Memendam cinta itu sakit. Itulah yang dirasakan Rangga Agung Darmawan. Karena dendam masa lalu, ia harus mengubur dalam-dalam cintanya pada Ameera Malika Hutomo.
Rahasia apa yang digenggam Rangga, dan mengapa ia harus menyembunyikan perasaannya?
ASSALAMUALAIKUM WR. WB.
BAGI PEMBACA YANG BARU MAMPIR, DIHARAPKAN UNTUK TIDAK MEMBACA NOVEL INI, KARENA ALUR, TATA BAHASA DAN PENULISANNYA SANGAT BERANTAKAN DAN JELEK. BELUM SELESAI DI REVISI. AKAN DIINFOKAN KALAU SELESAI REVISI
**Novel ini masih dalam proses revisi, baik penulisan mau pun alur. Di mohon untuk jangan membaca, penulis tidak bertanggung jawab jika pembaca menyesal karena bingung dengan alur dan tata bahasa
TERIMA KASIH SEBELUMYA**.
JANGAN BACA!
JANGAN BACA!
JANGAN BACA!
Dor... dor... dor...
Terdengar suara tembakan beberapa kali. Beberapa pria berseragam hitam sedang baku tembak di sebuah jalan yang cukup sepi. Ameera seorang gadis remaja berusia 18tahun yang masih dengan seragam sekolah, beringsut bersembunyi di balik sebuah mobil sambil menutup telinga dengan telapak tangannya.
Sesekali ia mengintip di balik kaca mobil, dengan perasaan tidak karuan menyaksikan pemandangan didepan matanya yang begitu menakutkan.
"Ada apa ini? " gumamnya menahan ketakutan.
Tadi saat dalam perjalanan pulang sekolah, tiba-tiba ia diserang oleh beberapa orang yang tidak dikenalnya. Beruntunglah tembakan meleset, sehingga Ameera segera melarikan diri. Ia melajukan motornya dengan kencang, namun terus dikejar oleh beberapa mobil. Sampai akhirnya ia tiba disebuah jalan yang cukup lengang.
Siapa mereka. Kenapa mereka mau menembakku tadi?
Ia melirik kesana kemari mencari kesempatan melarikan diri dari tempat tersebut. Saat hendak berdiri, sepasang tangan menangkap tubuhnya. Sontak ia memberontak membabi buta memukuli sosok yang merangkul tubuhnya.
"Ameera ini aku! " teriak seorang pria.
Napas Ameera tercekat, ia sangat mengenali suara itu. Seketika kesadarannya kembali. Ia mengamati pemuda di depannya, mata nya pun berbinar saat menyadari siapa yang berdiri di sana.
"Rangga? Kamu.... "
"Iya ini aku, ayo cepat pergi dari sini." Pemuda itu menarik tangan Ameera menuju sebuah motor yang terparkir di sisi jalan. "Cepat naik!"
Dengan segera, ia melajukan motor sportnya dengan kencang meninggalkan beberapa orang yang masih baku hantam dibelakangnya.
"Rangga, mereka siapa?" tanya Ameera sambil sesekali melirik ke belakang sana. Takut jika beberapa orang tadi masih mengejarnya.
"Nggak tau."
***
Kantor Chandra Jaya Group...
"Apa? Penyerangan?" teriak seorang pria paruh baya.
Seorang pengawal baru saja melaporkan penyerangan yang terjadi pada putrinya.
"Iya, Tuan. Tapi nona baik-baik saja. Rangga datang dan membawanya pergi dari sana." tutur pria berseragam hitam itu.
"Apa yang kalian lakukan? Kenapa Ameera bisa diserang sementara ada kalian yang selalu mengawasinya," bentarnya.
Emosinya sudah memuncak mendengar putri semata wayangnya diserang orang tak dikenal.
"Maafkan saya, Tuan. Saya akan memastikan itu tidak akan terjadi lagi."
"Lalu dimana anakku sekarang?"
"Sudah berada di rumah, Tuan. "
"Kau tidak tidak menangkap pelaku penyerangan itu?"
"Tidak Tuan, begitu melihat Rangga membawa Nona pergi, mereka semua langsung pergi. Kami mencoba menahannya, tapi gerakan mereka sangat cepat. "
"Baiklah. Kau boleh pergi. Perketat penjagaan untuk Ameera. Tapi ingat, jangan sampai dia menyadari kalau selama ini kalian mengawasinya."
"Baik."
Pria paruh baya itu menghela nafas kasar. Frustrasi memikirkan anaknya yang selalu menjadi target balas dendam musuh lamanya.
Sekarang aku harus bagaimana ? Mereka sudah tahu keberadaan Ameera. Bagaimana aku akan melindunginya?
***
TOLONG JANGAN DIBACA. ALUR DAN PENULISAN BERANTAKAN. BANYAK KATA YANG KURANG TEPAT. INI BELUM DIREVISI
🙏🙏🙏🙏
Pagi harinya...
"BANGUN! " bentak Rudi. Suaranya menggelegar di udara membuat Ameera bergidik ngeri.
"Sakit ayah... " Ameera meringis, memegangi lengannya yang baru saja terkena pukulan sang ayah. Mereka sedang latihan bela diri di pagi hari seperti biasanya saat akhir pekan.
"Begitu saja kamu sudah mengeluh sakit, itu belum ada apa-apanya. CEPAT BANGUN! " bentaknya lagi.
Ameera menatap ayahnya dengan raut wajah ketakutan. Tubuhnya bergetar, keringat dingin membasahi keningnya.
"Ayo serang ayah dengan seluruh kekuatan yang kamu punya, awas saja kalau kamu hanya bermain-main."
"Ta... Tapi Yah....." ucap Ameera dengan terbata-bata. Ia berusaha sekuat mungkin menahan air matanya yang hampir tumpah.
"Jangan menangis! Sejak kapan kamu jadi cengeng begini? Kamu jangan tunjukan kelemahan kamu didepan siapa pun."
Ameera terdiam sejenak, ia mulai tersulut emosi.
"Bagaimana kamu nanti menghadapi dunia ini sendirian kalau ayah sudah tidak ada lagi bersama kamu."
Benar kan,sudah keluar kalimat angkernya.
"Ameera dengar, tidak selamanya ayah ada untuk menjaga dan melindungi kamu kan. Suatu hari nanti kamu harus bisa menjaga diri kamu sendiri. Kamu tau, di dunia ini banyak orang jahat. Kamu tidak bisa sembarang percaya pada siapapun. " tutur Rudi panjang lebar.
Ameera kembali tidak mampu berkata-kata.
" sekarang bangun dan serang ayah!" Ia kembali mengeraskan suaranya saat Ameera tidak bergerak.
"Ameera!"
Ameera pun bangun dari duduknya, dan dengan emosi yang memuncak ia menyerang ayahnya dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Pukulan dan tendangan dilayangkan ameera layaknya sedang menyerang musuhnya, membuat ayahnya sedikit kerepotan.
Lumayan juga.
Ameera terus menyerang membabi buta dan membuat ayahnya kewalahan. Sampai satu pukulan telak mendarat di perut ayahnya.
"Aauuwhhh" Rudi meringis memegangi perutnya yang terkena pukulan anaknya.
"Aa.. ayah... ma.. maaf. " ucapnya takut-takut. Namun ayahnya tersenyum puas. Selama ini tidak pernah ada yang berhasil menembus pertahanan seorang Rudianto. Dia dulunya adalah pelatih bela diri sebelum memutuskan bekerja di perusahaan Chandra Jaya Group.
"Bagus... kamu banyak kemajuan."
Bisa-bisa aku mati muda kalau ayah melatihku seperti sedang melatih tentara yang akan berperang.
Rudi kemudian beralih pada latihan selanjutnya. Sementara Ameera diam tak bergerak di tempatnya. Ia masih mengatur nafasnya yang tersengal karena kelelahan.
"Kenapa kamu bengong disitu? Ayo sini!"
Ameera terlonjak kaget, ia kemudian mendekat pada ayahnya. Yang sudah siap dengan latihan berikutnya.
"Pakai ini." Rudianto memberikan kacamata dan pelindung telinga pada Ameera.
"Cepat pakai!" titahnya dengan tidak sabarannya. Ameera pun segera memakainya.
Rudi menyerahkan senjata api pada Ameera. Di kejauhan sudah terpasang beberapa botol minuman yang diletakkan di atas meja.
Ayah benar-benar tidak waras, ya. Dia sedang memberi latihan atau menyiksaku?
"Konsentrasi... Bidik yang benar... awas saja kalau sampai meleset! Ayah tembak kaki kamu kalau sampai meleset." ucapnya setengah mengancam.
Apa? Ayah tidak akan benar-benar menembak kaki ku kan? Ibu tolonglah anakmu ini.
Tiba-tiba Ameera merasa seperti kakinya melayang di udara, tidak, ia tidak dapat merasakan kakinya sendiri menapak pada bumi saking takutnya dengan ancaman ayahnya. Ia tahu ayahnya tidak pernah main-main dengan ancamannya. Tapi, apakah dia akan tega menembak kaki anaknya sendiri.
Ameera pun segera membidik sasarannya. Ia berusaha melakukannya dengan baik agar tidak meleset. Paling tidak ia harus menyelamatkan kakinya.
Dor...
Satu tembakan melesat memecahkan satu botol. Ameera bernafas lega.
"Bagus! Lanjutkan!"
Anakku yang polos, apa dia mengira aku benar-benar akan menembak kakinya kalau meleset satu tembakan saja?
Ameera pun segera membidik botol lainnya dan benar, bidikannya tak ada satupun yang meleset. Ayahnya tersenyum puas dengan hasil bidikan Ameera.
Ah... kakiku selamat.
"Bagus. Cukup untuk hari ini. Kamu boleh istirahat." ucapnya seraya menepuk bahu Ameera dan pergi begitu saja meninggalkan Ameera yang mematung di sana.
Iya kan? Setelah latihan, ayah akan pergi begitu saja. Apa ada ayah lain di dunia ini yang seperti ayahku?
*****
JANGAN BACA!!! ALUR KURANG JELAS, PENULISAN Berantakan DAN TYPO DI MANA MANA.
BANYAK KECACATAN DAN TIDAK LOGIS
CARI KARYA YANG LAIN DULU YA.
TERIMA KASIH
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!