangi dan terus menangis tanpa memulai apapun mengingat waktu yang ia miliki hanya sembilan puluh hari.
“Sudah cukup aku menangis. Kali ini, meskipun sakit hatiku melihat mereka berdua aku akan membulatkan niat hatiku untuk menghancurkan mereka. Sudah cukup kesabaranku”, gumam Chaca.
Chaca bangkit dari keterpurukannya dan memulai harinya, hubungannya dengan Ryan masih tetap sama seperti sebelumnya. Dan kini Chaca berencana untuk membuat Ryan sedikit kesusahan dengan bisnisnya yang masih bergantung pada Chaca.
“Mari kita lihat apa yang akan kamu lakukan kalau aku mulai membatasi langkahmu Ryan”, ucap Chaca.
Chaca menghubungi manajer toko tempat Ryan mengambil barang untuk tidak lagi memberikan kain pada Ryan apapun alasannya. Chaca mengetahui bahwa dirinya hanya dimanfaatkan oleh Ryan dalam kemajuan bisnisnya. Tepat setelah Chaca memberikan perintah, Ryan datang ke toko untuk kembali mengambil tiga roll kain dan kali ini pun ia tak membayar sama seperti sebelumnya.
“Selamat pagi, tolong ambilkan saya tiga roll kain seperti biasanya ya”, pinta Ryan pada salah satu pegawai di sana.
Melihat kedatangan Ryan, sang manejer menghentikan langkah pegawainya lalu menghadapi Ryan secara langsung seperti perintah Chaca padanya.
“Mohon maaf kain yang biasa anda bawa masih kosong”. Ucap manejer itu sopan
Ryan mengerutkan keningnya lalu melihat ke sudut toko dan melihat beberapa kain yang biasa ia ambil ada di sana. Ryan melangkah me arah kain itu dan menunjukknya dengan heran.
“Lalu ini apa? “, tunjuknya.
“Tolong jangan main main dengan saya. Apa kalian tak mengetahui siapa saya?”, bentak Ryan.
Keributan yang di hasilkan oleh Ryan membuat para pegawai melihat ke arahnya. Sang manejer diam saja dan tetap mentaati perintah dari Chaca, ia berusaha membuat Ryan tak bisa mengambil kain dari toko ini sampai Chaca memberi perintah lebih lanjut.
“Kain itu akan segera kami antar. Itu adalah pesanan toko lain”, jawabnya sopan.
Ryan merasa ksal karena dipermalukan seperti ini. Banyak orang melihat tingkah laku Ryan yang memalukan hingga akhirnya Ryan memutskan untuk menghubungi Chaca saat itu juga karena ia yakin bahwa Chaca pasti akan membelanya.
Tuuut ... Tuuut ... Tuuut.
Beberapa kali Ryan mencoba menghubungi Chaca namun tetap kekasihnya itu tak merespon panggilannya.
“Tunggulah sebentar kalian. Berani nya kalian melakukan hal ini padaku. Akan ku hubungi atasan kalian”, ucapnya kesal.
“Sayang... Apa yang terjadi mengapa lama sekali merespon panggilanku? Tidak tahukah kamu kalau aku diperlakukan sangat buruk di tokomu oleh para pegawai dan manejermu?”, marahnya.
Dari kantor Chaca membalik dokumen dan menandatangani seluruh dokumen itu sambil terus mendengarkan kekasihnya yang mengoceh tiada henti. Chaca tak terlalu menanggapinya dan membiarkan pegawainya memperlakukan Ryan seperti itu.
“Ada apa? Apa yang mereka lakukan padamu?”, jawab Chaca santai.
“Mereka tak memberikanku kain. Bukankah meberikanku kain adalah perintahmu selama ini? Mengapa mereka malah memberikannya pada orang lain?”, oceh nya.
Chaca tersenyum sambil menutup dokumen di atas mejanya dan menopang dagunya dengan satu tangan. Ia merasa sennag mendengar Ryan kesusahan seperti ini.
“Ah.. Kain kain itu. Maaf kan aku aku lupa memberi tahumu. Kami sedang kehabisan stok dan kain kain yang di toko adalah pesanan, jadi kamu tak bisa membawa kain kain itu seenaknya”, jelas Chaca.
“Sayang, aku sangat sibuk. Bisakah kamu mengambil kain dari toko lain untuk sementara? Aku sedang banyak hal yang harus di urus. Selamat tinggal”. Ucapnya lalu mengakhiri panggilan dari Ryan.
Mendengar penjelasan Chaca, Ryan merasa sangat malu karena sudah marah marah. Manejer toko masih dengan senyuman yang terpasang di wajahnya menunggu Ryan meninggalkan toko, tak ada lagi yang bisa Ryan lakukan saat ini.Berkat bantuan dari Chaca bisnisnya sangat maju, Ryan bahkan hanya membayar beberapa kali setelah sekian lama ia mengambil stok kain dari tempat Chaca tanpa sepengetahuna Direktur Utama, ayah Chaca.
Ryan masuk ke dalam mobil dan segera meninggalkan tempat itu karena rasa malu yang dialaminya.
“Bagaimana ini. Ke mana aku harus mencari kain kalau bukan dari Chaca. Ah sial”, umpatnya.
Ryan berpikir untuk mencari jalan agar bisnisnya terus berjalan dan ia teringat Gina. Mungkin Gina tak speerti Chaca yang sangat hebat hingga ia dipercaya untuk mengelola sebuah anak perusahaan namun Gina dipercaya ayahnya untuk memimpin sebuah pabrik.
“Tunggu sebentar. Bukankah Gina juga sma dengan Chaca? Kesempatan tak datang dua kali. Kalau aku bisa memanfaatkan Chaca aku juga pasti bisa memanfaatkan Gina”, ucapnya menyeringai
Ketika seseorang terhimpit dalam sebuah masalah maka segala macam cara akan ia lakukan entah itu hal baik atua hal buruk. Chaca sudah bisa menebak jalan yang akan diambil oleh Ryan setelah ia membatasi langkah Ryan untuk terus memanfaatkannya.
“Dengan seluruh hutang hutangnya padaku, akankah ia berani untuk membeli dari toko lain? Mereka takkan memberikan perlakuan khusus padamu Ryan. Gina adalah tujuanmu bukan?”, ucapnya dengan tatapan tajam.
“Silahkan ambil sampah yang telah ku buang sahabatku. Bukankah itu yang kamu sukai? memungut sampah sahabatmu sendiri?”. Ucapnya dengan menatap layar ponselnya.
Chaca menghubungi Shena, sekertasrisnya untuk datang ke kantornya lewat telepon yang berada di mejanya. Selain menghancurkan mereka berdua Chaca memiliki tujuan lain. Yaitu mengungkap apa yang terjadi di hari saat kebakaran itu terjadi.
Setiap ia mengingat pabrik yang baru saja ia dirikan dengan hasil jerih payahnya sendiri rata dengan tanah ia merasa sangat sakit dan dadanya terasa sesak. Chaca tak pernah melupakan kejadian itu bahkan satu hari saja.
“Shena. Keruangan saya sekarang”, perintah Chaca.
Sesaat setelah Chaca memanggil Shena, Shena mengetuk pintu ruangan Chaca dan masuk ke dalam.
“Ada apa ibu memanggil saya?”, tanya Shena sopan.
“Saya ada tugas penting untukmu. Bisakah kamu mencari tahu tentanng lima orang dewan redaksi ini?”. Tanya Chaca sambil memberikan amplop cokelat.
Shena mengambil amplop cokela itu dan membukanya. Ia sangat terkejut bahwa Chaca memerintahkannya untuk mencari tahu tentang lima dewan direksi perusahaan. Shena melihat ke arah Chaca dan menganggukkan kepalanya.
Alasan Chaca tak menyewa orang lain untuk mencari tahu latar belakang para dewan direksi ini karena ia memiliki Shena di sampingnya. Tanpa ada yang mengetahui siapa shean sebenarnya, Chaca menyembunyikannya dan mempekerjakannya sebagai seorang sekertaris pribadinya.
“Baik bu. Akan saya lakukan”, jawab Shena tegas.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!