NovelToon NovelToon

My Baby And My Savior Lord

Brixton

Pukul sebelas malam terlihat salah satu ruangan di sebuah Gedung pencakar langit masih diterangi oleh lampu.

Seorang pria tampan nan gagah tampak menutup laptopnya setelah menyelesaikan pekerjaan kantor yang masih menumpuk.

Rasa lelahnya membuat si pria tak konsen untuk meneruskan pekerjaan ini, ia berniat untuk melanjutkannya di esok hari.

Dilihatnya jam tangan yang sudah menunjukkan angka sebelas, tak ada ekspresi yang timbul seolah ia sudah biasa bekerja di tengah malam.

Disandarkan punggung lebar tersebut di kursi kebesarannya, sembari menutup mata guna mengistirahatkan tubuh lelah itu.

Tok tok tok!

Suara ketukan pintu tak membuat ia bergeming, hingga akhirnya si pengetuk membuka pintu ruangan kemudian masuk ke dalam.

"Selamat malam Tuan, maaf sudah menganggu waktu anda" ucapnya dengan hormat.

"Apakah kita pulang sekarang, Tuan?" Lanjutnya lagi.

Aderald menghela nafas berat, lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Hmm... Kita selesaikan pekerjaan ini besok" katanya.

Aksa, asisten dari keluarga Brixton yang telah mengabdi selama lima tahun itu pun segera membereskan barang-barang milik atasannya.

Aderald mulai membuka mata dan bangkit kursi kerja, ia lantas melangkahkan kaki keluar ruangan diikuti oleh sang asisten setia.

***

Lampu-lampu kota kian menemani kepulangan Aderald dari kantor, pria berusia 30 tahun itu menatap datar ke arah jendela mobil.

Tak ada yang menarik, tempat-tempat indah yang ia lihat sepanjang jalan tak ada yang membuatnya sekedar ingin berkunjung kesana.

Rumah dan perusahaan menjadi satu-satunya tempat yang selalu ia pijaki, diusia matangnya ini entah apa yang harus ia cari, Aderald hanya melangkah lurus kedepan.

Sang asisten hanya sesekali menatap ke arah kaca spion mencoba membaca raut muka seorang Aderald Brixton yang tak berekspresi.

"Anda ingin ke suatu tempat terlebih dahulu, Tuan?" Tanya Aksa fokus mengendarai, meski ia tau jawaban apa yang akan keluar dari mulut Aderald.

Mendengar tawaran asistennya Aderald tanpa berpikir panjang langsung menolak, tak ada yang ingin ia kunjungi, Aderald hanya ingin pulang ke rumah.

"Tidak, langsung pulang saja"

"Baik, Tuan"

Mobil Mercedes keluaran terbaru itu melaju lesat di tengah malamnya kota, jalanan basah akibat hujan yang turun sore tadi masih belum kering sepenuhnya, membuat malam itu terasa lebih dingin dari biasanya.

Beberapa menit kemudian kendaraan beroda empat itu perlahan berhenti ketika sampai di sebuah persimpangan jalan, Aksa mengernyitkan alisnya ketika para kendaraan berjejer macet di malam hari.

Hal itu pun mengundang perhatian Aderald, ia mulai menoleh ke depan melihat apa yang terjadi.

"Ada apa ini?" Tanya Aderald.

"Saya juga kurang tau, tuan. Biar saya tanyakan dulu pada orang lain" Aksa keluar dari mobil dan menghampiri seorang pria paru baya yang berdiri tak jauh dari kendaraan mereka.

Pria itu tampak bercakap-cakap sebentar lalu kembali masuk ke dalam mobil.

"Ada kecelakaan mobil dua puluh meter dari sini, itu sebabnya kendaraan lain tidak bisa melintas" jelas Aksa ketika mendapat informasi.

Mendengar itu Aderald memutar bola mata malas, ia memijat pangkal hidungnya kesal. Bukan ia tidak bersimpati, namun hal ini membuat mereka tak bisa sampai ke rumah lebih cepat.

"Huffftttt.... Lalu kita harus menunggu disini semalaman? Begitu?!" Gumamnya mengumpat.

"Menurut saya kita bisa melewati jalan pintas, dari map yang saya lihat ada beberapa jalur yang bisa kita lewati untuk sampai ke mansion tuan. Apakah Tuan bersedia? Atau saya carikan penginapan terdekat untuk anda beristirahat" ujar Aksa panjang lebar.

Namun Aderald menggeleng, ia tak mau menginap di hotel selain di rumahnya sendiri. Aderald pun memilih memakai jalan pintas yang disarankan oleh asistennya.

"Pakai jalan pintas saja, aku ingin segera berada di mansion"

"Baik Tuan, saya akan putar balik terlebih dahulu"

Sesuai yang dikatakan aderald, Aksa langsung membelokkan mobil tersebut dan melajukan kendaraan itu seperti yang tertera di dalam map ponselnya.

Hal yang pertama kali dilalui oleh kedua pria berjas, mereka melewati jalanan sepi dan terpencil.

Hanya ada rumput tinggi yang mengelilingi kendaraan berwarna hitam mengkilap milik Aderald.

Jalanan pun tak semulus jalan raya, banyak bebatuan yang membuat mobilnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Suasana pun gelap gulita, hanya lampu mobil yang menerangi jalan tersebut.

"Kau yakin ini jalan pintasnya?" Tanya Aderald ragu.

"Saya hanya mengikuti map saja, Tuan. tapi saya yakin jalan pintasnya tidak salah" jawab Aksa mencoba meyakinkan.

Aderald pun diam tak bersuara, yang penting ia sampai ke mansion malam ini. Aderald memilih memejamkan mata dan berharap ketika ia membuka matanya mereka sudah tiba di tempat tujuan.

Namun, baru saja Aderald akan menutup kedua matanya tiba-tiba saja mobil berhenti secara mendadak membuat tubuhnya terhuyung ke depan.

Ckitttttttttt.........!!!

Suara rem mobil terdengar sangat nyaring, Aderald maupun Aksa sama-sama terkejut dibuatnya! Aderald langsung membenarkan posisi badannya dan melihat apa yang baru saja terjadi.

"Ada apa lagi ini? Kenapa kau mengerem mendadak seperti itu?!" Tegur Aderald.

"Maaf Tuan, ada seorang wanita yang menghalangi jalan kita" sahut Aksa.

Seketika Aderald pun mengedarkan pandangannya ke depan, dan benar saja! Seorang wanita berdiri tepat di depan mobilnya membuat mereka tak bisa menjalankan kendaraan tersebut.

Kedua alis Aderald menyatu membentuk kerutan di dahi, merasa bingung dengan tingkah laku wanita itu.

"Sedang apa dia? Kenapa dia tidak menyingkir?" Kata Aderald.

Tak lama wanita itu semakin mendekati kendaraan milik Aderald, ia mengetuk-ngetuk kaca mobil dengan ekspresi ketakutan, terus mengetuk-ngetuk kaca mobil secara bergantian.

"Tolong...! Tolong akuuuu.......!"

"Tolong biarkan aku masuk Tuan....! Tolonggg ...."

Pintanya ketakutan, Aderald dan Aksa sama-sama bingung dengan permintaan wanita ini. Mereka tak langsung membuka pintu mobil.

"Tuan, apa tidak sebaiknya kita tanyakan terlebih dahulu tentang apa yang terjadi?" Seru Aksa.

Aderald mengangguk setuju, "Ya, kita tanyakan terlebih dahulu"

Akhirnya kedua pria itu keluar dari mobil, memberikan secercah harapan bagi perempuan tersebut.

Namun, betapa terkejutnya mereka ketika melihat lumuran darah mengotori pakaian wanita ini!

Deg!

"Tuan tolong aku.... Biarkan aku masuk ke mobil, aku mohon Tuannn!!" Pintanya memohon.

"A-ada apa ini? A-apa yang terjadi padamu?" Tanya Aderald terbata-bata, terlalu syok melihat penampilan orang asing didepannya.

"Hiksss.... Aku mohon izinkan aku masuk dulu Tuannn.... Aku harus selamatkan bayi ini dulu. Aku mohonnnnn" tangis perempuan itu sedikit memaksa.

Tatapan Aderald beralih pada perut si wanita, terlihat kekhawatiran dari sorot matanya. Tangan mungil itu terus memeluk perutnya yang sedikit membuncit.

Wanita ini sedang hamil???

"Tuan, sebaiknya kita turuti permintaannya dulu" saran Aksa pada Aderald.

Aderald tak bisa berpikir jernih, ia pun lantas mengangguk dan membiarkan si wanita masuk ke dalam mobilnya.

"Terimakasih, Tuan" ucapnya lalu bergegas masuk.

...***...

...Adrenal Brixton...

Tolong Selamatkan Suamiku

Setelah ketiganya masuk ke dalam mobil, wanita itu langsung meminta Aksa melajukan kendaraan.

"Tolong jalankan mobilnya, aku harus pergi dari sini... Disini tidak aman!" ucapnya yang tak dimengerti oleh Aderald maupun Aksa.

"Tunggu dulu! Kami tidak bisa langsung membawamu begitu saja sebelum kau memberitahu alasannya" sergah Aderald dengan tegas, apa lagi dengan keadaan si wanita yang berlumuran darah membuat Aderald dikelilingi rasa curiga.

"Aku mohon Tuan... Kita harus segera pergi dari sini... Orang-orang itu masih mengejarku! Suamiku... Dia ada disana dengan orang-orang jahat itu, kita harus hubungi kantor polisi!!"

Aderald menyimak semua ucapan tersebut dengan seksama, meski ia tidak mengerti namun Aderald tak bisa membiarkan wanita ini terus memohon-mohon padanya, terlebih ia khawatir yang dikatakan perempuan hamil itu benar jika ada orang-orang jahat yang mengejarnya.

"Aksa, putar balik! Kita cari tempat yang ramai" titah Aderald.

"Tapi... Kita sudah berjalan sejauh ini Tuan"

"Turuti saja perintah ku! Nyawa wanita ini dan bayinya lebih penting" sembur Aderald tak ingin dibantah.

Dengan cepat Aksa memutar balik mobil dan kembali ke jalan sebelumnya.

Namun meski permintaannya sudah dituruti, wanita itu masih tetap menangis deras sambil melihat ke arah belakang, tangannya yang bergetar tak henti memeluk perut yang berisikan seorang makhluk kecil.

Tatapan Aderald terus mengarah pada seseorang disampingnya, menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa wanita ini dikejar? Terlebih di malam hari seperti ini.

"Mereka tidak akan bisa mengejar kita, tenanglah..." seru Aderald membuat pandangan mereka beradu satu sama lain.

"T-tapi.... D-disana ada suamiku, hiksss.... Orang-orang jahat itu pasti melukainya, k-kakinya ditembak... Kita harus menolong suamiku hiksss... Bantu aku Tuan, ku mohonnnn..... Hiksss!" Tangisnya semakin menjerit kala menceritakan apa yang terjadi.

Aderald membelalakkan matanya mendengar ucapan si wanita! Ditembak?? Mungkinkah... Darah itu berasal dari luka tembak suaminya?! Ternyata benar, nyawa wanita ini sedang berada di ujung tanduk.

"Ku mohon selamatkan suamiku Tuannnn, hiksss... Bayi ini butuh Ayahnya... Aku tak ingin dia mati.... Hiksss... Tolonggg" jeritnya terdengar perih.

Tangisan itu membuat Aderald melunak, kini hanya dirinya yang bisa menjadi penyelamat perempuan tersebut, ada seseorang yang harus ia selamatkan lagi demi kelangsungan wanita ini dan bayinya.

"T-tentu... Kau tenanglah dulu, aku akan segera menghubungi polisi"

Aderald lantas mengeluarkan ponsel miliknya dan mencari nomor darurat, diiringi mobil yang terus melaju mencari tempat aman.

***

Seusai menghubungi polisi para kepolisian seketika langsung menjalankan tugasnya, salah satunya datang ke tempat dimana Aderald berada untuk menanyakan kejadian yang terjadi sebenarnya dan sebagian lagi langsung menuju ke lokasi untuk mencari keberadaan korban serta pelaku.

"Boleh saya tau kronologinya bagaimana?" Tanya polisi tersebut.

"Saya.... Kurang tau, mungkin dia bisa menjelaskan kejadian sebenarnya" kata Aderald melemparkan pertanyaan itu pada wanita yang berdiri tak jauh darinya.

Polisi pun kembali bertanya pertanyaan yang sama kepada perempuan yang tengah dilanda kegelisahan itu.

"Nona, bisa saya bicara dengan anda sebentar? Kami butuh informasi terkait kejadian" ujar polisi baik-baik.

Bak orang stress, perempuan itu bukan menjawab pertanyaan si polisi.

"Pak tolong suami saya.... Suamiku ada disana, tolong dia pak...." Racaunya sedari tadi.

"Iya Nona, kami pasti menolong suami anda. Tapi sebelumnya kamu butuh informasi lebih lanjut. Bisakah anda memberiku kami kejadiannya dari awal?" Tanyanya pelan-pelan.

Wanita itu mengangguk seperti orang bingung, ia mencoba menenangkan dirinya supaya bisa menjawab seluruh pertanyaan yang akan diajukan.

"Baik, bisa anda ceritakan dimana orang-orang itu mulai mengejar kalian?" Tanyanya.

"T-tadi... S-saat suamiku pulang kerja aku menunggu dia di rumah..." Cicitnya mengingat kejadian beberapa saat lalu.

"Baik, lalu setelah itu apa yang terjadi?"

"Saat suami sampai ke rumah... D-dia menarik tanganku keluar dan menyuruh kami pergi dari sana. Lalu.... Kami pun masuk ke dalam mobil dan pergi sejauh mungkin" lanjutnya berhenti sejenak.

"K-ketika aku tanya ada apa dia tidak menjawab. S-suamiku hanya mengatakan ada yang mengejar kami berdua"

"Namun.... Di tengah perjalanan ban mobil kami ditembak dan meletus. S-suamiku kemudian menyuruh kami berlari dari sana" sambungnya kembali mengeluarkan air mata.

"Kami berlari entah kemana, tapi orang-orang jahat itu terus mengejar kami.... D-di tempat sepi itu mereka menembak kaki suamiku... Hikss...." Tak bisa membendung rasa sakitnya wanita itu bercerita sembari menangis tersedu-sedu.

"Dia tak bisa berjalan... Aku mencoba untuk membantunya tapi dia malah menyuruhku untuk berlari dan mencari tempat aman. Aku sempat menolak tapi tak bisa, dia menginginkan aku untuk menyelematkan bayi kami terlebih dahulu"

"Sampai akhirnya aku pun kembali berlari meninggalkan suamiku disana... Hikss... Dan sekarang aku tak tau bagaimana kondisinyaaa... Hiksss... Tolong suamiku pak polisiii.... Aku butuh suamikuuu...." Tangisnya pecah saat itu juga, salah satu polisi mencoba menenangkan dan satu lagi mencatat kejadian yang diceritakan.

Aderald yang sedari tadi ikut mendengarkan merasa turut prihatin, jujur ia sendiri sudah bisa menebak bagaimana kondisi pria yang tak lain adalah suami wanita ini. Kemungkinan kecil untuk bisa ditemukan dalam keadaan bernyawa.

"Mohon tenang dulu Nona, kami pasti bantu menemukan suami anda. Namun kami butuh waktu untuk menemukannya, sekarang lebih baik Nona beristirahat ditempat yang aman, setelah kami menemukan suami anda kami pasti akan langsung memberitahu" ucapnya mencoba menenangkan.

Kini polisi itu pun beralih kepada Aderald.

"Tuan, tolong bawa Nona ini ke tempat yang lebih aman dari sini. Terlebih beliau sedang mengandung, kami khawatir akan kondisi bayinya jika dia terus berada di tengah malam seperti ini. Kami pihak kepolisian akan segera menghubungi anda ketika sudah menemukan korban maupun pelaku"

Aderald menatap perempuan disampingnya dengan tatapan sulit diartikan, lalu mengangguk sebagai tanggapan.

"Tentu, aku akan membawanya ke kediamanku. Kami harap... Kalian membawa berita baik" tutur Aderald penuh arti.

"Kami akan melakukan yang terbaik, kalau begitu kami pamit dulu" para polisi pun berlalu dari hadapan mereka meninggalkan Aderald, Aksa, serta wanita yang menjadi salah salah korban.

Perhatian Aderald kembali tertuju pada orang disampingnya ini, dia hanya menunduk lesu memeluk bayi yang ada di dalam perutnya.

Sekarang saja dia sudah sehisteris ini, bagaimana jika nanti dia tau keadaan suaminya yang entah apakah masih hidup atau tidak. Dan bayi itu, apakah akan lahir dengan sosok Ayah disampingnya? Aderald terbayang-bayangi hal tersebut.

"Masuklah ke mobil, malam ini kita pulang ke rumah ku" ujar Aderald.

"Aksa, cari jalan pintas lainnya" lanjutnya pada sang asisten.

"Baik, Tuan!"

Donatella

Flashback on

Donatella, sosok wanita cantik yang terlihat tengah duduk manis sambil menatap makan malam yang sudah ia hidangkan.

Kini ia tengah menunggu kepulangan sang suami, pukul delapan malam lelaki itu belum muncul juga.

Dona tak berusaha mencoba menghubungi sang suami, karena ia tahu jika kini pasti suaminya itu tengah dalam perjalanan pulang.

Dona hanya menunggu dengan sabar, sambil sesekali mengusap perut buncitnya yang kini sudah memasuki bulan ke enam masa kehamilan.

Di rumah besar ini Dona dan sang suami hanya tinggal berdua, tak ada pembantu tetap. Hanya sesekali Dona memanggil pekerja harian jika ia tengah membutuhkan jasa pembantu.

Ada alasan kenapa mereka tak mempekerjakan asisten rumah tangga padahal sang suami adalah seorang CEO dari salah satu perusahaan di ibukota. Ada beberapa hal yang harus mereka hindari demi hubungan Dona dan sang suami, salah satunya tak membiarkan orang asing berada di dalam kediaman mereka.

Dona menatap kembali jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan lebih, kenapa suaminya belum muncul juga? Dona mulai punya keinginan untuk menelpon pria itu.

Tetapi baru saja Dona bangkit dari kursi suara mobil yang sangat ia kenal terdengar dari arah luar.

Kedua sudut bibir Dona tertarik membentuk lengkungan, syukurlah suaminya sudah pulang.

Dan benar saja, sesosok yang sedari tadi Dona tunggu-tunggu pun muncul dari balik pintu.

"Honey... Akhirnya kau pulang juga, kenapa malam ini pulang terlambat?" Ucap Dona dengan suara selembut sutra.

Namun bukannya menjawab, pria itu justru menarik tangan sang istri keluar rumah, membuat Dona terkejut dibuatnya.

"Ayo kita pergi...!" Ujar lelaki bernama Jarvis tersebut.

"H-honey... Ada apa ini? Tunggu honey, ingat aku sedang hamil" sergah Dona khawatir jika dia berlari dalam keadaan mengandung.

"Kita tidak punya waktu lagi, kita harus pergi dari sini...!" Perintah Jarvis.

"Tapi honey...."

Jarvis menyuruh Dona masuk ke dalam mobil begitupun dirinya, pria itu langsung mengemudikan kendaraan meninggalkan pekarangan rumah.

Di dalam mobil Jarvis melajukan mobil dengan kecepatan penuh, membuat Dona ketakutan setengah mati.

"Honey ada sebenarnya?? Kenapa kita seperti orang yang tengah dikejar?!!" Tanya Dona butuh penjelasan.

"Kita memang sedang dikejar!!" Ujar Jarvis tanpa menatap ke arah istri disampingnya, pria itu hanya fokus menjalankan mobil sambil sesekali melihat ke arah spion dengan raut wajah yang sangat gelisah.

"Apa?!! S-siapa yang mengejar kita? Dan... Kenapa mereka mengejar kita, honey???" Kini Dona semakin dibuat ketakutan, ia ikut menatap kebelakang mencari tahu siapa yang tengah mengejar mereka berdua.

"Nanti akan aku beritahu... Sekarang kita harus pergi sejauh mungkin!"

Tubuh Dona mulai bergetar, ketakutan dan kekhawatiran mengelilinginya saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir Dona.

Hingga disebuah jalanan terpencil dan sepi sebuah lampu mobil dari arah belakang menyoroti mobil Jarvis dan Dona.

Jarvis yang melihat itu mengumpat kesal.

"Shittt...! Mereka semakin dekat"

Dona ikut menoleh ke belakang, matanya pun terbelalak ketika melihat mobil yang tengah mengejar kendaraannya.

"Honey aku takuttt....." Lirihnya tak tenang.

Hingga kemudian suara letusan muncul dan menebak salah satu roda mobil yang ditumpangi sepasang suami-istri itu.

Dorrrrr!

"Akhhhh...! Honey apa itu???" Dona menjerit sambil menutup kedua telinganya sangking terkejut dengan suara tembakan tadi.

Dan yang lebih parah lagi mobil mereka mendadak berhenti dan tak bisa berjalan.

Jarvis mencoba menginjak gas sekuat tenaga namun nihil, kendaraan mereka hanya berdiam ditempat.

"Arrghhh.... Sial!" Umpat Jarvis memukul stir mobil.

"Ayo kita keluar, kita harus lari!"

Tak menolak, Dona langsung mengikuti apa perkataan suaminya. Mereka bergegas keluar dari mobil dan berlari secepat mungkin.

Jarvis menggenggam lengan Dona dengan sangat erat, mereka berlari kencang tanpa arah tujuan.

"Honey mereka semakin dekat!" Teriak Dona.

"Kita tidak punya pilihan lain selain berlari" kata Jarvis.

Dor!

Dor!

Dor!

Suara tembakan itu kembali terdengar bahkan lebih banyak lagi. Sedangkan Dona dan Jarvis hanya bisa menjauh dengan kedua kaki mereka saja.

Hingga salah satu tembakan itu melesat tepat di kaki kiri Jarvis.

Dorrr!

"Arghhhh....!!"

"Honey!!!"

Jarvis terjatuh di atas tanah sambil memegangi kaki kirinya yang terluka, Dona dengan sigap berjongkok guna membantu sang suami.

"Honey kakimu terluka!" Cetus Dona panik melihat lumuran darah yang bercucuran hingga mengenai dress putih miliknya.

"Akhhh.... Ini.... Sakit sekali" pekik Jarvis.

"Ayo honey aku bantu, kau masih bisa berdiri kan?"

Namun Jarvis menggelengkan kepala, "Aku tidak bisa berdiri, mereka semakin dekat kau harus pergi tanpa aku" Titah Jarvis pada sang istri.

"Tidak, honey! Kau tidak boleh disini sendiri"

Lagi-lagi Jarvis menggeleng, "Tidak! Kau harus pergi... Carilah tempat aman, bayi kita harus selamat"

"Tapi bagaimana denganmu?? Kau bisa terluka disini, aku tidak mau!!"

"Dona, tolong ikuti perkataan ku kali ini! Tolong selamatkan bayi kita... Cepatlah mereka semakin dekat!"

"Tapi honey...." Dona menangis penuh kebimbangan, ia tak mau meninggalkan suaminya tapi disatu sisi jika ia disini nyawa bayinya akan ikut terkena imbas.

Dor!!

Suara tembakan terdengar untuk yang kelima kali.

"LARI DONA! LARIIIIII........"

"Hiksss.... Maafkan aku honey" dengan terpaksa Dona meninggalkan sang suami disana dengan keadaan tak bisa berjalan dan berlumuran darah.

Dona berlari mencari tempat untuk berlindung, entah dimana Dona pun tak tahu.

Sepanjang jalan Dona menangis sembari berdoa akan keselamatan suaminya, doma ingin tahu bagaimana kondisi pria yang dicintainya itu.

"Tuhan.... Lindungilah suamiku, hiksss...."

Ditengah tempat sepi ini Dona tak tahu harus kemana, bahkan ia tak tahu dimana ia sekarang berada, tak ada rumah ataupun bangunan untuk ia bersembunyi. Mau tak mau Dona hanya bisa berlari kecil.

Entah pukul berapa sekarang, tiba-tiba gendang telinganya mendengar suara mobil. Dona mulai panik, jantunganya berdegup kencang takut itu mobil yang tadi mengejar mereka.

Akan tetapi perlahan Dona sadar jika itu berasal dari arah yang berlawanan, Dona lalu mencari tahu dari mana asal suara mobil itu.

Dan ketika mobil itu hanya tinggal beberapa meter darinya Dona bisa melihat jika itu mobil yang berbeda, Dona yakin orang didalam mobil itu tak ada hubungannya dengan orang-orang jahat tadi.

Dengan penuh keberanian Dona menghadang mobil hitam tersebut dan membuat kendaraan itu berhenti tepat didepannya.

Ckitttttt!

Sesaat Dona menutup kedua matanya, tak lama ia membuka mata dan mendapati mobil sudah berhenti.

Dengan cepat Dona mendekat dan mengetuk pintu kaca meminta sang pemilik mobil untuk menolong dirinya.

"Tolong...! Tolong akuuuu.......!"

"Tolong biarkan aku masuk Tuan....! Tolonggg ...."

Beberapa menit kemudian pemilik mobil pun keluar dari kendaraan tersebut, Dona sedikit bernafas lega ketika bertemu dengan dua orang pria yang terlihat baru pulang bekerja.

"Tuan tolong aku.... Biarkan aku masuk ke mobil, aku mohon Tuannn!!" Pinta Dona memohon.

"A-ada apa ini? A-apa yang terjadi padamu?" Tanya pria itu menatap syok pada Dona.

"Hiksss.... Aku mohon izinkan aku masuk dulu Tuannn.... Aku harus selamatkan bayi ini dulu. Aku mohonnnnn"

"Tuan, sebaiknya kita turuti permintaannya dulu" kata lelaki satunya.

Akhirnya mereka pun membiarkan Dona masuk ke mobil.

"Terimakasih, Tuan" ucap Dona bergegas masuk.

Flashback off

...***...

...Donatella...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!