NovelToon NovelToon

Putri Antah Berantah Milik CEO

Dicampakkan

Rasanya sudah lama sekali Raymond Lewis tidak merasakan kemacetan Kota Jakarta seperti hari itu. Setelah sepuluh tahun tinggal di negeri orang, kemacetan seperti hari itu tidak lagi merasa menyebalkan baginya. Ia merindukan Jakarta dengan segala hiruk-pikuk dan keruwetannya.

Ray merogoh saku jasnya, kembali memandangi sepasang cincin yang akan segera diberikannya pada Rosaline, gadis yang sudah dipacarinya selama lima tahun terakhir. Ia tidak menyangka akhirnya bisa juga menikahi gadis pujaan hatinya itu setelah melalui banyak pertentangan dan perdebatan dengan ayahnya, Alexander Lewis yang tidak menginginkan menantu yang tidak mengenal sopan santun dan adat ketimuran seperti Rosaline.

Sebagai konglomerat terpandang, nama baik dan adat istiadat masih diaanggap sangat penting oleh Alexander, karena itu ia tidak ingin menambah beban keluarga dan leluhurnya dengan memasukkan satu ‘wanita liar’ ke dalam rumahnya dengan kehadiran Rosaline.

Alexander sudah kerap menjodohkan Ray dengan putri kenalan dan rekan bisnisnya, tapi tak satupun yang berhasil. Semakin ia memaksa, semakin Ray menjauh darinya. Ray bahkan mengancam tidak akan pernah mau kembali ke Indonesia jika dipaksa menikah dengan wanita selain Rosaline.

Alexander yang mulai lelah dengan penyakit jantungnya mulai mengalah dan terpaksa menerima Rosaline sebagai calon menantunya asalkan Ray mau pulang dan mengurus Ultimate Group dan merampungkan proyek pembangunan Tera Kota yang dirintisnya sejak lama. Ia tidak ingin Tera Kota terbengkalai ataupun jatuh ke tangan yang salah. Alexander ingin Ray, putra bungsunya yang sudah lama tinggal di Inggis dan menyelesaikan pendidikannya di London Bussiness School itu bisa segera menggantikannya mengelolah Ultimate Group dan membiarkannya menjalani pengobatan di luar negeri dengan tenang.

" Bisa lebih cepat, Ed?! Waktu kita tidak banyak!" Sesekali Ray melihat jam tangan Vacheron Tour de I'ile pemberian Rosaline yang dikenakannya

“Siap, Tuan!” Edward memacu mobilnya mencari jalur alternatif tercepat menuju kantor.

" Bagaimana dengan persiapannya?" Tanya Ray memastikan

" Sudah sembilan puluh lima persen, Tuan. EO sudah mengurus semuanya dengan baik. Sejauh ini tidak ada masalah."

"Good!" Ray memasukkan kembali kotak cincinnya ke dalam saku jas.

Hari itu Ray ingin segera merampungkan tugas terakhirnya sebagai presdir single di kantor pusat Ultimate Group. Ia ingin segera pulang dan memanjakan diri sebelum acara sakral pernikahannya esok hari. Ia sangat bangga berhasil mengalahkan ego ayahnya dan membuktikan bahwa ia sanggup mempertahankan cintanya pada Rosaline hingga akhir.

Bip

Sebuah pesan masuk ke ponsel Ray. Dari Rosaline.

Ray membuka pesan itu. Singkat.

“Maaf, Ray, aku tidak bisa melakukan ini. Tapi aku harus pergi. I love you.”

Ray baru saja merasakan bak petir menyambarnya di siang bolong. Kepalanya berkunang-kunang. Ia bahkan tidak bisa mencerna dengan baik setiap kata yang tertulis di dalam pesan itu.

Ray bergegas mengangkat ponselnya, memencet nomor Rosaline.

“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atai berada di luar servis area.”

Ray tak tahu apa yang terjadi. Kenapa Rosaline tiba-tiba saja mengirimkan pesan seperti itu lalu mematikan ponselnya begitu saja. Ray kembali melakukan beberapa panggilan telepon.

" Ron, sekarang pergi ke hotel lalu cari tahu keberadaan Rosaline!”

" Ciko! Segera hubungu pihak bandara dan cari tahu penerbangan atas nama Rosaline!"

Edward yang sedari tadi menyaksikan kepanikan Ray dari balik kemudi paham betul bahwa sesuatu sedang terjadi pada Rosaline.

"Tuan, apa terjadi sesuatu?!"

Ray melempar ponselnya ke pangkuan Erdawd. Edward membaca isi pesan dari Rosaline dengan seksama.

“Sial! Hidupku akan kembali sulit karena ulah gadis itu!” gumam Erdawd dalam hati.

Edward mengembalikan ponsel itu dengan hati-hati. Sebuah panggilan masuk

" Ya Ron?!"

" Maaf Tuan, ibu Rosaline sudah tidak ada di kamarnya. Kata petugas hotel, beliau sudah keluar tadi pagi-pagi sekali dengan membawa koper dan barang-barangnya. Kami sudah memeriksa di kamar, beliau meninggalkan baju pengantin dan semua perlengkapan pengantin."

" Sial!!" Ray menutup teleponnya kasar. Perasaannya jungkir balik seperti roller coaster. Baru saja ia merasa sangat bahagia hendak menikahi gadis yang sangat dicintainya itu. Namun tak lama kemudian ia justru dicampakkan begitu saja. Bahkan saat semua persiapan pernikahan sudah dilaksanakan dan undangan juga sudah disebarkan.

“Undangan! Sial! Bagaimana mungkin aku membatalkan para tamu undangan yang mungkin saat ini sudah tiba di Jakarta!” Rutuk Ray dalam hati.

Ia terus berfikir, mencari cara untuk menemukan Rosaline dan membawanya kembali sesuai rencana semula. Apapun masalahnya, ia yakin bahwa menemukan Rosaline adalah hal yang paling penting saat itu.

Kring. Sebuah panggilan masuk dari Ciko

" Siang Tuan, saya sudah memeriksa jadwal penerbangan. Bu Rosaline baru saja take off menuju Paris."

" What?! Paris???" Ray mengacak-acak rambutnya frustasi.

Ia tidak menyangka bahwa ia akan begitu saja kecolongan bahkan di bagian yang paling penting. Seketika ia menyadari bahwa ia telah gagal total bahkan sebelum acara pernikahannya dimulai. Bisa-bisanya Rosaline meninggalkan Ray begitu saja. Kini Ray benar-benar meradang. Ingin rasanya ia menghajar seseorang sampai terkapar untuk melampiaskan kemarahannya.

Tapi ia sadar ada yang lebih penting untuk segera dilakukannya. Menemukan cara untuk menyelamatkan nama baik dan harga dirinya di hadapan para tamu undangan yang kebanyakan adalah kerabat dekat dan rekan bisnis, dan terutama di hadapan ayahnya. Ia tidak tahu bagaimana harus menanggung malu apabila acara pesta pernikahan besar-besaran yang telah dipersiapkannya harus dibatalkan begitu saja karena mempelai wanitanya melarikan diri. Ia tidak pernah menyangka akan mengalami kejadian konyol dan tidak masuk akal yang hanya dilihatnya di film-film.

Ray berfikir keras. Pesta itu tidak boleh gagal. Ia tidak ingin dipermalukan dihadapan para pejabat, pengusaha dan pesohor negeri yang telah diundangnya. Jika masalahnya adalah mempelai wanita, maka yang harus segera ia lakukan adalah segera menemukan penggantinya.

Gadis Tanpa Identitas

Kinan tiba di stasiun ketika subuh. Suasana masih begitu sepi. Meskipun fajar sudah mulai menyingsing di ufuk timur, Kinan tak mendengar seekor ayampun yang berkokok. Tidak seperti di kraton, meskipun masih sangat pagi, orang-orang sudah ramai hilir mudik sibuk dengan urusan masing-masing.

Banyak orang yang menatapnya aneh saat menyusuri jalan. Kinan tidak mengerti apa yang salah. Padahal pagi itu Kinan datang menggunakan kemben, kain selendang yang disampirkan seperti kerudung dan jarik selutut. Pakaian paling sederhana yang biasa dikenankannya di keraton. Kata Eyang Warso pakaian sederhana itulah yang akan membantu memuluskan penyusupannya ke kota.

Kinan tak mau ambil pusing dengan tatapan orang, ia terlalu kagum menyaksikan bangunan gedung-gedung bertingkat yang menjulang ke langit. Ia tidak bisa membayangkan betapa lelahnya orang harus memanjat dan turun dari gedung itu setiap hari. Ia juga sangat kagum melihat jalanan yang dicat hitam bersih dan mulus tanpa kerikil dan kotoran kuda.

Kinan terus berjalan tanpa tahu arah. Eyang Warso hanya menunjukkan ia arah sampai stasiun dan katanya, takdir baik yang akan menuntun Kinan menemukan apa yang dicarinya, Parakraton, wasiat keluarganya yang hilang dua puluh tahun lalu. Setelah hampir tiga jam berjalan, Kinan merasa sangat lelah dan lapar. Ia mencari pondok makan beratap jerami seperti di kraton, tapi tak kunjung menemukannya.

Ia melihat beberapa orang memasuki sebuah bangunan dengan huruf M besar di depannya lalu berdiri di depan meja panjang dan kembali dengan nampan berisi banyak makanan dan minuman.

"Yah, itu tempatnya. Disini tempat itulah pondok makanannya." Kinan bergumam dalam hati.

Ia mempercepat langkahnya menuju bangunan berhuruf M itu karena perutnya sudah benar-benar memberontak karena belum terisi sejak kemarin.

Kinan mengetuk pintu bangunan itu, tapi tak seorangpun membukakan pintu untuknya. Merasa tidak sabar, ia mendorong pelan pintu kaca yang ternyata cukup berat itu. Lalu melongokkan kepalanya,

"Nyuwun sewu, Mas. Boleh saya masuk?" Tanya Kinan pada pria dibalik meja counter.

Semua orang di dalam ruangan menatap Kinan heran. Dengan sigap si pelayan menjawab dari balik meja counter, " Mari, silakan masuk, Kak!"

Kinan senang diijinkan masuk. Ia lalu memilih kursi yang paling empuk, meletakkan tas kainnya, lalu mempersiapkan diri untuk makan. Sudah hampir setengah jam ia menunggu tapi tak ada satupun pelayan yang datang untuk melayaninya.

"Mas, ini embannya kemana semua?"

Para pelayan resto saling bertatapan tidak mengerti.

"Kakak mau pesan makanan?"

Kinan mengangguk anggun

"Maaf kak, tapi disini sistemnya self service. Jadi kakak bisa langsung pesan disini. Silakan kak!"

Kinan tampak tidak mengerti. Belum pernah ia hendak makan lalu harus berdiri untuk mengurus dirinya sendiri.

"Apa mungkin seperti inilah cara mereka memperlakukan tamu?" Gumam Kinan lagi. Ia tidak yakin tapi juga tak punya pilihan. Ia sudah sangat lapar. Kinan terpaksa berjalan mendekati meja pemesanan.

"Kakak mau pesan apa?"

"Wedang serbat sama wajik saja."

Kedua pelayan kembali saling perpandangan tidak mengerti.

"Maaf kak, tapi untuk menu breakfast kami hanya menyediakan breakfast wrap, chicken muffin, hotcakes, atau mau big breakfastnya mungkin?"

Kini giliran Kinan yang tidak mengerti, "brek? Apa? Makanan apa itu? Apa enak?"

"Maaf kak, maksud kami big breakfast," si pelayan menunjukkan gambar menu, "ada English Muffin panggang, sosis ayam gurih, Hashbrown dan scrambled egg. Seperti di gambar ini."

"Baiklah saya coba itu saja."

"Totalnya empat puluh ribu."

Kinan mengambil tasnya lalu mengeluarkan empat lembar seratus ribuan. "Apa ini cukup?"

Kedua pelayan kembali berpandangan.

"Maaf kak, tapi ini kebanyakan." Salah seorang pelayan mengembalikan tiga lembar seratus ribuan lalu menambahkan lagi selembar lima puluh ribuan dan sepuluh ribuan.

"Oh, apa anda yakin tidak kurang?" Tanya Kinan memastikan.

Si pelayan menggeleng.

"Silakan pesanannya, kak." Si pelayan menyerahkan sebuah nampan berisi menu yang dipilih Kinan.

Kinan tersenyum kagum, "Orang disini masaknya cepet sekali ya? Apa tungkunya tidak pernah dimatikan?"

Tidak mengambil nampannya, Kinan malah berlalu begitu saja kembali ke mejanya.

"Kak, ini pesanannya, kenapa ngga dibawa?" Tanya si pelayan ragu.

"Saya sudah siap, silakan anda bawa kesini!" Kinan tersenyum anggun.

Merasa mulai jengkel tapi tak berani memaki, si pelayan pasrah keluar sari meja counter lalu mengantar nampan ke hadapan Kinan.

"Tunggu!" Kinan menghentikan pelayan yang hendak kembali ke mejanya. Ia lalu mengeluarkan tiga lembar seratus ribuan yang tadi dikembalikan lalu menyerahkan kepada si pelayan, "Terima kasih karena kamu bisa masak dengan secepat ini." Ia kembali tersenyum sebelum akhirnya mulai menyantap makanannya.

Orang-orang yang sedari tadi memperhatikan kelakuan anehnya, sebagian tertawa, sebagian menganggap Kinan gila, sebagian penasaran dan sebagian lagi sangat tertarik dengan isi tas Kinan. Alasan terakhir itulah yang terselip di benak pria yang terus memperhatikan Kinan dari sudut ruangan. Ia yakin bahwa gadis aneh itu menyimpan banyak uang di dalam tasnya. Sembari menyantap makanannya, pria itu mulai mempertimbangkan cara untuk mengambil tas itu dari Kinan.

***

Setelah perutnya kenyang, Kinan bergegas melanjutkan perjalanannya. Meskipun tidak melihat langsung, ia yakin pria di dalam pondok makan tadi mengikutinya. Kinan mempercepat langkahnya karena tidak ingin menarik perhatian akibat berkelahi dengan seorang penguntit.

Pria itu terus mendekatinya, Kinan semakin yakin bahwa pria itu menginginkan tasnya. Tak mau berlama-lama dikuntit, Kinan memutuskan untuk menyebrang jalan dan buk! Kinan terjatuh.

"Maaf Tuan, sepertinya kita baru saja menabrak seseorang."

"Cepat periksa!"

Edward segera turun dan melihat tubuh Kinan tergeletak di aspal.

Ray menyusul, "Ed, cepat bawa dia ke rumah sakit!"

Mereka bergegas memasukkan tubuh Kinan ke mobil lalu membawanya ke rumah sakit.

***

Apa dia baik-baik saja?!" Tanya Ray cemas. Ia tidak ingin urusannya makin runyam gara-gara menabrak orang sampai meninggal.

"Dokter masih memeriksanya, Tuan."

"Sial, kenapa sih, dia tiba-tiba saja muncul seperti itu?! Bikin repot aja!" Ray benar-benar frustasi. Belum kelar masalahnya dengan Rosaline sekarang ia harus berurusan dengan pihak berwajib gara-gara menabrak orang.

"Apa jadinya kalau gue justru dipenjara pada hari pernikahan gue?!" Batin Ray cemas.

Tak lama kemudian, dokter muncul.

"Apa anda keluarga pasien di kecelakaan di dalam?"

"Bukan, Dok. Tadi kami tidak sengaja menabrak dia di jalan. Bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja dok?" Tanya Edward tak kalah cemas karena ialah yang ada di balik kemudi.

"Kondisinya stabil, tidak ada luka serius. Hanya memar di beberapa bagian, di lutut dan siku."

"Syukurlah." Ray bernafas lega

"Anda bisa menemui pasien dan mohon dibantu memastikan karena pasien bilang tidak punya tanda pengenal apapun. Kami butuh data pasien untuk pengurusan administrasi."

"Baik, Dok. Akan segera kami follow up. Terima kasih, dok."

Pengganti Pilihan

Edward segera mengikuti Ray menuju ke kamar tempat Kinan dirawat.

"Eh, lo udah gila ya? Bisa-bisanya elo nyelonong gitu aja. Ngga liat kanan kiri. Lo kira itu jalanan nenek moyang lo?!" Ray tak bisa lagi menahan kekesalannya pada gadis itu. "Oke, sekarang gue lagi sibuk banget. Jadi buruan siniin KTP lo, biar gue urus adminsitrasinya. Setelah itu, kita ngga ada urusan lagi."

"KTP?" Ulang Kinan

"Iya, KTP. Lo udah 17 tahun kan?" Tanya Ray memastikan

Lagi-lagi Kinan mengangguk.

"Kalau gitu lo pasti punya KTP dong?!"

Kinan menggeleng.

Ray mulai kesal. "Eh, siapa nama lo?!"

"Kinan."

"Oke Kinan, sekarang mau lo apa?! Lo mau main-main sama gue?!" Nada suara Ray mulai meninggi

Kinan menggeleng.

"Kalo gitu, sekarang, mana KTP lo?"

Lagi-lagi Kinan menggeleng.

Ray benar-benar emosi sekarang. Ia menarik tas kain Kinan lalu membukanya paksa. Kinan berusaha mencegahnya tapi percuma. Isi tas Kinan sudah berhamburan. Ratusan lembar uang seratus ribuan, sebuah cawan emas dan benda aneh menyerupai perisai berukir berbentuk bulat dengan diemeter sekitar delapan centimeter berwarna emas.

Edward segera memunguti barang-barang Kinan dan mengemasnya kembali ke dalam tas Kinan.

"Maaf, kalau kami lancang, Nona. Tapi kami butuh kartu pengenal Nona untuk mengurus administrasi rumah sakit."

Kinan menyerahkan benda aneh berbentuk perisai bulat itu kepada Edward. "Ini tanda pengenal saya"

"Lo gila ya?! Benda aneh gini lo bilang tanda pengenal?!" Ray merasa dipermainkan. "Lo pikir gue bodoh apa?!"

Edward berusaha menenangkan Ray dan sedikit menjauhkan Ray dari Kinan, khawatir Ray tiba-tiba saja nekat dan melukai Kinan. Tiba-tiba ponsel Edward berdering, "Sebentar saya permisi angkat telepon dulu."

Ray merasa gerah dengan kekonyolan Kinan. Ia melepas jasnya lalu menggulung kedua lengan kemejanya hingga ke siku. Kinan yang masih terduduk di ranjangnya, melihat sebuah tanda bekas luka memanjang di bawah siku kanan Ray.

Kinan segera bangkit dari ranjangnya lalu mendekati Ray, "Maaf, Tuan. Bagaimana anda mendapatkan bekas luka ini?"

Ray kaget karena tiba-tiba saja Kinan sudah berada di dekatnya. "Luka?!"

"Ini!" Kinan menunjuk bekas luka itu, "Oh, entahlah. Dulu waktu masih kecil sepertinya aku pernah bermain pedang-pedangan lalu terluka. Aku tak ingat persis."

"Apa saat itu, anda masih sangat kecil?"

"Entahlah, kurasa tujuh atau delapan tahun. Aku tak ingat"

Kinan menatap Ray lalu tersenyum.

Ray benci dengan tatapan itu. Tatapan yang sama persis dengan Rosaline, wanita yang baru saja mencampakkannya. Meskipun kesal Ray merasa sangat suka dengan aroma tubuh Kinan. Wanginya sangat alami, lembut dan menenangkan. Belum pernah ia menemukan parfum seperti itu.

"Tuan, Jason barusan menelpon, memastikan bahwa Tuan Besar tidak akan hadir pada pesta pernikahan anda."

"Syukurlah, kurasa memang lebih baik seperti itu."

" Pihak istana juga mengabarkan bahwa Bapak Presiden akan tiba di Jakarta malam ini dengan privat flight. Dan Sir Robert juga baru tiba dari London, beliau akan tiba di hotel satu jam lagi"

"Sial. Bagaimana ini?! Semua tamu oenting sudah berdatangan. Tidak mungkin kita membatalkan acaranya." Ray kembali gelisah.

"Anda harus segera memutuskan, Tuan." Edward menyerahkan profil wanita yang dikandidatkan untuk menggantikan Rosaline di tabletnya.

***

Edward kembali mendekati Kinan dan mengeluarkan KTP miliknya lalu menunjukkannya kepada Kinan, "Seperti ini nona. Ini namanya KTP."

Kinan mengamati KTP Edward dengan seksama. Ia tampak takjub melihat gambar yang sangat mirip dengan Edward. "Kenapa orang disini begitu pintar? Tidak hanya memasak dengan sangat cepat, mereka juga bisa menggambar dengan sangat mirip seperti ini."

"Maaf, Nona. Tapi ini bukan gambar, melainkan foto. Apa anda belum pernah melihatnya sebelumnya?"

Kinan menggeleng.

"Jadi, anda benar-benar tidak memiliki KTP?"

Kinan menggeleng lagi, "Apa pentingnya kartu itu? Kenapa kalian sangat menginginkannya?!"

"Dengan kartu ini kita bisa tahu data diri seseorang, nama, alamat, tanggal lahir dan juga wajah seperti ini." Edward menjelaskan dengan sabar sambil menunjukkan detail KTP miliknya.

"Oh, jadi kalian ingin tahu siapa saya?"

Edward mengangguk

"Saya Kinan, Raden Roro Dewi Kinanti Candra Kirana Sarawati Haryodiningrat. Saya berasal dari Kraton Kertobumi. Dan ini adalah tanda pengenal saya." Kinan kembali menunjukkan lencananya.

Ray yang sedari tadi tengah asyik mengamati tablet, tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Kinan.

"Wah, sepertinya ni cewek bener-bener mabok. Kalo ngga pasti otaknya dah gesrek." Ledek Ray yang masih tidak bisa berhenti menertawakan Kinan.

"Gesrek?!" Kinan mengulang kata yang tidak dipahaminya.

"Ah, lupakan, Nona. Tidak penting. Yang terpenting sekarang, kita sudah tau data diri anda. Oh ya, apakah anda memiliki keluarga yang bisa kami hubungi terkait masalah ini?”

Kinan menggeleng, "Saya tidak kenal siapapun disini."

"Baiklah, kalau begitu sekarang kami akan mengurus semuanya. Anda tunggu disini sebentar."

***

Edward menyeret Ray keluar dari ruangan Kinan.

"Bagaimana Tuan? Apa anda sudah menemukan wanita yang pas untuk menggantikan Nona Rosaline?"

Ray menggeleng, "Anabela, artis papan atas, single, cantik populer namun pasti merepotkan karena akan selalu dikorek paparasi karena menjadi pilihan last minutes seorang CEO muda paling kaya dan berpengaruh abad ini. Shania, putri bungsu menteri, lulusan S2 harvard tapi pasti tidak mau dijadikan pengantin pengganti. Reihana, putri tunggal anggota legeslatif, aktivis perempuan, cerdas, berwawasan tapi pasti akan ditentang keluarganya karna langsung dinikahi dalam waktu hanya kurang dari dua puluh empat jam."

Ray menyerahkan tabletnya kepada Edward.

"Tidak bisa seperti ini. Aku butuh wanita yang tidak banyak dikenal, tidak punya keluarga yang menentang rencana pernikahan mendadak dan yang mau menikah denganku. BESOK!" Ray mendengus kesal.

Edward berfikir keras. Sepertinya hari itu dia akan kembali tenggelam bersama tumpukan data profil seluruh wanita potensial yang sudah dikumpulkam timnya. Bagaimanapun juga ia harus segera memberikan apa yang tuannya inginkan sebelum besok pagi.

"Tunggu! Tuan, bagaimana dengan Nona Kinan?"

"Apa kau sudah gila?! Mana mungkin aku menikahi gadis aneh seperti dia?"

"Tapi Tuan, Nona Kinan tidak banyak dikenal karena tidak memiliki identitas, ia juga tidak punya keluarga yang akan menentangnya menikah dadakan dan ia juga memiliki tatapan mata, hidung dan postur tubuh yang sangat mirip dengan Nona Rosaline."

Edward benar, semua yang dibutuhkannya saat ini ada pada Kinan.

"Tapi hanya satu yang harus kita pastikan, apakah Nona Kinan bersedia menikah dengan anda besok."

Sial! Edward baru saja menyinggung martabatnya sebagai pria paling diinginkan abad ini.

Mereka bergegas menuju meja administrasi untuk menyelesaikan urusan Kinan.

"Maaf, Tuan. Tapi Nona Kinan baru saja mengajukan perpanjangan sewa ruang rawat inap VVIP untuk seminggu ke depan."

"Dasar gadis gila!"

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!