NovelToon NovelToon

Super MOM

Di jual

Suara menggema di tengah ruangan, siapa lagi kalau bukan suara dari Sarah. Sarah Amalia, wanita yang penuh dengan ambisi namun bukan di jalan yang benar.

" Cepat ambil kotak ini dan bersiaplah, Ibu tidak mau mereka menunggu lebih lama lagi. Satu lagi Tari, jangan pernah kamu mencoba melarikan diri seperti sebelum sebelumnya, karena kalau sampai itu terjadi, mungkin kamu tidak akan lagi punya kesempatan melihat matahari terbit di pagi hari besok " Ancam Sarah pada Putrinya.

Hidup Kayla Lestari sangat bahagia dulu ketika sang Ayah dan Nenek masih hidup. Sayang sekali seperti nya Ia tidak di takdirkan untuk merasakan kebahagiaan itu lebih lama, karena satu persatu orang yang menyayangi nya pergi meninggalkan nya.

Ayahanda tercinta nya meninggal saat Tari baru berumur tujuh tahun, sang Ayah menderita stroke berat setelah tahu latar belakang Istri tercintanya. Tari kecil lebih banyak menghabiskan hidup bersama sang Nenek hingga mengenyam pendidikan tingkat sekolah atas, lagi lagi nasib baik tidak ingin berpihak padanya, sang Nenek tercinta pun akhirnya meregang nyawa tepat di hari kelulusan nya.

Sejak saat itu Kayla Lestari hidup bersama sang Ibu, dari sana hidupnya mulai terasa berat. Berulang kali Ibunya menjual nya pada Pria hidung belang, namun karena keteguhan hatinya Tari berhasil selamat, meskipun dengan hukuman yang bisa di bilang sangat berat yang harus Ia terima.

Beberapa bekas luka di tubuhnya masih nampak sekarang namun selalu Ia tutupi dengan pakaian yang agak panjang.

Dari penampilan nya yang berubah saat ini membuat Ia di jauhi karena kebanyakan mereka merasa malu kalau berteman dengan wanita yang ketinggalan jaman menurut mereka, termasuk Pria yang diam diam menarik hati Tari. Sayang Pria itu juga mati matian menghinanya bahkan ilfeel walau hanya berdekatan dengan Tari.

Tari menuruni anak tangga rumah nya, dia bukanlah gadis miskin. Harta yang di tinggalkan Ayahnya sangatlah mencukupi walau Ia tidak bekerja, namun karena sikap serakah Ibunya Ia memaksa Tari agar melayani Pria Pria tua agar kekayaan mereka bertambah dan mendapat pengakuan sebagai orang terpandang di kota itu.

" Kenapa kamu jaket segala, cepat buka " Bentak Sarah pada Putrinya.

Tari berusaha menahan namun tidak berhasil.

" Tapi Bu, gaun ini terlalu terbuka " Protes Tari.

Sarah meraih lengan Tari dan menyeretnya keluar.

" Masukkan dia ke mobil, jaga dia jangan sampai kabur " Perintah Sarah pada beberapa Pria berpakaian hitam.

Beberapa Pria itu langsung melaksanakan perintah Bos nya, mereka mengangkat tubuh Tari dan memasukkan nya ke dalam mobil.

Tari berusaha berontak namun tentu saja Sarah dan orang orang kepercayaan nya tidak mempedulikan nya.

Mereka turun di sebuah parkiran hotel ternama di kota itu, dengan ragu Tari melangkah. Beberapa kali Ia meringis karena tangan jahil Sarah yang tidak segan segan memberikan cubitan keras pada tubuh Tari.

" Muria Golden " Gumam Tari membaca papan nama hotel yang berdiri kokoh di depannya.

......................

" Hei melamun saja Tari "

Tari terkejut karena Imel tiba-tiba menepuk pundak nya.

" Astagfirullah Imel, kamu selalu saja buat aku terkejut "

Imelda, gadis ceria satu satunya wanita yang mengetahui lika liku kehidupan Tari. Sahabat suka dan duka yang Tari miliki setelah semua orang menjauhi nya.

" Maaf "

Imel mengacungkan dua jarinya sebagai permintaan maaf pada sahabatnya itu, Tari membalasnya dengan senyuman.

" Cie yang calon Dokter. Sudahlah Tar, jangan terlalu serius begitu, beri dirimu waktu untuk bersenang senang "

Ekor mata Tari melihat pemandangan tak menyenangkan tidak jauh dari tempat Ia duduk.

Sedih, namun tidak ada yang bisa Ia lakukan. Melihat Pria yang diam diam sudah mencuri hatinya jalan berdua dengan kekasih nya.

Imel melihat arah pandangan Tari, gadis itu ikut merasakan bagaimana perasaan sahabatnya itu.

" Tar, kamu tahu nggak besok hari apa " Tanya Imel.

Tari nampak berpikir

" Besok hari Kamis " Jawab Tari seadanya.

" Astagfirullah Tari, memang besok itu hari Kamis. Tapi yang jadi pertanyaan ku bukan itu "

" Bukan itu, lalu apa Imel "

Imel mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya.

" Tara ~~~ coba lihat. Besok kamu pergi dengan ku ya, kita kan sama sama belum punya pasangan, jadi ya kita pergi berdua "

Imel begitu antusias menunjukkan sepucuk kartu undangan pada Tari, Tari membacanya sekilas dan tersenyum kecut.

" Aku tidak bisa kesana "

Dahi Imel berkerut, kenapa sahabatnya itu tidak ingin menghadiri acara itu, padahal Ia tahu kalau Tari menyimpan rasa pada Pria itu.

" Kenapa Tar, kamu tidak ingin pergi dengan ku " Imel mengeluarkan jurus mautnya namun tidak berhasil.

" Mel, aku tidak bisa kesana karena aku memang tidak mendapatkan surat undangan nya. Mas Iya aku main masuk saja, yang ada aku malah di usir satpam "

" Apa ! lagi ? "

Imel terkejut, lagi dan lagi sahabatnya itu tidak dapat kartu ulang tahun, padahal hampir semua angkatan mereka di undang. Tari hanya mengangguk pelan, karena memang begitu kenyataan nya.

Sebegitu jijiknya Pria itu sampai mengundang Tari ke acara bahagia nya saja Ia tidak mau, apalagi memberikan hatinya pada gadis itu.

......................

" Buruan Tari, kenapa melamun saja. Kamu mau jalan sendiri atau Pria Pria di belakang itu yang akan menyeret mu "

Lagi lagi Sarah mengeluarkan kata kata ancaman, akhirnya Tari melangkah memasuki hotel itu.

Ia mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari seseorang yang mungkin Ia kenal namun tidak menemukan nya.

Tari memperhatikan sang Ibu menghubungi seseorang, Ia merasa miris pada dirinya sendiri. Takdir mempermainkan nya, mempunyai Ibu yang seharusnya melindungi nya mengajarkannya bagaimana menjadi wanita yang lebih baik mungkin hanya akan ada dalam mimpi nya.

" Ikut Ibu "

Sarah dan juga Tari memasuki lift beserta dua Pria berbaju hitam disana. Selama di jalan sampai di dalam lift Tari memilih diam, kalau Ia berbicara mungkin tidak terhitung lagi berapa kali tangan wanita di hadapan nya itu melayang ke wajahnya.

Tubuh Tari di dorong oleh Sarah ke dalam sebuah ruangan setelah pintu ruangan itu terbuka. Gadis malang itu tersungkur tepat di depan tubuh seseorang.

" Jangan lupa di transfer ya "

Hanya kata itu yang Tari dengar sebelum pintu itu kembali di tutup.

" Ibu ~ Ibu tunggu Tari Bu, jangan tinggalkan Tari "

Tari mencoba berdiri namun tangannya langsung di tarik kencang oleh seseorang hingga Ia terjerembab langsung ke dalam pelukan orang itu.

" Kamu mau kemana cantik, malam ini kita akan bersenang-senang disini. Kamu diam ya, aku akan membuat mu merasa nyaman "

Astagfirullah ingin rasanya Tari muntah di wajah Pria tidak tahu malu itu. Tua, gendut, hitam, ya Tuhan lengkap sudah. Dari penilaian Tari Pria itu sudah beristri, bukannya setia pada Istrinya malah bersenang-senang di luar.

Lolos kandang harimau, masuk kandang buaya

Tari masih berusaha membebaskan diri dari Pria tidak tahu malu yang sudah di balut nafsu itu, apalagi melihat tubuh indah milik Tari Pria tua itu beberapa kali menelan salivanya sendiri.

" Aduh, sini kamu sayang mau lari kemana "

Tari menginjak kaki Pria itu hingga Ia menjerit kesakitan, tapi karena nafsunya sudah sampai ubun ubun membuatnya tidak menyerah. Apalagi membayangkan bisa menggagahi tubuh sintal di depannya itu.

" Jangan lari lagi, aku sudah membayar mu banyak pada wanita itu, jadi layani aku dengan baik "

Tari menggedor gedor pintu kamar itu namun terkunci.

" Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan, dimana kuncinya " Batin Tari mencoba tenang.

Namun itu hanya berlaku sebentar karena Pria tua itu kembali menangkap nya. Ia berusaha mencium bibir Tari namun tidak berhasil, Tari lebih dulu meludahi wajah Pria itu.

Meskipun Ia harus mendapatkan tamparan yang keras hingga wajahnya memanas, Pria itu semakin beringas karena merasa di permainkan.

Ia menarik paksa tangan Tari hingga terseret dan melemparkan nya ke atas ranjang, beberapa kali tamparan di layangkan di wajah cantik Tari hingga membuat gadis itu hampir saja kehilangan kesadaran nya.

Tubuh Tari di himpit oleh Pria gendut itu hingga membuatnya kesulitan bernafas, dengan beringas Pria itu ingin melepaskan semua yang melekat di tubuh Tari.

Merasa ada kesempatan Tari menggunakan semua sisa tenaga yang Ia punya hingga Pria itu mengerang kesakitan.

Berbagai macam makian keluar dari

mulut Pria itu sembari memegang perkakas nya yang terasa nyeri bahkan saking sakitnya sampai menjalar ke otaknya.

" Rasakan Bapak Tua, setelah ini kau tidak akan bisa lagi menggunakan barang kotor mu itu kemana mana. Jadilah orang tidak berguna, sadarlah dengan kondisi mu. Lihat itu ada cermin besar, sudah tua tidak tahu malu "

Tari melangkah cepat dan melihat sebuah kunci di sofa, mungkin itu kunci kamar itu begitu pikirnya. Ia pun meraihnya dan membukanya, ternyata benar adanya.

Ia melangkah dengan cepat setelah merasa tidak ada yang menjaga di pintu kamar itu, Ia harus cepat pergi dari sana mungkin berlari sejauh mungkin.

Ketika akan keluar Ia melihat beberapa orang yang sedang berdebat dan Ia mengenal dua orang di antaranya. Di tempat lain Ia juga melihat anak buah dari Ibu nya yang ternyata masih berjaga jaga di luar.

Tampak salah satunya menerima panggilan dan Tari tahu akan hal itu, Ia tidak akan bisa keluar dari pintu itu dengan selamat.

" Hei, lepaskan dia. Apa yang akan kalian lakukan padanya "

Tari mendekat dan langsung menghampiri beberapa orang yang sepertinya sedang berselisih faham.

" Dia pulang dengan ku "

Entah kekuatan dari mana Tari mengatakan itu. Seseorang yang sejak tadi bersama Pria yang nampak sedang tidak baik baik saja itu memindai penampilan Tari, Ia tidak yakin dengan penampilan gadis itu.

Sementara beberapa Pria yang tadi berselisih paham akhirnya menjauh.

" Sial, kita tidak bisa membawanya kehadapan Bos, bagaimana ini, kita gagal " Ucap salah satunya.

" Tidak, seperti nya kita tidak sepenuhnya gagal. Tugas kita hanya membuat dia bermain main dengan wanita lain dan Bos mendapatkan apa yang dia inginkan. Coba lihat wanita itu, bukankah mereka sama saja "

Ketiga Pria itu memindai penampilan Tari dan masing masing tersenyum, lalu menghilang entah kemana.

Tari bersama satu orang Pria lainnya membawa Pria menyedihkan ke dalam mobilnya, beberapa orang kepercayaan Sarah yang melihat itu hendak menangkap Tari namun di urungkan nya ketika melihat dengan siapa Tari bersama.

Mereka membiarkan Tari bebas dan memberikan laporan penting untuk Bos mereka.

" Apa, dia berhasil kabur lagi " Teriak Sarah pada sambungan telpon.

Ia mendengar apa yang di infokan orang orang kepercayaan nya.

" Anak Pintar, rupanya dia punya selera yang tinggi juga. Oke juga, hm tidak masalah dia kabur dari Pria tua bangka itu, toh mangsa nya sekarang adalah orang yang berkelas "

Tawa memenuhi ruangan, hm orang tua nggak punya akhlak.

Tari ingin pergi setelah membantu dua Pria itu namun pegangan tangan Pria itu sangat erat hingga tidak bisa Ia lepas.

" Nona, apa boleh Nona bantu saya mengantarkan Bos ke rumahnya " Tanya Pria yang duduk di samping kemudi.

Tari berpikir sejenak, melihat kondisi Pria itu tidak masalah kalau Ia membantunya.

..." Tidak apalah mengantarkan nya pulang, dia juga tidak sadar jadi tidak akan mengenali ku " Batin Tari....

" Baiklah Pak "

Mobil melaju di tengah gelap nya malam, Tari mulai ragu untuk melanjutkan niatnya. Kalau sampai Pria itu sadar dan melihatnya ada disana bisa bahaya, Pria itu akan mempermalukan nya nanti di kampus atau bahkan dia akan di keluarkan dari sana.

" Ah panas " Bibir Pria itu mulai meracau tidak karuan.

Axel Leonell Atmajaya adalah anak pertama dari pasangan orang penting di kota itu, memiliki usaha sukses di mana mana bahkan Rumah Sakit ternama di kota yang menggunakan nama besar keluarga mereka.

Pria yang juga sangat di kagumi Tari namun Pria itu sangat jijik dan terkesan membenci nya.

" Saya langsung pulang saja ya Pak " Ucap Tari saat tiba di rumah mewah itu.

" Oh ah panas " Racau Axel, Ia semakin menggenggam erat jari tangan Tari membuat gadis itu tidak bisa melepaskan nya.

Melihat itu Pria yang bersamanya memintanya untuk membantunya hingga ke dalam kamar milik Tuan mudanya itu.

" Kalau Nona berkenan bagaimana kalau Nona ikut mengantar Tuan Muda ke dalam saja.

Pria yang bernama Robin itu sejak tadi memperhatikan Tari, Ia mulai yakin kalau gadis itu bisa membantu Tuan mudanya kali ini.

" Baiklah Pak "

Tari akhirnya membantu membopong tubuh Axel hingga ke kamar Pria itu, tubuhnya merinding seketika melihat ruangan yang serba hitam.

" Apa ini ruangan seorang calon Dokter, yang benar saja. Gelap seperti tidak ada cahaya kehidupan " Batin Tari.

Tari masih berusaha melepaskan genggaman tangan Axel namun bukannya lepas Pria itu malah menariknya dengan keras hingga Ia pun jatuh di atas tubuh Pria itu.

" Ya Tuhan, aku harus segera pergi dari rumah ini " Batin nya.

Kini tinggal mereka berdua karena Pria yang bernama Robin itu langsung pergi sesaat setelah mendapatkan panggilan telpon.

" Panas oh aku tidak tahan " Racau Axel semakin gelisah.

Ia bahkan melepas kemeja nya menyusul jas nya yang sudah Ia lepas lebih dulu ketika di dalam mobil.

" Kamu, kamu ~

Axel menggelengkan kepalanya antara sadar dan tidak.

" Ta ~ ah Va ~ Vania ! kamu disini sayang, tolong bantu aku. Ah panas sayang "

Tubuh Tari bergetar hebat ketika bibir Pria itu dengan kasar ******* bibir nya, berulang kali Ia berontak namun kali ini seakan sia sia saja.

Tenaganya yang sudah terkuras habis beberapa puluh menit yang lalu membuatnya tak berdaya, takdir tak berpihak padanya. Malam ini Ia lolos dari kandang harimau tapi kemudian Ia masuk ke dalam kandang buaya.

Pernikahan dan Lamaran

Tari hanya bisa pasrah ketika hampir semua tubuhnya ludes di absen oleh Pria itu, Ia kalah karena tak mampu mempertahankan mahkota yang di jaganya dengan baik selama ini.

Hancur semua harapan serta cita citanya di masa depan ketika sebuah benda tumpul berhasil memporak porandakan barang berharga miliknya.

Hanya tangis pilu yang menemani kesakitan yang Ia alami saat ini. Tidak ada nikmat yang Ia rasakan disana, hanya rasa sakit yang teramat sangat, karena Pria itu memperlakukan nya dengan sangat kasar di bawah pengaruh obat perangsang.

Bukan hanya sekali, hal itu di lakukan berulang kali hingga hampir pagi menjelang. Tari bangun terlebih dulu, menahan perih di bagian inti miliknya, memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia segera meninggalkan tempat itu, tempat kelam yang merupakan saksi penderitaan nya.

Jam menunjukkan pukul lima pagi, Tari berlari kecil meninggalkan rumah mewah itu.

Hari itu Ia memilih mengurung diri di salah satu rumah kecil, lebih tepatnya gudang peninggalan sang Ayah tidak jauh dari rumah yang Ia tempati bersama Bu Sarah.

Di kediaman Atmajaya pukul sembilan rumah di hebohkan dengan berita kematian Robin, kematiannya sangat mengenaskan.

" Axel, Axel ~~~ hey bangun "

" Tuan muda ~ Tuan muda "

Banyak yang membangunkan nya namun Ia masih lelap dalam tidurnya, Ia baru terbangun ketika samar samar mendengar keributan di rumah itu. Perlahan Ia membuka mata meskipun malas

" Va~ Vania, kamu disini " Axel tersentak kaget sekaligus bingung.

Gadis itu melihat kekacauan di kamar kekasihnya itu.

" Ada apa dengan mu juga tempatmu ini sayang, apa baru saja terjadi gempa bumi disini " Tanya Vania

Axel mencoba mengingat ingat semuanya namun sayang sekali Ia tidak mengingat apapun.

" Ada apa ribut ribut di luar " Tanya Axel

" Makanya bangun kesiangan mulu sampai supir pribadi sendiri meninggal kamu tidak tahu "

Axel terkejut mendengar kata supir pribadi meninggal. Karena terkejut Ia hampir saja melompat dari dalam selimut, kalau sampai itu terjadi pasti Ia akan menanggung malu karena perabotnya di lihat oleh kekasihnya,

" Bisa tidak kamu tunggu di luar sebentar sayang, aku mau ganti baju lebih dulu. "

Meskipun gadis itu menaruh curiga dengan kondisi kamar Axel, Ia memilih untuk turun dari pada lelaki itu nanti berpikir yang aneh aneh padanya

.

Axel membuka selimut yang menutup tubuhnya, Ia bingung karena kondisinya sekarang seperti bayi tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya.

Ia segera memakai pakaian baru dan berlari keluar.

" Bibi, tolong bereskan kamarku ya " Pinta Axel ketika berpapasan dengan seorang pelayan di rumahnya.

" Baik Tuan Muda "

Vania geleng-geleng kepala, dasar Tuan Muda. Kamar dia yang pakai tapi orang lain yang repot membersihkan nya.

" Santai saja sayang, sebenarnya kalian ada apa sih ribut ribut "

Kebetulan Nyonya dan Tuan rumah ini ada tugas di luar kota, jadi rumah tampak hanya di huni Axel dan para pelayan rumah mewah itu.

" Robin Tuan Muda, polisi menemukan tubuhnya di pinggir jurang dengan kondisi mengenaskan, terdapat beberapa luka di sekujur tubuhnya "

" Benarkah, kok bisa "

Axel berusaha mengingat ingat kejadian semalam namun sama sekali tidak bisa.

" Iya Tuan Muda, jasadnya sudah di bawa ke rumah sakit, tinggal menunggu kehadiran Tuan Muda untuk memberi keterangan "

" Ayo pergi sekarang "

Axel benar-benar bingung dengan apa yang sudah terjadi.

Sarah mondar mandir gelisah menunggu anaknya yang belum pulang juga.

" Nyonya, seperti nya Nona Tari semalam tidur di rumah belakang. Kami menemukan nya disana " Laporan di berikan orang orang kepercayaan nya.

" Apa ! di rumah belakang, jadi dia tidak berhasil memikat Anak itu. " Tanya Sarah.

Para bawahan itu hanya saling pandang.

" Bodoh, memang anak tidak bisa di andalkan "

Sarah melangkah ke taman belakang menuju rumah kecil yang berada tidak jauh dari rumah yang mereka tempati.

" Tari ~ Tari ~ " Panggilnya penuh amarah.

Tari yang mendengar itu segera bangkit dengan sisa nyawanya.

" Iya Bu, ada apa. Tari masih ngantuk "

Tanpa menunggu lama Sarah menyeret tubuh Putrinya ke rumah utama, beberapa pukulan dan siksaan di terima kembali oleh Tari.

" Anak pembawa sial, kau selalu membuat ku rugi. Kau tahu, gara gara kau lari dari melayani Pak Bambang aku harus membayar kerugian yang cukup besar. Membesarkan mu bukannya untung malahan aku selalu ketiban sial "

Tari hampir tidak mendengar lagi ocehan Ibunya, perlahan lahan kesadaran nya mulai buram dan akhirnya gelap, Ia kehilangan kesadaran nya.

" Nyonya, seperti nya Nona Tari pingsan "

Bukannya merasa cemas, Sarah malah berlalu sambil melambaikan tangannya seakan semua baik baik saja.

Para pelayan yang kasihan padanya akhirnya gotong royong mengangkat tubuh anak majikan mereka.

" Kasihan sekali kamu Nak, hidupmu selalu menderita karena mendapatkan Ibu seperti Ibu Sarah " Batin pelayan yang baik hati.

Hari ini Tari tidak masuk kelas, di kampus Imel sibuk mencari sahabatnya itu.

" Dimana Tari, tumben dia absen di mata kuliahnya. Tidak biasanya Ia begini "

Imel mencoba menghubungi ponsel Tari namun tidak aktif. Keesokan harinya, Tari memaksakan diri berangkat ke kampus, cita citanya begitu penting untuk nya, mungkin untuk saat ini sebelum para Dosen dan mahasiswa lain tahu mengenai kekacauan yang di alaminya.

" Tari, kamu dari mana saja. Semalam kamu nggak masuk, ada apa, apa terjadi sesuatu padamu "

Tari memandang sejenak wajah sahabatnya, ingin cerita namun ini adalah aib dirinya. Ia juga tidak ingin membuat sahabatnya itu bersedih, akhirnya Tari memilih menanggung nya seorang diri, berharap semua baik baik saja.

Jam istrahat Tari melihat Pria yang semalam menghabiskan waktu dengannya duduk di kantin bersama para sahabatnya, Ia memberanikan diri mendekat. Berharap Pria itu mengenalinya dan meminta maaf padanya atau sekedar menyapa nya, namun lagi lagi hanya tatapan sinis yang Ia dapat.

" Hai sayang "

Tari menundukkan wajah ketika melihat Pria yang Ia kagumi berciuman di depannya bahkan terkesan di sengaja.

Dada Tari bergemuruh mengingat kejadian semalam, Pria yang sama melakukan bahkan lebih dari sekedar ciuman padanya.

" Tar ayo, kenapa kamu masih disini "

Imel tidak tega melihat kesedihan di raut wajah sahabatnya itu.

" Hei, kita makan di tempat lain yuk, aku yang bayar " Bujuk Imel.

Tari mengangguk setuju, dan mereka akhirnya meninggalkan tempat itu. Mulai hari itu Tari semakin jadi wanita yang pendiam, bahkan ketika bersama dengan Imel sekalipun.

" Tari, apa kamu sakit. "

Tari hanya menatap sahabat nya itu dan menyunggingkan senyum terpaksa.

" Apa perlu kita ke Dokter, aku sangat mengkhawatirkan mu "

Tari segera menggeleng, Ia tidak mau ke rumah sakit. Pasti kalau mereka ke tempat itu sahabatnya akan tahu bagaimana kondisinya saat ini.

" VANIA AZZAHRA. "

Vania menghentikan langkah nya ketika dengan jelas Ia mendengar namanya di sebut.

" VANIA AZZAHRA. " Untuk kedua kalinya Vania mendengar namanya di sebut.

Ia akhirnya menoleh begitu juga dengan Tiara, keduanya melihat Kevin yang berdiri hanya berjarak beberapa langkah di depan mereka.

" VANIA AZZAHRA, Maukah kamu menikah dengan ku. Maukah kamu menghabiskan sisa hidupmu bersama seorang Pria yang penuh dengan dengan kekurangan ini. "

Vania terkesima, Ia tidak menyangka akan mendapatkan lamaran di depan banyaknya tamu yang hadir disana. Ia bingung harus menjawab apa, begitu juga dengan Kevin, jantung nya sedang berpacu. Ia takut Vania akan menolaknya seperti sebelum- sebelumnya.

" Tapi Mas. "

Tiara menatap Ibunya dan setengah memohon agar Vania menerima lamaran sang Ayah, bocah kecil itu menggenggam tangan Ibunya erat berharap wanita itu tidak melakukan kesalahan.

" Terimalah Kevin Mbak, Dia sangat mencintaimu dari dulu sampai saat ini, Kevin hanya mencintaimu. "

Tiba-tiba sebuah tangan menggenggam tangannya dan membisikkan sesuatu tepat di telinganya. Vania menoleh dan terkejut melihat siapa yang ada di samping nya. Imel tersenyum meyakinkannya, Ia mengangguk pelan sebagai tanda kalau semuanya akan baik-baik saja.

" Bagaimana Vania, maukah kamu menikah dengan ku. " Tanya Kevin lagi dengan keringat dingin yang sudah membasahi sekujur tubuhnya.

Vania mengangguk pelan di sertai dengan senyuman, Ia benar-benar bahagia akhirnya bisa mewujudkan harapan anak semata wayangnya. Begitu juga dengan Kevin, Ia langsung memeluk Vania dan juga Putri kesayangannya bersamaan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!