NovelToon NovelToon

Dipaksa Menikah Dengan Pria Miskin

Part 01

Elizabeth baru saja pulang dari restoran tempat dia bekerja. Malam itu, Elizabeth yang baru saja masuk ke dalam rumah tiba-tiba dikejutkan oleh sosok kakek tua yang tak lain adalah Kakek Arnold.

“Kakek? Sedang apa Kakek kemari?” tanya Elizabeth terheran-heran.

“Kedatangan Kakek kemari ada hal yang sangat penting yang harus Kakek beritahukan kepada kamu,” ucap Kakek Arnold.

“Hal penting apa? Aku sangat mengantuk dan lebih baik Kakek pergi dari rumahku,” balas Elizabeth.

Elizabeth sendiri tidak dekat dengan Kakeknya itu. Bahkan, dari kecil Elizabeth tinggal seorang diri di rumah peninggalan Alice, yaitu mendiang Ibu dari Elizabeth.

Elizabeth berjalan acuh tak acuh meninggalkan Kakek Arnold menuju kamarnya.

“Elizabeth!” Kali ini Kakek Arnold berteriak cukup keras pada Elizabeth.

Elizabeth menoleh ke arah Kakek Arnold dengan tatapan dingin.

“What?” tanya Elizabeth dingin.

“Sabtu datanglah ke Gedung Thomson!” perintah Kakek Arnold.

Elizabeth hanya mengernyitkan keningnya mendengar perintah dari Kakek Arnold yang begitu memaksa.

“Bagaimana kalau aku tidak pergi?” tanya Elizabeth.

“Kamu harus pergi!” Kakek Arnold berkata dengan sangat tegas.

“Hanya karena kamu adalah Ayah dari Ibuku, jangan harap aku menuruti perintah darimu,” tegas Elizabeth dan berlari kecil menaiki anak tangga agar segera masuk ke dalam kamarnya.

Kakek Arnold menatap angkuh cucu satu-satunya yang begitu kurang ajar terhadap dirinya.

“Sikapmu sama persis dengan Alice,” ucap Kakek Arnold bermonolog.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Kakek Arnold bergegas keluar dari rumah yang ditempati oleh Elizabeth.

Di dalam kamar, Elizabeth melempar tas jinjing miliknya di atas tempat tidur dengan sangat kesal.

“Untuk apa pria tua itu datang kemari? Tidak ingatkah dia dengan apa yang telah dia lakukan terhadap orangtuaku yang telah meninggal dunia?”

Elizabeth merebahkan tubuhnya di tempat tidur dengan posisi terlentang sembari memperhatikan langit-langit kamarnya.

Ketika Kakek Arnold tengah berjalan menuju kediamannya, seorang pria bertubuh tinggi dan berbadan kekar mendekati Kakek Arnold.

“Bagaimana? Apakah kamu sudah menjelaskannya kepada gadis menyebalkan itu?” tanya pria tampan tersebut.

“Maafkan saya, Tuan. Cucu saya adalah orang yang keras kepala,” jawab Kakek Arnold dengan tubuh yang setengah membungkuk.

“Aku tidak ingin mendengar alasan apapun. Sabtu gadis itu harus menjadi milikku dan kamu harus merahasiakan siapa diriku!” tegas pria tampan tersebut dan pergi bersama dengan bawahannya yang berjumlah 6 orang.

Tubuh Kakek Arnold gemetar luar biasa, ia baru saja berhadapan dengan seorang pria yang terkenal dengan kekejamannya.

“Celaka, aku harus memaksa Elizabeth untuk datang ke gedung Thomson. Kalau tidak, nyawaku yang akan melayang,” ucap Kakek Arnold.

***

Elizabeth bangun dari tidurnya yang cukup melelahkan. Tak ada senyum sedikitpun di wajahnya yang polos tanpa polesan make up sedikitpun.

Gadis berusia 24 tahun itu perlahan turun dari tempat tidurnya dan tak lupa mengenakan sandal bulu miliknya yang berwarna hitam.

“Kakek!” Elizabeth terkejut melihat Kakek Arnold yang berdiri tepat di depan pintu.

Elizabeth melenggang pergi menuju dapur dengan tatapan dingin.

“Elizabeth!” Kakek Arnold berlari kecil mengejar cucunya.

“Sebaiknya Anda keluar dari rumah ini!” Elizabeth yang tak nyaman dengan kehadiran Kakek Arnold, seketika itu juga mengusir Kakek Arnold dari rumahnya.

“Kakek minta maaf atas apa yang telah Kakek lakukan terhadap kamu selama ini, Elizabeth. Tolong maafkanlah Kakek,” tutur Kakek Arnold.

“Maaf? Setelah semua yang telah Anda lakukan terhadap kedua orangtuaku dulu? Akan lebih baik kalau Anda saja yang mati pada malam itu!” Elizabeth berteriak dan sengaja menjatuhkan gelas kaca ditangannya ke lantai.

Kakek Arnold terkejut dan hampir saja ia terjatuh karena ulah dari Elizabeth.

“Sekarang Anda pergi dari sini! Jangan pernah lagi masuk ke rumah orangtuaku,” tegas Elizabeth.

Elizabeth tidak tahan lagi, gadis itu berusaha mendorong tubuh Kakek Arnold untuk segera keluar dari rumah tersebut.

“Elizabeth, kamu tidak boleh memperlakukan Kakek seperti ini. Aku adalah Kakekmu,” ucap Kakek Arnold membela diri dan berusaha membujuk Elizabeth untuk tidak mengusirnya.

Elizabeth enggan berbicara dengan Kakek Arnold. Sekuat tenaga Elizabeth mengeluarkan Kakek Arnold dari rumah peninggalan kedua orangtuanya.

BRUK!!! Elizabeth menutup pintu dengan keras dan tak lupa mengunci pintu.

“Anda jangan pernah mencoba untuk menginjakkan kaki di rumah ini lagi. Aku akan mengganti kunci pintu ini agar Anda tidak bisa masuk ke dalam rumah ini,” tegas Elizabeth.

Dengan kesal, Elizabeth berjalan menjauh dari pintu dan melangkahkan kakinya menuju dapur.

Kakek Arnold tidak menyerah begitu saja, ia berpikir keras untuk menemukan cara agar Elizabeth bisa dibawa secara paksa ke gedung Thomson untuk melakukan pernikahan dengan pria tentu saja sangat ditakuti oleh Kakek Arnold.

***

Siang hari.

Elizabeth menghela napasnya setelah selesai mencuci piring kotor yang jumlahnya cukup banyak. Pada saat Elizabeth ingin beristirahat sejenak, tiba-tiba salah satu rekan kerjanya menghampiri dirinya.

“Elizabeth, diluar ada seseorang yang mencari kamu.”

Elizabeth bergegas menghampiri orang yang dimaksud oleh rekan kerjanya.

“Tuan mencari saya?” tanya Elizabeth yang sama sekali tidak mengenali pria paruh baya dihadapannya.

“Apakah kamu Elizabeth? Cucu dari Arnold?” tanya Pria paruh baya tersebut.

“Benar. Memangnya apa yang telah Kakek saya lakukan? Kalau untuk masalah uang, Anda bisa temui langsung Kakek saya. Meskipun saya cucunya, saya tidak ingin terlibat dalam urusan pribadinya,” tegas Elizabeth dan berlalu pergi meninggalkan pria paruh baya tersebut.

Pria paruh baya itu menyunggingkan senyumnya dan melenggang pergi menuju mobil keluaran terbaru.

“Elizabeth, siapa pria paruh baya itu?” tanya Laura, wanita yang sebelumnya berbicara kepada Elizabeth.

“Entahlah, aku sama sekali tidak mengenal pria paruh baya itu,” jawab Elizabeth santai dan memutuskan untuk segera beristirahat kembali.

Alexander tersenyum kecil ketika kepala pelayan masuk ke dalam mobilnya yang mewah.

“Bagaimana menurutmu mengenai calon istriku itu?” tanya Alexander.

“Wataknya cukup angkuh, sama seperti watak Tuan Alexander,” jawab Kepala pelayan bernama Joshua.

“Tentu saja harus begitu, aku membutuhkan seorang istri seperti dia. Karena mungkin aku akan berakting cukup lama,” pungkas Alexander.

Alexander kemudian menggerakkan tangannya isyarat agar mereka segera pergi menjauh dari area restoran tempat dimana Elizabeth bekerja.

“Tuan, jika Tuan menikah dengan wanita itu. Lantas, bagaimana dengan Lady Celine?” tanya Joshua.

“Bukankah kamu tahu bahwa aku sama sekali tidak tertarik dengan Celine. Terlebih lagi, dia sudah pernah menikah. Hubungan ku dengan Celine hanya sebatas kebutuhan sementara saja,” tegas Alexander.

Alexander sendiri telah menjalin hubungan dengan Celine lebih dari 1 tahun. Meskipun begitu, Alexander sama sekali tidak tertarik dengan Celine. Terlebih lagi Celine telah menikah dan telah menjadi seorang janda yang tentu saja tidak pantas menjadi seorang istri dari Alexander.

Part 02

Tibalah dimana hari yang sebelumnya pernah dikatakan oleh Kakek Arnold mengenai Elizabeth yang harus datang ke gedung Thomson. Akan tetapi, Elizabeth sama sekali tak mempedulikan mengenai apa yang Kakek Arnold katakan. Karena bagi Elizabeth, perkataan Kakek Arnold sangatlah tidak penting.

“Anda mau apa datang kemari?” tanya Elizabeth yang pagi itu ingin berangkat kerja.

Kakek Arnold hanya diam tak menjawab dan malah membungkam mulut serta hidung Elizabeth dengan kain yang ternyata sudah diberi obat bius agar Elizabeth tidak sadarkan diri.

Beberapa saat kemudian, Elizabeth perlahan membuka matanya dan terkejut ketika melihat dirinya telah mengenakan gaun pengantin.

“Siapa kalian? Aku ada dimana? Mau kalian apakan aku?” Elizabeth berteriak dan mencoba untuk kabur, akan tetapi Elizabeth tak bisa karena ruangan itu dijaga ketat oleh beberapa pria bertubuh kekar nan tinggi.

Saat Elizabeth mencoba keluar dari ruangan itu, Kakek Arnold datang dan memberitahukan bahwa Elizabeth telah menikah.

Betapa terkejutnya Elizabeth setelah tahu bahwa dirinya menikah dalam keadaan tidak sadarkan diri.

“Apakah Kakek benar-benar gila? Bagaimana bisa Kakek memperlakukan aku seperti ini?” Elizabeth berteriak dengan tatapan penuh kebencian.

“Kakek melakukan ini semua, agar kamu tidak sendirian lagi. Bukankah kamu pernah mengatakan selamanya tidak ingin menikah?” tanya Kakek Arnold.

Setelah mengatakan kalimat tersebut, Kakek Arnold pergi begitu juga dengan orang-orang yang berada di ruangan tersebut.

Disaat yang bersamaan, seorang pria datang menghampiri Elizabeth dan memberitahukan bahwa dirinya telah resmi menjadi suami dari Elizabeth.

“Aku suamimu,” ucap Alexander tanpa ingin sepasang mata indah milik Elizabeth.

Elizabeth beranjak dari sofa yang sebelumnya ia duduki dan berjalan mendekat ke arah Alexander.

“Suami kamu bilang?” tanya Elizabeth sembari mendorong tubuh Alexander dan membuat Alexander jatuh dengan tubuh yang terlebih dulu terbentur dinding.

Alexander sama sekali tak kesal dengan cara Elizabeth yang memperlakukannya seperti itu, justru hal itu membuat Alexander semakin menyukai pengantin barunya itu.

Elizabeth berlari keluar dari Gedung Thomson dengan penuh kesedihan, ia sangat kecewa dengan apa yang telah Kakek Arnold lakukan padanya.

Gadis berusia 24 tahun itu berlari dengan mengenai gaun pengantin yang tentu saja membuat dirinya jadi tontonan orang-orang yang lalu lalang.

Alexander mencoba mengejar Elizabeth, namun Elizabeth lebih dulu masuk ke dalam taksi.

“Elizabeth!” Alexander berusaha memanggil Elizabeth dan mengejar taksi yang ditumpangi oleh Elizabeth, akan tetapi taksi itu melaju dengan kecepatan tinggi dan akhirnya Alexander pun ditinggalkan begitu saja.

Para bawahan Alexander berlari menghampiri Tuan mereka dengan niatan mengantarkan Tuan mereka ke rumah Lady Elizabeth. Akan tetap, Alexander menolak karena disini ia harus terlihat seperti pria yang teramat miskin.

“Mulai detik ini kalian tidak perlu mengikutiku. Kalian akan aku panggil, jika aku membutuhkan kalian. Sekarang, kalian pergi lah!” perintah Alexander.

Setelah semua bawahannya pergi, Alexander memutuskan untuk pergi dengan menggunakan taksi menuju rumah istrinya, Elizabeth White.

Elizabeth telah sampai di depan rumah, namun sayangnya ia menghilangkan kunci rumah. Hal itu membuat Elizabeth semakin frustasi dengan apa yang telah terjadi hari itu.

Rasanya, tak ada kata maaf untuk Kakek Arnold yang teramat tega menikahkan dirinya dengan sosok pria yang sama sekali tidak dikenal.

“Hiks.. hiks..” Elizabeth menangis dengan posisi yang teramat memilukan, gadis itu menangis sembari memeluk lututnya dengan bersandar di depan pintu rumah.

Tiba-tiba saja, seorang pria datang dan membuka pintu rumah tersebut.

Elizabeth mendongak dan memberikan tatapan tak suka kepada pria tersebut.

“Maaf,” ucap Alexander sembari membantu Elizabeth bangkit.

“Don’t touch me,” ucap Elizabeth yang sama sekali tidak ingin disentuh oleh Alexander.

Alexander hanya menganggukkan kepalanya dan memasang wajah bersalah penuh dosa.

“Siapa kamu? Bagaimana bisa Kakek tua itu membuatmu menjadi suamiku? Sekarang, kamu pergi dan jangan pernah menampakkan wajahmu lagi,” tegas Elizabeth.

“Aku tidak memiliki rumah, lalu aku akan tinggal dimana?” tanya Alexander.

“Apa?” Elizabeth nampak terkejut melihat pria dihadapannya ternyata tidak memiliki tempat tinggal.

Alexander bersimpuh di hadapan Elizabeth dan meminta Elizabeth untuk mengizinkannya tinggal di rumah peninggalan orang tua Elizabeth.

“Lady Elizabeth, tolong izinkan aku untuk tinggal disini. Aku tidak memiliki siapapun lagi, bahkan tempat tinggal pun tidak ada,” tutur Alexander dengan penuh kesedihan.

Elizabeth semakin bingung, karena ternyata Kakek Arnold menikahkan dirinya dengan pria miskin seperti Alexander.

“Kamu kira aku akan kasihan kepadamu? Sekarang enyahlah dari hadapanku. Secepatnya, aku akan mengurus perceraian kita,” tegas Elizabeth.

“Tidak bisa,” sahut Kakek Arnold yang tiba-tiba datang dengan membawa secarik kertas.

Kakek Arnold tersenyum lembar sembari memberikan secarik kertas di tangannya kepada Elizabeth.

Elizabeth tercengang melihat isi secarik kertas tersebut, yang isinya bahwa dirinya tidak bisa bercerai dari Alexander. Jika mereka bercerai, rumah peninggalan milik orang tuanya akan menjadi milik Kakek Arnold White.

“Bagaimana mungkin?” tanya Elizabeth yang nampak sangat syok.

“Lihatlah, bukankah sudah tertulis jelas?” tanya Kakek Arnold dengan penuh kemenangan.

“Dasar gila,” ucap Elizabeth dengan merobek-robek kertas tersebut.

“Cucuku sayang, robek lah atau bakar lah kertas itu. Lagipula, itu hanya salinannya saja. Tentu saja yang asli sudah aku simpan dengan sangat baik di suatu tempat,” terang Kakek Arnold.

Elizabeth menatap Kakek Arnold dan juga Alexander secara bergantian. Kemudian Elizabeth masuk ke dalam rumah dengan membanting pintu.

“Good job,” puji Alexander kepada Kakek Arnold.

“Tuan, Terima kasih karena telah menikahi cucu saya yang kurang ajar itu. Sekali lagi saya berterima kasih,” ujar Kakek Arnold.

Kakek Arnold sendiri tentu saja mendapatkan uang yang cukup fantastis dengan menikahi cucunya itu. Akan tetapi, Kakek Arnold tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan dirinya.

Karena dibalik pernikahan Elizabeth dan Alexander, ada sesuatu hal yang tidak diketahui oleh Kakek Arnold maupun Elizabeth.

“Manfaatkan dengan baik uang pemberian ku,” bisik Arnold dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah pengantin barunya itu.

Elizabeth merobek habis gaun pengantin yang sebelumnya sudah ia kenakan. Tak ada sedikitpun rasa penyesalan dengan merobek-robek gaun pengantin tersebut.

“Sial*n, Kakek brengs*k!” Elizabeth mengumpat kesal atas apa yang telah Kakek Arnold lakukan padanya.

Alexander tersenyum kecil ketika mendengar umpatan demi umpatan yang keluar dari mulut Elizabeth.

“Wow, ternyata istriku begitu menarik,” puji Alexander yang saat itu tengah berada di depan kamar Elizabeth.

Usai mengeluarkan kata-kata mutiara, Elizabeth keluar dengan membawa gaun pengantin yang sudah tak berbentuk sempurna.

“Baguslah karena kamu disini, sekarang buang sampah ini!” perintah Elizabeth sembari melempar gaun pengantin tersebut ke wajah Alexander.

Part 03

Alexander hanya diam sembari memungut gaun pengantin yang benar-benar telah dirusak oleh pengantin barunya itu.

“Bagaimana mungkin aku menikah dengan pria miskin seperti ini. Dan lagi, apakah Kakek tua itu benar-benar membenciku? Sehingga menikahkan aku dengan pria sepertimu,” ucap Elizabeth dan kembali masuk ke dalam kamar.

Alexander tersenyum puas melihat reaksi Elizabeth yang teramat sangat marah.

“Rupanya kamu semakin menarik, Elizabeth. Begitu berbeda pada saat pertama kita bertemu,” tutur Alexander bermonolog.

Elizabeth tak tahu bahwa pria yang baru saja ia hina adalah bos mafia yang sangat ditakuti oleh kalangan penjahat. Meskipun begitu, Alexander sengaja menyembunyikan identitas asli dirinya. Karena Alexander, begitu tertarik dengan sosok Elizabeth.

Di dalam kamar, Elizabeth nampak begitu frustasi. Gadis itu masih memikirkan mengenai secarik kertas yang isinya membuat dirinya begitu malang.

“Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Kakek? Tidak pernah membiayai hidupku dan malah ingin mengambil rumah ini? Kalau memang begitu, itu artinya aku tidak bisa menceraikan pria miskin itu,” ucap Elizabeth bermonolog.

Karena pikirannya yang cukup berantakan, Elizabeth memutuskan keluar dari kamarnya untuk meminum segelas wine di ruang keluarga.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Elizabeth ketika melihat Alexander yang tengah menata majalah miliknya.

“Aku hanya ingin menata majalah yang berantakan ini,” jawab Alexander.

“Cukup. Jangan sentuh apapun yang berkaitan dengan rumah ini,” ucap Elizabeth sembari menggerakkan tangannya memberi isyarat agar Alexander segera menjauh.

“Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Alexander memasang ekspresi wajah kebingungan.

“Ya. Kamu melakukan kesalahan yang sangat besar terhadap hidupku. Dengan kamu menerima pernikahan ini, itu artinya kamu sama busuknya dengan Kakek tua itu,” jawab Elizabeth.

“Lady Elizabeth, aku tidak tahu mengenai ini. Kakek hanya menjanjikan aku tempat tinggal,” terang Alexander.

Akting Alexander nampak sangat alami dan membuat Elizabeth cukup tersentuh.

“Apakah kamu sungguh tidak memiliki tempat tinggal?” tanya Elizabeth penasaran.

“Jangankan tempat tinggal, aku bahkan sudah tak memiliki orang tua maupun saudara,” jawab Alexander.

Elizabeth tertegun sejenak dan tertawa lepas mendengar jawaban Alexander.

“Wow, amazing. Ternyata Kakek Arnold menikahkan ku padamu agar hidupku semakin sengsara. Sungguh rencana yang sangat briliant,” pungkas Elizabeth dan bertepuk tangan dengan penuh semangat.

Elizabeth berjalan ke sebuah lemari kaca dan mengeluarkan sebotol wine miliknya.

“Sekarang kamu lebih baik keluar dari rumah ini. Wajahmu memang tampan, akan tetapi aku sama sekali tidak tertarik. Terlebih lagi, aku sama sekali tidak mengenal kamu sama sekali,” tegas Elizabeth mengusir Alexander.

Alexander menggelengkan kepalanya dan bersimpuh dihadapan Elizabeth.

“Lady Elizabeth, tolong jangan usir aku. Biarkan aku tinggal disini, aku bersedia menjadi pelayan Lady,” tutur Alexander.

“Kamu kira aku kaya? Aku tinggal disini seorang diri, hidupku sebatang kara dan aku hanya seorang pelayan di restoran. Aku tidak bisa membiarkan kamu tinggal disini, terlebih lagi kamu adalah orang asing,” pungkas Elizabeth yang menolak keinginan Alexander untuk menjadi pelayan di rumah itu.

“Lady tidak perlu memberikan aku gaji. Memberikan aku tempat tidur itu sudah lebih dari cukup,” sahut Alexander sembari merangkak mendekati Elizabeth.

“Stop, diam disitu dan jangan dekati aku. Untuk masalah itu akan aku pikirkan lagi.”

Elizabeth menuangkan wine miliknya ke dalam gelas dan memutuskan untuk kembali ke kamar, meninggalkan Alexander yang masih berlutut di lantai.

Disaat yang bersamaan, Lady Celine datang tampa pemberitahuan ke salah satu Mansion mewah milik Alexander.

Wanita yang berstatus janda dan identik mengenakan pakaian serba kuning berjalan masuk ke Mansion mewah tersebut. Akan tetapi, ketika ingin menginjakkan kakinya di sebuah anak tangga, para bodyguard yang berjalan dengan cepat menghalangi jalan Celine.

“Kenapa kalian menghalangi jalanku?” tanya Celine.

“Lady Celine tidak diizinkan untuk datang kemari, Tuan telah memerintahkan kami untuk melarang Lady masuk,” tegas salah satu bodyguard yang menjaga Mansion mewah tersebut.

“Apa? Mana Tuan Alexander, aku ingin bertemu dengannya,” tutur Celine ingin bertemu langsung dengan Alexander.

“Lady Celine, jangan membuat kami kehilangan kesabaran. Seharusnya Lady tahu betul sikap Tuan Alexander jika telah marah,” balas bodyguard kepada Celine.

Celine pun memutuskan tak jadi masuk ke dalam Mansion itu dan bergegas meninggalkan salah satu Mansion mewah milik Alexander.

***

Malam hari.

Elizabeth yang masih belum bisa menerima kenyataan, memilih untuk pergi ke salah satu clubbing yang biasanya ia datangi kalau pikirannya sedang kacau. Pada saat Elizabeth ingin pergi, Alexander malah sengaja menghalangi jalan Elizabeth.

“Lady Elizabeth mau kemana?” tanya Alexander.

“Minggir, jangan halangi jalan ku!” perintah Elizabeth.

“Lady sekarang adalah istriku, jadi aku juga harus tahu kemana Lady pergi,” balas Alexander.

“Sekali lagi aku tegaskan, pernikahan kita hanyalah kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Kakek tua itu. Kamu jangan besar kepala hanya karena pernikahan tak masuk akal ini. Sekarang minggir lah dari jalan ku, kamu menghalangi jalan ku keluar!”

Alexander pun mengalah dan membiarkan Elizabeth pergi begitu saja.

Setelah Elizabeth cukup menjauh, Alexander pun mengeluarkan ponsel miliknya dan menghubungi orang kepercayaannya untuk membuntuti istrinya.

“Jaga istriku kemanapun dia pergi!” perintah Alexander.

Elizabeth pergi dengan menggunakan taksi untuk sampai ke club malam.

***

“Hai Elizabeth!” Dua orang wanita menyapa Elizabeth yang baru saja keluar dari taksi.

Elizabeth tersenyum sembari berjalan mendekat ke arah Rose dan Jennie.

“Aku dengar kamu hari ini tidak bekerja, kenapa?” tanya Jennie.

“Aku hanya kelelahan saja,” jawab Elizabeth yang memilih untuk menyembunyikan pernikahannya yang terjadi begitu saja.

“Ayo bersenang-senang, mungkin saja dengan kita bersenang-senang, kamu akan sehat kembali,” tutur Rose.

Mereka bertiga dengan penuh semangat masuk ke dalam club malam untuk bersenang-senang.

Tanpa diketahui oleh ketiganya, mereka tentu saja sedang diawasi sekaligus dijaga oleh para bodyguard Alexander.

“Tuan Alexander, Lady Elizabeth kini berada di sebuah club malam,” ucap salah satu bodyguard melapor kepada Alexander melalui panggilan telepon.

“Baiklah, aku akan segera kesana. Kalian awasi dan jaga istriku baik-baik. Jangan sampai ada seorangpun yang mengganggu apalagi mendekati istriku,” tegas Alexander.

Elizabeth tersenyum lebar dan berjalan ke sebuah meja.

“Wine!” Elizabeth memesan sebotol wine sebagai minuman pembuka mereka.

“Wah, sudah hampir seminggu kita tidak kemari dan ternyata suasana disini semakin ramai saja,” ujar Rose dan memutuskan untuk ikut bergabung bersama para pengujung yang lain.

Rose bergoyang-goyang dengan gerakan seksinya, hal itu membuat Jennie dan Elizabeth tak sabar ingin ikut bergabung.

Gerakan pengujung club malam itu semakin menggila seiring dengan musik dj yang dimainkan.

“Hei ladies, maukah kalian ikut bergabung dengan kami?” tanya seorang pria yang sengaja menghampiri Jennie dan Elizabeth.

😍

Jangan lupa tekan like dan favorit untuk novel ini.

Gomawo ❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!