6 bulan kemudian...
Michelle baru saja menidurkan sang putri yang baru berusia 2 bulan yang di beri nama Sherin Swan..bayi mungil yang menjadi sumber kebahagiaan bagi Michelle dan Dimi itu tampak tumbuh dengan sehat dan menggemaskan sehingga membuat siapapun yang melihatnya jatuh cinta..
Michelle menurun tangga dan langsung melangkah menuju taman di depan rumahnya, ritual pagi Michelle adalah ia selalu mendatangi taman ketika pagi hari dan mengirup udara dari sana, wanita cantik itu melangkah mendekati bunga-bunga indah itu dan kemudian berdiri disana dengan tatapan beku..
Ada sesuatu di hatinya yang mengganjal selama 6 bulan ini. bagaimana ketika sikap Dimi terasa berbeda bukan seperti dia sedang berselingkuh tidak, tapi suaminya terlihat kurang sehat..memang dia tak pernah melihat penyakit serius yang ditunjukkan oleh sang suami namun di beberapa kesempatan ia melihat jelas kalau Dimi menyembunyikan sesuatu darinya tentang kesehatannya. namun Michelle berusaha untuk berpikir positif bahwa semua baik-baik saja.
''Nyonya Michelle.......ada telp untuk nyonya...''
Suara Ayuna terdengar hati-hati dibelakangnya, Michelle menoleh....
''Siapa yang menelfon sepagi ini.'' tanya Michelle dengan kerutan di dahinya.....
Memang Dimi tak pulang semalam....apakah dia yang menelfon....?
''Siapa yang menelfon..''tanya Michelle masih menunggu jawabannya.
''Rumah sakit...'' ucap Ayuna pelan..
Deg!!!!
"Rumah sakit."ulang Michelle kali ini dengan wajah serius..
Ayuna menatap Michelle dengan tatapan iba yang tak terbaca, sesungguhnya ia tak bisa membayangkan kalau sang nyonya apa yang terjadi.
Ayuna kembali menundukan kepalanya..
"Nyonya...."
"Rumah sakit..sepagi ini, ada apa Ayuna..."
Jantung Michele berdebar tak kuasa menahan rasa takut yang mulai menguasainya..Michelle mencoba kuat...
"Tuan Dimi......."
Michelle mendekat dan langsung mencengkram bahu Ayuna dengan sedikit kuat..matanya menjadi panas...
"Apa maksudmu Ayuna katakan..."
Airmata Ayuna menetes di wajahnya..
"Nyonya......"
************
Seperti ia kehilangan sebagian jiwanya, Michele melangkah menuju lorong rumah sakit dengan langkah yang cukup tegar..
Maaf Nyonya Michelle, Leukemia itu sudah menyebar dan ia tak bisa tertolong lagi, sudah lama tuan Dimi melakukan. berbagai cara untuk pengobatan namun semua terlambat..tak ada yang bisa kami lakukan lagi nyonya ...
Kata-kata sang dokter begitu terngiang di dalam kepalanya dan membuat Michelle merasa hancur, bagaimana bisa Dimi menyembunyikan penyakit ini darinya selama hampir 6 bulan dia sampai di negara ini..bagaimana bisa Dimi begitu kejam kepadanya? bukankah dia seorang istri, bukanlah dia seorang yang begitu dekat dengan Dimi selama ini,mengapa justru dia tak tau apapun.
Michelle menghentikan langkahnya sebentar.....ketika ia memegang dadanya yang terasa nyeri luar biasa...tidak mungkin Dimi melakukan ini kepadanya kan...?
Jemari Michelle terkepal menahan ras sakit di dadanya...airmatanya mengalir tanpa mampu dicegah. Michelle baru saja dari ruangan dokter dan semua terjawab sekarang, bagaimana ketika pria itu mengeluh sakit kepala tiba-tiba namun ketika Michele bertanya ada apa...Dimi hanya berkata dia terlalu lelah dan Michelle tak usah menghiraukan dirinya, dan hanya menenangkan dirinya kalau semua baik-baik saja, bahwa dia tidak apa-apa dan hanya sakit kepala biasa. tentu saja semua itu terasa begitu menyakitkan bagi Michelle sekarang karna semua tidak baik-baik saja...Dimi sedang sekarat sekarang..?
Michelle akhirnya berhenti di depan sebuah kamar yang tertutup rapat dan membeku disana..
Nyonya Michelle inilah waktunya, tuan Dimi sudah tak memiliki kesempatan untuk hidup jadi bisakah Nyonya mengatakan selamat tinggal pada tuan Dimi tanpa membuatnya merasa bersalah...?
Nasihat sang dokter kembali mengingatkan Michelle namun bagaimana bisa dia bisa menjaga sikapnya..?
Wanita muda itu menyusut airmatanya ketika dia mulai membuka pintu namun langkahnya terhenti ketika dia mendengar suara percakapan dari dalam.....
Michelle membeku di tempatnya sambil mendengar semua percakapan dari dalam..terdengar kalau itu adalah suara Dimi dan juga Arga...?
Michelle mulai menguping di balik pintu....
❤️❤️❤️❤️
Dimi menatap Arga yang berdiri di hadapannya dengan wajahnya yang dingin...
''Mengapa kau memanggilku Dimi ..''
''Aku lelah.....Arga...dan aku rasa inilah waktunya.''ucap Dimi sehingga mengejutkan Arga ...
Arga mendekati ranjang tempat Dimi terbaring...dan menyentuh bahunya..ia tersenyum...
''Tidak.....kau harus berjuang Dimi...karna Michelle adalah milikmu aku bahkan sudah merelakannya...kau harus kuat.. ''
Dimi tersenyum walau matanya basah....
''Kau tau mengapa selama 6 bulan ini aku memintamu tetap disisihku dan aku mengajarimu banyak hal Arga..itu untuk mempersiapkan dirimu menggantikan aku...''ucap Dimi dengan suara lemah...
''Dimi tidak....meski aku tau vonis dokter,meski aku tau kau sudah mengajariku banyak hal tapi itu semua tak berarti aku akan menggantikan tempatmu..''ucap Arga terdiam..
Dimi tersenyum lirih....
''Kau tau waktuku tidak banyak Arga....waktuku tidak banyak tolong jaga Michelle dan Sherin untukku...Arga aku mohon...'' suara Dimi bergetar menahan rasa sedih..
Mata Arga seketika menjadi panas......ia mencoba untuk menahan dirinya dan mulai mengusap wajahnya.... lalu menatap Dimi yang terlihat pucat....
''Dimi maaf aku tak bisa.....''
''Bagaimana dengan Sherin...''
Deg!!!
Arga menurunkan pandangan pada sosok Dimi yang memandangnya dengan tajam..
"Sherin....."
"Bukanlah kita sama-sama tau hasil tes DNA menunjukan dia putrimu..?'' ucap Dimi dengan mata yang basah...
Arga memalingkan wajahnya dengan kuat dan tersenyum....
''Bukankah aku sudah bilang kita jangan membicarakan soal itu lagi Dimi....aku sudah merelakannya..''
''Tapi aku tidak punya banyak waktu Arga.....kau tau itu bahkan sejak lama....bagaimana hidup Michelle dan Sherin tanpa dirimu...kau ayah kandungnya dan saat ini kau harus merawatnya Arga....''
Deg!!!!
Pertahanan seorang Arga runtuh airmatanya menetes ketika mengingat bayi kecil Sherin yang begitu cantik dan sangat mirip dirinya bahkan sampai sekarang dia belum pernah sekalipun menggendong anaknya ..dan hal itu membuatnya begitu hancur namun demi Dimi dan juga Michelle ia sanggup menahan rasa sakit selama ini..karna memang pada awalnya dialah orang ketiga..
Dimi memahami airmata di wajah Arga....
"Aku tak bisa mempercayai orang lain selain dirimu untuk menjaga Michelle dan Sherin.....dia putri kandungmu Arga...lakukan tugasmu sekarang dan aku akan menjadi tenang walau harus pergi...."
Arga pun menatap Dimi dengan pasrah lalu ia pun mengangguk...
Namun tepat disaat yang sama ..ada gerakan pintu terbuka dan. sosok Michelle melangkah masuk ke dalam kamar dan memandang kedua pria itu dengan penuh airmata..
Bagaimana bisa dia menjadi seperti wanita bodoh ketika Dimi dan Arga membohonginya?
"Michelle,......" teriak Dimi dan Arga bersamaan...
Michelle berdiri dengan tatapan hancur....
"Kalian berdua....teganya membohongiku.." tangis Michelle pecah saat itu juga....
Hingga Dimi dan Arga hanya saling memandang dengan tatapan takut......
❤️❤️❤️❤️
Visual di group ya....🥰
Michelle tak bisa percaya apa yang dia lihat dan ia dengar kali ini..Arga dan Dimi malah melakukan sesuatu yang tidak dia duga, mereka berdua bahkan bersekongkol untuk menyembunyikan kebenaran darinya selama ini..bagaimana mungkin Arga dan Dimi bisa melakukan hal ini kepadanya..?
''Michelle......''
Keheningan itu sangat mengerikan hingga Arga hanya mampu menatap Dimi dengan bingung...Michelle menangkap basah mereka yang menyembunyikan rahasia darinya dan Arga sudah membayangkan kemarahan yang akan keluar dari bibir Michelle...
''Mengapa kalian berdua berbohong.....'' jerit Michelle dengan hati yang hancur..
Arga mendekat hingga ia dan Michelle saling menatap tajam...
''Michelle..tenanglah..semua ada alasannya, aku pikir apa yang kami lakukan adalah yang terbaik bagimu..''ucap Arga berusaha menenangkan..
Michelle merasa dia seperti wanita bodoh yang percaya bahwa semua baik-baik saja yang percaya bahwa hidupnya sangat nyaman dan tak perlu mengkhawatirkan apapun...namun ternyata semua itu hanyalah sebuah dongeng...dan mimpi yang benar-benar buruk. Dimi menderita Leukimia dan tidak akan pernah sembuh..mengapa mereka menyembunyikan hal sebesar ini darinya..
''Terbaik..? sejak kapan Arga..apa rencanamu kali ini..katakan padaku apa rencanamu...''
''Michelle aku tak pernah merencanakan apapun...''
''Bohong....kau sengaja menghilang dari hidup kami hanya untuk menghancurkan aku dan Dimi..kau sangat kejam..bagaimana aku bisa percaya bahwa kau selicik itu...? Michelle sampai gemetar ketika mengucapkan kata itu.....aku benci padamu...'' jerit Michelle menggertakan gigi..
Arga mengusap wajahnya dengan gusar...
''Aku bersumpah bahwa aku tak pernah melakukan hal serendah itu..kau tau sendiri aku sudah mengalah Michelle...aku tak pernah merencakan hal buruk apalagi itu tentang kau dan Dimi...''
Semua alasan yang di berikan Arga hanya omong kosong, dia tidak percaya sedikitpun pada pria ini.. Michelle bahkan semakin yakin semua yang terjadi adalah kesalahan Arga..sejak Arga hadir dalam hidup mereka, sejak saat itulah Michele merasa itu adalah awal dari kehancuran baginya...dia sangat menyesal mengapa bisa percaya pada seorang Arga Zayn.
''Mengapa kau tak pernah ingin pergi dari kehidupan kami..kau tak akan pernah mendapatkan apapun meski kau berusaha Arga.....'' tatap Michelle dengan tajam..
Arga memilih diam dan tidak menanggapi kemarahan Michelle padanya..karna selain ia masih sangat mencintai Michelle..wanita ini adalah ibu dari putri kecilnya,..
Arga memalingkan wajahnya...sambil melonggarkan dasinya..
''Michelle.....''suara Dimi yang terdengar lemah mampu membuat Michelle menoleh dengan airmata yang menggenang.
Dimi berada disana, di atas ranjang dan sedang berbaring dengan lemah di atas sana..
tanpa menunggu Michele mendekat dan menatap wajah pucat Dimi yang begitu kentara...amarah Michelle seolah menguap melihat keadaan Dimi, hatinya seperti di remas dengan kuat saat ini...tak ada yang bisa membuatnya merasa lebih baik selain melihat wajah suaminya..Michelle menggenggam jemari Dimi dan mengecupnya di sela tangisnya..
''Kau bilang kau mencintaiku..mengapa kau malah melakukan ini Dim...mengapa...'' suara Michelle menjadi serak..
Dimi berusaha tersenyum dan menatap Michelle dengan dalam..
''Aku sangat mencintaimu dan percayalah apa yang aku lakukan selama ini hanya demi cintaku padamu..''
Hening.....Arga pun mengalah, ia harus membiarkan pasangan ini berdua..setidaknya mereka punya sebuah kenangan yang indah bersama.
''Aku akan pergi dan meninggalkan kalian untuk bicara...Michelle aku ada di kantin jika kau perlu sesuatu..''
Michelle tentu saja tidak menjawab, ia merasa kesal setengah mati..padahal dia sudah percaya pada Arga...setidaknya dia bisa mengatakan semuanya dengan jujur...
Arga juga diam saja..ia sungguh tak mampu melakukan apapun, dia pikir Dimi bisa bertahan...dia pikir Dimi akan sembuh dan hidup bahagia..sementara itu Arga mulai menata hatinya sendiri dengan tidak lagi muncul dalam kehidupan Dimi walau setiap harinya pria itu selalu menelfon dirinya..dengan tidak lelah dan akhirnya Arga melunak..
Arga tersenyum pasrah ketika Michelle tidak menjawab dirinya apalagi menoleh padanya...pria itu keluar dari ruangan dan meninggalkan Dimi dan Michelle sendirian..
*****
''Maafkan aku sayang....'' bisik Dimi yang tampak semakin lemah..
Michelle hanya diam saja sambil menyuapi Dimi yang dengan hati-hati namun ia tidak banyak bicara, hanya matanya yang sembab dan menunduk..
''Sayang tolonglah.....maafkan aku, dan jangan salahkan Arga...aku yang memintanya merahasiakan ini darimu...''
Deg!!!
Kali ini Michelle mengangkat wajahnya..isakannya terdengar pilu kali ini membuat Dimi hanya mampu menghela nafas.....
''Aku tau kau pasti akan menangis dan terluka dan aku tak tahan melihatnya Michelle..jika aku memberitahumu 6 bulan lalu maka kita tak akan memiliki kenangan bahagia dan malah sebaliknya hanya airmata dan aku tak ingin itu terjadi Michelle.....''ucap Dimi dengan suaranya yang lembut..
''Oh...Dim...pasti ada cara lain, apakah kau sudah mengelilingi beberapa dokter...? Kau pasti bisa sembuh Dimi..aku akan memaafkanmu jika kau bisa sembuh dan kembali padaku......'' tangis Michelle dengan sesegukan..
Dimi membiarkan Michelle memeluk erat tubuhnya..meski ia merasakan sakit luar biasa, namun untuk kali ini Dimi ingin menahan semuanya..
''Baik...aku akan berjuang Michelle...''
Wanita itu menarik dirinya sembari mengecup bibir Dimi yang pucat...sembari menghapus airmatanya..
''Aku akan mencari beberapa kemungkinan sayang..kau tenang saja...kita akan bisa melewati ini semua Dim....'' ucap Michelle meraih ponselnya..namun Dimi menarik tangannya...
''Kau mau apa Michelle....''
''Menelfon beberapa temanku, mereka pasti bisa membantu......''
''Besok saja sayang, aku ingin kau tidur di dalam pelukanku malam ini..bagaimana.....''
Michelle pun mengangguk, tentu saja dia akan menghubungi temannya besok pagi dan ia tak akan berhenti berjuang demi Dimi..
Michelle segera menyingkirkan semua peralatan makan Dimi lalu bergerak naik ke atas ranjang dan tidur di dalam pelukan Dimi setelah sebelumnya menyingkirkan beberapa akat yang terpasang di tubuh Dimi..
Keduanya saling berpelukan..masing-masing dengan pikirannya sendiri.....
''Michelle........''
''Yah......''
''Aku yakin kau sudah mendengar tentang tes DNA itu..bahwa Arga sebenarnya adalah.......''
''Ssst.....aku tak ingin bicara hal itu, bagiku Sherin adalah anak seorang Dimitri Swan..tolong hargai keputusanku Dim..'' bisik Michelle memejamkan matanya..
Dimi menghela nafas....sambil terus memeluk Michelle.....
''Aku merindukan putri kecilku.....''
''Dia sedang tidur ketika aku datang tadi..''
''Dia gadis yang pintar..'' ucap Dimi dengan mata yang basah...
''Kau akan sembuh Dim, besok aku akan membawanya kesini untuk menemuimu....''bisik Michelle lembut, semakin nyaman di dalam pelukan Dimi...
Semakin Michelle terhanyut dan hampir terlelap..namun alat yang terpasang di tubuh Dimi seketika berbunyi dengan nyaring sehingga membuat Michelle membuka mata dengan waspada..betapa terkejutnya Michelle ketika menyadari sesuatu yang salah...Dimi tak bergerak sama sekali...
Seketika itu juga Michelle melompat dari ranjang dengan wajah yang pucat...sambil menekan tombol untuk memanggil para dokter.
''Dimi apa yang terjadi....oh Dim....'' bisik Michelle mulai histeris......
Betapa paniknya Michelle ketika ia terbangun dan menemukan tubuh Dimi tak bergerak...wanita itu melompat dari ranjang dan mencoba meminta bantuan para dokter..ia melihat tubuh Dimi sama sekali tak bergerak seolah sudah tak ada..
Tubuh Michelle gemetar, ia tak mau menunggu mereka datang, karna itu dengan langkah yang gemetar Michelle keluar dari ruangan dan mulai mencari-cari siapapun yang bisa ia minta tolong,..namun karna memang sudah mulai malam sekitar lorong ruangan itu tampak sepi sehingga Michelle harus melangkah sedikit jauh ke ruang perawat..
Airmatanya sudah menetes...semua perasaannya campur aduk, antara sedih, hancur namun masih berharap besar Dimi akan sembuh, tak ada penyakit yang tak bisa di sembuhkan bukan..? Jika Tuhan masih mau memberi hidup..itulah yang ada di dalam pikiran Michelle saat ini...sambil berteriak ia menjadi putus asa, ia menolak untuk menyerah..
Ketika sampai di ujung lorong, tiba-tiba Arga muncul begitu saja dan mengejutkan Michelle..wanita itu mengerang menyadari kalau pria ini muncul..
''Michelle..apa yang terjadi..''
Michelle memalingkan wajahnya seraya menghapus airmatanya, ia melangkah melewati Arga begitu saja...namun Arga seolah tidak lelah lantas merengkuh lengannya.
''Michelle....katakan....''
Michelle hanya melirik sinis..sementara itu dari arah berlawanan tampak beberapa dokter dan perawat berlari dengan cepat ke arahnya hingga perhatian Michelle pecah, ia mendekati para dokter dan menatap mereka dengan airmata yang menetes..
''Dokter....aku mohon..selamatkan suamiku, dia tidak bergerak sama sekali dokter,..''isak Michelle dengan rasa sakit yang begitu terlihat di wajahnya..
''Nyonya..tenanglah, kami akan berusaha sesuai kemampuan kami..''
Mereka lalu melangkah cepat menuju ruangan tempat Dimi di rawat sementara, Michelle mengikuti dari belakang dengan pandangan yang mulai kabur....kepalanya berputar dan hampir jatuh, namun Dimi menahan tubuhnya dengan kedua tangan...
Michelle terlalu lelah untuk menghindar...
''Tenanglah aku yakin dia akan sembuh Michelle..setidaknya untukmu dan Sherin....''ucap Arga dengan suara rendah dan serak..
Saat itu juga Michelle menegakan tubuhnya dan menatap mata Arga dengan tajam..
''Tak ada yang bisa merebutnya dariku, Tuhan pasti akan menyembuhkan Dimi untukku..'' ucap Michelle dengan dingin lalu ia melangkah pelan menuju ruangan..di ikuti Dimi di belakangnya..keduanya berjalan menuju ruang perawatan..
Namun baru sampai di pintu ruangan terdengar bunyi yang paling di takuti setiap penunggu pasien..
Titttttttttttttttttttt........
Michelle membeku di tempat, walau hanya beberapa detik sebelum dia berteriak histeris disana...
pintu ruangan terbuka dan Michelle melangkah masuk lalu menemukan Dimi sudah menutup mata...
Tidak.....ini tidak benar, tidak mungkin Dimi akan meninggalkannya seperti ini tidak....sementara Arga terpaku melihat tubuh Dimi yang telah kaku....dan begitu terpukul dengan kenyataan yang ia hadapi saat ini...
para dokter hanya bisa menghela nafas pasrah..ikut berduka dengan apa yang di alami Michelle dan Arga saat ini..
''Pasien Dimitri Swan, jam kematian adalah pukul 23.00...''ucap Dokter pelan..
Michelle mendekat dan menatap sang dokter dengan tajam,...
''Tidak..suamiku belum meninggal dokter, aku mohon..periksa kembali dia..aku mohon dokter..'' Michelle memeluk Dimi dengan erat walau ia tau tubuh itu telah dingin..
''Nyonya Swan, maafkan kami...tapi tuan Dimi sudah meninggal sekitar 30 menit setelah kami datang dan...kami tak bisa berbuat apapun....''
Deg!!!!
Michelle tertegun, itu artinya Dimi meninggal ketika mereka sedang memeluk...karna itukah dia meminta agar Michelle naik ke atas ranjang bersamanya...??
Dada Michelle terasa sesak saat itu juga, di pandanginya sekali lagi Dimi yang tampak tertidur...
sementara Dokter sudah pergi meninggalkan ruangan meninggalkan Michelle dan Arga sendiri..
''Tidak...jangan tinggalkan aku Dim, bagaimana hidupku tanpamu..kau bilang mencintaiku...Dimi bangun.....''tangis Michelle menjadi histeris di hadapan Dimi....
Sementara Arga juga meneteskan airmata, masih teringat dengan jelas pertemuan mereka 6 bulan lalu setelah Dimi mengantar Michelle ke negara ini..dan ia memilih mengalah..
FlasbackOn#
Dimi menatap Arga seolah tak lelah, waktunya tak banyak jadi dia memutuskan untuk menemui Arga dan membujuk pria ini untuk menunggunya...dia yang pantas menjaga Michelle dan Sherin...dialah yang pantas..
sedangkan Arga kesal sekali, dia sedang melakukan kencan buta dan Dimi menggagalkan semua rencananya...
Mereka berdiri saling menatap di ruang kerja Arga..
''Sebenarnya apa maumu Dimi...aku benar-benar serius dengan mengatakan kalau aku tak ingin behubungan dengan kalian lagi...kau mengacaukan kencanku..''tatap Arga tajam..
Dimi tampak santai, ia lalu duduk di hadapan Arga...membiarkan Arga meluapkan kekesalannya..padahal tadi gadis itu sudah setuju untuk menikah..
''Aku tau kau hanya akan menyia-nyiakan hidupmu dengan menikah dengan orang lain..''
''Tau apa kau tentang hidupku..''
Dimi tersenyum..
''Kau punya anak perempuan dari wanita yang kau cintai Arga...apakah kau rela membiarkan anak itu mendapatkan papa tiri..''
Arga mengumpat kasar..
''Sial...itu adalah anakmu sekarang Dim, hiduplah bahagia dan aku tak akan mengganggu..''
''Tapi kau sudah menjadi pengganggu bahkan sejak dulu...jadi kau telah terikat Arga...''
''Apa maksudmu..''
Kali ini Arga bangkit dan melonggarkan tenggorokannya, bicara tentang Michelle memang dia sangat mencintai wanita itu, namun dia sadar kalau semua itu hanyalah angan,...MIchelle mencintai Dimi, ingatannya sudah pulih dan kenangan akan hubungan mereka hanyalah kenangan buruk...Arga sudah cukup puas ketika Michelle masih mau berteman dengannya dan dia memutuskan akan menjaga hubungan itu, ia takut sekali menerima kebencian Michelle..
''Usiaku tidak lama Arga...''
Arga memutar tubuhnya seketika dan ia tak bisa menahan rasa terkejutnya..ia mendekat dan menatap mata Dimi yang terlihat sangat rapuh..
''Bukankah kau bilang kau merasa lebih baik dengan melakukan pengobatan di negara ini..kau pasti sembuh Dimi..kau....''
''Terlambat...semua sudah terlambat dan aku tak punya banyak waktu Arga...aku ingin kau bertanggung jawab atas Michelle mulai sekarang, mata Dimi menjadi panas...ia meneteskan airmata, selama ini aku selalu menyakitinya dan selalu membuatnya menangis Arga....aku tak ingin orang lain memanfaatkan kepolosannya...hanya kau yang bisa menjaga Michelle..hanya dirimu..bisakah kau berjanji padaku Arga...''
Arga membeku di tempat ia masih syok dengan permintaan Dimi..
''Oh Dimi.....''
''Berjanjilah...jagalah Michelle dan Sherin untukku..betapa aku mencintai mereka..''ucap Dimi penuh harap..
FlashbackOff#
Kini Arga berdiri di depan Dimi yang telah pergi jauh, ia memejamkan matanya sebentar...melihat Michelle yang terus menangis...mau tak mau ia pun mengangguk..
Yah...aku akan menjaga Michelle dan Sherin, mereka tak akan lepas dariku..aku berjanji padamu Dimitri Swan......ucap Arga di dalam hatinya...
Arga mendekat menarik tubuh Michelle menjauh meski wanita itu terus meronta tak ingin pergi...hatinya hancur lebur dan begitu menyakitkan...
''Mengapa kau harus meninggalan aku Dim...mengapa........'' jerit Michelle dengan histeris..ia benar-benar kehilangan separuh jiwa..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!