Versi cetak jauh lebih rapi dan alur lebih konsisten. Selamat membaca.
*****
Vallerie Emerald dan Elliot Sinclair. Sepasang suami istri sudah memasuki ulang tahun pernikahan mereka yang ke dua. Meski sampai sekarang mereka masih belum dikaruniai sang buah hati, tapi mereka tetap saling mencintai.
Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan mereka. Untuk merayakannya, sepasang suami istri ini pergi berbelanja kebutuhan bahan makanan di supermarket dekat apartemen mereka. Hanya berbelanja berbagai kebutuhan bahan makanan untuk dimasak saat dinner romantis nanti malam.
Seketika keduanya berjalan santai di taman kota sambil membawa barang belanjaan yang dibeli di supermarket, tiba-tiba sosok wanita muda memberikan sebuah buket mawar merah untuk Vallerie secara sukarela.
Vallerie dan Elliot bingung, bagaimana wanita ini bisa tahu mereka sedang mencari buket bunga yang cocok untuk menghiasi rumah mereka saat merayakan ulang tahun pernikahan?
Vallerie tersenyum ramah. “Terima kasih. Bunga ini indah sekali!”
Wanita itu tersenyum balik, kemudian melangkah mendekati daun telinga Vallerie dan Elliot. “Bersenang-senang dulu sebelum menghadapi musibah besar yang akan menghancurkan hubungan kalian.”
Vallerie dan Elliot saling melempar pandangan bingung. Musibah besar? Apa maksud perkataan wanita itu tiba-tiba? Padahal selama ini kehidupan mereka selalu baik-baik saja.
“Maksudmu apa?” Vallerie bertanya balik pada wanita itu.
“Berwaspada saja.”
Daripada mereka terus mendengarkan perkataan omong kosong, Vallerie langsung menggandeng tangan suaminya menjauhi wanita itu sedikit ketakutan.
Mereka tidak ingin memusingkan musibah besar yang diungkit wanita itu. Lagi pula, bagaimana wanita itu bisa tahu kejadian yang akan terjadi di masa depan?
Vallerie merasa kakinya sedikit pegal karena berjalan terlalu lama. Elliot berinisiatif mengajaknya menempati bangku taman kosong di dekat mereka. Kemudian menaruh semua barang di samping bangku dan berjongkok di hadapan sang istri memijit betis istrinya pelan.
Vallerie tersenyum manis melihat suaminya selalu peka padanya tanpa diberitahu. Tangan kirinya spontan mengelus kepala suaminya penuh kasih sayang.
Elliot menatap istrinya cemas. “Kakimu masih pegal?”
“Terima kasih, Sayang. Kamu selalu perhatian padaku. Padahal selama ini aku tidak memberimu banyak hal yang bisa membuatmu bahagia.”
Elliot kembali menempati bangku taman, memasang tatapan cemas pada istrinya. Ia tahu istrinya tiba-tiba mengatakan hal itu karena ada satu masalah kecil yang selalu membuat istrinya gelisah.
“Sayang, cukup memiliki kamu sudah membuatku bahagia. Aku tidak membutuhkan apa pun lagi.”
“Kita sudah menikah dua tahun, tapi aku masih belum bisa menghasilkan anak. Kamu tidak marah? Kamu tidak menyesal menikah dengan wanita yang tidak bisa menghasilkan keturunan?”
Elliot tertawa kecil mengecup kelopak mata sang istri sekilas. “Aku tidak peduli. Menikahimu saja sudah cukup. Sejak dulu aku tidak memiliki orang tua dan teman. Sejak bertemu denganmu, hanya kamu yang selalu mendengarkanku dengan baik. Kamu selalu peduli padaku dan selalu menemaniku di saat aku kesepian. Aku tidak pernah menyesal menikahimu, Vallerie. Kamu jangan sedih hanya karena masalah itu.”
“Elliot ….”
“Kita bisa melakukannya nanti malam. Siapa tahu kali ini berhasil.” Elliot menyentuh pundak Vallerie dengan senyuman percaya diri.
Senyuman ceria kembali terukir pada wajah Vallerie. “Inilah alasan aku menikahimu, kamu selalu mencintaiku apa adanya.”
Sepasang bibir saling bersentuhan sekilas, kemudian dihiasi tawa bahagia sepasang suami istri.
Elliot menatap istrinya dengan tatapan kasih sayang. “Meski kita sudah menikah dua tahun tanpa memiliki anak, tapi aku sangat bahagia hanya berada di dekatmu.”
Malam hari telah tiba, Elliot dan Vallerie berjalan santai bergandengan tangan menuju halte bus. Seketika mereka ingin menyeberangi zebra cross dalam kondisi jalan sepi, tiba-tiba sebuah truk kehilangan kendali melaju ke arah mereka dengan kecepatan penuh.
Elliot dan Vallerie panik. Elliot berinisiatif mendorong tubuh istrinya sangat kasar menjauhi truk itu sampai tubuh Vallerie berguling-guling di aspal.
BRUKK
Truk itu akhirnya menabrak sebuah tiang lampu. Namun, jalan raya dipenuhi semua barang belanjaan mereka yang dibeli tadi siang, termasuk bunga mawar berceceran di aspal.
Seketika Vallerie ingin membangkitkan tubuhnya, tubuhnya sangat syok melihat tubuh suaminya terbaring terlentang di aspal berceceran darah mengalir deras dari kepala.
Tangisan Vallerie pecah melihat suaminya tewas tepat di depan matanya, setelah ia memastikan memeriksa denyut nadi suaminya tidak berfungsi. Apalagi mereka baru bersenang-senang di hari ulang tahun pernikahan mereka.
Vallerie sangat syok sampai terjatuh pingsan kemudian dibawa ke rumah sakit. Saat ia terbangun di ruang UGD, seorang dokter menghampirinya memberitahukan suaminya telah dinyatakan tewas.
Penampilan Vallerie sangat kusut dengan balutan pakaian duka menyambut tamu yang mendatangi pemakaman suaminya di rumah duka. Bahkan tamu yang mengunjunginya sedikit, membuat dada Vallerie sangat sesak.
Vallerie duduk di lantai melampiaskan tangisannya setelah mendengar detektif yang menangani kasus ini menyatakan kasus ini merupakan kasus tabrak lari. Sopir truk dinyatakan tewas juga, Vallerie tidak bisa berbuat apa pun selain mengamati foto suaminya dipajang di altar.
“Kamu bohong! Bukankah kamu berjanji ingin membuat anak bersamaku? Kenapa kamu meninggalkanku sendirian di sini?”
Vallerie merasa emosinya semakin tidak stabil. Akhirnya ia memutuskan berjalan santai di jembatan pinggir jalan mencari udara segar.
Kepalanya terasa sakit membayangkan insiden mengerikan itu sampai membuat tubuhnya merinding. Sejenak ia berdiri mengamati sungai di hadapannya, ingin berteriak melampiaskan amarahnya sudah meledak.
“Seandainya saja … aku bisa memutar waktu kembali … mungkin aku bisa menyelamatkanmu dari maut. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Elliot.”
BYURR
Tiba-tiba tubuhnya didorong seseorang sehingga membuatnya tenggelam di sungai. Namun, detik-detik terakhir saat didorong, Vallerie sempat mengintip pelaku yang mendorongnya merupakan seseorang yang dikenalnya.
Vallerie merasa tubuhnya terasa hangat. Entah bagaimana caranya ia bisa bernapas dalam air dan bisa melihat di dalam air dengan jelas.
Vallerie sangat terkejut melihat keajaiban yang dialaminya seperti tokoh di dunia dongeng. Lalu, seseorang berdiri di dalam air membuat Vallerie semakin tersentak. Orang itu adalah wanita yang memberikan buket bunga mawar di taman.
Wanita itu tersenyum ramah mendekati Vallerie, kemudian menyentuh dahi Vallerie sejenak seperti menyalurkan energinya untuk Vallerie.
Banyak pertanyaan dalam benak Vallerie sampai bingung ingin memulainya dari mana. Ia masih bingung identitas wanita ini apakah manusia atau bukan jika dilihat wanita ini sangat misterius sejak di taman.
“Kamu … siapa?”
“Aku tidak bisa memberitahukan identitasku.”
“Kamu malaikat maut? Kamu mau jemput aku sekarang?”
Wanita itu tertawa ledek. “Tenang saja, belum waktunya kamu meninggal. Aku justru menyelamatkanmu dari maut.”
Bola mata Vallerie terbelalak. Sejenak ia mencubit pipinya sekuat tenaga memastikan bahwa ia sedang bermimpi.
Sakit! Ternyata apa yang dialaminya sungguh nyata sampai ia tidak bisa berkata-kata. Namun, ia masih memiliki pertanyaan soal ramalan musibah besar yang menimpanya sungguh terjadi.
“Bagaimana kamu bisa tahu musibah besar akan menimpa kami?”
“Karena aku bisa melihat masa depan.”
“Kenapa kamu tidak memperingatkan kami? Suamiku tidak akan tewas di hari ulang tahun pernikahan kami! Kenapa kamu tidak menyelamatkannya tapi kamu menyelamatkanku?”
“Aku tidak bisa menyelamatkan suamimu, tapi kamu bisa.”
Dahi Vallerie mengernyit. “Bagaimana caranya?”
“Bukankah kamu ingin memutar waktu untuk menyelamatkan suamimu? Akan aku kabulkan sekarang.”
Vallerie semakin bingung apa yang terjadi pada dirinya sampai tidak terlihat waras sekarang. Sejenak ia menggarukkan kepala berpikir keras mengenai teori konspirasi seperti komik favoritnya.
“Sebenarnya ada yang ingin membunuhmu dan suamimu. Kecelakaan yang dialami suamimu bukan kecelakaan biasa.”
Dahi Vallerie sedikit berkerut. Ia jadi teringat momen detik-detik terakhir sebelum ia tewas didorong ke sungai. Ia sangat yakin pelakunya itu adalah Erick. Direktur perancang busana di perusahaan tempat ia bekerja. Selama ini ia tidak pernah melakukan kesalahan, kenapa Erick tiba-tiba ingin membunuhnya?
“Kalian ingin dipisahkan dengan cara apa pun, kalian pasti akan dipertemukan kembali. Karena kalian sudah terikat benang merah sejak awal.”
TICK
Tiba-tiba Vallerie terbangun di kamar mewah. Vallerie mengamati sekelilingnya bingung sambil menggarukkan kepala. Dalam ingatannya, terakhir kali ia sedang berbicara dengan wanita di sungai.
Vallerie berpikir keras, ia berusaha memecahkan teori konspirasi yang dialaminya membuatnya sakit kepala sekarang. Apakah benar ia sungguh kembali untuk menyelamatkan suaminya?
Sorot matanya tiba-tiba terfokus pada sebuah kalender dipajang di dinding kamar. Melihat tanggal, bulan, dan tahun tertera di kalender. Vallerie berani menyimpulkan ia kembali ke masa dua tahun lalu sebelum menikah dengan Elliot.
“Aku … kembali?”
Vallerie terlihat kegirangan mengetahui ia sungguh masih hidup sehat dan bisa mencegah musibah besar itu menimpa mereka dua tahun mendatang.
Namun, banyak hal yang masih ia sulit mengerti. Kamar ini bukan kamarnya, tapi seisi kamar ini berisi semua foto miliknya.
Vallerie beranjak dari ranjang, berjalan perlahan mengelilingi kamarnya kebingungan. “Dulu aku tidak kaya, bagaimana aku bisa memiliki rumah mewah ini?”
Ada ide cemerlang terlintas dalam pikirannya. Vallerie berlari keluar dari kamar memeriksa sekeliling rumahnya terlihat luas. Lalu, hal yang paling diutamakan adalah memastikan kedua orang tuanya sama seperti kehidupan sebelumnya.
Melihat sosok kedua orang tuanya masih sama, tapi gaya pakaiannya sedikit berbeda. Vallerie berdiri mematung.
“Kamu kenapa, Vallerie?” Sang ibu menyentuh dahi putrinya.
“Sejak kapan kita kaya, Bu?” Vallerie melotot.
Sang ibu tertawa puas menggelengkan kepala. “Kamu bermimpi buruk semalam? Keluarga kita tidak kaya seperti yang ada di drama. Kita hanya memiliki butik gaun pengantin.”
Profesi sang ibu berubah drastis. Vallerie jadi teringat keinginan ibunya ingin membuka butik gaun pengantin, tapi berujung gagal karena masalah besar menimpa keluarganya. Tapi, di kehidupan sekarang bagaimana bisa keinginan ibunya terkabul? Apakah sejarah kehidupannya berubah?
“Sudahlah, kamu jangan kebanyakan melamun! Sebaiknya kamu cepat makan setelah itu pergi ke butik!” Sang ayah memberikan beberapa lauk ditaruh di piring Vallerie.
“Aku?” Vallerie juga bingung dengan profesinya di kehidupan sekarang. Sebelumnya ia bekerja sebagai asisten manajer perancang busana di perusahaan pakaian merk terkenal.
“Memangnya kamu tidak perlu rancang gaun untuk klien?”
Rasanya Vallerie semakin gila melihat kehidupannya berubah drastis dari sebelumnya. Ia sangat berterima kasih pada wanita itu, tapi ia masih belum bisa menyesuaikan kehidupannya sekarang.
“Oh ya, ibu sudah siapkan dress untukmu. Nanti malam jangan lupa kamu harus menghadiri acara perjamuan makan malam Clarity Star Company Limited.”
Nama perusahaan itu adalah perusahaan tempat Vallerie dulu bekerja. Dulu ia bekerja sebagai pegawai, sekarang ia diundang secara hormat menghadiri acara megah itu.
Sepanjang hari kerjaan Vallerie hanya melamun di butik, meski ia berpenampilan elegan. Kerjaannya tidak terlalu sibuk. Maka dari itu, ia terus menggali informasi mengenai semua kerabatnya di daftar kontak ponselnya.
Anehnya, ia tidak menyimpan nomor ponsel Elliot. Padahal menurut tanggal, seharusnya ia sudah berpacaran dengan Elliot.
Satu-satunya cara memastikannya adalah dengan menelusuri akun media sosial Pictagram. Ia mengetik nama akun suaminya sama persis dan akhirnya ketemu juga.
Seketika menelusuri isi akun Elliot, bola matanya membulat sempurna. Gaya pakaian suaminya berbeda jauh dan terutama yang membuatnya tidak percaya adalah pekerjaan Elliot di kehidupan ini adalah seorang direktur eksekutif utama di Clarity Star Company Limited, jika dilihat salah satu postingan Elliot menghadiri sebuah acara formal.
Bagi Vallerie ini kesempatan emas bisa bertemu dengan mantan suaminya saat perjamuan makan malam. Karena acara itu diadakan Clarity Star Company Limited, tentu saja mempermudahkannya bertemu dengan Elliot.
Acara ini dihadiri sekumpulan tamu VIP yang bekerja sama dengan Clarity Star Company Limited. Termasuk tamu VIP dari perusahaan luar negeri.
Vallerie tidak memedulikan acara ini. Yang terpenting ia ingin bertemu dengan Elliot. Apalagi ia syok melihat kehidupan Elliot juga berubah drastis. Seingatnya, Elliot merupakan anak yatim piatu di kehidupan sebelumnya dan profesinya merupakan manajer penjualan. Sedangkan sekarang Elliot merupakan putra bungsu dari pemilik perusahaan ini dan berprofesi sebagai direktur. Apakah dunia ini adalah dunia berbeda dari sebelumnya? Vallerie ingin memastikannya langsung jika seandainya bisa bertemu dengan Elliot.
Keberuntungan berada di pihaknya. Langkah kakinya terhenti sejenak seketika akhirnya berhasil menemukan sosok Elliot berpenampilan menawan sedang berdiri sendirian.
Vallerie tersenyum bahagia mengamatinya dari kejauhan. Tanpa berpikir panjang ia langsung berlarian menghampirinya, kemudian memeluknya erat melepas rasa kerinduannya. Apalagi ia sangat bahagia melihat suaminya masih hidup sehat, padahal sebelumnya tewas di depan matanya sampai tubuhnya kaku. Sedangkan sekarang ia bisa merasakan kehangatan tubuh suaminya seperti sebelumnya yang selalu membuatnya nyaman.
“Elliot, aku merindukanmu.”
Namun, reaksi Elliot berbeda jauh dari apa yang dipikirkan Vallerie. Elliot langsung mendorong tubuh Vallerie sedikit kasar dengan tatapan dingin, membuat Vallerie berdiri kaku dengan bingung.
“Kamu siapa? Beraninya kamu menyentuh tubuhku!”
Hatinya seperti terkena sambaran petir yang dahsyat membuat kakinya kesulitan bergerak. Bisa dikatakan ini pertama kali Vallerie dibentak Elliot tanpa segan, apalagi tatapan Elliot seperti ingin membunuhnya sekarang. Tidak menyangka sikap mantan suaminya berubah sepenuhnya menjadi seorang pria berhati dingin. Berbeda dengan kehidupan sebelumnya suaminya sangat lembut padanya dan bahkan selalu bersikap manis dan manja setiap kali mereka sedang berkencan.
Anggaplah sikap berubah drastis dipengaruhi perubahan kehidupan dan pergaulan yang menyebabkan sikap Elliot menjadi arogan. Namun, yang masih membuat Vallerie penasaran, Elliot sungguh tidak mengingatnya sama sekali? Tapi kenapa ia sendiri bisa mengingat semua kenangan yang terjadi di masa lalu? Apakah sosok Elliot di hadapannya adalah orang berbeda dengan wujud sama?
Vallerie berusaha bersikap tegar dan ingin memastikannya apakah teori dalam pikirannya mengenai dunia berbeda sungguh benar atau tidak.
Vallerie melangkah anggun mendekati Elliot, memasang wajah memelas supaya tidak dianggap wanita tidak waras. “Kamu tidak mengenalku? Aku Vallerie.”
Berhadapan dari sekian banyak wanita licik sudah sangat memuakkan bagi Elliot. Tatapannya semakin kejam, tidak peduli wanita ini adalah wanita baik atau jahat, yang pasti Elliot sudah lelah selalu melakukan hal yang sama banyak kali.
Terutama belakangan ini dihadapi masalah besar di perusahaan, rasanya ada bom akan meledak dalam tubuhnya dan sudah kehilangan akal sehat. “Banyak wanita aneh berpura-pura mendekatiku dengan menyebutkan nama mereka dulu. Kamu pasti salah satu dari mereka, aku bosan menghadapi para wanita yang hanya memanfaatkan aku!”
Kepala Vallerie semakin terasa sakit. Tensi darahnya naik dalam sekejap mendengar pernyataan sarkas yang diucapkan dari bibir sexy mantan suaminya membuat dadanya semakin sesak. Perkataan itu berbanding terbalik dengan apa yang diucapkan suaminya di kehidupan sebelumnya.
Matanya mulai berkaca-kaca. Vallerie masih berusaha ingin menyentuh lengan suaminya, tapi tangannya langsung ditepis kasar. Rasanya masih sulit percaya berhadapan dengan sosok pria yang hanya wujudnya sama seperti suaminya, tapi kepribadian sangat berbeda jauh.
“Sebaiknya kamu pergi dari sini! Hari ini suasana hatiku sedang tidak baik, jangan ganggu aku!” Elliot membentak dengan tatapan melotot, berkacak pinggang.
Tangisan Vallerie semakin terisak, ia berusaha menahannya supaya tamu lain tidak menyaksikannya, tapi ia tidak bisa melakukannya. Matanya semakin memerah jika sambil membayangkan karakter suaminya selalu penyayang di matanya sewaktu dulu meski dihadapi masalah, ia tidak bisa melupakannya.
Vallerie tidak ingin berdebat dengan Elliot terlalu lama. Daripada dadanya semakin sakit, terpaksa ia mengakhiri perbincangannya daripada emosinya semakin tidak stabil. “Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku lega melihatmu masih hidup sehat.”
Dengan gaya angkuh Vallerie meninggalkan Elliot sambil membawa sling bag terburu-buru bersembunyi di tempat tertutup.
Vallerie sengaja bersembunyi untuk melampiaskan tangisannya semakin pecah daripada ia dipermalukan semua tamu undangan. Untungnya tadi saat bertengkar dengan Elliot, semua tamu undangan tidak menghiraukan mereka. Yang lebih membuat Vallerie sakit hati, Elliot membentaknya sekaligus mengucapkan perkataan menohok pada saat bersamaan.
Vallerie semakin merindukan sikap lembut suaminya selalu memedulikan kondisinya setiap kali ia berbuat ceroboh. Terutama Vallerie masih memiliki utang budi ingin mengobati punggung suaminya, karena sudah melindunginya dari beberapa kaleng makanan hampir menimpa kepala saat mereka berbelanja di supermarket sebelum meninggal.
Meski beberapa saat lalu ia diperlakukan Elliot kasar, tetap saja masih tidak ingin menyerah dengan misi utama yang harus dilakukan di kehidupan ini. Ia harus menikahi Elliot supaya ia bisa melindunginya dengan mudah, sekaligus bisa berbalas dendam pada Erick.
Vallerie menarik napas kemudian membuang perlahan. Sejenak ia membersihkan wajahnya di kamar kecil, kemudian merias wajahnya kembali menyegarkan seperti semula. Kali ini ia ingin mencoba berbicara dengan Elliot lebih lembut supaya Elliot menerima lamarannya.
Selain itu, melihat kehidupan mereka berubah drastis, Vallerie sangat yakin dunia ini bukan dunia yang mereka tempati semula. Melainkan ia terlahir kembali di dunia berbeda dengan orang yang sama. Vallerie berusaha menerima kenyataan bahwa pemuda yang dihadapinya tadi adalah Elliot di dunia ini, bukan berasal dari dunia sebelumnya. Maka dari itu, wajar sikap Elliot berubah drastis dan tidak mengingat apa pun.
Vallerie bertekad akan menjadi sosok Vallerie yang baru di dunia ini, tapi memperlakukan suaminya seperti di masa lalu dan berusaha tidak akan berkata berkaitan masa lalu lagi, kecuali tidak sengaja keceplosan.
Seketika Vallerie memasuki aula itu lagi, kali ini ia tidak sengaja berpapasan dengan sosok pembunuh yang mendorongnya di sungai di kehidupan sebelumnya.
Langkah kakinya terhenti sejenak. Sekilas menatap Erick dari kejauhan sambil mengepalkan tangannya kuat, rasanya ingin membunuh Erick secara langsung. Namun, ia hanya bisa membayangkannya dalam pikirannya karena ia tetap harus menjaga sikap di kehidupan ini. Terutama melihat Elliot dan Erick sangat akrab hubungannya karena mereka saudara kandung, Vallerie tidak mungkin bertindak gegabah dengan mudah, jika ingin berbalas dendam pada Erick.
Acara telah berakhir. Saatnya Vallerie menjalankan misi rahasianya membuntuti suaminya berjalan sendirian menuju suatu tempat. Sebenarnya Vallerie juga penasaran apakah suaminya sudah berpacaran dengan seseorang atau belum. Jika sudah, maka misinya akan gagal sepenuhnya. Namun, ia berusaha tetap berpikir positif bahwa Elliot pasti akan menantinya, meski tidak mengingat satu pun kenangan di masa lalu.
Melihat Elliot menekan tombol lift, Vallerie bersembunyi di balik pilar mengamati lantai yang dituju Elliot. Saat pintu lift terbuka, Elliot memasuki lift itu, kebetulan sekali pintu lift sebelah langsung terbuka, Vallerie berlarian memasuki lift menekan lantai lift yang dituju Elliot.
Kebetulan sekali Vallerie tidak kehilangan jejak. Perlahan ia mengikuti Elliot dari belakang berjalan di sepanjang koridor menuju kamar yang dituju. Vallerie semakin penasaran tujuan Elliot ke kamar hotel untuk apa. Mustahil hobi Elliot adalah bermain kotor bersama wanita sexy selama satu malam, sedangkan sebelumnya sangat sensitif terhadap sentuhan wanita lain.
‘Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan di kamar hotel? Jangan menakutiku, Sayang!’
Elliot menempelkan kartu magnetik pada sistem sensor pintu kemudian memasuki kamar hotel.
Dengan sigap Vallerie berdiri di depan pintu menempelkan daun telinganya di pintu, berusaha ingin mendengar percakapan yang dibicarakan Elliot dengan seseorang.
Sambil menguping, kebetulan ada petugas hotel berkeliling melakukan pelayanan kamar. Vallerie meminta kunci cadangan dari petugas itu, lalu langsung diberikan tanpa perlu merayu dengan segala cara.
Mendengar suara teriakan Elliot sangat dahsyat, tanpa berpikir panjang Vallerie langsung memasuki kamar, disambut pemandangan tidak enak dilihat di depan matanya. Posisi Elliot saat ini tubuhnya menempel di dinding, sedangkan ada wanita sexy lainnya sedang menggoda Elliot dengan menyentuh dada Elliot.
Vallerie langsung mengamuk menghampiri wanita itu dan berdiri di depan Elliot tanpa peduli dibentak lagi.
“Siapa kamu?” Wanita itu menatap Vallerie dari ujung kepala hingga kaki.
“Aku pacarnya Elliot. Kamu sedang menggoda pacarku?!” Vallerie membentak dengan nada melengking.
Elliot membelalakan mata. Rasanya ia ingin berteriak pada Vallerie karena bersikap sembrono tanpa persetujuannya, terutama mereka baru bertemu di ballroom, sikap Vallerie sekarang seolah-olah seperti sudah mengenal sejak lama.
Wanita itu berdecak kesal mendekati Vallerie sambil mencolek lengan Vallerie kasar. “Justru kamu yang menggangguku! Sejak kapan Elliot sudah punya pacar? Dasar wanita murahan!”
Entah kenapa Elliot merasa tidak nyaman mendengar kalimat sarkas diucapkan wanita itu. Meski sempat sebal pada Vallerie, Elliot bingung kenapa hatinya ingin marah besar terhadap wanita itu seolah-olah Vallerie adalah wanita istimewa dalam hidupnya. Bibirnya terasa gatal ingin mengucapkan kalimat pembelaan, untungnya ia sudah tahu nama wanita bisa dikatakan penyelamat hidupnya.
“Benar yang dikatakan Vallerie!”
Di satu sisi Elliot memanfaatkan kesempatan ini demi bisa menghindari wanita pengganggu ini. Sekarang posisi Elliot berdiri di depan Vallerie. “Vallerie memang pacarku. Jadinya, kamu jangan menggangguku lagi, Rachel!”
“Kamu bisa membuktikannya?”
Bagaimana cara membuktikannya? Hanya ada satu ide konyol terlintas di pikirannya, padahal Elliot sangat benci melakukan adegan ini bersama seorang wanita demi bisa terbebas dari Rachel. Tapi, jika melakukannya bersama Vallerie, entah kenapa Elliot tidak bisa berpikir jernih. Hatinya sangat menginginkan dan mendukung sang majikan melakukan sebuah adegan mesra yang tidak pernah dilakukan selama hidup di dunia ini.
Elliot menautkan bibirnya pada bibir Vallerie, membuat Vallerie sangat terkejut sampai melotot. Tidak disangka bibirnya dicium suaminya padahal beberapa saat lalu sempat bertengkar. Meski Vallerie tahu ini hanya sandiwara untuk memancing emosi Rachel.
Rachel langsung membawa sling bagnya keluar dari kamar ini. Pada saat bersamaan, Elliot langsung melepas tautan bibirnya perlahan dan memalingkan matanya dari Vallerie, sambil menyentuh bibirnya akhirnya bersentuhan dengan bibir wanita.
Namun, entah kenapa ia merasa ada ingatan samar-samar terlintas dalam pikirannya. Ingatan itu memperlihatkan sebuah adegan ciuman bersama Vallerie membuat tetesan air mata membasahi pipinya. Apakah pertanda ada sesuatu yang dilewatkannya? Hatinya merasa sesak hingga kelopak matanya mulai basah membayangkan sepotong ingatan tadi.
Elliot terus menggeleng. Ia berusaha mempertahankan harga dirinya berpegang prinsip tidak akan mudah tergoda para wanita, terutama baru pertama kali bertemu. “Apakah kamu gila, Elliot? Baru pertama kali bertemu wanita ini main langsung cium?!” Elliot mengelap bibirnya terasa kering menggunakan jempol.
Vallerie tersenyum manis mendapatkan ciuman dari mantan suaminya. Ia sengaja berjalan mendekati Elliot membuat Elliot sedikit gugup menelan salivanya.
“Apa … yang kamu lakukan?”
“Aku tidak menyangka kamu menciumku barusan. Kenapa kamu ingin berciuman dengan wanita asing sepertiku?” Vallerie menyeka lengan jas Elliot lambat laun.
“Itu … karena—”
BUKK
Punggung Elliot menabrak tembok. Kali ini ia tidak bisa kabur melihat posisi tubuh Vallerie kini menempel padanya.
“Karena kita sudah berciuman tadi, menikahlah denganku, Elliot.” Vallerie memajukan bibirnya mendekati bibir Elliot, ia sengaja menguji jawaban Elliot akan seperti apa.
Elliot melotot. “Apa?!”
“Menikahlah denganku. Aku tidak ingin kehilanganmu lagi seperti sebelumnya. Aku akan melindungimu dari pembunuh itu.”
Tunggu sebentar! Pembunuh? Siapa yang ingin membunuhnya? Bagaimana wanita ini bisa tahu ada pembunuh yang ingin membunuhnya? Mendengar perkataan tidak masuk akal itu menambah kerutan di dahinya.
Namun, Elliot jadi teringat mimpi buruk yang sering dialaminya mengenai kematiannya secara tidak terduga. Apakah mimpi itu bukan mimpi biasa? Pertanda ia akan tewas dalam waktu dekat ini?
Di satu sisi Elliot merasa seperti dipermainkan banyak wanita yang selama ini selalu menipu dan memanfaatkannya. Apakah perkataan Vallerie bisa dipercaya? Lalu, bagaimana dengan ingatan ciuman itu? Sebenarnya siapa Vallerie?
“Kamu sengaja merayuku dengan cara berbeda supaya aku menikahimu, ‘kan! Aku sudah bosan menghadapi banyak wanita merayuku dengan mulut berbisa.” Elliot melipat kedua tangan di dada.
Matanya sedikit berkaca-kaca mendengar penolakan mantan suaminya terang-terangan menyayat hatinya. Rasanya ingin berteriak, tapi Vallerie tidak sanggup melakukannya mengingat ini adalah dunia berbeda. Meski diberi jawaban penolakan, Vallerie tetap tidak mudah menyerah mencari segala cara supaya Elliot ingin menikahinya, meski tidak ada cinta.
Sontak ada ide cemerlang terlintas di pikirannya yang bisa membuat hati Elliot luluh langsung setuju ingin menikahinya. “Kamu ingin ditindas Rachel lagi seperti tadi? Kamu bisa pergunakan aku kalau mau. Tugasku di kehidupan ini adalah melindungi nyawamu sama seperti saat kamu melindungiku sampai tewas!”
Sejenak Elliot berpikir lagi mengenai tawaran aneh yang diberikan Vallerie. Jika dipikir lama, benar juga menerima lamaran itu, meski ia tidak mencintai Vallerie. Pernikahan sandiwara adalah alasan sangat pas menghindari Rachel. Selain itu, hatinya terus memaksa menikahi Vallerie demi mencari jawaban mengenai ingatan samar-samar tadi saat berciuman. Apakah Vallerie adalah wanita yang satu-satunya bisa dipercayainya sepanjang hidupnya?
“Baiklah, kamu ada benarnya. Aku akan menikahimu dan hanya memperalat kamu, kamu tidak masalah?” Elliot tersenyum licik melipat kedua tangan di dada.
Vallerie menggeleng pelan. “Aku sudah bersyukur menikahimu, Elliot.”
Elliot tidak berani menatap netra indah di hadapannya mengingat sepotong ingatan tadi terus bermunculan dalam kepalanya. “Sebenarnya aku merasa ada sesuatu yang aneh saat menciummu tadi. Seperti … aku pernah menciummu tapi aku tidak tahu kapan.”
Vallerie teringat tanggal hari ini adalah hari ciuman pertama mereka terjadi di kehidupan sebelumnya, hanya berbeda tahun. Tidak disangka kejadian ini terulang kembali meski suasana beda jauh. Tapi, bagaimana bisa Elliot merasa aneh saat berciuman?
“Kita akan menikah tanggal 20 Februari 2020. Jangan protes! Aku berhak memilih tanggal pernikahan yang bagus!” Elliot mempertegas sambil melonggarkan lilitan pita kupu-kupu di leher.
Vallerie membelalakan mata seketika mendengar tanggal itu merupakan tanggal pernikahan mereka di kehidupan sebelumnya. Kenapa harus tanggal itu dari sekian 365 hari dalam setahun?
“Kamu … sungguh ingat?”
Sejenak Vallerie melupakan ucapan omong kosong yang membuat suaminya terlihat kebingungan sekarang. Berusaha untuk beradaptasi di dunia berbeda ini dan memperlakukan suaminya seperti biasa saja.
Elliot bingung apa yang dikatakan Vallerie semakin terdengar tidak masuk akal. Rasanya sudah muak mendengarkan semua ucapan omong kosong yang disampaikan Vallerie mengenai ingatan.
“Aku sibuk di tanggal lain. Tentu saja tanggal itu yang terbaik bagiku!” Elliot membentak, mengibaskan kerah kemeja.
Vallerie tersenyum manis memeluk Elliot erat, meski Elliot berusaha melawannya. “Terima kasih sudah memilih tanggal bagus, Elliot. Awalnya kalau kamu memilih tanggal lain, mungkin aku yang akan menentukannya sendiri.”
Dengan sekuat tenaga, Elliot melepas pelukan. “Kamu puas sekarang?”
“Tidak. Justru aku ingin meminta sesuatu darimu lagi.” Vallerie bersikap angkuh berkedip mata.
Elliot memutar bola mata. “Kamu mau apa?”
“Aku ingin bekerja di perusahaanmu sebagai perancang busana eksekutif.”
Pertama kali mendengar orang lain meminta pekerjaan di perusahaannya membuat Elliot tersentak.
“Kamu bercanda?”
Vallerie melangkah anggun mengelilingi Elliot. “Aku baca artikel mengenai dibalik kesuksesan Clarity Star Company Limited. Ayahmu hanya pendiri perusahaan kecil, sedangkan kamu yang berhasil menyukseskan perusahaan ayahmu menjadi besar dan terkenal. Selain itu, kamu selalu dikenal sebagai direktur eksekutif utama terbaik dalam hal memecahkan masalah setiap ada badai besar menimpa perusahaanmu. Itulah sebabnya ayahmu tidak ragu memberikan wewenang sepenuhnya untukmu mengelola perusahaan. Clarity Star juga sedang membuka lowongan posisi perancang busana eksekutif, karena itu aku sangat tertarik bekerja di perusahaanmu.”
“Tapi, tetap saja tidak masuk akal kalau tujuanmu ingin bergabung denganku hanya karena artikel itu!”
Langkah kaki Vallerie terhenti, sejenak memancarkan senyuman percaya diri. “Sebenarnya tujuan utamanya untuk mempermudahkan aku melindungimu.”
Darahnya semakin mendidih melihat Vallerie semakin terkesan egois di matanya. Pada akhirnya, Elliot sungguh terjebak dalam lamaran aneh ini.
Entah kenapa rasanya Elliot tidak bisa membentak Vallerie terlalu kasar. Hatinya terus menolaknya. Mustahil hanya karena rayuan ini berhasil membuat hatinya luluh. Apakah karena sepotong ingatan tadi? Rasanya ingin menggila. Elliot tidak bisa berkata-kata selain menuruti perkataan Vallerie.
Embusan napas pasrah dikeluarkan dari mulut. “Baiklah, aku turuti keinginanmu. Sebelum itu, aku harus minta izin keluargaku. Mereka pasti juga gila mendengar permintaanmu apalagi kamu melamarku tiba-tiba.”
“Pakai nama Bridal Boutique saja. Itu nama butik ibuku.”
“Aku tidak peduli kamu adalah putri dari kenalan ayahku!”
Lagi-lagi Elliot merasa hatinya tidak nyaman setiap kali mengucapkan perkataan menohok pada sang tunangan. Alisnya sedikit menurun, ia duduk di tepi ranjang merenungkan ucapannya dari tadi mungkin membuat Vallerie sakit hati, meski ia masih sebal. Hatinya sangat campur aduk seolah-olah memperingatkannya jangan berbuat kasar pada Vallerie sejak pertemuan pertama mereka.
“Omong-omong, maaf dari tadi aku bicara kasar, apalagi saat di ballroom tadi.”
Vallerie tersenyum simpul. Akhirnya ada sedikit sikap lembut pada suaminya tidak berubah. “Tidak apa-apa. Wajar kamu kasar karena memang kita tidak saling mengenal. Tapi, setidaknya ada sikapmu memang tidak berubah sejak dulu.”
Elliot menghela napas lemas. “Habisnya … ada alasan tertentu aku bersikap seperti ini.”
“Alasan apa?”
Tatapan Elliot kembali tajam, meski sebenarnya ia tidak bermaksud ingin membentak. Karena sikapnya selalu dingin sulit dikendalikan. “Nanti ada saatnya aku terbuka padamu. Sebaiknya kamu pulang saja, bahaya kalau kamu pulang sendirian malam-malam begini.”
Senyuman bahagia terpampang pada wajahnya. Meski tidak diantar pulang, tapi Vallerie sangat bersyukur mendapatkan perhatian sederhana begini setelah berdebat sengit mengenai masalah lamaran. “Baiklah, aku akan pulang sekarang. Hati-hati di jalan, Elliot.”
Seketika Elliot sampai di kediamannya, ia langsung menceritakan semua kejadian konyol yang dialaminya pada keluarganya. Kedua orang tuanya sangat syok mendengarnya apalagi mereka selama ini mengatur perjodohan untuk Elliot.
“Kamu sungguh akan menikah?” Sang ayah meyakinkan putranya tidak akan berubah pikiran.
“Aku memang mencintai Vallerie. Maka dari itu, aku sudah batalkan perjodohan dengan Rachel. Dia wanita sangat memuakkan!” Sebenarnya Elliot terpaksa mengatakan kata cinta itu terang-terangan karena pernikahan ini hanya sandiwara.
“Baguslah kalau kamu akhirnya memutuskan menikah dengan wanita yang sangat kamu cintai. Kami tidak usah pusing memikirkan masa depanmu lagi.” Sang ayah melebarkan senyuman menepuk-nepuk punggung putranya.
“Sama satu hal lagi, Ayah. Vallerie ingin bekerja di perusahaan kita sebagai perancang busana eksekutif.”
“Tentu saja, ayah sangat mengizinkannya.”
Bola mata Elliot terbelalak. Baru pertama kali ayahnya tidak tegas dalam hal pemilihan pegawai padahal selama ini selalu selektif. “Ayah serius? Padahal ayah tidak mengenal dia.”
“Memang Vallerie sangat bisa diandalkan. Sejak dulu ayah memang ingin merekrutnya. Kamu saja yang tidak peka pada keinginan pacarmu sama sekali!” Sang ayah mengelus kepala putranya berkali-kali hingga terlihat berantakan rambut putranya.
Padahal dalam lubuk hatinya, Elliot masih tidak menginginkan pernikahan ini demi menghindari Rachel. Tapi, ia masih penasaran apa yang dimaksud ingatan disampaikan Vallerie dari tadi. Padahal selama ini ia tidak mengalami kecelakaan, kenapa bisa amnesia? Lalu, saat ciuman tadi, kenapa bisa ada sepotong kenangan manis dengan Vallerie bisa terlintas dalam pikirannya? Sungguh menjadi banyak misteri dalam kehidupannya sejak bertemu Vallerie.
Seminggu kemudian, hubungan Vallerie dan Elliot masih terkesan kaku karena Elliot belum terbiasa bersikap lembut terhadap wanita. Vallerie mendatangi gedung Clarity Star Company Limited untuk membaca surat kontrak kerja sebagai perancang busana eksekutif. Apalagi Elliot merupakan direktur eksekutif perancang busana, hati Vallerie semakin bermekaran bisa berinteraksi dengan Elliot lebih mudah.
“Kamu langsung tanda tangan saja? Tanpa baca isi kontraknya dulu?” Elliot bingung melihat Vallerie tidak membuka belasan lembar kertas kontrak sama sekali, padahal masih dalam draft.
“Aku memang memercayaimu. Untuk apa baca kontrak bersusah payah?” Vallerie menutup map dengan santai.
“Padahal ini hanya draft, setidaknya kamu harus baca dulu. Kalau isi kontraknya memberatkan gimana?”
Vallerie menggeleng. “Aku tahu kamu bukan tipe direktur kejam. Mustahil kamu membuat isi kontrak berat.”
Pipinya sedikit memerah mendengarkan sebuah kalimat pujian yang tidak pernah didengarkannya dari orang lain sepanjang hidup. Sejenak Elliot mengeluarkan sebuah cincin berlian dari saku jas mewahnya, kemudian memakaikan di jari manis Vallerie.
Mata Vallerie sedikit berkaca-kaca melihat cincin lamaran ini ukirannya sama seperti cincin lamaran yang dipakainya di kehidupan sebelumnya. Ia merasa ingatan calon suaminya sungguh mulai pulih.
“Semoga kamu suka cincinnya. Aku sengaja belikan untukmu karena aku tidak mau kita digosipkan hal buruk!” Elliot membuang muka sambil mengambil map berisi surat kontrak kerja Vallerie.
“Kenapa kamu memilih model cincin ini?” Vallerie bertanya tiba-tiba membuat gerakan tangan Elliot terhenti.
Elliot menggaruk malu sengaja mengalihkan pandangan membaca draft surat kontrak ditandatangani Vallerie. “Entah kenapa aku merasa cincin ini sangat cocok denganmu.”
Vallerie tersenyum girang terfokus mengamati cincinnya. “Aku sangat suka cincinnya.”
“Sebenarnya kebetulan saja aku tahu seleramu.” Elliot tersenyum malu menutup wajahnya dengan beberapa lembar kertas digenggamnya.
“Bukan kebetulan, tapi hatimu memang masih terikat denganku.” Vallerie mengelus cincin lamarannya.
Tatapan Vallerie menjadi iba terhadap suaminya. Memakai cincin lamaran teringat adegan menyakitkan dialaminya terakhir kali di kehidupan masa lalu, sehingga ada sebuah ide cemerlang muncul dalam pikirannya demi memastikan suaminya bisa berumur panjang.
“Bolehkah aku menanyakan kabarmu setiap hari?”
Deg..
Jantung Elliot berdebar-debar. Pertama kali mendengar seorang wanita menampakkan sisi perhatian membuat hatinya bahagia. Ingin menolak, tapi ia juga tidak tega dan rasanya ingin dipedulikan seseorang. Tanpa disadari senyuman menawan terbit di sudut bibirnya, tapi matanya tidak berani menatap mata Vallerie.
“Boleh. Tapi kamu jangan mengeluh bosan melakukan rutinitas itu setiap hari. Selain itu, aku selalu sibuk. Percuma kamu melakukannya tapi aku jarang meresponsmu.”
“Tujuanku untuk memastikan kamu masih hidup sehat. Meski kamu sibuk, kamu harus luangkan waktu membalas pesan singkatku. Kumohon, Elliot.”
Karena Elliot masih ada agenda rapat, terpaksa Vallerie mengakhiri pertemuannya kemudian memutuskan berjalan santai di pusat perbelanjaan sendirian. Awalnya ia ingin mengajak sahabat terbaiknya bernama Whitney, tapi juga sibuk urus pekerjaan sebagai reporter.
Seketika Vallerie memasuki kafe di dalam pusat perbelanjaan, tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang pria yang membuatnya syok. Pria itu sempat ia tolak di kehidupan sebelumnya dan kehidupan sekarang. Entah kenapa Tuhan mempertemukan mereka kembali. Membuat Vallerie sedikit tidak nyaman, meski mereka memutuskan hanya berteman.
“Vallerie, sudah lama tidak berjumpa.”
“Tidak kusangka kita bertemu di tempat seperti ini, Bertrand.” Vallerie membalasnya ramah, ia merasa deja vu karena di kehidupan sebelumnya, situasi ini pernah terjadi tapi tanggal dan lokasinya berbeda.
Bertrand menunduk. “Kabarmu baik-baik saja selama ini?”
“Aku baik-baik saja. Tidak kusangka kamu baru menjabat sebagai direktur penjualan di perusahaan milik ayahmu.”
“Kamu pasti baca artikel pengangkatan jabatanku.” Bertrand menggaruk lengan sedikit malu.
Sorot mata Bertrand terpaku pada cincin berlian yang terpasang di jari manis Vallerie, membuat hatinya sedikit teriris seperti terkena goresan pisau. “Kamu akan menikah?”
Vallerie tersipu malu sambil mengelus cincinnya. “Aku akan menikah dua bulan lagi.”
“Selamat, ya,” ucap Bertrand dengan nada paksa.
“Kamu tidak sedih, ‘kan? Dulu aku pernah menolakmu dan sekarang aku akan menikah dengan pria sangat kucintai.”
Bertrand berusaha menahan air mata ingin membasahi kelopak matanya. Dengan menampakkan senyuman paksa, ia tidak ingin wanita yang ia sukai mencemaskannya karena permasalahan bodoh di masa lalu. “Aku justru mendoakan kehidupan pernikahanmu akan bahagia seterusnya. Mustahil aku memaksamu mencintaiku.”
Dua bulan kemudian…
Tidak terasa waktu berjalan cepat. Hari ini adalah hari pernikahan Vallerie dan Elliot kedua kali di tanggal yang sama. Pesta pernikahan kali ini jauh lebih mewah dibandingkan kehidupan sebelumnya, dikarenakan di kehidupan sekarang mereka berasal dari keluarga kaya.
Pesta pernikahan diadakan di sebuah ballroom hotel bintang lima. Semua tamu undangan bersorak meriah menyambut pengantin wanita berjalan menuju altar pernikahan, didampingi sang ayah mendatangi sang pengantin pria telah menunggu sendirian.
Langkah kaki Vallerie dan ayahnya terhenti, kemudian kedua tangan Vallerie berpindah menggenggam tangan suaminya erat dengan tatapan bahagia.
“Elliot Sinclair dan Vallerie Emerald berjanji di hadapan Tuhan dan semua saksi pernikahan kami hari ini bahwa kami akan saling mencintai baik suka maupun duka, saling mendukung dan berjanji tetap saling menyayangi jika ada musibah menimpa kehidupan pernikahan kami.”
Seketika mengucapkan janji pernikahan di hadapan semua tamu undangan, entah kenapa Elliot terus menitikkan air mata haru, meski ia masih ragu menginginkan pernikahan ini.
Vallerie sebenarnya menyadarinya, dengan cara halus mengusap air mata suaminya dengan jempol kanan.
Setelah itu, memasuki sesi pemakaian cincin sepasang pengantin baru. Pertama, Elliot yang memakaikan cincin untuk Vallerie, kemudian dibalas Vallerie memakaikan cincin untuk Elliot.
Untuk mempermanis suasana pesta pernikahan, Elliot mendaratkan kecupan manis di puncak kepala istrinya selama beberapa detik. Entah kenapa semakin lama bibirnya semakin candu ingin merasakan manisnya kening sang istri membuatnya sangat nyaman.
Sebenarnya Elliot malu melakukan ciuman bibir dengan istrinya mendengar semua tamu undangan menyorakinya mencium bibir istrinya.
“Cium! Cium!”
Elliot menyerah juga. Pada akhirnya ia menautkan bibirnya dengan bibir merah istrinya sangat menggodanya dari tadi.
Sepasang bibir baru bersentuhan, tiba-tiba sepotong ingatan terlintas di pikirannya. Kali ini ingatannya memperlihatkan momen pernikahannya dengan Vallerie di kehidupan sebelumnya berlangsung meriah.
Air matanya semakin mengalir deras. Elliot langsung melepas pelukan dan memeluk tubuh Vallerie erat seolah-olah takut kehilangannya. Hatinya yang awalnya dingin sekarang menjadi hangat berkat ciuman manis itu berhasil menjinakkan hatinya.
Melihat tingkah suaminya berubah drastis, Vallerie sedikit curiga ingatan suaminya kembali lagi satu per satu. Namun, untuk sekarang ia tidak ingin mempertanyakannya dulu. Yang ia inginkan sekarang pernikahannya kali ini harus terkesan bermakna dibandingkan sebelumnya.
“Vallerie ….”
“Kamu kenapa?” Vallerie bertanya cemas.
“Entah kenapa aku merasa sedih sekarang. Saat mengucapkan janji pernikahan tadi, aku merasa pernah melakukannya bersamamu.”
Awalnya Vallerie mengira sebelumnya hanya sebuah kebetulan mengenai ciuman pertama dan pemilihan tanggal pernikahan. Mendengar keluhan suaminya seolah-olah seperti mengalami deja vu, Muncul teori konspirasi terbaru dalam benak Vallerie. Apakah ingatan suaminya sungguh masih terbawa dari masa lalu, meski sekarang hidup sebagai orang berbeda?
Memikirkan teori konspirasi belakangan saja, Vallerie hanya ingin pesta pernikahannya di dunia sekarang berjalan lancar, meski suaminya tidak sepenuhnya bahagia menikahinya.
Vallerie melepas pelukan sejenak, tangan kanannya merangkul lengan suaminya erat dengan senyuman bahagia. “Urusan itu belakangan saja. Yang terpenting kita tunjukkan pada semua orang bahwa kita sudah resmi menikah.”
Elliot tersenyum tipis. Berjalan perlahan bersama sang istri menginjak karpet merah, disambut ledakan confetti meriah menghiasi suasana pernikahan terkesan sangat manis di mata semua saksi pernikahan. Lengkungan bibirnya semakin mengambang, sorot matanya memandangi senyuman bahagia istrinya, menambah hatinya berbunga juga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!