Semua panik saat mengetahui calon pengantin wanita kabur, sedangkan besok acara pernikahan akan di gelar. Tari hanya meninggalkan sepucuk surat di atas meja riasnya, memberitahu kepada semua orang bahwa ia belum siap untuk menikah dan memilih pergi.
Arya Seno Nugroho putra satu-satunya pebisnis ternama di Indonesia harus menelan pil pahit akibat di tinggal kabur sang kekasih.
Laki-laki berusia tiga puluh tahun itu sangat kecewa dengan keputusan sang kekasih yang membuatnya malu dan prustasi.
Lestari putri atau sering di panggil Tari, wanita yang sudah tiga tahun bertahta di hatinya, Arya sangat mencintai wanita itu tapi dengan tega Tari meninggalkan dirinya. Tidak bisa di pungkiri Arya sangat kecewa dan sakit hati dengan sikap kekasihnya, ingin rasanya membenci wanita itu, tapi lagi-lagi cintanya yang begitu besar mengalahkan rasa bencinya.
Hingga Arya ingin mengundurkan pernikahan mereka, menunggu sang kekasih kembali dan siap untuk menjalani kehidupan bersama dengan dirinya. Arya masih yakin jika Tari masih mencintainya, dan akan kembali kepadanya.
"Apa, kamu ingin mengundurkan pernikahan kalian dan menunggu gadis itu? Apa kamu sudah gila, dimana otak kamu Arya. Apa yang akan orang-orang katakan kalau pernikahan ini batal padahal semuanya sudah siap, undangan sudah di sebar besok adalah pernikahan kalian tapi dengan seenak jidat kekasihmu itu kabur entah kemana." Bentak Hendra papa Arya yang masih diliputi amarah.
Laki-laki paru baya itu tampak memarahi anaknya yang terlalu di butakan oleh cinta hingga tidak bisa membedakan mana wanita yang tulus dan tidak. Tak jauh dari kedua laki-laki berbeda usia tersebut, terdengar tangis seorang wanita berumur lima puluh tiga tahun duduk di sofa menangisi nasib putranya yang di tinggal kabur calon istrinya.
Wanita itu tidak sanggup membayangkan betapa malunya keluarganya besok karena pernikahan yang di gelar secara mewah itu terancam batal. Sebagai keluarga terpandang dan terhormat Davina tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng begitu saja dan berimbas pada perusahan mereka.
"Papa tidak mau tahu, besok kamu harus tetap menikah." Titah Hendra tidak dapat di ganggu gugat.
"Tapi dengan siapa pa? Tari sudah pergi." Ucap Arkan dengan prustasi.
"Kamu tidak usah susah payah memikirkan siapa pengganti Tari, karena papa yang akan memilihkan calon istrimu. Percuma papa membiarkan kamu bebas memilih wanita yang kamu inginkan, nyatanya kamu di campakkan begitu saja. Pernikahan ini tidak boleh batal, kamu mau kita semua menanggung malu akibat ulah gadis tidak bertanggung jawab itu." Tutur Hendra.
Sejak awal Hendra tidak menyukai kekasih putranya itu, tapi karena bujukan sang istri dengan mengatasnamakan kebahagiaan putra semata wayang mereka itu, akhirnya dengan berat hati Hendra memberikan restu.
Arya hanya bisa pasrah dengan keadaan, dimana papanya ingin ia melanjutkan pernikahan itu dengan mempelai wanita pilihan orang tuanya. Pria itu tidak berdaya ketika papanya mengancam akan mencabut fasilitas mewah yang selama ini ia dapatkan serta menghapus Arya sebagai pewaris tunggal kekayaan keluarganya.
...*****...
Kini Hendra dan Davina sedang duduk di hadapan sahabatnya. Mereka meninggalkan Arya di rumah dan berkunjung ke rumah sahabatnya walau sudah larut malam.
"Ada apa kenapa kalian berkunjung malam-malam begini, bukannya kalian istirahat karena besok adalah hari pernikahan putra kalian?" Tanya Dewa sahabat Hendra.
Belum sempat Hendra menjawab Citra istri Dewa datang dengan nampan berisi minuman yang ia buatkan untuk tamu sekaligus sahabat mereka itu.
"Diminum dulu, baru lanjut ceritanya." Sela Citra.
Hendra dan Davina meminum teh yang di buatkan sahabat mereka, sejak mendapat kabar kaburnya calon menantu mereka, keduanya belum sempat makan atau minum. Rasa panik membuat keduanya tidak terpikirkan untuk mengisi perut mereka, karena yang ada di kepala mereka adalah bagaimana bisa mendapatkan pengganti Tari karena besok adalah hari pernikahan.
"Jadi ada perlu apa, sahabatku ini datang menjumpai diriku hingga larut malam seperti ini. Sepertinya ada sesuatu yang mendesak?" Tebak Dewa.
"Calon istrinya Arya kabur." Jawab Hendra sembari meletakkan kembali gelas tehnya.
"Kabur, kenapa bisa begitu. Bukannya Arya dan calon istrinya saling mencintai?" Kali ini Citra yang bertanya.
"Kamu tidak tahu alasan pastinya, tapi ia hanya meninggalkan sepucuk surat dan mengatakan kalau ia belum siap untuk menikah." Jawab Devina.
Tangis wanita itu kembali pecah, mengingat nasib putranya. Citra memeluk sabahatnya itu, berusaha menenangkan dan memberikan kata-kata sabar dalam menghadapi ujian ini.
"Sabar ya, pasti ada cara menyelesaikan semua ini." Ucap Citra.
"Aku gak tahu bagaimana besok harus menghadapi orang-orang, mereka pasti menertawakan kami karena calon istri Arya memilih kabur. Cit tolong bantu kami." Ucap Devina memohon.
"Kalian tenang saja, kami pasti akan membantu kalian agar bisa mendapatkan solusi dari masalah ini." Jawab Dewa.
"Kamu benar Wa, hanya kalian yang bisa membantu kami. Jadi tolong bantu kami. Aku mohon." Kali ini Hendra ikut memohon seperti istrinya.
"Iya, kami harus ngapain agar bisa membantu kalian?" Tanya Dewa merasa iba kepada sahabatnya.
"Izinkan Dira menikah dengan Arya, Dira yang akan mengantikan Tari dan akan menjadi menantu kami." Ucap Hendra.
"Apa..., Kamu udah gila ya Hen. Kamu pikir putriku apaan bisa mengantikan calon menantumu, Aku tidak akan menyerahkan putri satu-satuku bersanding dengan putramu . Apalagi putramu tidak mencintai putriku." Tolak Dewa.
"Aku mohon Wa, awalnya putraku memang tidak mencintai Dira, tapi aku yakin seiring berjalannya waktu Ardy akan mencintai Dira. Seperti aku dulu, apa kamu lupa aku juga di jodohkan dengan Devina. Aku yakin anakku juga akan seperti aku." Hendra mencoba meyakinkan sahabatnya itu.
"Tolong kami Dewa, Citra. Hanya Dira yang kami inginkan menjadi menantu kami. Kamu tahu sendiri dari dulu aku dan Hendra sangat menginginkan Dira jadi istrinya Arya, apalagi Dira juga menaruh rasa kepada putra kami. Jadi apa salahnya mewujudkan mimpi Dira yang ingin bersanding dengan lelaki yang ia cintai." Devina mencoba mempengaruhi sepasang suami istri itu.
Hendra dan Devina berusaha meyakinkan sahabat mereka agar menyetujui permintaan mereka, dengan menjanjikan Dira akan bahagia menjadi istri Arya. Bahkan Hendra mengatakan putranya pasti bisa mencintai Dira, mereka hanya butuh pendekatan saja.
Dewa larut dalam pikirannya, lelaki itu kembali teringat kala Dira putrinya mengetahui kabar pernikahan putra sahabatnya itu. Putrinya menjadi murung karena sebentar lagi pujaan hatinya akan menjadi milik orang.
Dewa tidak tega melihat kesedihan putri yang sangat ia cintai itu, mungkin ini jalan yang di berikan tuhan untuk putrinya agar bisa bersama dengan laki-laki yang sudah lama menjadi pemilik hatinya.
Jangan lupa like komentar vote dan hadiahnya agar author lebih semangat up-nya.
Walau malam sudah larut tapi keempat manusia yang sedang ada diruang tamu itu masih serius dalam pembicaraan mereka, terlihat Hendra masih menyakinkan Dewa agar menyetujui permintaannya.Dari arah tangga terdengar suara gadis cantik memanggil kedua orang tuanya.
"Pa ma ada tamu ya, siapa?" Tanya Dira.
Gadis cantik itu menuruni tangga dan mendatangi ke empat orang tersebut, tadinya ia berniat mengambil minum gadis itu ternyata kehausan membuat ia terbangun dari tidurnya.
" Halo Tante Davina hali om Hendra." Sapa Dira sembari menyalami tangan orang tua dari pujaan hatinya.
"Halo juga sayang, bagaimana kabar kamu? Aduh kamu semakin cantik saja deh." Puji Davina, sedangkan Hendra hanya memberikan senyuman kepada gadis yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu.
"Akh Tante bisa saja mujinya, kabar aku baik Tante." Balas Dira.
"Sayang kenapa kamu turun, apa suara kami mengganggu tidurmu?" Tanya Davina takut putrinya terganggu.
"Gak ma, Dira hanya ingin mengambil minum karena haus." Jawab Dira.
"Wa, bagaimana kamu setuju kan? Tolong kami Dewa, aku janji akan menjaga Dira dan membuat ia bahagia." Lagi-lagi Hendra tidak menyerah meyakinkan sahabatnya.
"Apa kamu yakin putramu bisa melupakan kekasihnya itu dan menerima putriku?" Tanya Dewa.
Sedangkan Dira merasa bingung dengan pembicaraan tersebut, ia tidak paham maksud dari kata-kata kedua laki-laki tersebut.
"Emangnya Dira kenapa pa?" Tanya Dira penasaran.
Davina langsung mendekati Dira, menggenggam tangan gadis tersebut dan memulai memberitahu maksud mereka kepada Dira.
"Apa? Kenapa bisa tan, bukannya kak Arya dan kak Tari sudah lama pacaran." Sela Dira memotong cerita Davina.
"Kami juga tidak menyangka Tari Setega itu sayang, apa kamu mau menjadi istri Arya mengantikan Tari?" Tanya Davina langsung.
"Istri.... a a aaku jadi istri kak Arya." Ucap Dira tergagap.
Gadis itu masih syok dengan cerita kaburnya calon istri Arya kini gadis itu lebih syok karena orang tua Arya memintanya menjadi menantu mereka. Selama ini ia hanya bisa berkhayal menjadi istri dari Arya laki-laki yang sangat ia cintai, walau ia mencintai dalam diam.
"Tapi bagaimana jika kak Tari kembali?" Tanya Dira ragu.
"Walau Tari kembali kamu tetap menjadi istri Arya, karena ia sendiri yang membuang Arya. Jadi kamu tidak perlu khawatir karena secara hukum dan agama kamu akan menjadi istri Arya. Kamu mau menikah dengan putra om nak?" Ucap Hendra menyakinkan Dira.
Tampak Dira berpikir sebentar ada rasa ragu karena pernikahan ini terjadi bukan karena cinta tapi karena terpaksa, walau ia mencintai calon suaminya itu tapi Arya hanya menganggapnya adik.
Disisi lain Dira juga ingin mewujudkan mimpinya menjadi istri dari Arya Seno Nugroho laki-laki yang menjadi pemilik hatinya.
Dira menyakinkan dirinya, bahwa ia bisa membuat Arya jatuh hati kepadanya, Dira percaya cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan intensitas pertemuan diantara mereka akan membuat benih-benih cinta itu tumbuh.
"Dira mau jadi istrinya kak Arya om." Jawab Dira dengan wajah yang sudah merona.
Semuanya terkejut tak menyangka gadis itu menerima lamaran dadakan tersebut dengan cepat tanpa ada keraguan seperti yang di rasakan kedua orangtuanya.
"Alhamdulillah, terima kasih ya Allah." Ucap Davina langsung memeluk calon menantunya.
"Kamu yakin sayang?" Tanya Citra.
"Yakin ma." Jawab Dira tersenyum.
"Kalau begitu besok kalian akan menikah, tidak usah memikirkan masalah baju dan yang lainnya, biar kami yang mengurusnya." Ucap Hendra lega karena akhirnya mereka menemukan pengganti Tari.
Hendra dan Davina sudah menyukai Dira dari dulu, pernah terpikir mereka akan menjodohkan Arya dan Dira, tapi putra mereka menolak dengan tegas karena sudah memiliki tambatan hati. Ternyata Tuhan punya cara sendiri memjadikan Dira menjadi menantu mereka.
"Tunggu dulu, aku ingin Arya dan Dira membuat surat perjanjian pranikah. Aku tidak ingin anakku di rugikan di masa yang akan datang, mengingat putramu bisa saja kembali kepada kekasihnya jika perempuan itu kembali. Aku ingin kamu mengikat putramu agar tidak bisa mempermainkan putriku di kemudian hari." Ucap Dewa dengan tegas.
"Pa, kenapa harus pakai perjanjian pranikah segala. Aku tidak setuju." Dira mengeluarkan pendapatnya.
"Papa hanya ingin yang terbaik untuk kamu nak, papa tidak ingin kamu di campakkan kalau sudah tidak di butuhkan lagi." Dewa mencoba memberi penjelasan pada putrinya.
"Om setuju dengan papa kamu nak, semua demi kebaikan kamu. Kita tidak tahu apa yang terjadi ke depannya. Jadi kamu ada pegangan sehingga pasangan kamu tidak bisa macam-macam." Tutur Hendra.
Surat perjanjian sudah selesai di tulis, akhirnya Dira menurut dan menyetujui adanya perjanjian pranikah tersebut. Kini Dira telah menandatangani surat tersebut,kemudian orang tua Ardy membawa surat perjanjian pranikah itu untuk di tandatangani Ardy.
...*****...
"Aku gak mau tanda tangan pa, kenapa harus pakai perjanjian segala. Lebih baik pernikahan ini batal aku gak bisa nikah dengan Dira. Gadis manja, yang hanya berlindung dibelakang orang tuanya saja." Tolak Ardy setelah membaca surat perjanjian pranikah tersebut.
Ardy tidak setuju dengan isi surat perjanjian tersebut dimana hanya memberatkan dirinya saja, hanya Dira yang akan menjadi istri satu-satunya dan jika Ardy ketahuan mempunyai hubungan terlarang dengan wanita lain, maka seluruh harta kedua orang tuanya akan di kepada Dira dan panti asuhan. Begitulah kira-kira isi perjanjian pra nikah mereka.
"Tanda tangan atau kamu kehilangan semuanya. Apa kamu masih berniat menerima kembali gadis gila itu. Ingat baik-baik nak, suatu hari nanti kamu akan berterima kasih kepada papa dan mama karena sudah menjadikan Dira menjadi istrimu." Ucap Hendra.
Dengan terpaksa Arya menandatangani surat perjanjian tersebut, dan segera pergi ke kamarnya.
"Sialan, kenapa jadi begini. Besok aku akan menikahi gadis manja itu, rasanya aku ingin waktu berhenti saja. Tari kenapa kamu meninggalkan aku dimana kamu sayang, kembalilah."
Keesokan harinya baik dari pihak Arya maupun Dira terlihat sangat sibuk, di. dalam kamar sebuah hotel kini Dira sedang di rias, calon mama mertuanya sudah mempersiapkan apa yang ia perlukan.
Kini gadis cantik kesayangan kedua orangtuanya itu telah selesai di rias, rasa kagum terdengar kala sang MUA memuji pengantin yang ada di hadapannya.
"Aduh, cantik sekali pengantinku.Gak perlu dempul sana sini, karena sudah cantik alami. Eke senang dapat pengantin cantik begini." Ucap pria yang terlihat kemayu itu.
Dira hanya tersenyum mendengar ucapan sang MUA, karena sebenarnya ia sedang khawatir dan gugup. Bagaimanapun pernikahannya terlalu mendadak membuat Dira khawatir dan takut, apakah suaminya akan bisa menerima dirinya. Tapi ia meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan berjalan dengan lancar, hingga lamunannya terhenti saat sang mama mendatanginya.
"Sudah siap, ayo akadnya akan segera di mulai." Ucap Cinta pada putrinya.
Arya dengan lantang mengucap akad tanpa ada kesalahan, kini gadis yang duduk di sampingnya itu sudah sah menjadi istrinya.
Arya hanya bisa menerima nasibnya, menikahi perempuan yang tidak di cintainya, entah bagaimana rumah tangganya nanti. Sekarang laki-laki itu tidak bisa berpikir, Arya hanya menjalani perintah kedua orang tuanya agar ia tidak kehilangan warisan keluarganya.
Jika pengantin pria tidak bahagia dengan pernikahan tersebut, berbeda dengan pengantin perempuan yang sampai meneteskan air mata karena impiannya menjadi istri dari seorang Arya Seno Nugroho Akhirnya terwujud.
Kini Dira hanya perlu meluluhkan hati suaminya, agar bisa menerimanya dan melupakan Tari wanita yang di cintai Arya.
Keduanya kini sudah berada di atas pelaminan, bak raja dan ratu semua memuja keserasian pasangan pengantin tersebut. Arya yang tampan bersanding dengan Dira yang cantik, Keduanya tersenyum menyapa tamu yang mengucapkan kata-kata selamat untuk mereka.
Jika Dira tersenyum tulus maka Arya tersenyum penuh kepalsuan, laki-laki itu harus berakting selayaknya pengantin yang berbahagia.
"Kapan ini berakhir, sungguh aku sudah tidak tahan menunjukkan senyum palsu ini. Dasar perempuan manja, aku yakin kamu pasti meminta orang tuamu mengatakan pada orang tuaku untuk menjadi pengganti Tari. Jangan terlalu senang, karena kamu tidak akan bisa mengantikan posisi Tari. Kita lihat saja sampai mana batas kemampuan gadis manja seperti kamu." Ucap Arya dalam hati sembari menatap Dira.
Dira yang menyadari dirinya di tatap oleh suaminya menjadi salah tingkah.
"Kak, jangan tatap aku terus Dira malu Kak." Ucap Dira dengan percaya dirinya.
"Jangan terlalu percaya diri, aku tidak tertarik dengan gadis manja yang tidak bisa apa-apa. Kamu hanya beruntung lahir di keluarga kaya raya, yang hanya bisa menikmati harta orangtuamu saja." Bisik Arya di telinga istrinya.
Mendengar perkataan suaminya membuat hati Dira seperti diremas, dengan teganya Arya mengatakan hal menyakitkan itu padanya. Bahkan mereka masih berada di atas pelaminan.
Sebisa mungkin Dira menyembunyikan rasa sakit itu, menggantinya dengan senyum indahnya menatap suaminya. Sehingga semua tamu yang melihat interaksi keduanya seperti Arya yang membisikkan kata-kata manis untuk Dira, sehingga ia tersipu malu.
"Dasar bermuka dua, pintar juga ni cewek aktingnya." Guman Arya.
Acara pernikahan Arya dan Dira berjalan dengan lancar sampai tak terasa mereka sudah sampai di penghujung acara. Tamu-tamu sudah mulai meninggalkan tempat acara kini hanya tersisa keluarga terdekat saja.
Kedua orang tua Arya dan Dira mendekati mereka, raut wajah bahagia tergambar jelas di wajah keempat manusia yang berdiri di hadapan mereka.
"Kalian istirahatlah, pasti menantu mama sudah capek seharian berdiri menyambut tamu. mama sudah siapkan kamar pengantin untuk kalian. Berbahagialah dan kami menunggu cucu yang menggemaskan dari kalian." Ucap Davina.
"Mama...." Ucap Arya yang tak suka dengan perkataan Davina.
"Sudah-sudah jangan di ributkan lagi, Arya bawa istrimu ke kamar kalian dan ini tiket honeymoon ke Paris untuk kalian. Besok pagi kalian berangkat. Berusahalah menerima pernikahan ini, kalian harus saling mengenal dan membuka hati masing-masing. Jangan lihat masa lalu tapi lihatlah ke depan dimana ada masa depan yang menanti agar kalian tidak menyesal di kemudian hari." Ucap Hendra menasehati pengantin tersebut atau lebih tepatnya mengingatkan sang anak.
"Mama sudah menyiapkan pakaian kamu, semuanya sudah ada di kamar kalian, jadi besok kalian tinggal berangkat saja. Sekarang pergilah istirahat agar besok kalian tidak terlambat." Ucap Citra mertuanya Arya.
Keduanya pamit setelah mendengar nasehat dari para orang tua, baru beberapa langkah keduanya berjalan. Terdengar papa mertua Arya memanggilnya.
"Ya ada apa pa?" Tanya Arya yang sudah merubah panggilannya terhadap Dewa.
"Aku tahu kamu belum mencintai putriku , tapi jangan coba-coba untuk menyakiti hatinya, karena aku sudah menolong keluargamu dari rasa malu dengan merelakan putriku jadi istrimu. Jika kau melakukan itu, aku akan membuat kamu menyesal seumur hidup." Ucap Dewa memperingati menantunya itu.
"Iya pa. Kalau begitu kami permisi dulu." pamit Arya yang sudah tidak tahan mendengar ocehan orang tua mereka.
...*****...
Di dalam kamar terlihat Dira sedang menghapus riasannya, sedangkan Arya sedang berada di kamar mandi membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket.
Dira merasakan debaran di jantungnya saat mendengar suara pintu kamar mandi di buka. Dira bahkan diam mematung saat Arya terlihat dari pantulan cermin yang ada di hadapannya. Wanita itu terpesona dengan keindahan tubuh suaminya, membuat Dira berpikiran yang tidak-tidak.
Tapi khayalan tingkat tinggi Dira di patahkan oleh suara Arya yang menyuruhnya untuk segera mandi. Dengan cepat Dira langsung memasuki kamar mandi dan memulai ritualnya.
Dira yang sudah bertekad untuk merebut hati suaminya, sudah siap memberikan hak suaminya malam ini, bahkan Dira sudah meyiapkan pakaian dinas untuk menarik perhatian suaminya.
"Aku harus bisa membuat kak Arya jatuh hati denganku." Ucap Dira sembari menatap penampilannya di pantulan kaca yang ada di kamar mandi.
Arya yang sudah selesai memakai bajunya, langsung duduk bersandar di ranjang sembari membuka laptopnya, laki-laki itu ingin menuntaskan pekerjaannya. Arya berpikir tidak ada yang istimewa dengan malam pertamanya, lain halnya jika Tari yang menjadi istrinya. Mungkin saat ini mereka sedang menikmati malam panas mereka.
Ceklek.....
Arya mendengar suara pintu kamar mandi terbuka tapi ia tidak ada niat untuk melihat orang yang keluar dari dalam sana. Arya terlihat sibuk dengan laptop Yang ada di pangkuannya tanpa ada minat melihat sang istri.
Dira memberanikan diri untuk mendekati ranjang tempat Arya duduk, ada rasa kecewa saat suaminya tidak meliriknya sama sekali. Tapi tekad gadis ceria itu sudah bulat, ia akan menggapai cintanya. Walau harus sedikit menggoda suaminya dengan memakai pakaian dinas para istri solehot.
"Ya tuhan, kuatkan hamba dan hilangkan rasa malu ini. Bukannya menggoda suami sendiri sah-sah saja yang penting jangan menggoda suami orang. Ini semua aku lakukan demi keuntuhan rumah tanggaku. Bantu aku ya Allah." Doa Dira dalam hatinya.
"Apa kamu tidak lelah terus berdiri di situ." Tegur Arya.
Dira mengambil laptop suaminya kemudian menaruhnya di atas meja yang tidak jauh dari ranjang. Setelah itu ia duduk di dekat suaminya dan mulai menyentuh tangan kekar itu.
"Kak, aku sudah siap menjadi istrimu seutuhnya. Aku sudah siap menyerahkan seluruh hidupku untuk kakak, aku milik kakak sekarang." Ucap Dira.
Arya tersenyum sinis melihat penampilan istrinya itu, bahkan Dira berani menyentuh tangannya dan secara terang-terangan berusaha Menggodanya.
"Kamu pikir aku tergoda dengan aksi murahanmu ini, walau kamu telanj*ng sekalipun aku tidak akan nafsu melihatmu. Dasar perempuan murahan, jangan mimpi aku akan menyentuhmu." Ucap Arya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!