Dinda Safitri-Gadis cantik dari keluarga yang cukup terpandang di kampungnya, ia menjalin kasih dengan seorang pria kaya raya yang bernama Rio Putra Suganda.
Rio sebenarnya sangat mencintai sang kekasih yang bernama Sisil, namun sayang takdir yang membuatnya harus berbagi hati dengan kekasihnya karena Sisil di vonis tidak bisa memiliki keturunan akibat benturan keras di area perut yang membuat rahimnya rusak sehingga rahimnya harus di angkat, penyebab semua itu adalah karena Sisil menyelamatkan orang tua Rio yang bernama Mayang.
***
#Flashback#
Sisil dan mamah Mayang sedang berbelanja di sebuah mall ternama di kota ini, keduanya memiliki hobi yang sama sehingga tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk mengakrabkan diri.
Setelah selesai berbelanja kini mereka sedang menuggu taksi online pesanannya, beberapa menit kemudian taksi online pesanan mereka sudah tiba namun ada di seberang jalan. Akhirnya Sisil dan mamah Mayang menuju ke sana, ketika sedang menyebrang ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi, spontanitas Sisil mendorong mamah Mayang ke tepi jalan namun malang bagi Sisil, ia justru tertabrak dan mengalami benturan sangat keras.
"Mamah awas.." pekik Sisil reflek mendorong mamah Mayang ke tepi jalan.
"Aaaaaa…" teriak Sisil lalu sepersekian detik ia tertabrak dan mengalami benturan cukup keras.
"Sisil…" teriak Mayang histeris lalu banyak warga yang membantu mengevakuasi Sisil.
Setelah Sisil dibawa ke rumah sakit dan langsung dibawa ke ruang IGD, dokter meminta persetujuan keluarga pasien untuk mengangkat rahim pasien karena pasien mengalami benturan cukup keras yang mengenai rahimnya sehingga menyebabkan rahim Sisil rusak dan harus di angkat.
"Keluarga pasien?" tanya dokter.
"Iya dok saya mamahnya dan ini calon mertuanya, bagaimana kondisi anak saya dok? Dia bisa di selamatkan kan?" tanya mamah Ira berlinang air mata.
"Lakukan yang terbaik untuk Sisil dok berapapun biayanya saya yang akan menanggungnya asalkan Sisil selamat," ucap Mayang sangat peduli.
"Kondisi pasien ada di kondisi kritis dan rahimnya rusak akibat benturan yang sangat keras jadi saya meminta persetujuan pihak keluarga untuk menandatangani surat pernyataan pengangkatan rahim," ucap dokter dengan tenang.
"Apa dok?? Sisil terancam tidak memiliki rahim?" tanya Mayang syok.
"Dok.. Tolong lakukan hal lain selain mengangkat rahimnya, saya mohon dok.. Anak saya sebentar lagi mau menikah bagaimana mungkin dia nantinya tidak bisa memberi keturunan," pinta Ira memohon.
"Mohon maaf ini tindakan final untuk pasien, jadi saya harap pihak keluarga segera mengurus berkasnya agar pasien segera melakukan tindakan," ucap dokter lalu kembali masuk ke IGD.
"Jeng.. Bagaimana ini huhuhu Sisil akan kehilangan rahimnya, apa yang harus saya katakan nantinya," ucap Ira terisak.
"Sudah jeng hal itu nanti kita pikirkan lagi yang terpenting Sisil segera di tangani agar ia segera sembuh, saya tau ini berat untuk semuanya.." ucap Mayang berusaha bijak.
Lalu mamah Ira menyetujui proses pengangkatan rahim Sisil meskipun dengan sedih hati, ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan anaknya setelah ini.. Anak yang ia banggakan dan akan segera menikah namun cobaan hebat menerpa anaknya.
Setelah selesai operasi kini Sisil dibawa ke kamar inap dan beberapa jam kemudian sudah siuman.
"Syukurlah kamu sudah siuman," ucap Ira lega.
"Mamah…" ucap Sisil lirih.
"Iya sayang mamah selalu disini menemanimu, ada mamah Mayang juga yang tak hentinya mendoakan kesembuhan mu," ucap mama Ira lembut dan membelai rambut Sisil.
"Makasih mah..." ucap Sisil terharu.
"Sama-sama sayang, cepat sembuh ya mamah gak tega melihatmu terbaring lemah seperti ini," ucap mamah Mayang penuh harap.
"Iya mah.. Aw kenapa bagian perutku sakit sekali mah, aduh.." rintih Sisil sangat kesakitan.
"Mah.. Bagaimana ini? Apa kita harus jujur pada Sisil? Rio gak kuat mengatakannya," bisik Rio pada Mayang.
"Ada apa mas? kenapa kamu bisik-bisik begitu?" tanya Sisil penasaran.
"Hmm gak ada apa-apa sayang," jawab Rio berbohong.
"Tolonglah jangan ada yang di sembunyikan lagi, jawablah," desak Sisil sambil menahan nyeri di perutnya.
"Biarkan saya yang mengatakannya," ucap Ira.
"Ada apa ini mah? kenapa semuanya serius sekali?" tanya Sisil kebingungan.
"Maafkan mamah.. maafkan mamah yang harus terpaksa mengambil tindakan ini, tapi percayalah mamah melakukan ini demi keberlangsungan hidupmu.. maafkan mamah yang sudah menyetujui untuk mengangkat rahimmu, maafkan mamah.." ucap Ira berlinang air mata.
"MAH!!! INI GAK BOLEH TERJADI, GAK BOLEH... APA MAMAH LUPA KALAU SISIL MAU MENIKAH SAMA MAS RIO? APA JADINYA KALAU SISIL GAK PUNYA RAHIM, SIAPA NANTINYA YANG AKAN MENERUSKAN KETURUNAN KELUARGANYA MAS RIO?? MAMAH JAHAT!!! KALIAN SEMUA JAHAT!!! KALIAN SUDAH MEMBUAT HIDUP SISIL HANCUR!!!!" pekik Sisil penuh amarah karena tidak terima dengan kenyataan.
"Maafkan kami, sebenarnya kami juga tidak menginginkan ini.. tapi percayalah mamah tetap menyayangimu Sil, karena kamu sudah menyelamatkan nyawa mamah," ucap Mayang mencoba menenangkan dan Sisil hanya terus menangis.
"Begini saja jeng, bagaimana kalau Rio menikah dulu dengan perempuan lain dan mempunyai anak, setelah itu baru mereka cerai dan buat hak asuh jatuh ke tangan Rio lalu setelah itu Rio dan Sisil menikah, jadi Rio memiliki penerus dan juga menepati janjinya menikahi Sisil," ucap Ira membuat mereka terkejut.
"Mah.. MANA MAU SISIL BERBAGI DENGAN ORANG LAIN, MAS RIO HANYA UNTUK SISIL MAHHH," protes Sisil tak terima.
"Sudah.. kamu teima saja ini juga demi kebaikanmu, kalian kan akhirnya tetap menikah meskipun Rio harus menikah dulu dengan orang lain sebagai pengganti rahimmu, ini jalan terbaik untuk semuanya," ucap Ira tak mau di bantah.
"Memang sih jeng saya tidak munafik kalau Rio harus tetap memiliki penerus, jeng tau sendiri kalau Rio anak semata wayang kami, siapa lagi esok yang menerus perusahaan jika bukan Rio dan keturunannya, sebenarnya usul anda itu terbilang kejam tapi mau gimana lagi semua ini di luar kendali kita jadi ya saya menyerahkan semuanya pada Rio," ucap Mayang bimbang.
"Memang ini sangat kejam, Rio gak bisa bayangin bagaimana nanti perasaan istri Rio jika nantinya dia tau kalau Rio nikahi karena untuk rahim pengganti," ucap Rio bimbang.
"Tapi ini tidak ada pilihan lain, kamu sudah berjanji ingin menikahi anak saya, jangan karena anak saya di vonis tidak memiliki keturunan lantas dengan mudahnya kalian campakkan," protes Ira geram.
"Baiklah akan Rio turuti kemauan mamah Ira tapi Rio mohon berikan waktu, karena mencari rahim pengganti tidak bisa dengan orang sembarangan, harus kenal latar belakang dan individunya juga.." ucap Rio.
"Baiklah, semakin cepat kamu mendapatkannya maka semakin baik, ingat Rio.. jika istrimu itu sudah melahirkan maka segera urus proses cerai dan buat hak asuh jatuh ke tanganmu," ucap Ira memperingati dan Rio hanya mengangguk patuh meskipun itu bertolak belakang dengan isi hatinya.
#Flashback Off#
Dinda dan Rio sedang joging dan tidak sengaja Rio menabrak Dinda yang sedang jongkok karena membenarkan tali sepatu. Dari sana lah Rio merasa klik dengan Dinda dan bermaksud ingin mengenal lebih jauh,
"Hmm cewek ini oke juga, cantik dan kelihatannya dari keluarga cukup berada," batin Rio memandang Dinda intens.
"Hai.. ada yang salah dengan diriku?" sapa Dinda membuyarkan lamunan Rio.
"Oh Hai.. siapa namamu? kenalin namaku Rio Putra Suganda," ucap Rio mengajak kenalan.
"Namaku Dinda Safitri," jawab Dinda menerima jabatan tangan Rio.
"Nama yang cantik, secantik orangnya," rayu Rio dan Dinda hanya tersipu malu.
Lalu mereka akhirnya joging bersama sambil bercengkrama ringan, setelah usai tak lupa Rio bertukar nomer dengan Dinda dan dari situlah mereka semakin akrab.
3 bulan sudah mereka saling mengenal dan Rio merasa sudah cukup mengetahui latar belakang dan sifat Dinda, akhirnya Rio membicarakan ini kepada Sisil.
"Sayang aku sudah menemukan pengganti rahimmu, ini orangnya," ucap Rio memperlihatkan foto Dinda.
"Apa dia tidak terlalu cantik mas? aku takut kalau nanti kamu jatuh hati padanya," protes Sisil ragu.
"Aku sudah kenal dengan dia 3 bulan ini dan ya aku sudah mengenali sifatnya dengan baik, aku merasa kalau Dinda pantas menjadi rahim penggantimu," ucap Rio jujur.
"Tak bisakah mencari wanita lain mas? dia cantik mas aku takut kamu jatuh hati dengannya apalagi nanti kalian akan menikah, sudah pasti kalian akan sering bertemu," ucap Sisil cemburu.
"Sayang.. percayalah aku tidak akan mencintainya, sampai saat ini di hatiku hanya untukmu dan kamu tau sendiri kan aku mau melakukan semua ini karena keinginanmu dan keinginan mamah, jadi jangan lagi meragukan perasaanku," ucap Rio dengan lembut dan akhirnya Sisil luluh.
"Baiklah mas.. aku menyetujui mu menikah dengan dia asal kamu berjanji padaku jangan sampai menaruh hati padanya, setelah dia melahirkan segera ambil anaknya dan ceraikan dia. Buat anakmu itu hak asuhnya jatuh ke tanganmu," pinta Sisil dengan menatap tajam.
"Apa itu tidak terlalu kejam sayang?" tanya Rio terkejut.
"Ingat tujuan awal mu menikahinya mas, jadi kenapa kamu protes?" sindir Sisil.
"Huft.. ya baiklah aku akan menerimanya," jawab Rio pasrah.
Rio melamar Dinda
"Dinda maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Jujur saja semakin lama aku mengenalmu, semakin besar dan yakin pula hatiku memilihmu menjadi pendamping hidup, terimalah cintaku Din.. Aku serius denganmu," ucap Rio dengan lembut.
"Tapi kita baru kenal beberapa bulan, apakah kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu? Menikah bukan permainan Rio," ucap Dinda ragu.
"Percayalah hatiku sudah mantap untukmu, tak perlu waktu yang lama untuk memantapkan hati ini," rayu Rio dengan lembut.
"Tapi ini terlalu cepat," ucap Dinda ragu.
"Kamu meragukan keseriusan ku? apa selama ini pembuktian yang aku berikan itu kurang?" tanya Rio.
"Bukan begitu tapi aku terkejut karena kamu tiba-tiba melamar ku," ucap Dinda.
"Ini lamaran belum resmi, makanya aku mau melamar mu secara empat mata dulu nanti kalau sudah diterima baru aku datang ke rumahmu beserta kedua orang tuaku," ucap Rio sangat meyakinkan.
"Baiklah aku terima pinanganmu, tapi sebelum itu mintalah restu dari orang tuaku dulu," jawab Dinda akhirnya luluh.
"Pasti Dinda.. Besok aku akan membawa kedua orang tuaku menemui keluargamu, jadi persiapkan semuanya dengan baik, terima kasih Dinda.. Aku senang mendengarnya," ucap Rio bernafas lega lalu memeluk Dinda erat.
"Iya setelah ini akan aku beritahu orang tuaku, semoga ini awal yang baik untuk kita," harap Dinda.
"Iya.. semoga setelah ini kita di lancarkan segala urusannya," ucap Rio.
"Akhirnya gue sudah temuin rahim untuk Sisil.. Tunggulah sayang sebentar lagi kita akan menjadi keluarga yang sempurna," batin Rio lalu mereka pulang ke rumah masing-masing.
***
Besok harinya Rio datang ke rumah Dinda dengan membawa kedua orang tuanya beserta Sisil, ia memperkenalkan Sisil sebagai sepupunya.
"Ini rumahnya mas?" tanya Sisil heran.
"Iya, yasudah yuk turun," jawab Rio lalu mereka turun dari mobil mewah.
"Sil ingat ya kamu disini di perkenalkan Rio sebagai sepupu, jadi bersikaplah bak saudara, jangan membuat mereka curiga," ucap Mayang memperingatkan.
"Sebenarnya papah tidak setuju mengajak Sisil ke acara lamaran anak kita, papah takut dia merusak acara," sindir Suganda melirik Sisil.
"Sudah pah yang penting mamah sudah memperingatkan, masuk yuk.. pasti mereka sudah menunggu," ajak Mayang lalu mereka masuk bersamaan.
"Selamat sore Pak dan ibu.. selamat datang di rumah sederhana kami, mari masuk," sapa Sri dengan ramah lalu bersalaman.
"Sore Bu.. perkenalkan saya Mayang dan ini suami saya Suganda, kami orang tua dari Rio dan yang ini adalah sepupu kami namanya Sisil, kebetulan dia menginap disini jadi kami ajak sekalian," ucap Mayang mengenalkan.
"Oh iya bu, perkenalkan saya Sri.. saya orang tuanya Dinda, senang bertemu dengan kalian semua," jawab Sri sangat bahagia.
"Kami juga senang bisa bersilaturahmi dengan anda," jawab Suganda ramah dan mereka duduk.
"Mas mana calon mu?" bisik Sisil tak sabar.
"Mungkin masih di dalam, sabar dulu," jawab Rio pelan.
"Ehem.. maksud dan tujuan kami datang kemari adalah kami ingin meminang anak anda yang bernama Dinda untuk menjadi pendamping hidup anak saya Rio, apakah anda berkenan menerima lamaran kami?" ucap Suganda dengan tenang.
"Saya merasa bahagia ketika diberitahu oleh anak saya jika dia di lamar oleh laki-laki yang dia suka, saya sebagai orang tua merasa bahagia karena anak saya mendapatkan pasangan yang sama-sama saling memiliki rasa, untuk jawaban lamaran anda akan saya serahkan semuanya kepada Dinda, dialah yang nantinya akan menjalani," ucap Sri lalu memanggil Dinda.
"Kelamaan banget sih banyak basa-basinya," ciri Sisil tak suka.
"Sil bisakah kamu itu bersikap layaknya saudara?" gertak Mayang geram.
"Sudahlah sabar dulu, kalau bukan permintaan mamah kamu mana mau aku mencari wanita pengganti supaya bisa memiliki keturunan," jawab Rio kesal karena Sisil terus berceloteh.
"Mas.." bisik Dinda geram dan mengepalkan kedua tangan.
Tak lama kemudian Dinda keluar dan menemui calon suami dan keluarganya. Semua yang melihat Dinda merasa takjub akan kecantikan alami yang dimiliki Dinda.
Mayang dan Suganda menjadi tak tega harus mengorbankan Dinda sebagai rahim pengganti Sisil, mereka langsung tau jika Dinda adalah perempuan yang baik-baik.
"Selamat sore om, tante, mas Rio, dan maaf ini siapa mas?" sapa Dinda ramah.
"Oh perkenalkan ini Sisil, dia sepupu ku," jawab Rio berbohong dan Dinda menyapa Sisil dengan ramah namun sayang Sisil sudah di landa cemburu buta jadinya ia memasang wajah masam.
"Ada apa dengan sepupu mas Rio? apa dia tidak menyukaiku?" batin Dinda heran.
"Astaga.. Sisil ini benar-benar ya, sudah di bilangin untuk bersikap layaknya saudara, awas aja," batin Mayang menatap Sisil kesal.
"Selamat sore Dinda, saya Suganda, orang tuanya Rio.. pastinya kamu sudah tau tujuan kami datang kemari kan? bagaimana? sudah ada keputusannya?" tanya Suganda tak sabar.
"Sore om.. iya Dinda sudah tau maksud dan tujuan kalian kemari, kemarin mas Rio sudah mengatakannya.. dan untuk jawaban, hmm.. Dinda menerima lamaran mas Rio om, Dinda bersedia menjadi istri mas Rio," jawab Dinda mantap.
"Syukurlah.. kami lega dan bahagia mendengarnya," ucap Suganda senang dan Mayang tersenyum bahagia.
"Terima kasih Dinda sudah mau menjadi pendampingku," ucap Rio senang.
"Iya mas.. semua ini berkat kegigihan mu meyakinkanku," ucap Dinda tersipu malu.
"Sialan!! apa-apaan sih ini!! kenapa semuanya jadi terbawa suasana, gak ini gak boleh di biarkan!!! jangan sampai Dinda mengambil alih perhatian dan hati mereka, gak.. gak boleh terjadi," batin Sisil kesal.
"Berhubung lamaran sudah di terima, silahkan di nikmati dulu suguhan yang ada di meja, maafkan jika menunya hanya sederhana," ucap Sri lalu mengajak besannya makan bersama.
Di sana semuanya sangat bahagia karena sebentar lagi akan menjadi besan, Rio dan Dinda pun terlihat mesra duduk bersebelahan di meja makan sambil saling menyuapi.
Lama kelamaan Sisil tidak kuat melihat adegan mesra sang kekasih hingga secara refleks Sisil memukul pisau dan garpu secara keras di meja makan, semua orang yang sedang bercengkrama merasa terkejut akibat ulah Sisil, semua orang sekarang tertuju pada Sisil dengan tatapan heran.
"Ada apa mbak? anda tidak suka dengan hidangan yang kami sajikan?" tanya Dinda mencoba berpikir positif.
"Kamu ini kenapa Sil?" bisik Mayang geram.
"Gak.. masakannya enak, sudah lanjut makan semuanya, tadi saya sedang memikirkan sesuatu yang tidak menyenangkan," jawab Sisil ketus dan kembali makan.
Lalu mereka memilih cuek akan ulah Sisil, di satu sisi Dinda merasa heran dengan ulah sepupu Rio. Apa salahnya sampai dia tidak suka padanya,
"Mas aku mau berbicara sesuatu, bisakah kita ke belakang sebentar?" tanya Dinda serius.
"Bicara apa?" tanya Rio penasaran.
"Yuk ikut aku," ajak Dinda lalu mereka menuju belakang rumah.
"Ada apa Dinda?" tanya Rio penasaran.
"Apa benar Sisil itu sepupumu mas?" tanya Dinda to the point dan Rio langsung kaget.
"Ya jelas Sisil itu sepupu aku, memangnya ada apa?" tanya Rio penasaran.
"Sepertinya dia memiliki rasa padamu mas, makanya dia tidak menyukaiku," ucap Dinda sedih.
"Kamu ngomong apa sih, ya enggak lah.. dia memang begitu orangnya kalau ketemu orang asing, jangan negatif thingking ya," bujuk Rio dan Dinda lebih memilih mengalah.
"Iya mas maaf, itu hanya perasaanku saja," jawab Dinda mengalah.
"Semoga perasaanku ini salah mas kalau sepupumu itu memiliki rasa padamu, dari awal saja dia sudah memasang wajah tidak bersahabat apalagi nanti kita menikah mas," batin Dinda menaruh curiga.
Sudah 6 bulan Dinda dan Rio merasakan bahligai rumah tangga, selama itu pula Rio bersikap manis, lembut dan meratukan Dinda. Perempuan mana yang tidak tersentuh hatinya di perlakukan seperti itu pada sang suami.
Seperti pagi hari ini Dinda bangun kesiangan karena kurang enak badan, ia buru-buru bangun dan ingin menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum berangkat kerja.
"Mas.. Maaf aku bangun kesiangan," ucap Dinda merasa bersalah.
"Iya sayang tidak masalah, kamu kurang enak badan kan? istirahat gih jangan terlalu capek," ucap Rio mencoba mengerti.
"Tapi mas belum sarapan.. sebentar aku buatkan dulu ya, belum terlambat kan mas?" ucap Dinda lalu cekatan berkutat di dapur.
"Sayang jangan di paksa, aku bisa makan di luar.. sana istirahat, aku gak mau loh kamu tambah sakit terus nanti di omelin mamah, aku berangkat kerja dulu ya," pamit Rio mencium kening Dinda.
"Tanggung mas, tunggulah sebentar," bujuk Dinda.
"Stop.. Jangan membangkang perintah suami," perintah Rio tegas lalu Dinda memilih patuh. Ia melepas apron masaknya dan mengantar suaminya sampai ke depan.
"Jangan banyak gerak dan istirahatlah dengan cukup, nanti setelah pulang kerja dan badanmu tak kunjung enakan, kita periksa.. aku usahakan pulang cepat, aku kerja dulu ya," pamit Rio lalu menerima tas kerjanya yang dibawa oleh istrinya.
"Hati-hati mas.." ucap Dinda lalu Rio hanya tersenyum sekilas dan bergegas masuk ke mobil.
Yang Dinda tau suaminya hari ini bekerja dan sarapan diluar, padahal Rio sedang perjalanan menuju rumah Sisil untuk berjalan-jalan ke area puncak.
"Hahaha emang dasarnya punya istri baperan, dibaikin dikit langsung luluh.. Memang gak salah gue pilih Dinda jadi pengganti rahimnya Sisil," guman Rio tersenyum licik.
Rio sudah tiba di kediaman Sisil dan disambut pelukan hangat oleh kekasih tercintanya.
"Mas Rio.. I miss you so much," ucap Sisil manja dan memeluk Rio erat.
"I miss you too sayang," jawab Rio membalas pelukan Sisil.
"Masuk yuk.. Udah sarapan belum?" tanya Sisil memastikan dan Rio menggelengkan kepala.
"Tugas istrimu itu apa mas? siapin sarapan aja gak becus, kasihan dong kamu kelaparan, sarapan bareng yuk kebetulan aku masak udang asam manis, makanan favoritmu mas," ucap Sisil lalu mengajak Rio ke ruang makan.
Di sana ada mamah Ira yang kebetulan akan sarapan sehingga kini mereka bertiga sarapan bersama.
"Rio.. tumben kamu pagi-pagi gini udah datang," ucap Ira heran.
"Kita mau ke puncak mah jadi memang sengaja berangkat pagi, kebetulan mas Rio belum sarapan jadi ya aku ajak makan sekalian, kasihan kan mah harusnya pagi hari itu suaminya di urus dengan baik bukannya malah di biarkan makan di luar," ucap Sisil penuh perhatian.
"Wah kalian mau ke puncak gak ajak mamah nih?? nanti kamu mau alasan apa ke istrimu?" tanya Ira pemasaran.
"Hmm itu nanti bisa di pikirkan lagi mah yang terpenting hari ini waktuku khusus untuk Sisil," ucap Rio menatap Sisil dengan senyum.
"Kamu memang yang terbaik mas," puji Sisil tersipu malu.
"Apapun untukmu sayang karena kamu sudah berkorban demi keselamatan mamahku," ucap Rio mengusap pelan tangan Sisil.
"Makasih mas.. Aku bersyukur setidaknya kamu masih ada disini dan menerimaku apa adanya," ucap Sisil bahagia lalu mereka sarapan dengan tenang.
Setelah selesai sarapan kini mereka memutuskan segera berangkat ke puncak, di sana ia akan menikmati waktu hanya berdua tanpa di ganggu siapapun termasuk Dinda-istri sah Rio.
Tiba-tiba Dinda berinisiatif ingin mengantarkan makan siang untuk suaminya sebagai menebus kesalahannya karena lalai menyiapkan sarapan.
"Hmm bentar lagi jam makan siang, lebih baik aku masakin mas Rio biar dia senang, mas Rio selama ini selalu baik padaku," gumam Dinda lalu berkutat di dapur.
Setelah selesai memasak dan berdandan kini Dinda siap melajukan mobil menuju kantor suaminya.
***
Di kantor Rio.
"Maaf mencari siapa?" tanya sekretaris Rio dengan sopan.
"Ini ruangan mas Rio kan?" tanya Dinda memastikan.
"Benar bu.. ada yang ingin di sampaikan? Atau anda sudah membuat janji?" tanya sekretaris memastikan.
"Belum.. tapi saya ini istrinya mas Rio, bisakah saya bertemu dengannya? suami saya ada di dalam kan?" tanya Dinda.
"I.. istri? sejak kapan pak Rio menikah? lalu tempo hari non Sisil masih disini? ah gimana ini jadi pusing sendiri," batin sekretaris.
"Halo mbak? suami saya ada di dalam kan?" tanya Dinda sedikit kesal.
"Maaf Bu hari ini bapak tidak ada di kantor, tadi bapak berpesan jika hari ini ambil cuti untuk beberapa hari," ucap sekretaris sungkan.
"Gak mungkin.. suami saya tadi berpamitan berangkat kerja kok," ucap Dinda tak percaya.
"Beneran bu.. tadi pagi bapak berpesan seperti itu," ucap sekretaris jujur.
"Saya mau cek sendiri di dalam," ucap Dinda lalu masuk ke ruangan Rio dan benar apa kata sekretarisnya bahwa suaminya tidak ada di sana.
"Lalu kamu kemana mas? kenapa kamu berbohong kepadaku? dimana kamu sekarang?" gumam Dinda berlinang air mata karena telah di bohongi suaminya.
"Maaf Bu bukannya saya berbohong atau apa, tadi memang bapak berpesan begitu, makanya itu saya kaget ketika ibu datang kemari dan menanyakan bapak, sekali lagi saya meminta maaf," ucap sekretaris tak enak hati.
"Tidak apa kamu sudah menjalankan tugasmu dengan baik, kalau boleh tau apakah suami saya menanyakan dimana dia pergi dan dengan siapa?" tanya Dinda penuh harap.
"Maaf Bu bapak tidak bilang apapun, bapak hanya mengatakan jika mengambil cuti, hanya itu saja," ucap sekretaris dengan sopan.
"Yasudah kalau begitu ini makanan untukmu saja soalnya saya membawanya kebanyakan daripada dibawa ke rumah nanti mubazir," ucap Dinda lalu menyerahkan kotak makan.
"Wahh terima kasih banyak bu memang kebetulan saya mau makan siang eh udah ibu bawakan, terima kasih bu.. pasti masakannya enak" puji sekretaris.
"Ahh tidak perlu berlebihan seperti itu, tolong kalau ada kabar tentang suami saya segera kabari ya mbak, kalau begitu saya permisi," ucap Dinda mencatatkan nomornya di secarcik kertas.
"Baik bu.. sekali lagi terima kasih banyak," jawab sekretaris membungkuk hormat.
"Punya bu bos sebaik itu bisa membuat semua karyawan betah, malang sekali nasibnya memiliki suami yang masih sering main di belakang, aku yakin pak Rio pasti masih memiliki hubungan dengan non Sisil, secara dia sudah lama menjalin kasih tiba-tiba menikahnya dengan bu Dinda," batin Sekretaris sambil melihat kepergian istri bosnya.
Setibanya di rumah Dinda menelpon suaminya, 3 kali dering tidak kunjung diangkat membuat Dinda semakin cemas memikirkan dimana keberadaan suaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!