NovelToon NovelToon

Perjuangan Cinta Reyna

Ingin Kembali

Rasa bahagia kini sedang melanda pada kehidupan rumah tangga, Reyna dan Mr Exel. Setelah beberapa bulan menikah akhirnya Reyna hamil juga.

"Tata, terima kasih ya. Kamu sudah bersedia untuk hamil anakku."

Perkataan Mr Exel membuat Reyna terkikik pelan.

"Sayang, aku ini kan istrimu. Masa iya tak mau mengandung anakmu. Inti dari suatu kehidupan rumah tangga bukannya salah satunya adalah keturunan? jadi jangan mengatakan hal itu."

Kehamilan Reyna kali ini dia tak merasakan apa pun, justru suaminya yang setiap pagi merasakan morning sickness.

"Ta, sampai kapan ya aku harus merasakan ngidam seperti ini? masa hampir setiap pagi aku seperti ini, mual muntah dan tak berselera makan."

Keluh kesah yang sedang di rasakan oleh Mr Exel.

"Suamiku tersayang, bersabar ya. Biasanya mah sampai usia kandungan aku berumur empat bulan," ucap Reyna merasa iba juga.

"Hem, ini baru berumur satu bulan ya. Jadi aku harus menunggu hingga tiga bulan lagi," Mr Exel menghela napas panjang.

Sementara di suatu tempat, Rony sedang resah gelisah memikirkan Romy.

"Entah kenapa aku ingin sekali bertemu dengan Romy. Apakah suami baru Reyna bisa sayang pada anakku tidak ya? kenapa aku selalu gelisah seperti ini ya, ada rasa tak rela mengetahui jika Reyna telah menikah lagi," batin Rony.

"Sebaiknya aku berkunjung saja ke rumah orang tua Reyna. Hanya ingin memastikan kondisi Romy," batin Rony dia langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah mantan mertuanya.

Tetapi Rony langsung kecewa karena tak di temui keluarga Reyna.

"Ya ampun, pindah kemana mereka? ataukah ikut dengan suaminya ke luar negeri? sayang sekali aku tak bisa mendapatkan informasi dari para tetangga karena mereka mengatakan tidak tahu sama sekali dengan alamat rumah Reyna yang baru."

Akhirnya Rony melajukan mobilnya arah pulang, wajahnya terlihat sangat murung karena tak bisa lagi bertemu dengan Reyna dan Romy.

"Mas Rony, kamu dari mana sih? jangan katakan kalau kamu dari rumah mantan istrimu yang sekarang sudah menikah dengan pria keturunan bule itu," ucap ketus Rara.

"Rara, mau sampai kapan kamu cemburu dengan Reyna yang sekarang sudah menjadi istri orang?" tanya Rony mulai terpancing emosi.

"Sampai kamu berhenti memikirkan dirinya dan anakmu itu!" ucap Rara ketus.

"Rara, bagaimanapun Romy itu anak kandungku. Wajar saja aku akan selalu memikirkan dirinya apa lagi aku sangat merasa bersalah karena pada saat dia bersama orang tuaku, aku tak memperhatikannya. Aku bahkan tak pernah menjenguknya dirinya. Apa salah seorang ayah ingin memperbaiki kesalahannya?"

Rara sangat kesal pada saat mendengar apa yang barusan di katakan oleh, Rony.

"Mas, kamu memperhatikan Romy sementara kamu tak peduli dengan dua anak kita. Sama saja bohong, tahu nggak sih. Sudahlah mas, aku tak ingin kamu berurusan dengan mantan istrimu itu! ini demi keharmonisan rumah tangga kita, paham nggak sih? aku nggak mau kita terus saja berselisih paham hanya karena mantan istri dan anakmu itu!" bentak Rara seraya berlalu pergi.

"Ya Allah, kenapa baru sekarang aku tahu sifat asli Rara yang tak pernah menghargaiku sebagai suaminya? apa mentang-mentang aku kerja di perusahaan milik papahnya?" gumam Rony menghela napas panjang.

Berbeda situasi dengan Rudy. Kini hidup dia juga sengsara apa lagi sudah tak tinggal bersama orang tuanya. Sejak dia di usir oleh ibunya, dia tinggal di sebuah kost karena dia tak bisa menyewa sebuah rumah.

"Aku harus bisa meluluhkan hati Reyna lagi. Aku tak peduli jika dia telah bersuami lagi. Justru aku harus bisa merebutnya dari suaminya itu. Hanya dia harapanku untuk bisa merubsh hidupku kembali lebih baik," batin Rudy.

Dia pun datang ke rumah orang tua Reyna tetapi dia juga harus kecewa seperti yang di rasakan oleh Rony. Dia pun datang ke rumah pribadi Reyna yang pernah dia tinggali dulu bersamanya. Tetapi dia juga kembali lagi kecewa.

"Sialan, kemana saat ini Reyna berada? kenapa dia pindah aku sama sekali tak tahu menahu?"

"Jika seperti ini aku akan bingung dech, dan susah pula mencari dimana saat ini Reyna berada?"

Rasa kesal mendera di hari Rudy, harapan untuk bisa bertemu Reyna dan membujuknya hilang sudah.

Terus saja Rony san Rudy berkeluh kesah karena tak bisa menemukan keberadaan, Reyna.

Hingga suatu hari, Rony pergi ke luar kota untuk menemui rekan bisnisnya yang baru. Tanpa sengaja dia melihat Reyna dan Romy di sebuah pusat perbelanjaan.

"Apa aku tidak salah lihat ya? bukannya itu Reyna dan Romy, ah aku harus cepat mengikuti dirinya supaya aku tahu dimana saat ini Reyna tinggal."

Rony langsung mengikuti langkah kaki Reyna dan anaknya. Kebetulan saat ini Reyna mengemudi mobil sendiri. Hingga Rony dengan mudah mengikuti dirinya.

Tak berapa lama, mobil Reyna berhenti di sebuah apartement mewah.

"Apakah Reyna sekarang tinggal di sini ya? aduh rumahnya di jaga ketat bagaimana bisa aku masuk dengan leluasa? jika seperti ini aku harus menemui Reyna di luar rumah," gumamnya.

"Oh iya, sebaiknya aku cari tahu saja lewat para tetangga di sini tentang segala aktifitas Reyna," batin Rony.

Dia pun menghampiri rumah yang tak jauh dari apartement Mr Exel. Kebetulan ada seorang ibu sedang di depan pintu gerbang.

"Maaf Bu, saya mengganggu waktu ibu sebentar. Saya ingin bertanya tentang pemilik apartement itu," ucap Rony seraya menunjuk ke arah apartement Mr Exel.

"Oh, itu apartement pria turunan bule namanya Mr Exel dan kini sudah punya istri," ucap si ibu.

"Iya, Bu saya tahu kalau soal itu. Karena istri dia adalah mantan istri saya. Kami pisah juga karena istri saya itu diam-diam selingkuh dengan pria bule itu. Ibu, saya susah payah mencari keberadaan mantan istri saya hanya karena saya kangen ingin bertenu dengan anak saya yang saat ini di bawa oleh mantan istri saya," ucap Rony sengaja mengarang cerita pada ibu tersebut supaya dia bis dengan mudah mendapatkan informasi tentang Reyna.

"Masa sih, mas? setahu saya suami istri ini sangat baik loh, tidak ada tampang tukang selingkuh," ucap si ibu tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Rony.

Hingga ibu itupun berlalu pergi masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Rony lagi.

"Sialan, aku gagal mendapatkan dari tetangga Reyna. Jika seperti ini aku harus bergerak sendiri dengan menunggu Reyna keluar lagi dari rumah itu dan aku ikuti sis kemanapun dia pergi," batin Rony kecewa.

Rony memutuskan untuk tidak pulang sebelum dia tahu sepenuhnya tentang aktifitas Reyna di kota itu.

Penyelidikan

Pagi menjelang, dengan sangat antusiasnya Rony sudah ada tak jauh dari apartement Mr Exel. Dia sangat cemburu pada saat melihat Mr Exel mengecup kening, bibir, serta perut Reyna di depan pintu gerbang.

"Tata, kamu hati-hati kerjanya. Ingat ya, di dalam perutmu ini ada buah cinta kita. Jadi sebisa mungkin jangan terlalu cape," pesan Mr Exel pada Reyna.

Sebenarnya dia tak ingin istrinya ini bekerja, toh kekayaan dia ini berlimpah ruah takkan habis tujuh turunan. Akan tetapi dia menghargai istrinya yang memang pekerja keras.

Namun Mr Exel tak mengizinkan Reyna untuk mengemudi sendiri. Dia kini memiliki sopir pribadi yang merangkap sebagai asisten pribadinya, Reyna. Mr Exel sengaja memilih sopir wanita bagi Reyna.

"Hanny, kita ke rumah makan dulu saja untuk mengecek di sana setelah itu barulah kita ke salon. Aku juga tak ingin berlama-lama, mengingat kehamilan aku ini masih terlalu muda," ucap Reyna.

"Siap, nona."

Hanny sana sekali tak banyak bicara, dia berkata hanya seperlunya saja.

"Ya Allah, jaga selalu aku dan anak yang sedang aku kandung ini. Aku sebelumnya pernah alami hal buruk dimana aku kehilangan bayiku. Dan aku kali ini harus menjaga anakku dengan sebaik mungkin. Aku tak ingin membuat kecewa suamiku," batin Reyna.

Hingga Reyna memutuskan untuk tidak terlalu cape dalam bekerja. Dia hanya datang pagi saja untuk mengecek rumah makan yang tadinya hanya sebuah cafe. Dan juga mengecek salon kecantikannya.

Dia sudah memiliki dua asisten pribadi yang bisa di percaya olehnya untuk mengurus salon dan juga restorannya. Dia juga selalu waspada dengan memasang setiap ruangan dengan CCTV tanpa sepengetahuan para karyawannya. Hingga dia bisa memantau semua kinerja para karyawannya terutama asisten pribadinya.

Hal ini dia lakukan untuk kewaspadaan, apa lagi semua juga belajar dari pengalaman yang terjadi di masa lalu pada saat dirinya bersuamikan, Rudy.

Tanpa dia tahu, laju mobilnya di ikuti oleh mobil milik Rony.

Tak berapa lama, sampai juga mobil Reyna di pelataran restoran yang sangat besar dan mewah.

"Untuk apa Reyna datang pagi-pagi ke restoran ini ya? kok aku jadi semakin penasaran?" batin Rony penuh tanda tanya.

Pada saat dia berniat akan bertanya pada salah satu karyawan restoran, dia mengurungkan niatnya. Dia kembali lagi melanjutkan misinya mengikuti kemana laju mobil Reyna.

"Kalau ini jelas pasti usaha salon yang Reyna punya. Jangan-jangan restoran tadi juga milik, Reyna ya?"

"Wah, kalau begitu Reyna benar-benar sudah menjadi sultan. Hem... secara dia kan menikah dengan keturunan bule yang sangat kaya."

"Heran juga, bagaimana bisa Reyna mendapatkan suami orang bule ya?"

Rasa heran dan takjub Rony pada Reyna tak ada hentinya. Karena Reyna yang dulu sempat dia dan orang tuanya hina, kini benar-benar telah berubah 100° C.

Setelah puas mengikuti Reyna, dia pun kembali ke restoran karena masih terbesit rasa penasaran di hatinya. Hingga beberapa saat di restoran, Rony bertanya banyak hal pada salah satu karyawati restoran tersebut.

"Luar biasa, restoran sebesar ini milik Reyna. Pasti ini juga memakai uang suaminya, nggak mungkin nggak. Beruntung sekali Reyna kamu menikah dengan pria kaya itu," gumamnya di hati.

Kini sudah jelas semuanya, tetapi Rony masih saja belum ingin pulang. Dia ingin sekali bertemu dengan, Reyna.

"Susah juga jika ingin bertemu dengan, Reyna. Karena di samping dia sekarang punya asisten pribadi. Dia juga tak sepenuhnya berada di restoran atau salonnya. Reyna, cepat sekali kamu sudah hamil saja anak bule itu?"

Selagi asik melamun memikirkan bagaimana caranya supaya bisa bertemu dengan, Reyna. Ponselnya berdering ada panggilan telepon.

"Kring..... kringg... kring ..."

"Hallo, ada apa kamu telpon?"

"Pakai tanya ada apa pula? kenapa kamu tak pulang-pulang, mas?"

"Urusan di sini belum selesai jadi aku belum mau pulang."

"Kamu pikir aku ini anak TK yang mudah kamu bohongi? aku sudah tahu jika urusanmu terlah selesai dari beberapa hari yang lalu. Aku sudah tanya pada orang kantor, jadi kamu tak bisa berbohong lagi. Pulang sekarang atau aku adukan hal ini pada, papah!"

"Hem, iya ini lagi dalam perjalanan pulang. Bawel banget sih kamu!"

Setelah cukup lama bercengkrama di dalam via telepon, Rony terlebih dulu menutup panggilan telepon dari istrinya.

"Sialan, hidupku sejak bersama Rara sangat terkekang! tidak seperti pada saat bersama dengan, Reyna. Ini semua gara-gara ulah papah dan mamahku dulu yang telah menghasut aku hingga percaya tentang semua berita buruk tentang Reyna, dan mau saja menjalin hubungan dengan, Rara!'

Rony melajukan mobilnya menuju arah pulang ke kotanya. Walaupun kini dia belum ingin kembali ke kotanya karena masih penasaran dengan aktifitas Reyna.

Berbeda situasi di rumah Rara, dia sedang emosi tingkat dewa. Dan dia selalu saja mengadukan segala hal yang dia alami di dalam kehidupan rumah tangganya bersama Rony pada orang tuanya.

"Rara, kok sepi? Rony mana?" tiba-tiba terdengar suara yang tak asing lagi.

"Loh papah, sejak kapan ada di sini?" tanya Rara gugup.

"Baru datang kok, kamu kenapa terlihat marah sekali seperti ini?" tanya papahnya.

"Hem, ya ini pah. Mas Rony sekarang banyak tingkah, masa keluar kota belum pulang juga. Padahal aku sudah tanya pada orang kantor, urusan di luar kita itu sudah selesai dari beberapa hari yang lalu," ucap Rara mengadu seperti biasanya.

Dia selalu lepas kontrol tak bisa menutupi aib keluarga atau permasalahan keluarganya sendiri. Ini yang membawa Rony menyesal telah menikah dengannya.

"Pantas saja tadi papah ke kantor tidak ada Rony. Tapi papah tidak bertanya pada karyawan kantor karena papah pikir Rony ada di rumah. Kenapa suami tak pulang-pulang tak kamu hubungi dia suruh pulang?" ucap lantang papahnya.

"Sudah pah barusan, katanya sedang dalam perjalanan pulang," jawab Rara singkat.

Satu jam kemudian, Rony pulang. Tetapi dia harus menelan pil pahit, dimana baru sampai rumah sudah mendapatkan ceramah dari papah mertuanya.

"Rony, masih ingat jalan pulang dan masih ingat anak dan istri? papah pikir sudah lupa," ejek papah mertuanya ketus.

"Pah, kenapa kasar sekali ngomongnya? aku ini cape baru pulang kerja kok langsung di omong macam-macam?" Rony mulai terpancing amarah.

Seketika itu keributan mulai terjadi antara Rony dengan Papah mertuanya. Rara bukannya melerai, dia seolah senang jika suaminya di omelin oleh papahnya.

Rony sudah tak kuat mendengar omelan papah mertuanya, dia pun berlalu pergi tanpa permisi.

"Selalu dan selalu mengadu pada orang tuanya. Bagaimana rumah tangga ini akan adem ayem jika seperti ini?" gumamnya masih bisa di dengar oleh Rara.

Kehidupan Yang Berbanding Terbalik

Pagi menjelang, pada saat Rony akan berangkat kerja. Dia sudah di buat marah oleh Rara.

"Rara, aku lapar mana sarapannya?" teriak Rony pada saat membuka tudung saji kosong tidak ada makanan sama sekali.

"Apa kamu nggak lihat, mas? aku itu kerepotan urus dua anakmu ini, nggak usah manja kan bisa. Kamu masak mie instan atau apa kek," Rara membalas teriakan Rony.

"Kamu itu aneh, Ra. Suruh sewa asisten rumah tangga dan baby sitter nggak mau, tetapi kamu sering mengabaikan segala apa yang aku butuhkan," ucap Rony berkacak pinggang menatap Rara yang sedang menyusui anaknya yang bungsu.

"Irit, mas. Baby sitter dan asisten rumah tangga kan bayar. Sedangkan kondisi kantor bukannya sedang tidak baik, makanya sampai kamu belain mencari klien ke luar kota," ucap Rara.

"Dari dulu kamu bilang irit, dari awal kita menikah. Bukannya irit tetapi pelit, padahal aku selalu memberikan semua gaji aku ke kamu tapi kamu selalu mengabaikan aku," ucap Rony ketus.

"Mas, uang yang kamu berikan sebagian aku tabung untuk kelak pendidikan dua anak kita. Biaya sekolah kan nggak murah, kita harus pintar-pintar atur keuangan."

Ada saja yang bisa Rara katakan untuk membela diri. Memang selama pernikahan, Rony merasa dirinya terlalu di atur oleh Rara. Tetapi segala yang dia butuhkan tidak di cukupi oleh Rara.

"Tahu seperti ini, aku takkan menikahi kamu! aku benar-benar menyesal melepaskan Reyna demi kamu. Ternyata kamu bukannya lebih baik dari Reyna malah kamu lebih buruk!"

Setelah puas dengan apa yang di katakan, Rony berlalu pergi dengan hati yang penuh kekesalan.

"Sialan, aku pikir hidup dengan wanita turunan orang kayak aku akan bahagia. Tetapi malah seperti ini, perhitungan sekali dan pelitnya minta ampun. Jika uang gaji berkurang sedikit saja, langsung ribut dan lapor pada Papahnya!"

Selama perjalanan menuju ke kantor, Rony terus saja menggerutu sendiri. Dia benar-benar menyesali apa yang telah di lakukan dahulu.

Berbeda situasi di apartement Mr Exel.

"Morning..."

Reyna tersentak kaget, baru saja membuka matanya sudah di sambut oleh sapaan yang membuat bulu kuduknya merinding.

Reyna terheran-heran melihat suaminya tiduran dengan posisi miring menyangga kepala dan menatap ke arahnya. Semakin heran melihat suaminya tersenyum.

"Suamiku hhee, kamu kenapa?" Reyna merasa malu karena dia baru bangun tidur sudah di sambut senyuman dengan berlesung pipi.

"Menyapa istriku tercinta, dong. Oh iya, menyapa dedek bayi juga."

Mr Exel mencium perut Reyna yang masih rata.

"Hhheee, aku malu. Aku mandi dulu gosok gigi dulu, masih bau jigong," Reyna menutup mulutnya seraya mencoba bangun dari ranjang.

Tetapi Mr Exel malah mengungkung tubuh Reyna dengan tubuhnya.

Mr Exel mengulurkan tangan dan mengusap pipi Reyna, seketika Reyna ingin menjengit menjauh tetapi tak bisa karena tubuhnya di kungkung oleh suaminya.

"Tata kenapa sih? aku ini kan cinta dan sayang padamu. Kenapa ingin menjauh?" tanya Mr Exel kembali lagi memamerkan lesung pipinya.

"Aku malu karena belum mandi sama sekali dan belum gosok gigi, nggak pede dekat denganmu dengan kondisi seperti ini," Reyna minder jika saat bangun tidur di dekati oleh Mr Exel.

"Hheeee jangan seperti itu dong cintaku, aku sayang banget cinta banget padamu. Sama sekali tak mempermasalahkan kamu belum mandi atau baru bangun tidur."

"Biar kata kamu masih bau jigong atau bau ketek atau bau asem itu tak masalah buatku. Cintaku tak memandang itu semua."

Mendengar apa yang di katakan oleh Mr Exel membuat Reyna tak bisa menahan tawanya. Dulu Mr Exel terlihat sangat arogant, tetapi setelah menikah dengan Reyna, dia malah suka sekali membuat lelucon.

Mr Exel malah mencium leher Reyna dan membisikkan sesuatu di telinganya," I love u forever honey."

Setelah itu mainkan lidahnya di telinga Reyna yang membuatnya kegelian.

"Aaahhhh...geli tahu, tolong lepaskan aku sejenak saja. Aku ingin buang air kecil," rengeknya.

Hingga akhirnya Mr Exel melepaskan Reyna yang ada di dalam kungkungan tubuhnya.

"Jangan lama-lama, aku masih kangen," ucapnya lirih.

Mr Exel menunggu Reyna seraya merebahkan tubuhnya. Dia mulai gelisah pada saat Reyna tak juga keluar dari kamar mandi. Hingga dia pun melangkah ke kamar mandi dan kebetulan pintunya tak terkunci.

"Hem, katanya cuma buang air kecil. Pantas lama, ternyata sedang mandi."

Mr Exel memeluk tubuh Reyna yang basah karena terkena guyuran air shower.

"Hem, nggak sabaran dech. Kenapa nggak menunggu di ranjang saja, lagi pula mandi aku kan nggak lama," Ucap Reyna seraya mengusap wajahnya yang basah karena guyuran air shower.

"Lama kalau menunggu."

Mr Exel mulai berhasrat melihat tubuh Reyna yang polos tanpa sehelai benang pun.

Refleks dirinya menciumi tengkuk leher Reyna seraya kedua tangannya bermain di kedua benda kenyal yang ada di dada Reyna.

"Hem, mulai nakal dech. Sayang, baju kamu jadi basah kan?"

"Tak apa-apa, itu tak masalah sama sekali. Terpenting aku bisa berduaan denganmu."

Terus saja Mr Exel beraksi mencumbu tubuh mulus Reyna yang membuatnya tak bisa menahan hasratnya juga. Satu persatu kain yang menempel pada tubuh Mr Exel terlepas semua.

Kini mereka berdua bermesraan di kamar mandi dan akhirnya bercinta di kamar mandi, selepas itu mandi bersama.

Beberapa menit kemudian, mereka telah segar dan wangi.

"Cinta, terima kasih ya. Aku sangat bahagia sejak menikah denganmu." Mr Exel terus saja memeluk Reyna.

"Sama, sayang. Aku juga sangat bahagia sejak menikah denganmu," ucap Reyna.

"Oh iya, sayang. Sepertinya kamu sudah tak alami morning sickness lagi ya?" tanya Reyna penasaran.

"Hem, iya ini. Malah inginnya makan terus, kalau aku berubah gemuk lantas bagaimana?" Mr Exel malah balik bertanya.

"Itu nggak ada masalah untukku, yang terpenting jangan berubah cinta sayang dan kesetiaanmu itu padaku," ucap Reyna.

"Aku tak bisa obral janji, tapi aku akan buktikan dengan sikap dan perilaku aku padamu, tata."

"Hem, lapar sangat. Bagaimana kalau kita sarapan di luar yuk? ajak sekalian semuanya dari ayah ibu adikmu dan Romy," ucap Mr Exel.

"Dika dan Romy bukannya sudah berangkat sekolah? ini kan sudah jam tujuh pagi, anak-anak berangkat jam setengah tujuh tadi diantar oleh sopir," ucap Reyna menjelaskan.

"Ya sudah, sama ayah dan ibu saja."

Jika Mr Exel sudah berkehendak, tidak ada satupun yang bisa melarangnya termasuk itu Reyna. Pada saat itu juga, Reyna mengajak ayah dan ibunya untuk sarapan di luar bersama suaminya.

"Tata, kita ke restoran kamu saja yuk?" ajak Mr Exel.

Reyna pun menyanggupi ajakan suaminya tersebut.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!