Seorang gadis kini tengah menatap sedih sepasang manusia yang tengah membenahi diri mereka, tatapannya marah, matanya memerah karena perasaan sedih yang luar biasa begitu ia rasakan hingga ingin sekali dia menangis. Yah, bagaimanapun menahan tangis dan tidak menunjukkan sisi lemahnya adalah pilihan terbaik, karena dua orang yang kini menatapnya dengan terkejut adalah orang yang bersalah kepadanya, jadi untuk apa dia mengais sekarang meski dia merasa sedih?
" Apakah rasanya enak? "
Sepasang manusia yang tak menggunakan pakaian, tubuhnya kini hanya menggunakan selimut saja untuk menghalangi gadis itu menatapnya secara langsung kulit mereka.
" Kenapa memangnya? Enak atau tidak apakah kau penasaran? " Tanya salah satu dari dua orang itu, mereka adalah satu orang pria dan satu orang wanita. Pria itu bernama Osan, dia adalah kekasih gadis yang tengah menatapnya. Wanita yang berada di ranjang adalah Nita, dia adalah sahabat baik gadis itu. Yah, bagaimanapun awal cerita berselingkuh ini mirip seperti kebanyakan drama lainnya.
Gadis itu menahan kemarahannya, dia mencoba tersenyum sebaik mungkin agar tak sedikitpun terlihat marah. Mungkin bisa di bilang wajar saja kalau kekasihnya mengkhianati, selain Nita memang cantik, Nita juga adalah gadis yang terkenal kemah lembut dan sangat sopan juga ramah. Sementara dia? Dia begitu sangat pecicilan, cara bicara yang ceplas-ceplos, dia juga tidak secantik Nita.
" Osan, kau sudah mengkhianatiku jadi jangan harap kalau pernikahan kita Kaka berlangsung meskipun sudah jelas akan di gelar seminggu lagi! Aku tidak Sudi punya suami kotor sepertimu! Dan kau, Nita! Aku tidak Sudi lagi jadi temanmu, aku tidak Sudi berteman dengan gadis menyebalkan dan tidak punya perasaan sepertimu! " Kesal gadis itu sembari menunjuk-nunjuk saat berbicara tadi, matanya juga tajam menatap kedua manusia yang jelas adalah Osan dan Nita.
Nita, gadis itu hanya bisa menunduk, sekarang ini dia tengah menangis tanpa suara entah apa yang di rasakan olehnya.
" Jangan membentak Nita! Memangnya siapa juga yang mau menikah denganmu? Sudah jelek, belagu, cerewet, kasar, sok jual mahal pula! Kau itu memang pantas mendapatkan ini semua, tahu tidak?! Aku juga tidak Sudi menikah denganmu, kalau bukan karena Nita, aku pasti sudah menendang mu jauh dari kemarin-kemarin! "
Sialan! Benar-benar tidak tahan lagi rasanya. Gadis itu memukul wajah Osan dengan satu bogem mentah yang begitu luar biasa hingga langsung saja keluar darah dari hidung Osan.
" Brengsek! Bajingan! " Tentu saja Osan tidak terima hingga dia bangkit dari posisinya mengabaikan dirinya yang masih tak menggunakan pakaian.
" Kak Osan! " Nita memekik saat Osan bangkit dari sana dan menunjukkan seluruh tubuhnya kepada mantan calon istrinya. Ah, aneh sekali karena harus ada kata mantan dari calon ya?
Tak perduli lagi, benar-benar masa bodoh karena dia harus membalas apa yang dilakukan oleh calon istrinya itu.
Gadis itu tentu saja terkejut bukan main melihat tampilan Osan yang cukup membuatnya ser-seran. Aduh! Tunggu dulu, mimik wajah Osan seperti ingin memukulnya, jadi begitu Osan melayangkan pukulan ke wajahnya, gadis itu segera menurunkan tubuhnya, mengambil kesempatan untuk memukul perut Osan meski sempat menelan Saliva karena ketika dia menunduk matanya benar-benar berhadapan dengan kemoceng gelap berbulu milik Osan. Ah, tapi dia tidak boleh kehilangan konsentrasi dan segera memukul lumayan kuat ke perut Osan.
" Ah! " Pekik Osan, biarpun hanya lumayan kuat, bagi tenaga gadis itu tentu saja Osan merasakan sangat sakit. Gadis itu juga adalah seorang atlet taekwondo di kampung, dia selalu menjuarai peringkat pertama di beberapa ajang perlombaan jadi tidak heran kalau pukulannya tidak main-main.
" Dengan tubuh lemahmu ini kau pikir kau bisa menyakitiku? Heh! Mimpi saja! "
" Dasar wanita tidak ada otak! Bagaimana orang akan tertarik padamu dengan gaya premanmu itu! Lihat saja, kau akan dipermalukan habis-habisan saat semua orang datang kerumahmu nanti, mereka akan mempermalukan dan menggunjingmu karena pria yang akan menikahimu menyerah sebelum menikah. Yah, aku akan mengatakan alasanku menolak menikahimu, akan ku katakan kepada semua orang betapa tidak pantasnya kau dinikahi oleh pria sepertiku! Aku tampan, aku juga anak kepala desa, kau pikir aku Sudi mejalin hubungan kalau Ayahku tidak memaksa? Cih! Kala saja kau tidak berprestasi dalam taekwondo dan lumayan tenar, kau pikir kau siapa? Sudah jelek, belagu, kurus kering, cara mengurai rambut saja tidak bisa! "
Gadis itu mengigit bibir bawahnya menahan kesal, dia membuang nafas, tatapannya kini lurus tertuju kepada Osan. Dia mundur dua langkah, mengambil posisi kuda-kuda lalu bergerak mengayunkan kakinya, dan bugh!
" Ah! " Pekik Nita yang kaget melihat Osan pingsan seketika. Tak mau rugi atau menjadi sasaran amukan orang tua mereka, gadis itu mengeluarkan ponselnya, membuat video pendek memperlihatkan Osan yang terkapar dengan tubuh polos, begitu juga dia menyorot wajah Nita yang menunduk dan menutupinya dengan tangan.
" Heh! Mari kita lihat seberapa tidak tahu malunya kalian berdua setelah ini. " Ucap Gadis itu. Dengan langkah berani dan senyum puas yang terbit dari wajahnya dia berjalan keluar. Namanya adalah Mimutia Vezz, dia akan di panggil Mimu untuk menggambarkan tubuhnya yang imut, tapi memiliki kekuatan raksasa. Ah, tidak sebanding sih, tapi dia cukup kuat untuk berkelahi dengan tujuh pria dewasa bertubuh tinggi besar.
Sesampainya di rumah, dia menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur meraung-raung karena perasaan sedih yang ia rasakan langsung saja pecah tak tertahankan. Padahal dia sudah setahun ini menjalin hubungan, pacaran dalam bahasa jaman sekarang, Nita juga adalah sahabatnya sedari kecil. Ah, kalau di ingat-ingat pantas saja dia selalu mencari alasan saat dia dan Osan ingin pergi berkencan agar dia bisa ikut juga.
" Huuhuhu...... "
" Brep..... "
Mimu membuang tisu bekas ingusnya yang sudah bejibun dimana-mana.
" Hua..... Hua..... Dasar sialan! Mana tisu harga ya naik lagi, diskon juga sudah berakhir Minggu lalu, selain aku patah hati aku juga malah membuang banyak tisu! Hua...... "
" Mimu! Ada apa? "
" Ayah! "
Pria lima puluh delapan tahun itu memeluk putrinya yang kini berlari memeluknya. Mimu masih menangis membuat Ayahnya kebingungan sendiri, maklum saja, biarpun Mimu adalah gadis yang kuat otot, nyatanya dia juga mudah sekali menangis untuk hal-hal sepele.
" Uang jajanmu habis? "
" Bukan! "
" Dramanya berakhir sedih ya? "
" Bukan! "
" Kau gagal menggoreng telur? "
" Bukan! "
" Kau dikatai samson lagi? "
" Bukan! "
" Lalu? "
" Osan tadi sedang kikuk kikuk dengan Nita, Ayah, Hua...... "
" Oh, begitu? A apa?! " Ayahnya Mimu yang bernama Gito melotot kaget. Bagaimana tidak? Selama ini yang dia tahu anaknya juga Osan dan Nita tidak seperti itu.
" Ayah, bagaimana ini? Dia bilang tidak akan ada yang mau menikah denganku, dibilang pasti tidak akan ada satupun pria yang mau denganku. Ayah, acara pernikahanku ini sudah di umumkan oleh ku sendiri sampai ke tiga desa loh, masa iya sekarang aku mengatakan kepada mereka bahwa aku gagal menikah! "
" Permisi, apa aku boleh minta minum? " Mimu dan Ayah Gito kompak menoleh ke arah suara, Mimu sontak melotot kaget melihat pria tampan, ah dia super tampan dan hampir membuat air liurnya terjatuh.
Bersambung.
" Permisi, apa aku boleh minta minum? " Mimu dan Ayah Gito kompak menoleh ke arah suara, Mimu sontak melotot kaget melihat pria tampan, ah dia super tampan dan hampir membuat air liurnya terjatuh.
Gila, benar-benar gila karena dia bisa melihat pria super tampan secara langsung. Mata Mimu benar-benar sangat tak bisa di kontrol, begitu tampan, tubuhnya tinggi dan besar, astaga Mimu jadi berpikir apakah kemoceng gelap berbulu milik pria itu lebih besar dari pada milik Osan? Hah! Gila sekali ini, apa yang dia pikirkan! Mimu menggelengkan kepalanya menepis semua pikiran kotor itu dari otaknya.
" Siapa kau? " Tanya Mimu seraya menjauhkan tubuhnya dari Ayah Gito, dengan cepat dia mendekati pria itu menikmati wajah tampan dan tubuh gagah mempesona yang luar bisa menggoda.
" Nak, masalah Osan yang berselingkuh dengan Nita apa- "
" Ayah, aku lebih penasaran makhluk menggoda dari mana ini? " Mimu memperhatikan tubuh pria itu dari ujung kaki sampai ujung kepala membuatnya mendongak dengan mulut terbuka keheranan.
Pria itu tak mengatakan apapun, tatapan matanya juga terlihat bingung, sesekali juga seperti kosong tak memiliki apapun untuk di pikirkan.
" Ayah, apa dia ini makhluk dari atas langit ya? Eh, apa malah kau seorang aktor yang sering muncul di televisi? Tapi, seingatku tidak ada aktor yang lebih tampan darimu deh. "
Ayah Gito menggaruk tengkuknya yang tak gatal, benar-benar Mimu memang adalah Mimu yang sangat mudah berubah mood hanya dalam hitungan detik. Kalau melihat banyaknya tisu berserakan jelaslah dia sedih sekali tadi, tapi kenapa hanya dengan melihat pria tampan dia sudah langsung lupa dengan kesedihannya.
" Coba buka bajumu! Biar aku lihat apakah perabotan di tubuhmu sama seperti kebanyakan manusia lainnya? "
Pria itu melotot kaget, dia juga memegangi bajunya karena takut Mimu benar-benar membuka bajunya.
" Mimu, hentikan. Dia itu sepertinya linglung karena luka di kepalanya. "
Mimu yang sudah menegang kain baju pria itu menghentikan niatnya begitu mendengar apa yang di katakan Ayah Gito. Linglung?
" Jadi, pria ini sebenarnya siapa yah? "
Ayah Gito menghela nafas, dia melas sekali melihat pria itu, tapi dia juga tidak bisa melakukan banyak hal untuk membantunya.
" Seminggu yang lalu Ayah menemukan dia pingsan di hutan, tadinya sih Ayah pikir dia sudah mati di makan binatang buas. Tapi saat membalikkan tubuhnya dan masih utuh lengkap badannya, Ayah memberanikan diri memeriksa, rupanya dia masih hidup. Yah untung saja Ayah datang lebih cepat, karena kalau tidak, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada pria itu mengingat banyak harimau di hutan kan? Kalau di lihat dari luka saat Ayah menemukannya, luka di kepalanya itu pasti baru beberapa saat terjadi. "
" Pantas saja Ayah tidak pulang ke rumah, biasanya tiga hari sekali Ayah pulang kan? "
" Iya mau bagaimana lagi? Ayah kan tidak bisa meninggalkan dia di gubuk kita sendirian di saat dia terluka begitu kan? Ayah pikir dia bahkan tidak bisa hidup lebih lama, ternyata dia bangun tiga hari yang lalu. Untungnya Ayah paham dengan tanaman hutan yang bisa di buat obat, juga semangat hidup pria ini sangat tinggi. "
Mimu menatap ria itu dengan tatapan melas, padahal sangat tampan tapi kenapa nasibnya malah semalang itu? Duh, untung saja tidak di makan binatang buas ketika di hutan, kalau tidak bisa iri dia dengan binatang buas karena sudah memakan pria tampan seperti pria itu.
" Duh, kasihan sekali kau nak. Ayo peluk aku, aku akan jadi Ibu asuhmu mulai sekarang. " Mimu merentangkan tangannya untuk memeluk pria itu, tapi sayangnya Ayah Gito malah menaik bajunya dan membuat dia mundur beberapa langkah membuat dia gagal memeluk pria tamban yang luar biasa itu.
" Jangan macam-macam kau, Mimu! Ingat kau ini adalah seorang gadis. Jangan memeluk pria sembarangan, apalagi kita kan tidak kenal dia sama sekali. Bagaimana kalau ternyata dia adalah narapidana yang kabur? Atau dia target buron polisi yang lari ke hutan? " Bisik Ayah Gito, padahal dia lah yang menyelamatkan pria itu tapi rasa was-was dan ragu masih belum bisa hilang dari pikirannya.
" Duh, Ayah! Kalau penjahat seperti ini semua orang juga rela di jahati oleh dia. Duh, kalau mau di perko- "
" Dasar tidak tahu malu! Sadar! Kau ini gadis! Bertindaklah yang anggun sedikit! " Bisik Ayah dengan nada membentak sembari membungkam mulut Mimu kuat-kuat.
Pria itu masih kebingungan dengan tingkah polah sepasang Ayah dan Anak, tapi dia juga tidak tahu harus bagaimana sehingga memilih untuk diam saja.
" Kau bantu rawat dia disini ya? Jangan biarkan dia keluar dari rumah sembarangan, meskipun rumah kita berada di ujung dan jarang sekali ada orang lewat, tapi akan lebih baik kalau dia tidak keluar rumah. Kau lihat luka di lebam di wajahnya juga masih belum hilang kan? Ayah harus mengantarkan bahan obat-obatan besok, jadi pria ini harus kau jaga baik-baik. Ingat, Jagan biarkan dia mendekatimu, kau tahu harus bagaimana memperlakukan pria dewasa kan? "
Mimu mengangguk saja meski tak begitu memperdulikan peringatan Ayahnya.
Seperti yang diminta Ayahnya, Mimu dengan telaten membantu pria itu untuk memakaikan obat dari bahan alam yang sudah di keringkan dan di tumbuk, juga sudah diberikan minyak zaitun. Mimu benar-benar menikmati kegiatan itu, yah bagaimana tidak, rupanya setelah pria itu membuka bajunya, tubuh pria itu benar-benar sangat indah, oh! Maksudnya bagus sekali, dan sangat mirip seperti yang ia lihat di televisi. Ada gumpalan otot, di lengan, dadanya bidang dan proporsional, perutnya juga memiliki garis kotak-kotak yang membuat matanya berbinar kagum.
Duh! Bagaimana mungkin aku ingat sedih kalau yang aku lihat beginian? Kira-kira di bagian bawah ada yang terluka tidak ya? Hihihi..... Sepertinya melihat sedikit tidak masalah kan?
" Kau, mau apa? " Tanya pria itu dengan tatapan kaget, dia juga menahan celana karetnya yang sudah di pegangi oleh Mimu sembari menatap aneh yang terkesan mengerikan untuk pria itu.
" Ayolah, aku hanya ingin memeriksa saja kok. Siapa tahu di bagian bawah sana ada luka, jadi sekalian aku obati saja. Kenapa kau melotot seperti itu? Kau menolak kebaikan ini ya? Kau pikir aku punya banyak waktu luang untuk mengobatimu? "
Pria itu langsung menunduk, dia menjauhkan tangannya dari celananya dan merasa tak mampu melawan Mimu.
Dia tidak mengatakan apapun artinya boleh aku lihat kan?
Mimu tersenyum senang, pipinya bahkan sampai merona merah dan bersiap untuk membuka celana karet yang di gunakan pria itu.
" Apa yang ingin kau lakukan, hah? " Ayah Gito rupanya menyadari jika Mimu ingin berbuat gila jadi dengan segera dia meraih telinga Mimu dan menariknya agar Mimu menjauh dari pria itu.
" Ah, Ayah! "
Bersambung.
Mimu merengut sebal sembari menggosok telinganya yang terasa panas, benar-benar tidak sesuai harapan karena tiba-tiba saja Ayahnya datang dan mengacaukan rencananya. Tidak tahu sih dari mana datangnya keinginan seperti itu, yah mungkin saja karena dia melihat secara langsung kemoceng gelap berbulu milik Osan tempo hari sehingga dia terus penasaran dengan benda itu. Duh, bagaimanapun dia kan juga sudah dewasa jadi wajar saja kalau dia penasaran akan hal semacam itu.
" Cih! Kalau dipikir-pikir, apa mereka berdua sudah sering melakukannya ya? " Gumam Mimu membayangkan betapa bodohnya dia selama ini karena tertipu oleh teman baiknya, juga kekasihnya yang adalah pria paling tampan anak si pak kepala desa. Mau merasa rugi, tapi pria yang menjadi tersangka nyatanya adalah pria brengsek macam sampah menyebalkan.
" Kau mau kemana? " Tanya Mimu yang melihat pria tak di kenal tinggal di rumahnya melintas membawa keranjang kecil berisi obat herbal racikan Ayahnya yang selalu dia gunakan untuk mengobati lukanya.
" Ingin ke belakang mengobati luka di bagia dadaku. "
Mimu mengeryit heran.
" Kenapa harus kebelakang? "
" Karena Paman bilang aku tidak boleh sembarangan membuka baju di sini, terlebih di hadapan mu. "
Ih! Kesal sekali dia, kenapa juga sih Ayahnya harus melarang pria itu untuk membuka baju di hadapannya? padahal kalau pria itu membuka baju dan memperlihatkan tubuh uhuy nya kan lumayan juga untuk membuatnya senang.
" Jangan dengarkan ucapan Ayahku! Biarkan aku membantumu ya? "
Tak menunggu tanggapan dari pria itu, Mimu langsung saja membawa pria itu untuk duduk, lalu memaksanya untuk membuka baju tidak perduli pria itu terus menolak dan memasang wajah keberatan.
Ah, ini benar-benar menyenangkan sekali! Sudah ah, dari pada terus melihat tubuh pria itu dan otaknya jadi semakin kotor, lebih baik dia ajak saja bicara, ah, dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu.
" Ngomong-ngomong, siapa namamu? " Tanya Mimu tapi tak menghentikan tangannya yang masih mengoleskan obat kedada pria itu.
" Aku tidak tahu. "
" Eh, namamu juga kau tidak tahu? " Tanya Mimu sebentar menatap pria itu dan kembali mengoleskan obatnya.
" Tidak, aku tidak ingat apapun. Aku hanya ingat pesan dari Paman untuk menjauh darimu, jangan sembarangan menyentuh, apalagi membuat mu menyentuh. Kalau paman tahu, dia bilang akan memenggal kepalaku. "
Mimu membuang nafas kasarnya, benar-benar Ayahnya amanat tidak tahu dan tidak paham kalau melihat tubuh pria tampan dan gagah membawa kesenangan tersendiri untuknya.
" Jadi, kau mau dipanggil apa? Tidak mungkin aku memanggilmu pria tanpa nama kan? "
" Aku tidak tahu siapa namaku, terserah saja mau di panggil apa. "
Mimu menjauhkan dirinya dari pria itu sembari berpikir, dia kini sudah duduk di samping pria itu jadi dengan segera dia memakai bajunya sebelum Ayah Gito pulang kerumah.
" Bagaimana kalau namamu Pratama saja? Cocok untukmu kan? "
Pria itu mengernyit menandakan jika dia tidak setuju dengan nama aneh dan kedengaran sangat desa baginya.
" Kenapa harus Pratama? Memang tidak ada yang lain? " Protes pria itu.
" Tidak boleh! Pratama itu artinya pria tanpa nama. Jadi untuk singkatnya aku akan memanggilmu, Tama! Bagaiman? "
Pria itu menghela nafas, masa bodoh saja apa nama yang akan diberikan padanya, toh nanti juga dia akan ingat siapa namanya yang asli.
" Ngomong-ngomong, apa kau ada ingat sedikit saja dari mana kau datang? Maksudku tempat tinggalmu, dimana desamu? "
Tama sebentar diam, dia mencoba mengingat-ingat tapi tak lama dia menggeleng karena memang dia tidak mengingat apapun.
" Ya sudahlah kalau tidak ingat, nanti kita coba pikirkan bagaimana mengingat siapa dirimu ya? "
Tama tersenyum, lalu mengangguk.
" Oh iya, kau panggil saja aku Mimu ya? "
" Aku sudah tau kok. "
" Bagus! Mulai sekarang baik-baik tinggal disini, dan menurut lah padaku ya? " Mimi tersenyum sembari mengusap kepala Tama dengan lembut seperti mengusap kepala adiknya sendiri. Padahal kalau di lihat wajah mereka sepertinya Tama jauh lebih dewasa di bandingkan Mimu, tapi ya sudahlah? Memang siapa yang bisa menolak keinginan Mimu?
Tama terdiam meski dia keberatan ada orang yang mengusap kepalanya hingga rambutnya menjadi berantakan. Dia seperti merasa bahwa dirinya sangat terhormat, tapi dia juga tida berdaya di hadapan Mimi, anak si penyelamat nyawanya.
Tok Tok
Mimu terdiam sebentar memandangi pintu rumahnya, tidak tahu siapa yang datang kerumahnya, tapi dia juga tidak boleh mengabaikan saja tamu yang datang kan? Mimu bangkit dari duduknya, menuju pintu dan membukanya.
Osan, dan juga Nita, mereka ternyata tidak hanya berdua saja, tapi juga bersama orang tuanya Osan dan Nita sendiri. Dari wajah mereka semua jelas lah masalah beberapa waktu lalu membuat mereka jengkel dan mendatanginya.
Beberapa saat kemudian, semua orang kini sudah berada di ruang tamu, sementara Tama menunggu di dapur tak berani keluar karena itu adalah hal yang dilarang oleh Ayah Gito.
" Kau seharusnya tidak melukai putraku meksipun kau kesal kan? Gara-gara kau rahangnya sampai retak, tiga gigi samping juga rontok. Aku sudah menahan diri sampai putraku membaik, jadi hari ini aku akan membuat perhitungan denganmu! " Ucap Ayahnya Osan, matanya melotot kesal dan jari telunjuknya mengarah tegas kepada Mimu.
Mimu menghela nafas, selama ini dia selalu hormat kepada kepala desa karena dia adalah Ayahnya Osan, tapi sekarang dia sudah tidak ingin menghormati orang yang sudah berbicara dengan nada kasar kepadanya.
" Jadi, harusnya aku bagaimana memberi pelayanan anaknya pak kepala desa? Dia dan Nita kan sedang melakukan hal tidak senonoh, ditambah lagi seminggu dari hari itu pernikahan akan di gelar, apakah aku harus berpura-pura tidak tahu saja? "
" Tetap saja, kau sudah mencelakai putraku! "
" Yah, itu karena Osan mau memukulku, aku hanya membela diri saja kok. "
" Sudahlah, kita langsung saja pada intinya. Kedatangan kami kesini adalah untuk membatalkan pernikahan, Osan akan menikahi Nita sebagi mempelai wanitanya di hari yang sudah di tetapkan tanggal pernikahan. Kau urus saja masalahmu, kami tidak ingin ada urusan apapun denganmu. " Ucap Ayahnya Nita dengan tegas, bagaimanapun yang dia tahu dia hanya akan menikahkan putrinya dengan orang yang sudah meniduri putrinya jadi dia tidak perduli masalah hati yang lainnya.
Mimu mengepalkan kedua tangannya, iya benar saja dia sampa lupa kalau dia harus segera mengurus masalah itu, dia harus segera mencari jalak keluar karena hari pernikahan akan berlangsung beberapa hari lagi. Osan jelas selamat karena dia memiliki Nita, tapi dia? Dengan siapa dia akan menikah?
" Mimu, aku benar-benar minta maaf ya? Cinta tumbuh begitu saja di hati kami berdua, jadi kami juga tidak bisa mengendalikan perasaan kami. "
Mimu menatap kesal, benar-benar dia sudah akan memukul wajah sok melas Nita, tapi dia tiba-tiba teringat dengan Tama. Segera dia bangkit dan berjalan cepat menuju dapur.
" Ayo ikut aku! " Tama sebenarnya sudah menolak, tapi tenaga Mimu benar-benar tak main-main sehingga dia tidak bisa menolak lagi.
" Perkenalkan, ini calon suamiku, jadi jangan khawatirkan aku, aku sudah dapat yang lebih baik setelah membuang baju rombeng. "
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!