NovelToon NovelToon

Secret Married With My Ex Boyfriend

Pertemuan setelah sekian lama menghilang

Queena Anastasya POV

Di permainkan saat kita benar-benar tulus mencintai seseorang sangatlah sakit. Kehidupan yang dulunya damai tanpa ada seseorang yang singgah di dalam hati. Namun berbeda pada saat ini, saat di mana seseorang mampu menahlukan hatimu. Membawamu terbang ke atas awan dan dengan sekejap di hempaskan ke bumi.

Bagai mimpi buruk yang teramat sakit. Saat kekasih yang baru saja menyatakan cinta, dengan hitungan hari telah memupuskan cinta yang baru saja bersemi. Tanpa kesalahan lelaki yang ku cintai telah memutuskan hubungan ini secara sepihak. Inilah kisah cinta yang aku alami, akulah Queena Anastasya dan lelaki yang ku cintai adalah Brain dirgantara.

Sudah satu tahun aku bersembunyi menjadi seorang pengecut yang lari dari masalah. Sejak kejadian pada malam pesta perpisahan SMP di vila milik Brain. Hidupku menjadi kacau tak mampu melupakan kesalahanku. Malam di mana otaku seakan tidak lagi berfungsi. Karena terobsesi ingin kembali menjadi kekasih brain.

Dengan bodohnya akau melakukan ide gila yang sangat fatal. Aku mencampurkan obat perangsang di minuman brain. Hal itu kulakukan agar brain bisa ku miliki seutuhnya. Namun rencanaku gagal saat Mona sahabat brain mengetahui perbuatanku. Karena rasa takut yang ku alami, aku pergi berlari meninggalkan vila sejauh mungkin.

Sejak itulah malam yang seharusnya ku lalui bersama brain telah salah sasaran menjadi malam kehancuran bagi Brain dan Mona. Karena effek dari obat perangsang yang ku campurkan ke dalam minuman brain membuat Brain dan Mona melakukan hubungan badan yang tidak selayaknya untuk pelajar yang baru lulus SMP.

Hal itulah yang menyebabkan Mona hamil tanpa sepengetahuan Brain. Aku menjadi seorang pendosa yang menghilangkan satu nyawa demi nyawa yang baru. Aku memohon maaf kepada mona atas kesalahanku.

"Aku akan memaafkanmu dengan syarat kau harus menjadi ibu pengganti untuk putriku dan menikahlah dengan Brain Dirgantara."

Begitulah kata-kata yang di ucapkan Mona sebelum meninggal. Saat itulah ketakutanku semakin bertambah. Namun aku terpaksa memberanikan diri menemui Brain dan juga Bayinya demi memenuhi amanah yang Almarhumah Mona katakan kepadaku.

Sempat ku coba berkali-kali menghubungi nomer handphone Brain. Namun saat Pria yang ku cinta itu mengangkat telponku, aku tak sanggup untuk bersuara. Hingga ku beranikan diri untuk datang ke rumahnya.

Kulihat dia memakai seragam turun dari mobil menggendong seorang bayi cantik yang sangat mungil. Sudah ku pastikan itu adalah bayinya dan almarhum mona. Saat ia terkejut melihat keberada'anku di rumahnya karena sekian lamanya aku bersembunyi. Aku mencoba memberanikan diri dengan menanyakan kabarnya.

"Brain, bagaimana kabarmu?" ucapku menahan rasa takut beserta gugup yang menjadi satu.

"Seperti yang kau lihat," sahutnya terlihat menahan amarahnya padaku.

"Brain aku minta maaf atas semua masalah yang ku perbuat padamu," ucapku lagi berharap Brain akan memaafkanku. Namun aku salah, bukanya maaf yang ku dapatkan tetapi penolakan.

"Pergi kau dari hadapanku, kenapa kau kembali muncul setelah bersembunyi dan lari dari kesalahanmu?" teriak brain di depanku membuat segenggam hati dalam tubuhku seakan tertusuk dengan benda tajam yang tak kasat mata.

"Brain, aku mohon maafkan aku brain," ucapku yang dengan mataku yang sudah berkaca-kaca mencoba agar air mataku tidak mengalir.

"Ada apa ini? brain siapa dia?" tiba-tiba kakak kandung brain yang bernama kak Axel mendatangi kami berdua yang bersitegang.

"Dia cwe sialan yang menjebaku dan menghancurkan hidupku dan mona," ucap brain sambil jari telunjuknya menunjuk ke arahku.

"Kak, aku memang khilaf dan aku mengaku salah. Aku hanya ingin meminta maaf pada brain dan bertanggung jawab pada kesalahan yang ku perbuat," ucapku mencoba memjelaskan sekaligus membela diriku sendiri.

"Tanggung jawab? terlambat," timpal brain

"Masuklah,,,ayo kita bicarakan di dalam," ajak kak Axel di cegah oleh brain.

"Gak usah bawa gadis ini masuk kak, aku muak denganya."

"Brain! setidaknya dengarkan penjelasan dia dulu," timpal kak Axel

"Terserah, kau urus saja dia sendiri, aku akan ke kamar memandikan putriku," ucap brain dengan nada di pertegas dengan wajah datarnya meninggalkanku.

Mataku langsung melirik bayi dalam gendongan brain. Bayi lucu yang di amanahkan almarhum mona untuk ku rawat. Setiap malam aku selalu di hantui janjiku kepada mona. Mona berkata akan memaafkanku namun dengan syart mau menjaga bayinya sampai tumbuh dewasa dan menikah dengan brain.

"Masuklah, dan silahkan duduk," aku tersentak karena terlalu fokus memandang bayi mungil di gendongan brain hingga terdengar suara kak Axel mempersilahkan aku untuk duduk.

Mommy dan Daddynya Brain turun ke lantai bawah.

"Cantiknya, siapa ini? tanya Mommynya brain kepadaku.

"Om, tante apa kabar?perkenalkan saya Tasya, om, tante," ucapku memperkenalkan diri

"Cantik sekali, kamu cari siapa nak?" tanya Callista Mommynya brain

Mataku mendadak berkaca-kaca,,,akupun segera merunduk kebingungan untuk menjawab pertanya'an dari tante Callista.

"Saya Tasya tante, saya kesini untuk meminta maaf kepada brain dan menjalankan amanah almarhum mona," ucapku to the poin

"Minta maaf untuk apa,nak?" tanya Jonatan Daddynya brain yang terlihat penasaran.

"Sebelumnya saya mohon ma'af kepada om dan tante. Sebenarnya sayalah orang yang menjebak brain di vila," ucapanku membuat kaget Tante callista,om jonatan, kak Axel beserta istrinya.

"Jadi kau pelakunya," timpal om Jonatan dengn suara yang menggelegar membuat nyaliku makin menciut.

"Dad, kau membuatnya takut," ucap tante Callista menegur suaminya.

"Bagaimana ceritanya kau bisa senekat itu nak? kau tahu bukan, jika perbuatanmu sangat berbahaya," ucap tante Callista menegurku.

"Fikiran saya sa'at itu buntu tante, jujur saya tidak pernah pacaran karena saya ingin fokus sekolah. Namun semenjak kenal dengan brain, dia selalu mendekati saya sampai saya jatuh hati kepadanya. Dan kami sempat berpacaran selama satu bulan. Entah karena apa, brain tiba-tiba memutuskan saya secara sepihak. Saya tidak terima karena brain sudah mengusik hati saya. Brain adalah cinta pertama saya, dan oleh karena itu saya nekat berbuat seperti itu karena saya tidak ingin kehilangan brain. Namun perbuatan saya malah menghancurkan brain dan mona, Om, tante," ucapku menceritakan panjang lebar kejadian satu tahun silam. Seketika aku menunduk ketakutan setelah menceritakan kejadian dulu.

"Maafkan sikap labil brain ya nak, maafkan brain yg menyakitimu," ucap tante Callista lembut kepadaku membuatku sedikit agak lega.

''Tante, Om, Kak, ini chatingan saya bersama mona sekaligus vidio yang mona kirim kepada saya sebelum ia meninggal," Aku memperlihatkan rekaman vidio dan juga chatinganku bersama mona.

"Mona bilang, akan memaafkan saya jika saya merawat putrinya hingga ia dewasa."

Axel, Verlee, Jonatan dan Callista memutar vidio ekaman mona.

Mona :Tasya, aku tahu kau sangat mencintai brain. Dan aku yakin kau juga akan mencintai putriku. Aku akan memaafkanmu, tetapi berjanjilah kau akan merawat putriku seperti anakmu sendiri. Menikahlah dengan brain, aku akan bahagia jika melihat kau menikah dengan brain.

"Saya bingung harus bagaimana? sedangkan brain sangat membenci saya. Tolong bantu saya untuk mengabulkan salah satu amanah dari almarhum mona, Om, Tante, kak. Setidaknya dengan merawat bayi mona, hati dan hidup saya akan tenang.

"Kami akan mencoba membujuk brain, mungkin agak sulit tetapi bersabarlah," ucap kak Axel segera ku angguki.

"Saya rela tiap hari kemari walau hanya sebentar namun bisa sedikit membantu merawat bayi itu."

"Bukankah kau masih SMA nak?" tanya tante callista memastikan.

"Ya tante, selama ini saya satu sekolahan dengan brain. Namun karena saya begitu pengecut, membuat diri saya tidak bisa di kenali oleh brain. Saya berdandan seculun mungkin agar brain tidak mengenali saya.

Semuanya menggelengkan kepala mendengarkan ucapanku.

"Tadi mona juga memintamu untuk menikah dengan brain bukan?" tanya kak verlee istrinya kak Axel ikut bicara.

"Ya kak,,,tapi tidak apa-apa, saya tahu jika brain pasti akan menolak. Setidaknya saya bisa membantu merawat bayi mereka. Setidaknya saya sudah menjalankan salah satu amanah dari almarhum mona.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

...Welcome di novel baruku para readers tercinta❤️...

...Bagaiman kisah Tasya dan Brain selanjutnya, di tengah kemarahan Brain pada Tasya....

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Kebencian Brain pada Tasya

Brain Dirgantara POV

Ternyata sesakit ini rasanya saat kita baru menyadari perasaan cinta saat orang yang kita cintai telah tiada. Penyesalanku semakin dalam saat ku ketahui kenyataan yang membuatku seperti lelaki tak berguna. Karena selama ini sahabatku telah diam-diam mengandung darah dagingku dari hubungan kami semalam sewaktu di vila milik keluargaku. Jiwa dan hatiku hancur saat ku pandang tubuh sahabatku terbaring tak lagi benyawa. Meninggalkan berjuta kenangan indah yang sempat kita lalui bersama.

Tapi aku sadar, aku harus tetap tegar demi putri kami bukti cinta kami berdua. Aku bertekat harus bangkit dan mencoba merelakan sahabatku pergi dengan tenang. Setidaknya putri kami mampu mengalihkanku dari keterpurukan. Hingga saat tak terduga dan saat yang paling ku benci itu tiba. Saat di mana gadis yang membuatku kecewa muncul kembali setelah sekian lamanya menghilang. Gadis itu adalah Queena Anastasya mantan kekasihku sewaktu SMP.

Dia kembali untuk memenuhi janjinya kepada almarhumah mona untuk menjaga putriku dan menikah denganku. Tentu saja semua itu membuatku terpancing emosi. Membayangkan menikah denganya bukanlah impianku. Bahkan aku sudah berniat untuk tidak menikah seumur hidup demi kesetiaanku kepada mona. Namun apa?keluargaku malah mendesaku untuk menikah dengan tasya.

Saat tasya sudah pergi dari ruamah keluargaku. Daddyku memanggilku dan menanyakan sesuatu hal yang sangat malas untuk ku tanggapi.

"Brain, tadi Tasya kemari," ucap daddyku

"Ya aku tahu! memang kenapa denganya?" timpalku malas membahas tasya

"Ini lihatlah bukti chattingan dari alamarhumah mona," ucap kakaku memberitahuku

"Gak, Aku gak akan izinkan dia merawat putriku dan apa ini? menikah denganya? gak, aku gak sudi," ucapku emosi setelah melihat chatingan almarhum mona dan juga tasya.

"Tapi ini amanah orang yang sudah meninggal brain, dan kamu wajip menjalankan amanah itu."

"Gak, aku gak mau kak! kau tahu gadis itu pasti telah mempengaruhi kalian semua."

"Tidak brain, dengarlah kakak sempat merekam pembicara'an kami tadi.

Fikiran saya sa'at itu buntu tante! jujur saya tidak pernah pacaran karena saya ingin fokus sekolah. Namun semenjak kenal dengan brain, dia selalu mendekati saya sampai saya jatuh hati kepadanya. Dan kami sempat berpacaran selama satu bulan. Entah karena apa, brain tiba-tiba memutuskan saya secara sepihak. Saya tidak terima karena brain sudah mengusih hati saya. Brain adalah cinta pertama saya, dan oleh karena itu saya nekat berbuat seperti itu karena saya tidak ingin kehilangan brain. Namun perbuatan saya malah menghancurkan brain dan mona, Om, tante," Tasya menceritakan panjang lebar kejadian satu tahun silam. Tasya menunduk ketakutan setelah menceritakan kejadian dulu.

"Masalah ini bersumber pada dirimu sendiri brain. Kau mempermainkan perasa'anya, kau membuatnya mencintaimu kemudian kau memutuskanya sepihak," timpal kak Axel

"Itu karena aku tidak menyukainya," ucapku

"Lalu kenapa kau mendekatinya? padahal dia tidak ingin berpacaran."

"Ya itu karena iseng, buktinya hanya dia yang lebay, Yang lainya setelah ku putus bersikap biasa-biasa saja," sahutku membela diri

"Kau fikir setiap orang memiliki hati dan fikiran yang samaDaddy sudah memutuskan kalian harus menikah," timpal Daddyku final

"Daddy, kau tidak bisa memaksaku, aku tidak ingin menikah denganya. Lagi pula aku masih SMA, bagaimana bisa aku di nikahkan denganya.

"Kau bilang kau masih SMA dan bagaimana bisa menikah? apa kau lupa jika kau sudah punya anak di bangku SMA?"Seketika aku terdiam tidak bisa protes.

"Kau tetap saja harus menikah, kasihan bayimu juga butuh seoragg ibu," timpal Daddyku dengan sikap tegasnya.

Fikiranku mendadak kacau karena terusik. Kutitipkan bayiku kapada mommyku sebentar. Ku langkahkan kakiku menuju balkon kamarku. Kunyalakan korek api untuk menyalakan sepuntung rokok yang ingin ku sesap.

Entah sejak kapan aku mulai merokok, mungkin semenjak fikiranku menjadi kacau dengan masalah yang bertubi-tubi datang menghampiriku. Ku sesap rokoku hingga tersisa setengah batang.

Ucapa Tasya, Daddyku, momyku dan juga kakaku seolah saling bersahutan di fikiranku. Dan yang paling parah ucapan almarhum mona yang di putar di vidio yang kakaku perlihatkan tadi kepadaku.

Tuhan, jika bukan demi putriku aku ingin menyusul mona saja rasanya. Semua keluargaku bukanya mendukungku malah menyuruhku menikah dengan gadis yang telah membuatku kecewa.

"Sejak kapan kau belajar merokok? apakah kau lupa kau masih pelajara SMA," ucap kakaku yang tiba-tiba muncul merampas rokok yang sedang ku sesap.

"Kembalikan kepadaku kak, aku butuh ketenangan."

"Ketenangan katamu? dengan merokok kau bilang ketenangan? apakah kau sudah gila," timpal kakaku yang mulai marah kepadaku.

"Ya aku sudah gila, lebih gila lagi setelah melihat kalian malah mendukung gadis sialan itu untuk menikah denganku."

"Tapi itu adalah amanah dari orang yang sudah meninggal brain. Mau ataupun tidak kau harus tetap menjalankanya. Kau dan tasya harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian.

"Aku? dia sendiri yang harus mempertanggung jawabkan semua sumber masalah adalah padanya," ucapku mulai emosi

"Tapi kau yang mulai membuatnya seperti itu, karena tingkah playboymu itu yang menyakiti perasa'anya hingga ia berbuat senekat itu," timpal kakaku yang ku sadari memang kesalahanku.

"Tapi tidak untuk menikahinya, bahkan aku masih kecewa dan marah kepadanya," ucapku meninggalkan kakaku sendiri di balkon dan memasuki kamarku.

____________________

Ke esokan harinya pagi-pagi sekali Tasya datang ke kediaman. Tasya membawakan banyak mainan anak untuk babby cessa.

"Selamat pagi tante, bolehkah saya bertemu baby cessa?"

"Pagi nak, ayo masuk nak! kebetulan baby cessa di gendong grandpanya. Brain masih di kamar mandi."

"Selamat pagi , Om."

"Pagi tasya."

"Bolehkah saya menggendong baby cessa, om?" Jonatan mengangguk menyerahkan baby cessa kepangkuan tasya.

"Hallo incessa, kamu menggemakan sekali sayang. Lihat kau sangat mirif ayahmu, hidungmu, matamu sangat mirif ayahmu. Tasya tersenyum menatap bayi mungil yang terlihat nyaman di pangkuanya

"Lepaskan tangan kotormu dari putriku," teriak brain yang tiba-tiba datang. Merebut paksa putrinya dari pangkuan tasya. Seketika bayi mungil itu ketakutan dan menangis tanpa henti.

"Brain, lihatlah kau membuat putrimu ketakutan. Biarkan saja Tasya merawat baby cesaa. Biarkan dia menjalankan amanah dari almarhum mona.

"Brain, kau boleh membenciku, namun izinkan aku merawatnya," ucap tasya melihat baby cessa tetap menangis di dalam gendongan brain.

Dengan keberanianya tasya akhirnya berhasil mengambil baby cessa dari gendongan brain. Mata brain melotot menakutkan, namun seketika pudar setelah melihat Tasya berhasil membuat diam putrinya.

"Cup, cup, oOh anak pintar gak nangis lagi," ucap tasya tersenyum mengusap kepalanya.

Tangis kebahagiaan tasya pecah saat menggendong bayi mungil itu di tanganya. Ia mengayun pelan sosok mungil yang di peluknya. Meskipun masih kelas dua SMA, aura keibuanya sangat terlihat saat ia memperlakukan babby cessa dengan penuh kasih sayang. Bukan acting semata atau sekedar memenuhi janji. Tasya yang dasarnya anak semata wayang di keluarganya sangat menyukai anak kecil sebagai pelengkap kesepianya.

Semua yang ada di ruangan itu memandang kagum pada sosok tasya. Kecuali brain, di mata brain tasya hanya bersandiwara memerankan ibu tiri yang baik padahal busuk. Tasya masih saja mengayunkan baby cessa sesekali bersenandung merdu membuat bayi itu terlelap.

"Apakah dia sudah tidur?" tanya callista dengan suara lirihnya.

"Ya tante, di mana aku bisa menidurkanya?"

"Naiklah di kamar brain, di sana ada box bayi. Brain antarkan tasya ke kamarmu," perintah dari mommynya yang terpaksa di iyakan oleh brain.

"Permisi ya Om, tante, brain," ucap tasya sebelum melangkah masuk ke kamar brain.

Brain menunjukan letak kamarnya kemudian tasya dengan pelan menidurkan baby cessa dengan sedikit menepuk-nepuk bokong baby cessa. Selesai menidurkanya tiba-tiba tanganya di tarik oleh brain sampai tubuhnya menempel ke dinding.

"Lo, gak usah bersandiwara dengan akal licik lo. Katakan apa yang kau inginkan agar kau bisa segera menghilang lagi dari kehidupanku," ucap brain menatap tajam tasya. Sedangkan tasya berusaha kuat untuk memberanikahn dirinya menatap brain.

"Terserah kau menganggapku bersandiwara ataupun apa. Yang jelas aku hanya ingin memenuhi janjiku kepada almarhum mona. Terlepas kau suka ataupun tidak aku akan tetap menjalankan amanah darinya," ucap tasya hendak meninggalkan brain

"Ternyata kau pemberani juga dan sama sekali tidak takut dengan ucapanku. Baiklah kita bermain bersama, seberapa jauh kau bisa bertahan di dekatku," brain menyeringai licik memandang tasya yang masih mencoba memberanikan diri.

"Aku akan terus pada perinsipku brain, apapun yang terjadi aku kan tetap memenuhi janjikubpada mona," ucap tasya tak kalah dengan ucapan brain yang tegas.

Seringai licik brain dengan mata memperhatikan seragam yang di kenakan tasya.

"Jadi selama ini kita bersekolah di sekolah yang sama. Apa kau mengikutiku secara sembunyi-sembunyi? bahkan hidungmu saja tak pernah nampak di depan mataku."

Ucapan brain memang benar karena tasya selama ini berpenampilan culun agar brain tidak mengenalinya. Tasya merutuki kebodohanya karena lupa menutupi seragamnya dengan jaket. Karena terlalu terburu-buru datangbkemari pagi-pagi sekali. Tasya tidak menanggapi ucapan brain. Dia berlalu begitu saja keluar dari kamar brain menuju ruang utama.

"Tasya,,,sini nak kita sarapan bareng," ajak callista

"Selamat pagi kak," sapa tasya pada Axel dan Verlee yang baru terlihat pagi ini.

"Ma'af tante, saya lngsung ke sekolah saja. Tadi pagi-pagi sekali saya sudah sarapan. Ma'af jika saya tidak sopan menolak ajakan tante," dusta Tasya beralasan karena jengah melihat tatapan brain yang penuh kebencian padanya.

Sedangkan Axel yang bisa membaca fikiran brain dan tasya menggelengkan kepala. Dua siswa dan siswi berseragam SMA itu seperti perang batin dalam diamnya.

"Sekali lagi tasya minta maaf ya tante dan semuanya. Terimakasih telah mengizinkan tasya pagi ini bertemu dengan baby cessa. Tasya pamit mau berangkat sekolah dulu."

"Gak papa sayang! kalian satu sekolahan kenapa gak berangkat bersama saja," ucap callista

"No mom! aku tidak mau berangkat bareng sama dia," tolak brain

"Brain, jaga sikapmu," ucap jonatan

"Tidak usah tante, om! saya sudah ada pak sopir yang menunggu di depan. Saya permisi dulu ya om, tante, kak," timpal tasya yang di angguki callista, jontan, Axel dan juga verlee.

Gadis itu berjalan keluar rumah memasuki sebuah mobil mewah yang menunggunya di depan gerbang kediaman dirgantara.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Berjuanglah untuk meluluhkan hati Brain Dirgantara, Queena Anastasya👏

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Mencari tahu tentangnya

Akhir-Akhir ini fikiran brain terganggu sejak kemunculan tasya. Bahkan gadis itu sangat pintar menarik simpati keluarganya.Barain tersadar dengan seragam yang di pakai tasya waktu itu adalah seragam dari sekolahan yang sama denganya. Dia akan mencari tahu tentang tasya di sekolahnya. Setidaknya dia bisa melihat tingkah gadis itu di luar sana.

Brain and the gang celingkungan mencari sosok Tasya. Benci tapi penasaran dengan sosok gadis yang beberapa hari mengusik hidupnya. Brain dan kedua temanya Beny dan Boy berpencar mencari sosok gadis yang membuat brain penasaran. Sebelumnya Brain sudah menunjukan foto gadis yang ia cari. Nihil, seluruh tempat di sekolahnya sudah mereka datangi namun tak ada gadis yang seperti di foto.

Brain saja yang tidak tahu, gadis yang ia cari adalah gadis yang menyamar jadi gadis culun di sekolahnya. Tentu saja trio B gak akan bisa menemukan gadis cantik seperti yang ada di foto.

"Gua curiga lo pasti ngimpi semalem terus nyolong foto orang di facebook atau di mana lo ngambil foto cewek secantik ini dan lo ngerjain kita untuk muterin seluruh tempat di sekolah ini hanya untuk nyari cewek yang gak sekolah di sini, lo gila Bro," ucap Benny

"Ya nih, capek gua muterin sekolah! jangan-jangan lo ngerjain kita ya," sahut Boy dengan nafas ngos-ngosan

"Ngaco lo pada! dia emang sekolah di sini,orang gua tadi liat dia pakai seragam kayak kita. Eh, tungu, tunggu, kok gua lupa gak lihat dia di kelas mana ya tadi di seragamnya," timpal brain menggaruk kepalanya

"Udah-udah, paling dia sudah kembali ke kayangan. Capek gua, yuk ke kantik Ben, biarin noh si brain nungguin bidadari kesasar di bumi lagi."

"Yuk! gua juga haus nih,,,capek nurutin cwo gak jelas seperti brain," timpal Boy

"Eh, mau kemana kalian? awas kalian ya," teriak brain yang tak di hiraukan teman-temanya.

"Aneh banget sih, jelas-jelas dia tadi pakai seragam sekolah ini, tapi kok gak ada. Jangan-jangan ngerjain gua tuh cwe resek," gumam brain

Gak mau capek-capek akhirnya dia mengandalkan kakaknya lagi. Tentu saja kakaknya dengan mudah akan mengetahui tasya. Siapa yang bisa nandingi kejeniusan kakaknya brain.

"Punya kakak yang jenius harus di syukurimemang. Gak akan ku biarkan tasya dengan bebas bersembunyi di sekitarku," gumam brain mengambil benda pipih di sakunya dan mengirim pesan whatsapp pada Axel.

Brain:

Kak,,,bantuin aku dong!

Axel:

Apa?

Brain:

Cari tahu tasya ada di kelas mana?

Axel:

Ada permintaan yang lebih penting gak?kakak mau rapat.

Brain:

please!

Axel:

Cari aja buku absen siswa di setiap kelas, beres.

"Eh kok kakak gua pinter banget ya, gak rugi memang di juluki Jenius Man. Kenapa gua gak kepikiran dari tadi ya. Sedangkan cwe yang brain cari sedang duduk di perpustaka'an membaca buku. Gadis yang menyamar jadi cwe culun di sekolahnya. Rambut kuncir dua dan berkacamata bulat. Tentu saja brain tidak mengenali tasya. Karena penampilanya beda dengan tasya yang sangat cantik.

Sesuai rencana, brain menyuruh temanya yang bernama Beny yang merupakan anggota osis untuk berpura-pura meminta absen setiap kelas. Karena menurutnya cara itu yang paling tepat untuk mengetahui keberada'an tasya.Bennypun menurut saja karena di iming-iming makan gratis selama satu bulan di kantin sekolah plus di cafe brain. Tak butuh waktu lama Beny sudah mengumpulkan absen setiap kelas.

"Ternyata kamu anak kelas dua A," gumam brain setelah membuka semua buku absen dari Beny.

Brain menyeringai puas setelah mengetahui keberadaan tasya saat ini. Ia akan menyusun sebuah rencana hingga pernikahan batal.

______________

Bel sekolah telah berbunyi menandakan waktu pulang telah tiba. Baru juga brain ingin keluar dari kelasnya. Terdengar bunyi panggilan masuk dari kakak iparnya. Brain mengernyitkan dahi pasalnya tumben kakak iparnya menelponya.

"Hallo, ada apa kak Er?"

"Brain kakak saat ini ada di cafe milikmu. Kamu kesini ya, kakak lagi ngidam pengen kamu masakin lagi."

"Huffff, baiklah," ucapnya sembari menghembuskan nafas kasar.

Setelah sambungan telpon dari kakak iparnya selesai. Brain segera menuju tempat parkir dan segera mengendarai motor sportnya. Memang ngidam bumil yang satu ini tidak lepas dari gangguin adik iparnya. Sedangkan brain yang baru pulang sekolahpun kelabakan menuruti keinginan kakak iparnya. Dia menjalankan motor sportnya sambil terus-terusan mengumpat.

"Sial, yang ngehamilin kakak gua, tapi ngidamnya selalu minta ke gua. Dasar memang gak makan nangkanya tapi kena getahnya," Brain menggerutu di dalam perjalanan menuju cafenya.

Setelah sampai di cafenya, Brain segera menghampiri kakak iparnya dan menanyakan ingin mkan apa.

"Aku pengen rujak mangga yang sambalnya bikinanmu tapi mangganya kamu harus manjat sendiri dari pohonya langsung dan aku harus menyaksikan saat kamu memetiknya," ucap verlee membuat brain melongo lalu mengatupkan bibirnya.

"Gak sekalian suruh manjat pohon kelapa sekalian kak?"

"Gak usah, pohon mangga aja sudah cukup hehehehe.

Rasanya brain pengen kabur saja saat ini. Ngidam kakak iparnya sangat aneh dan merugikanya.

"Apa aku ngungsi aja kemana gitu ya, sampai kak verlee lahiran biar gak minta yang aneh-aneh melulu sama gua," batin brain menggerutu

"Terus pertanya'anya pohon mangga siapa yang harus ku panjat kak?"

"Nah itu kita cari," sahut verlee membuat brain semakin pusing dan memutuskan untuk menelpon kakaknya.

Axel:

Hallo

Brain:

Kak, istrimu gangguin aku terus, toloooooooooong!

Axel:

Kenapa dengan istriku?

Brain:

Noh, hamilnya sama kakak tapi kenapa ngidamnya terus minta ke aku sih. Nih istrimu minta rujak mangga yang mangganya harus aku sendiri yang manjat dari pohonya. Dan dia tidak tahu pohon mangga siapa yang harus di panjat.

Axel:

hahahaha,,,rasa-rasanya anaku sangat menyayangimu dek.Dia kasian sama ayahnya capek kerja. Mumpung ada omnya ya minta omnya deh.

Brain:

Dasar pasutri aneh nyusahin guamelulu. Cepat kesini mumpung kesabaran aku masih lima puluh persen.

Axel tertawa terbahak-bahak di ruangan kerjanya. Istri dan adiknya benar-benar sangat lucu. Tak mau lama-lama keburu adiknya makin emosi. Axel segera menuju ke cafe milik adiknya. Sesekali ia mencari info siapa pemilik pohon mangga yang boleh di petik buahnya.

Sesampainya di cafe brain, Axel di sambut hangat oleh istrinya. Verlee memeluk tubuh suaminya sesekali mengendus aroma maskulin tubuh suaminya.

"Sayang kangen banget," ucap verlee manja

"Duh manjanya buuuuk," ucap nana melihat kemesra'an pasutri di depan umum

"Biarin, iri kan lo na," timpal verlee

"Pelukan aja terus noh, biar gak jadi sekalian manjat pohonya," ucap brain yang baru keluar dari ruanganya

"Gimana dek sudah nemu yang punya pohon mangga?" tanya verlee

"Ada di rumah teman aku si beny."

"Ya udah kita langsung saja kesana, mana sambalnya kamu bawa sekalian ya dek," perintah verlee kepada brain.

"Ya tuan putri," ucap brain sambil menghentakan-hentakan kakinya karena kesal

"Lihat tuh sayang,,,brain gak ikhlas," ucap verlee mengadu pada Axel

"Brain," panggil Axel

"Ya kak, ayo kita berangkat! nih sambelnya satu gentong sudah ku siapkan. Nanti buat ngabisin mangga satu pohon sekalian cukup nih sambalnya," sahut brain jengkel dan membuat Axel, Verlee dan juga nana tertawa karena sikap brain yang lucu.

"Ketawain aja terus! jengkel gua," grutu brain yang semakin membuat mereka menertawainya. Mereka menuju rumah beny bersama-sama dalam satu mobil. Axel yang menyetir, Brain duduk di samping kemudi. Sedangkan verlee dan nana duduk di kursi belakang.

Cukup lima belas menit jarak tempuh dari cafe ke rumah beny. Untung saja rumah beni sepi, hanya ada beny di rumah. Pasti mereka malu jika sampai orang tua beny ada di rumah.

"Tok, tok, tok, woy bocah buka pintunya, ini gua brain."

"Jegrek," suara pintu terbuka menampakan anak laki-laki seumuran brain memakai baju bolanya.

"Woy bro, cepat banget lo sampai, padahal gua mau tidur," ucap beny kepada brain.

"Noh, kakak ipar gua yang lagi ngidam pengen ngabisin mangga muda lu yang ada di pohon tuh."

"Hehehe kak sialahkan masuk, maaf ya kak rumahnya berantakan," ucap benny malu

"Terimakasih dek kita duduk di luar sambilmenyaksikan brain memanjat pohon," sahun verlee antusias

"Jadi ceritanya aku langsung manjat nih kak?" tanya brain memastikan

"Iya dong, udah ileran nih lihat mangga yang minta segera di cicipin," sabut verlee

"Kak, kalau terjadi sesuatu sama aku, aku nitip baby cessa ya. Bilangin ayahnya sayang banget sama dia," ucap brain sebelum memanjat pohon mangga

Sedangkan Axel menahan ketawa melihat adiknya memanjat pohon. Dan verlee bersorak antusias menyemangati adik iparnya. Sesekali Axel mencuri photo brain untuk dia simpan sebagai senjata. Karena adiknya yang jahil itu perlu di jahilin juga.

"Kak Er, yang mana yang di petik?" teriak brain di atas pohon mangga

"Yang itu di samping tangan kananmu dek,'' teriak verlee menunjuk mangga yang ia inginkan

"Kak, banyak rangrang, aku gak mau di gigit entar badanku bentol-bentol semua," teriak brain menolak

"Tapi aku maunya yang itu," teriak verlee tetap pada keinginanya

"Duh bocah, masih di dalam perut bunda lu aja udah nyusahin ommu. Bagaimana ceritanya kalau lo udah lahir. Jangan nyusahin ommu ya nak, ommu ini sudah susah jangan di tambah susah," gerutu brain memberanikan diri memetik buah mangga yang di inginkan kakak iparnya tanpa mengganggu rangrang yang ada di sebelah buah mangga itu.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

...Sepertinya jika Brain buka usaha "melayani istri orang yang sedang nyidam berat", cocok kayaknya, ya? 🤭...

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!