Bab 1 Apple-Knox
"Kapan kau akan berhenti dsri semua ini, Apple?" tanya Lea -- teman sekamar Apple di apartemen.
"Sampai aku mendapat pekerjaan yang layak dan bisa membiayai hidupku sendiri," jawab Apple sambil memakai lipstiknya yang berwarna nude ke bibir imutnya yang menggemaskan.
"Kau terlalu berani, Apple. Reputasimu sudah mulai memburuk saat ini," kata Lea.
"Aku tak peduli dengan hal itu. Lagi pula aku tak pernah memaksa mereka untuk memacariku. Aku hanya menyeleksi saja dan mencari yang terkaya. Mereka sendiri yang datang padaku," jawab Apple santai dan merapikan rambut panjangnya yang menjuntai indah.
"Apa kau tak takut jika salah satu dari para mantanmu itu melakukan sesuatu yang buruk padamu?" tanya Lea.
"Aku sudah mengantisipasi hal itu. Apa gunanya otak cemerlangku," jawab Apple tersenyum dan kemudian beranjak dari kursinya.
"Ke mana lagi kau malam ini?" tanya Lea.
"Makan malam dengan pacar baruku. Dia anak dari pemilik kerajaan resort di Hawai," jawab Apple.
Lea hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat centilnya itu.
"Bye, nanti akan kubawakan makanan mahal untukmu," kata Apple dan berjalan menuju pintu apartemen.
*
Apple Vaughn -- gadis cantik nan imut yang spek-nya nyaris sempurna.
Merupakan mahasiswi tingkat akhir di universitas ternama di Rusia.
Pintar, cantik, ramah dan supel adalah kelebihan yang dimanfaatkan Apple untuk menjerat pria-pria muda kaya hanya untuk diambil keuntungannya.
Apple bahkan tak pernah mengeluarkan uang untuk membeli makan dan juga membayar sewa apartemen serta kuliahnya.
Tabungan Apple pun sudah cukup melimpah ketika para mantannya dulu sering mengiriminya uang ke rekeningnya.
Dan sekali lagi, Apple tak pernah meminta itu semua. Semua pria itu tampak memeberikannya dengan sukarela termasuk barang-barang branded yang dihadiahkan pada Apple.
Apple selalu mempunyai cara untuk memutuskan pacarnya jika mereka sudah meminta di luar batas misalnya ciuman dan hubungan ranjang.
Apple menolak mentah-mentah hal itu. Meskipun terkenal sebagai gadis matre, tapi Apple adalah gadis yang sangat pintar serta berprestasi.
Dia pintar menggunakan mulutnya untuk berkata manis pada siapa pun yang ingin dimanfaatkannya termasuk sang dosen.
*
Apple menggunakan taksi untuk menuju ke sebuah restoran mewah. Apple tak pernah mau dijemput oleh pacarnya di apartemennya karena menurutnya apartemennya adalah hal yang sangat privasi baginya.
Setibanya di sana, Apple masuk ke dalam restoran mewah itu.
Di sana telah menunggu Alan -- pacar barunya yang notabene adalah salah satu cucu konglomerat yang cukup terpandang di negara tetangga.
"Maaf, kau sudah menunggu lama?" ucap Apple dengan gaya elegannya yang tenang dan menyejukkan.
"Tidak, aku baru saja sampai," jawab Alan tersenyum.
"Kapan kau kembali ke Hawaii?" tanya Apple.
"Dua minggu lagi. Nanti kita akan tetap berkomunikasi, kan?" sahut Alan.
Apple hanya mengangguk dan tersenyum.
'Oke, waktuku hanya dua minggu saja untuk menguras ATM-nya,' batin Apple.
Apple menyunggingkan senyum tercantiknya untuk membuat Alan semakin tergila-gila padanya.
Apple jarang menggunakan sentuhan fisik untuk membuat pria tertarik padanya. Cukup masuk dalam topik pembicaraan yang disukai para pria itu.
Itulah mengapa dia semakin pintar dari ke hari, karena dia selalu belajar perbedaan karakter dan hobby dari setiap pria yang dipacarinya.
Lalu ponsel Apple berbunyi. Apple melihat pesan yang masuk ke ponselnya.
Wajahnya tetiba menjadi lesu dan keliatan tak bersemangat ketika menaruh kembali ponselnya ke atas meja.
"Ada apa?" tanya Alan.
"Tidak ada apa-apa. Maaf, ayo kita pesan saja makanannya," jawab Apple dengan senyum setengah hatinya.
"Tidak, aku tahu bahwa ada yang terjadi. Ada apa?" tanya Alan sembari memegang tangan Apple.
"Mommy tak jadi mengunjungiku kemari. Keluargaku justru asyik berlibur ke Paris," jawab Apple.
"Mengapa kau tak menyusul ke sana?" tanya Alan.
"Tidak, aku harus menghemat uangku karena aku akan terlalu banyak belanja di sana. Orang tuaku sudah tak membiayai aku lagi karena mereka ingin aku belajar lebih mandiri," jawab Apple.
"Kau jangan khawatir masalah itu. Aku akan membayar semua kebutuhanmu termasuk tiket ke Paris serta belanjaanmu nanti," jawab Alan tersenyum.
"Tidak tidak, nanti reputasiku rusak karena hal itu," jawab Apple tertawa pelan.
"Tak masalah. Aku ingin melihat kau bahagia," ucap Alan.
"Oh my, aku tak ingin mengambil keuntungan dari memacarimu, Alan. Sudahlah, lupakan hal ini. Aku sudah terbiasa diperlakukan seperti ini oleh keluargaku," jawab Apple.
"Kirim nomer rekeningmu padaku, please. Aku ingin merasa sedikit berguna untukmu, Apple," ucap Alan memohon.
"Tapi aku tak bisa melakukan ini padamu," sahut Apple.
"Kau tak menganggapmu jika kau seperti itu. Kita berpacaran dan seharusnya kita saling mengisi, bukan?" kata Alan.
"Tapi bukan mengisi rekening, Alan," ucap Apple.
Alan tertawa pelan mendengar hal itu.
"Please ...," mohon Alan dengan mata yang berharap besar.
Apple terdiam sebentar lalu mengangguk.
"Terima kasih," ucap Alan.
"Seharusnya aku yang mengucapkan hal itu," kata Apple.
"Tidak, aku lah yang harus mengucapkannya karena kau memberi kesempatan untuk berguna bagimu," jawab Alan.
Lalu Apple mengirim nomer rekeningnya pada Alan dan Alan pun langsung mengirimkan sejumlah uang yang cukup banyak ke rekening Apple.
"Aku sudah mengirimnya," ucap Alan.
Apple mengecek saldo rekeningnya.
"Oh my God ... Ini terlalu banyak, Alan," kata Apple dengan wajah tak enaknya.
"Itu sangat sedikit, Sayang," sahut Alan.
"Bagiku ini sangat banyak, Alan," ucap Apple.
"Tolong terimalah uangku. Itu bukan sekedar uang bagiku tapi itu untuk menunjukkan keseriusanku padamu," jawab Alan kemudian mengecup punggung tangan Apple.
Apple tersenyum dan mengangguk.
"Terima kasih, Alan. Kau sangat baik padaku," ucap Apple yang hatinya sangat senang karena dia tak bersusah payah mendapatkan uang yang sangat banyak dalam semalam saja.
Lalu mereka pun memesan makan malam. Mereka saling mengobrol.
Apple dan Alan baru menjalin hubungan tiga hari belakangan dan Alan tampak sangat tergila-gila pada Apple.
Alan adalah pengusaha kaya dari Hawaii dan kebetulan datang ke Rusia untuk mencari lokasi resort baru.
Alan sudah sebulan lebih berada di Hawaii dan baru bertemu dengan Apple seminggu yang lalu di sebuah butik ketika Alan mengambil baju pesanan ibunya.
Setelah makan malam selesai, Alan dan Apple beranjak dari kursinya.
BYURRR!!
Tiba-tiba ada yang menyiram air pada Apple.
"Apa yang kau lakukan, Lensey?" bentak Alan pada wanita yang sepertinya di kenalnya.
"Jadi ini sebabnya kau tak pernah mengunjungiku lagi? Kau sudah memiliki wanita baru? Setelah memakaiku kau meninggalkan begitu saja?" marah wanita itu.
'Bingo!!' batin Apple yang seakan mendapat pertolongan dari semesta.
"Apa maksud dari semua ini, Alan? Kau mempermainkanku?" bentak Apple sembari mengusap wajahnya yang basah.
"KITA PUTUS!!" ucap Apple marah dan berbalik pergi.
"Apple!! Tunggu!! Aku bisa jelaskan semuanya," panggil Alan dan mengejar Apple.
Wanita itu menarik tangan Alan dan tak membiarkan Alan pergi.
Hal itu dimanfaatkan Apple untuk pergi dari sana. Tak masalah jika bajunya basah saat ini, yang penting rekeningnya sudah basah.
Bab 2 Apple Knox
Apple memanggil taksi dan segera masuk ke dalamnya begitu taksi itu berada di depannya.
"Yesss!" gumamnya berbisik sembari melebarkan senyum sumringahnya.
Ini adalah kencan Apple tersingkat di mana Apple tak perlu menghabiskan banyak waktu dan bermain drama yang terlalu panjang lagi.
Dan ia juga tak perlu banyak memikirkan alur drama kencan yang biasanya cukup menguras otaknya hanya untuk mencari alasan putus.
Apple melihat kembali ke arah ponselnya dan memeriksa saldo tabungannya yang kembali bertambah.
"Aku akan kaya sebentar lagi. Ini saat nya aku mencari pria kaya untuk menikahiku." Apple bermonolog dengan berbisik dengan mata yang masih fokus pada saldo tabungannya.
Senyumnya mengembang sampai akhirnya dia tiba di apartemennya.
Dia melangkah gontai memasuki lobby apartemen. Lalu ia masuk ke dalam lift dan menuju ke lantai apartemennya.
*
CEKLEK
Apple masuk ke dalam apartemennya dan melihat sang sahabat masih berkutat dengan bukunya.
Lea melihat ke arah Apple dan melihat rambut serta bajunya basah.
"Hei, ada apa? Kau kehujanan?" tanya Lea.
"Tidak, aku baru saja menyelesaikan misiku hari ini dengan komplit tanpa harus menunggunya berhari-hari," jawab Apple yang kemudian membuka bajunya di depan Lea lalu memasukkannya ke keranjang pakaian kotor.
"Bagaimana bisa?" tanya Lea penasaran dengan apa yang terjadi pada Apple.
"Ternyata pria itu punya kekasih yang sudah dibawanya ke ranjang. Dan wanita itu menyiram aku dengan segelas air tepat setelah pria itu menstransfer sejumlah uang untukku. Thank's God," sahut Apple yang kini hanya menggunakan paakaian dalamnya saja sambil berkeliaran di dalam apartemen.
"Hilangkah kebiasaanmu berkeliaran tanpa baju, Apple," ucap Lea menggenlengkan matanya.
"Ini hal yang menyehatkan, Lea Sayang," jawab Apple mengambil sebuah apel dari kulkas.
"Persediaan apelku sudah habis, Lea. Besok kita belanja bulanan, oke?" ucap Apple.
Apple memang sangat suka apel. Tak salah jika orang tuanya dulu memberinya nama Apple.
"Tak bisa. Aku ada persentasi di tempatku bekerja besok," sahut Lea.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi sendiri," jawab Apple sambil mengunyah apelnya dan duduk di kursi bar.
"Kau bisa memakai mobilku," ucap Lea.
"Tak perlu, aku akan naik taksi saja," sahut Apple yang masih dengan santainya duduk hanya memakai paakaian dalamnya saja.
"Kau bisa membeli mobil dengan uang yang ada di tabunganmu," ucap Lea.
"Tidak, nanti uangku akan berkurang banyak. Ah ya, untuk target selanjutnya aku akan minta mobil saja. Terima kasih idenya, Lea," kata Apple sumringah.
"Ck, aku tak memberimu ide," sahut Lea yang ditanggapi dengan tawa Apple.
Setelah makan apelnya, Apple pun pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
*
*
Pagi hari menjelang, Apple bersiap untuk pergi ke kampus. Dia akan memulai program magangnya dan perusahaan yang dipilihnya dikenal sangat ketat dalam memilih peserta magang karena mereka tak ingin bermain-main dalam pekerjaan.
Apple memilih naik bis dan dia tak pernah malu dengan hal itu meskipun penampilannya cukup mewah untuk naik bis.
Setibanya di kampus dia langsung menuju ke ruang administrasi kampus untuk menanyakan kelanjutan proses magangnya.
"Bagaimana dengan pendaftaranku, Miss. Liv?" tanya Apple dengan ramah pada salah satu dosen di sana.
"Kau diterima dan mulai magang minggu depan. Kuharap kau bisa melobi beberapa petinggi di sana karena itu akan menguntungkan buatmu ke depannya. Buat mereka terkesima dengan pekerjaanmu meskipun terkadang peserta magang hanya diberi tugas kecil dan dientengkan," ucap Miss Liv.
Wajah Apple tampak sumringah dan senang mendengar hal itu.
Itu adalah hal yang sangat menggembirakan baginya karena dia akan memanfaatkan hal itu sebaik-baiknya.
Tugas menjilat dan mencari muka memang salah satu bagian dari keahliannya. (wkwkwkwk)
Dan semoga dia tak mendapatkan hambatan apa pun dalam magangnya selama sebulan di sana.
"Baiklah, aku pasti memanfaatkan peluang ini dengan sangat baik, Miss Liv. Terima kasih. Aku tak akan pernah lupa dengan dukunganmu padaku selama ini. By the way, kau terlihat semakin cantik saja. Apakah kau memiliki pacar baru?" ucap Apple.
"Hei, bagaimana kau tahu? Aku bahkan baru berpacaran dua hari dengan pria itu," jawab Liv dengan wajah cerahnya.
"Tentu saja terlihat. Wajahmu tampak bersinar dan sepertinya kau baru mendapat perawatan wajah baru yang mahal. Apakah tebakanku benar?" kata Apple.
"Kau ini bisa saja. Tapi kau benar, aku baru mengikuti perawatan wajah baru yang lebih mahal. Menurutmu hasilnya bagus?" tanya Liv.
"Ya, sangat bagus dan kau terlihat seperti umur 20-an," ucap Apple.
Liv tertawa pelan mendengar pujian Apple yang selalu menyenangkan di telinganya.
Setelah mengobrol cukup panjang dengan Liv, akhirnya Apple pun langsung pergi dari kampus.
Dia berjalan menuju gerbang universitas untuk mencegat taksi yang akan mengantarnya ke sebuah butik.
Apple akan membeli pakaian formal untuk dipakainya waktu magang nanti.
TIN TIN ...
Sebuah mobil Lamborghini tampak berhenti di sampingnya dan membunyikan klaksonnya.
Apple berhenti dan melihat ke arah jendela mobil yang sudah terbuka itu.
"Hei, mau ke mana? Mau ku antar?" tanya pria itu yang tak lain adalah mantan pacarnya dulu yang bernama Tom.
"Kau tak bersama Melisa?" tanya Apple.
"Dia masih latihan cheer leader," jawab Tom.
"Baiklah," ucap Apple naik ke dalam mobil sport mewah itu.
Tom tampak tersenyum dan kemudian mereka pun pergi dari kampus.
"Kau mau ke mana?" tanya Tom.
"Antar aku ke butik XGLAM. Aku butuh pakaian formal untuk magang minggu depan," jawab Apple santai.
"Kau akan magang di mana?" tanya Tom.
"Perusahaan RV Corp," jawab Apple.
"Woooww ... Kau hebat bisa diterima di sana," ucap Tom.
"Itu hanya magang dan bukan bekerja," sahut Apple.
"Setidaknya, karena magang di sana pun cukup sulit," jawab Tom.
Hubungan Tom dan Apple tetap baik meskipun mereka sudah menjadi mantan. Alasan mereka putus dulu karena Apple menolak ajakan Tom ke ranjang.
Dan itu diterima oleh Tom hingga akhirnya Apple memilih putus dan membebaskan Tom mencari wanita lain meskipun sebenarnya Tom masih sangat menyukai Apple.
Melisa -- pacar Tom -- masih sangat cemburu jika Tom masih berhubungan dengan Apple.
Tapi Melisa tak berani protes karena itu akan membuatnya putus dari Tom yang notabene adalah seorang anak dari pengusaha kaya raya di kota itu.
Setibanya di butik, Apple pun turun dari mobil Tom.
"Terima kasih, Tom. Salam untuk Melisa," ucap Apple.
"Tak membutuhkan kartuku?" tanya Tom.
"Tidak, kau bukan pacarku lagi. Tanggung jawabmu telah berakhir," jawab Apple tersenyum dan Tom pun tertawa.
"Bye," ucap Apple lalu masuk ke dalam butik itu.
Apple naik ke sebuah tangga yang menuju pintu masuk butik itu dan di depannya ada seorang wanita paruh baya yang tampak sedikit kesusahan berjalan.
"Mau kubantu?" tanya Apple dengan sopan.
Wanita yang sudah berumur sekitar setengah abad itu tampak tersenyum dan Apple langsung memegang tangannya.
"Aku baru berolah raga tadi pagi dan kakiku sedikit kram, jadi agak susah berjalan," ucap wanita itu yang masih tampak segar dan bugar di usianya yang sudah tak lagi muda.
"Anda sendirian kemari?" tanya Apple.
"Bersama supirku dan dia menunggu di mobil. Aku lebih suka pergi sendiri," jawab wanita itu.
Lalu manajer toko membuka pintu itu dan melihat sang pelanggan setianya sudah berada di depan pintu.
"Selamat datang, Nyonya Rexa Romanov," ucap sang manager pada pelanggan konglomeratnya itu.
Bab 3 (Apple Knox)
'Jadi wanita ini adalah Nyonya besar Romanov. Mimpi apa aku semalam?' batin Apple ketika dirinya memegang tangan Rexa.
"Terima kasih," ucap Rexa tersenyum.
"Apa kaki anda masih sakit? Aku bisa sedikit tehnik memijat," kata Apple.
"Benarkah? Tapi aku merasa tak enak jika wanita secantik dirimu harus memijat kakiku," sahut Rexa.
"Tidak, tentu saja tak masalah. Aku tak tega melihat anda berjalan terpincang seperti itu," ucap Apple.
"Baiklah kalau begitu," sahut Rexa akhirnya.
Lalu manajer butik itu mengantar Rexa ke kursi sofa dan Apple pun berlutut duduk di bawahnya.
Apple mengambil lotion yang selalu dibawanya itu dari dalam tas.
Kemudian Apple mulai mengoleskan lotion itu ke betis indah Rexa dan memijatnya perlahan.
Rexa mengamati wajah cantik Apple yang tampak serius memijat.
"Siapa namamu?" tanya Rexa.
"Apple. Apple Vaughn," jawab Apple.
"Vaughn? Nama itu tak asing bagiku. Dulu aku memiliki teman bernama Solandis Vaughn. Dia seorang model, sama sepertiku dulu," ucap Rexa.
Apple menghentikan gerakan tangannya dan melihat ke arah Rexa.
"Dia ibuku," sahut Apple.
"Benarkah? Ya Tuhan, ternyata dunia ini sempit sekali. Sampaikan salam untuk ibumu dariku," ucap Rexa tersenyum.
"Nanti akan kusampaikan," sahut Apple tersenyum dan kembali memijat kaki Rexa.
"Pijatanmu sangat enak. Di mana kau belajar memijat seperti ini?" tanya Rexa.
"Nenekku," jawab Apple dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.
Tampak beberapa pegawai butik melihat kepiawaian Apple memijat kaki Rexa.
Setelah cukup lama memijat betis Rexa, akhirnya sesi pijat itu selesai.
"Bagaimana? Apakah anda sudah bisa berjalan?" tanya Apple.
"Panggil aunty saja agar tak terlalu formal. Aku adalah teman ibumu," jawab Rexa.
Apple mengangguk dan melihat Rexa bisa berjalan normal kembali.
"Kau hebat, Sayang. Lihatlah, kakiku sudah bisa berjalan dengan nyaman kembali," ucap Rexa.
"Syukurlah jika kaki aunty sudah tak sakit lagi," kata Apple.
"Terima kasih. Kapan-kapan kau harus datang ke mansionku bersama ibumu. Sudah sangat lama aku tak bertemu dengannya," ucap Rexa.
"Ibuku ada di Dubai. Dia baru menikah lagi dan tinggal di sana," jawab Apple dengan ekspresi yang tak bisa ditebak.
"Ah begitu ya, kalau begitu kau saja yang ke rumah. Tak masalah, kan?" tanya Rexa.
"Dengan senang hati," sahut Apple tersenyum sumringah.
"Sekarang ambillah baju yang kau inginkan. Itu hadiah dariku," ucap Rexa.
"Tidak, Aunty. Kurasa ini hadiah yang berlebihan. Aku hanya memijat saja dan kau memberiku hadiah yang terlalu mahal," sahut Apple.
"Baju apa yang kau cari?" tanya Rexa.
"Baju formal karena besok aku akan magang di perusahaan yang cukup bergengsi jadi aku ingin peformaku sempurna," jawab Apple.
"Candice, carikan setelan kerja formal untuk Apple," ucap Rexa pada manajer butik.
"Baik, Nyonya," jawab Candice.
"Tapi aunty, ini ..."
"Sudahlah, butik ini milikku jadi aku bebas melakukan apa pun di sini," jawab Rexa.
"Jadi butik ini milik aunty?" tanya Apple menganga.
"Ya, aku suka fashion, jadi bisnisku berada tak jauh dengan produk fashion," sahut Rexa.
'Ya Tuhan, kaya sekali dia. Apakah dia memiliki anak laki-laki? Aku bisa menggaetnya jika memang ada,' batin Apple.
Apple tahu tentang kiprah bisnis keluarga Romanov tapi mereka memiliki keturunan yang cukup banyak jadi Apple tak mengetahui detailnya.
Apalagi privasi keluarga Romanov cukup tertutup dan sangat dijaga ketat. Bahkan wartawan saja tak bisa memasuki area mereka.
"Terima kasih, Aunty. Terima kasih banyak," ucap Apple sembari menunduk hormat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!