Malam semakin larut tapi aku tetap man'tengin Hp ku, menunggu notifikasi yang selalu ku tunggu. Yang suaranya bisa seketika menghilangkan rasa lelah ku.
Sambil mensecroll Hp, aku sesekali mengambil cemilan yang berada di bungkusnya, dengan merek leanet.
Buaya bilang jangan makan malam karena nanti membuat kamu gendut, bilang saja jika kau tak mau membelikan makanan, buaya kere tapi gaya selangit.
Ditanya pernah nge' gosting orang atau gak jawabannya, ya pernah lah bro, selera gue tuh yang, yang lo tau sendirilah, yang kelas kelas. Padahal muka saja pas-pasan. Kalo kata mama 'omongane tok sing gedhe'.
*ucapannya doang yang besar.
Aku terus menunggu, menselancari aplikasi satu kepalikasi lain, karena cemilan ku mulai menipis, aku berniat untuk mengambil cemilan lagi di dapur.
Langkah ku terhenti didepan pintu saat mendengar notifikasi yang berasal dari Hp ku.
Dengan perasaan senang aku cepat-cepat mengambil benda pipih itu di atas ranjang yang tadi aku duduki.
Aku tersenyum magambilnya, melihat sebuah notifikasi yang tertera dilayar Hp ku. Seketika senyumku hilang membaca kata demi kata yang tertulis di layar Hp ku.
'Sial aku kena tipu', grutuku.
Kalimat yang bertuliskan 'Kuota Sosmed dan Video BRONET 24 Jam spesial mu hanya 20% lagi. Cek detail pemakaian kamu di aplikasi esek-esek net atau telp *69*. Info: esek-esek.co.id/LC.
Surut sudah harapan ku, kuota yang di beli seminggu sekali dengan uang pas-pasan hanya 1 GB yang bertahan 5 hari harus habis hanya ku gunakan untuk mensecroll tiktak, yusuf, dan Istragkilogram.
Tak apa itu hanya gratisan kuota 1 GB, masih ada setidaknya beberapa GB. Dengan malas aku melangkah menuju pintu, kali ini ku pastikan tak ada notifikasi yang memberiku harapan palsu, macam buaya jantan.
Lagi, ketika kaki ku sudah melangkah mendekati pintu, yang berjarak 3 meter dari aku berdiri yang berdekatan dengan ranjang ku yang jaraknya kurang dari setengah meter. Notifikasi dari Hp ku berbunyi.
Huff, dengan malas ku raih Hp ku yang tergeletak di ranjang saat aku melemparnya tadi.
Tapi kali ini senyum menghiasi wajahku lagi saat membaca notifikasi yang bertuliskan 'New story' update! My love peterpan' cepat-cepat ku buka dan bersiap berseluncur dalam dunia halu ku.
Sambil membaca aku sesekali berdumel dengan menyumpah serapahi sang penulis.
"Kasihan banget Rhea," ucapku mengasihani salah satu tokoh yang ku jagoani.
Entah kenapa dari awal aku membaca, aku sudah tertarik dengan tokoh ini, apa mungkin nama kita sama Rhea Salsabila, itu nama ku. Sedangkan di novel Rhea Salsabila Addison, nama tokoh second lead itu.
Rhea di dalam novel itu terlalu baik menurutku, kenapa? Ia akan melakukan apa pun yang terbaik untuk Nathan, tokoh utama laki-laki agar laki-laki itu bahagia dengan sang tokoh utama perempuan Elvina.
Di ibaratkan kata, Rhea itu Tinkerbell nya Nathan, dan Nathan adalah Peterpan sedangkan Elvina merupakan Wendy untuk Nathan.
Kisah cinta klise yang menceritakan gadis antisosial takut dunia luar dan tiba-tiba sang pangeran kesiangan datang mengajaknya menuju ketempat yang membuatnya tidak takut dunia luar lagi.
Dengan si tokoh figuran bernama Rhea yang sebagai sahabat pemeran utama laki-laki yang selalu mendukung, mencintai dalam diam sambil tersenyum memperlihatkan topeng yang di sebut baik-baik saja.
"Hiks ... kenapa lo mati sih Rhe! Malang nasib mu isdet dengan membawa cinta bertepuk sebelah tangan." Bener-bener menyedihkan sekali kehidupan dia, hanya muncul beberapa part dan habis itu mati.
Jadi, mengapa aku menyebutnya jagoan?karena dia sekali muncul memberi kata-kata yang mutiara. Bahkan dia sekali muncul langsung menyelesaikan permasalahan dari kedua tokoh utama ini.
Tapi dia harus mati karena menyelamatkan sang wendy (baca; Elvina) dari penculikan musuh pemeran utama laki-laki.
Dia ditemukan sesaat sang protagonis perempuan ditemukan di sebuah gubuk di tengah hutan. Berjarak 100 meter dari tempat tersebut. Nathan dan teman-temannya menemukan Rhea dengan keadaan mengenaskan. Tanpa pakaian dan salah satu tangannya hilang, bahkan memar di mana mana.
Dokter mengatakan bahwa ia diperkosa lalu di bunuh kemudian. Astaga kenapa gadis baik seperti dia harus mati, ucapku dalam hati.
Ini adalah akhir dari novel sebagai penutup, Peterpan yang berhasil menemukan wendy-nya dan Tinkerbell yang pergi membawa cinta dalam diamnya.
Dengan sesekali sesenggukan aku mengusap ingus yang meler keluar. Selalu begini jika membaca novel yang sedih selalu kebawa dunia nyata sampai beberapa hari terus kepikiran.
Jam menunjukan pukul setengah 12 malam, dengan malas aku menaruh Hp ku di nakas meja samping tempat tidur ku, mengecasnya supaya besok dapat aku bawa ke sekolah.
Notifikasi masuk dari Hp ku, aku hanya melihat sekilas dan tertulis pengumuman tentang Sekuel dari my love peterpan tapi tak ku pedulikan karena rasa yang benar-benar tak nyaman ini terus ku rasakan.
Sedari tadi aku tak merasa lapar saat membaca dan setelah tak melakukan apa-apa kenapa rasa lapar itu terasa, bangkit dari ranjang guna keluar mencari makanan yang dapat mengganjal perut sampai besok.
Melangkah menyusuri ruang tamu yang gelap karena kamar ku di depan ruang tamu dan dapur berada di belakang, rumahku hanya rumah sederhana yang berlantai satu dan ruang tamu yang dipakai untuk menaruh motor juga, setidaknya aku masih bisa mempunyai rumah walau kecil. Harus di syukuri.
Tanpa aku sadari saat aku melewati ruang tamu ternyata salah satu jendela rumah ku terbuka yang menyebabkan hordenya tersingkap.
Dengan rasa lapar yang terus aku rasakan aku berjalan menuju dapur, tapi saat langkahku tepat berada di pintu dapur aku melihat dua orang pria yang tengah berdiri membelakangi ku.
Tubuh ku gemetaran dengan hebat saat melihat tampilan mereka, mereka seperti maling. Bagaimana ini aku sendirian di rumah ndoro gusti, papa dan adik aku sedang mengunjungi nenek di kampung, lantas mereka siapa.
Dengan takut-takut aku melangkah pelan-pelan menjauhi tempat itu, tapi saat aku akan berbelok tak sengaja tangan ku menyenggol sapu yang menyebabkan mereka langsung melihatku.
Demi apa, aku benar-benar sangat takut, mereka membawa parang, bahkan ada linggis yang aku yakini habis digunakan untuk mencongkel jendela depan yang terbuka.
Dengan seluruh tubuh gemetaran aku berbalik menghadap mereka, tapi sesaat aku melihat mereka, aku melihat salah salah satu dari mereka yang membawa linggis melayangkan linggisnya ke arahku.
Entah apa yang terjadi selanjutnya, yang aku ingat sebelum linggis itu mengenai ku, aku menjerit dan tiba-tiba kepalaku dihantam dengan benda yang luar biasa menyakitkan saat mengenai kepalaku, lalu kegelapan menghampiri ku.
Satu hal yang aku sesali aku belum membaca sekuel dari novel my love Peterpan bahkan novel itu baru saja tamat.
Terakhir yang aku ingat, kepalaku sangat sakit saat linggis itu menghantam kepalaku, rasanya mau pecah, ingin menjerit tapi tak bisa karena pita suara ku seakan pecah.
Tuhan, aku tak ingin hidupku hanya ku jalani dengan banyak dosa, berikan kesempatan untu ku sekali saja paling tidak sampai aku menikah.
Yang aku lihat hanya ada kegelapan dan sayup-sayup mendengar seseorang yang sedang berbicara, bukan hanya satu melainkan banyak orang yang berbicara, tunggu! Mereka bukan seperti berbicara melainkan seperti melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Tapi satu suara yang benar-benar jelas di indra pendengaran ku suara tangisan seorang wanita yang entah mengapa begitu pilu.
Tuhan, aku benar-benar ingin bangun. Berikan satu kekuatan untuk aku berbicara menghentikan tangisan wanita itu yang menusuk relung hati, entah kenapa aku teringat ibu.
Setitik cahaya redup bisa ku lihat, aku benar-benar ingin membuka mataku, tidak jika memang benar ruangannya yang gelap aku mohon siapa pun hidupkan lampu atau apa pun itu, aku benar-benar takut kegelapan ini.
Semakin jelas wanita menangis itu terdengar di indra pendengaran ku, mataku seakan akan ingin terbuka saat merasakan tangan lembut yang mengelus permukaan wajahku.
"Rhea bangun sayang, mami sayang Rhea." Samar aku mendengar wanita itu memanggilku memintaku bangun.
Bu? Jika aku bisa, aku ingin membuka mata ini yang begitu rekat seperti ter' lem dengan kuat. Ucapku dalam hati.
"Hikss, bangun sayang, kamu mau ke korea kan? Mami izinin asal Rhea bangun ya sayang." Ucapnya lagi sambil menggoyangkan tubuhku pelan.
"Mi udah ikhlasin Rhea, biar dia tenang." Suara pria dengan nada rendah dan serak itu menyapa indra pendengaran ku.
Tunggu! Tadi apa ikhlasin aku pergi? Jadi aku benar-benar udah meninggal. Tapi, kenapa aku bisa mendengar suara mereka.
Dengan sekuat tenaga aku mencoba menggerakkan tubuhku, dan membuka mataku perlahan-lahan. Karena demi apa pun sakit sekali rasanya.
Dan aku berhasil menggerakan satu jari ku yang merambat kepada kakiku yang bisa ku gerakan. Akhirnya dengan rasa sakit yang amat di mata ku, aku menggerakkan mataku ke sana kemari dengan terpejam.
Sinar silau masuk ke-indra penglihatan ku, menandakan aku berhasil membuka mata ku yang amat sangat berat. Mataku mengedar ke sana kemari melihat banyaknya orang yang mengelilingiku dengan membawa buku kecil yang bisa ku pastikan itu adalah yasin.
Tidak! Tidak lucu jika aku benar-benar mati dan hidup kembali, satu titik yang membuat mataku terpaku pada titik itu, wanita paruh baya yang tengah dipapah seorang pria paruh baya sambil menangis, seketika aku menebak wanita itulah yang menangisi ku saat aku tak sadar.
"Mami,"kata itu yang pertama aku ucap, entah kenapa aku ingin menyebut kata mami alih-alih bunda yang notabennya orang tuaku.
Semua yang tengah mengelilingi ku memberhentikan bacaannya dan menatap dimana arah suara ku terucap.
Beberapa detik mereka hening membuat perasaan ku kembali tak enak, mungkin yang ada dipikiran mereka, bagaimana bisa mayat yang mati bisa berbicara.
Ku edarkan pandanganku, mataku meneliti setiap orang-orang yang mengelilingiku. Seketika bibirku menyunggingkan senyum, ingin sekali aku tertawa melihat ekspresi meraka yang ketakutan, melongo, bahkan ada juga yang sudah berlari terbongoh-bongoh menjauhi ku.
"Hahahahaha,"tawaku meledak membuat mereka lari kocar-kacir mencari jalan keluar.
"Hahahaha hahhh hahahaha,"lagi aku melihat seorang pria lari jatuh bangun sambil membenarkan sarungnya yang melorot.
"Rhe— Rhea?"panggil suara lembut membuat atensi ku teralihkan dari pria yang berlari ketakutan, menuju wanita paruh baya yang terperangah melihatku tertawa.
"Papi Rhea! Rhea papi! Rhea kena azab!"mendengar ucapan wanita paruh baya itu membuatku menyurutkan tawaku dan mendatarkan wajahku.
Yakali Rhea yang cantik ini terkena azab, eh tapi bisa jadi sih soalnya aku banyak dosa, jahilin bunda, ngambil cemilan adek, buat adek nangis, nyuruh adek seenaknya, nyontek saat ulangan, keluar masuk Bk, trus terakhir nipu papa beli buku padahal buat jajan seblak sama temen.
"Wahh, masa Rhea yang cantik ini kena azab."Ucapku.
Kulihat wanita itu menangis histeris dan melangkah menuju kearah ku. Dengan erat wanita itu menubruk tubuhku memeluk ku membuat nafasku seperti tercekik.
"Ha-hahh sesek."Ucapku sambil menepuk-nepuk pundak wanita itu pelan.
"Rhea ini beneran Rhea anak mami kan? Rhea hidup lagi papi! Hikss mami seneng banget."Ucapnya dan mengendurkan pelukannya tanpa melepas pelukannya.
Pria paruh baya yang di panggil papi itu masih terpaku.
"Ekm pi gak mau peluk Rhea yang habis berjumpa sama malaikat Izrail?"ucapku yang entah mengapa menyebutnya papi alih alih om, padahal aku tidak mengenal siapa mereka.
Pria paruh baya yang berdiri didepan tangga itu berjalan menuju diriku dan memeluk ku dengan erat bersama wanita paruh baya yang memelukku tadi.
Dari arah pintu aku mendengar beberapa langkah yang berlari menuju arah ku dan dua orang paruh baya itu.
Ku lengokan kepalaku, mereka terpaku sama seperti pria baya yang berada didepan ku tadi .
...-FYT-...
"Adek?"panggil seorang pemuda, yang memiliki wajah tampan dengan ekspreksi terkejut. Ada 5 pemuda dan 2 perempuan yang menatapnya takut-takut, terkejut dan melongo. Lihatlah air liurnya hampir menetes karena mulutnya menganga lebar.
"M-mi? Adek gak jadi mati?"tanya gugup dan mendekati mereka yang sedang berpelukan.
Rhea yang mendengar hanya memutar bola matanya malas, hahh mati, mati, dan mati, emang si dia bangun dari kematian tapi kan ...
Rhea sadar bawa ini bukan keluarganya mungkin dia mengalami pindah jiwa entah pindah ke novel atau masih di dunia nyata yang sama. Tapi yang pasti Rhea bersyukur di beri kesempatan hidup.
"Huaaaaa Rere gak jadi mati dong, seneng banget! Zora gak jadi ditinggal Rere."Pekik seorang gadis yang menggunakan kacamata yang membuat wajahnya tampak manis.
"Tan? Beneran gak jadi mati?" Tanya pemuda yang bernama Nathan sambil melangkah mendekati Rhea, menangkup pipi Rhea, memastikan apakah yang dia lihat benar bahwa sahabat baiknya hidup kembali.
"Lo beneran hidup lagi?"tanya Nathan menatap Rhea intens, Rhea yang di tangkup pipinya membuat bibirnya mengerucut dan mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan pemuda tersebut.
Setidaknya gue harus pura-pura mengenal mereka, sebelum mereka pada balik. Kalo gue tanya langsung takutnya mereka malah makin syok biar keluarga ini yang tau aja. Pikir Rhea.
"Udah dulu, biar Rhea istirahat. Rhea kan habis bangkit dari kematian."Ucap pemuda yang bernama Afzal yang notabene adalah kakak pemilik tubuh yang Rhea tempati.
"Iya, ayo sayang biar mami bantu kamu jalan"ucap mami menuntun Rhea jalan menuju kamar gadis tersebut. Dengan hanya kain yang menutupi badannya. Untung nya pundaknya juga tertutupi kain tersebut jadi yang melihat tidak tegang.
Setelah bayangan mereka sudah hilang di tangga atas kini yang tersisa hanya ada lima pemuda dan dua gadis cantik beserta pria paruh baya di ruang tempat Rhea berbaring tadi.
"Keruang keluarga, papi mau ngomong. Afzal telfon dokter Irene katakan untuk kesini." Titah paruh baya itu dan menuntun mereka keruang keluarga.
"Baik pih."Jawab Afzal sambil mengeluarkan Hpnya menghubungi dokter Irene, dokter keluarga tersebut.
Setelah mereka semua duduk di sofa masing-masing sambil pikirannya berkelana kemana, pria paruh baya itu membuka suaranya.
"Papi belum tau tentang kenapa Rhea celaka, bisa jelasin ke papi Afzal?"tanya pria paruh baya tersebut menuntut.
"Iya, sebelum semua kejadian Rhea bilang dia ada urusan kenapa malah tiba-tiba gue dapat kabar kalo Rhea meninggal."Ucap gadis yang bernama Gauri.
Pemuda disana saling tatap dan menghela napas.
"Maaf om, semua terjadi karena Nathan." Ucap Nathan dengan nada sedih. Pria paruh baya itu mengernyit.
"Coba jalasin lebih rinci, om benar-benar syok kalian kasih kabar bahwa putri om meninggal dan di temukan di hutan."Ucapnya menatap satu persatu pemuda yang disana. Lima pemuda itu menunduk tak berani menatap mata pria paruh baya itu yang terkenal karena ketegasanya yang seorang mantan jendral TNI.
"Semua berawal dari musuh geng kita, dia menculik Elvina sebagai sandra yang notabennya adalah pacar Nathan om, trus Rhea melihat semuanya, Rhea ikutin mereka sampai ke tengah hutan, awalnya Elvina terkejut melihat Rhea yang melihat dia diculik,. Kata Elvina, Rhea berusaha nyelametin Elvina tapi malah ketahuan alhasil mereka di sandra bareng-bareng mereka disiksa bahkan mereka hampir dilecehkan saat itu, tapi semua tak terjadi saat kami datang tepat waktu, karena semua panik mereka kabur membawa Rhea tidak dengan Elvina, kami mencoba mengejarnya tapi kami terlambat mereka sudah menusuk perut Rhea, dan mendorongnya ke jurang, kata dokter juga Rhea kehabisan darah dan meninggal diperjalanan menuju rumah sakit, maaf om kami terlambat menyelamatkan mereka."Ucap sagara panjang lebar menunduk menyesal, mengapa ia tak menyelamatkan gadis itu dengan cepat, tapi dia senang melihat gadis itu sadar dari kematiannya.
"Ini benar-benar berkat tuhan, Rhea dikasih kesempatan hidup sekali lagi."Ucap Gauri tersenyum.
"Oke, jadikan ini pelajaran sama kalian, agar besoknya lagi gak ada kejadian kaya gini, belum tentu siapa pun itu seperti Rhea"Ucap pria baya itu dan menatap mereka yang menunduk merasa bersalah
"Afzal, dokter Irene sudah datang?" Tanyannya kepada sang putra.
"Udah pih, dia lagi meriksa adek."Jawabnya dan dibalas anggukan pria paruh baya tersebut.
"Lebih baik kalian pulang, om yakin kalian capek dari kemarin, mencari Rhea dan Elvina, berantem terus saling menyalahkan atas meninggalnya Rhea, terus ditambah kalian gak ada istirahatnya, pulang, istirahat, besok kalian juga harus sekolah gak ada libur-libur lagi."Titah paruh baya tersebut mutlak. Mereka mengangguk dan berpamitan pulang ke rumah masing-masing.
Tinggallah pemuda dan pria paruh baya itu disana.
"Papi minta sama abang, mulai sekarang jaga Rhea lebih ketat lagi, walaupun Rhea jago bela diri tapi tak menapik kejadian kaya gini ke ulang lagi, papi gak siap kehilangan salah satu dari kalian, mau mami, abang atau pun adek kalian prioritas papi sekarang."Ucap papi dan menepuk pundak pemuda tersebut beberapa kali.
"Iya pi, abang bakal jaga Rhea. Rhea prioritas abang mulai sekarang."Ucap pemuda itu mantap.
"Papi bakal cari tau kasus ini, papi yakin bukan hanya musuh geng kalian saja tapi ada dalang dibalik semua ini,"ucapnya dan berlalu menuju kamar putrinya yang sedang di periksa oleh dokter.
Pemuda itu mengikutinya di belakang sambil memikirkan perkataan papinya.
...Diketik : Pemalang 05 Oktokber 2022...
...Revisi : 1 Januari 2024...
So, gimana sama chapter dua ini, gaes jangan lupa ya untuk komen dan juga Vote lalu like, atau jika kalian baik rekomendasikan cerita ini ke teman kalian yang menyukai cerita time travel, Gaes jangan lupa follow akun Sha ya atau sosial media Sha.
Ig : maerysha_saa. Follback? Dm aja.
...Happy Reading...
Aku sudah sampai di kamar yang bernuansa ping, sungguh ini mengganggu mata ku. Bagaimana bisa semua yang berada di sini ping dari mulai ranjang, meja belajar, lemari, bahkan aku yakin semua pakaian yang ada di lemari kebanyakan ping.
Uhh, mataku benar-benar sakit melihatnya, bukan karena aku tak suka warna ping, tapi ini benar-benar berlebihan. Nanti akan ku ganti semua aku lebih suka warna hitam atau abu-abu.
Aku dituntun mami memasuki sebuah ruangan yang banyak sekali pakaian yang berwarna ping. Aku yakin ini yang biasa di sebut di novel lemarinya orang kaya, wal-waling ah entahlah apa itu namannya.
Mami mengambil sebuah piyama bermotif mickey mouse yang berwarna ping, serius? piyama siang bolong begini, mana warna ping lagi, jika boleh memilih aku lebih suka memakai kaos oblong dan box*er.
Aku memakai piyama itu dan melangkah menuju ranjang, berbaring sambil memikirkan siapa tubuh yang aku masuki.
"Sayang, tunggu sini ya, mami ambil minuman buat kamu."Ucap mami dan pergi keluar menuju dapur.
Tak lama pintu terbuka lagi menampilkan wanita cantik dengan memakai snalli yang melekat ditubuhnya.
Dokter itu mengeluarkan stetoskop dari tasnya dan memeriksaku.
Ceklek
Tapi, sebelum itu mami memasuki kamarku dan dua orang berada di belakangnya, papi dan juga seorang pemuda yang belum aku ketahui namanya.
Dokter siap untuk memeriksaku dari mulai memeriksa mataku sampai bertanya-tanya yang tengah aku rasakan saat ini.
"Kalo ada bagian badan kamu yang sakit katakan ya, biar saya tau lebih spesifikasi bagian mana saja yang mengalami sakit-sakit."Ucap dokter dan aku mengangguk sebagai jawabannya.
"Baik mata bagus, tidak ada masalah, jantungnya juga normal, apa yang kamu rasakan?"tanyanya menekan pinggangku.
"Gak ada dok."Jawab ku menggeleng, dan melihat dokter itu tersenyum lalu membereskan alat-alat yang tadi untuk memeriksaku.
"Saya belum pernah menemui kasus yang seperti anak anda tuan, seharusnya setelah sadar Rhea mengalami rasa sakit di bagian tertentu dari luar maupun dalam tubuhnya, mengingat sebelumnya Rhea terjatuh dari jurang. Bahkan, Rhea dikatakan meninggal dan hidup kembali, ini keajaiban." Ucapan dokter Irene membuat ku menegang seketika, apa? Jurang. Trus gak ada rasa sakit yang aku rasakan saat ini, seharusnya aku merasakan sakit entah apa itu paling tidak seperti patah tulang.
"Tapi untuk mengetahui apa' kah ada luka dalam. Rhea harus datang ke rumah sakit untuk pengecekan menyeluruh."
Aku hanya mendengar sambil memikirkan siapa aku sebenarnya. Lalu bagaimana dengan tubuh ku yang asli, karena aku yakin ini bukan tubuhku. Mengingat tempat ini berbeda dari rumahku.
"Baik nanti Rhea akan ke rumah sakit untuk pengecekan menyeluruh."Kata pria paruh baya yang tampak masih muda itu dengan mengelus rambutku sayang.
"Baik, kalo begitu saya pamit kembali tuan, nyonya."Ucap dokter Irene.
"Baik, terimakasih dokter, mari saya antar."Pria baya itu keluar dari kamar ku, sekarang dikamar ping ini hanya ada aku, wanita paruh baya yang tampak masih cantik, dan laki-laki muda yang tengah memainkan ponselnya di sofa kamar ping ini.
"Mi? Abang mau ke kamar ya?" Ucap nya dan berlalu dari kamar ku, ya bisa dibilang ini kamarku karena sekarang badan ini telah terisi oleh jiwaku kan?.
Hening melanda, aku memperhatikan wanita paruh baya itu yang sedang fokus dengan ponselnya, aku ingin bertanya tapi aku ragu, aku benar-benar ragu. Astaga ayo bantu lah diriku.
"Ehm, mi?"panggilku dan wanita paruh baya itu langsung mengalihkan tatapannya dari ponselnya, menjadi mengarah ku.
"Mi, Rhea boleh tanya? Nama panjang Rhea siapa?"ucapku membuat badan wanita itu menegang bisa aku lihat matanya sudah akan menangis lagi.
"Rhe-Rhea gak tau Rhea siapa nak?"tanyanya dan aku menggeleng membuat air mata wanita paruh baya itu jatuh membasahi wajah ayunya.
Aku gelagapan, ya ampun! Rhe lo berdosa banget ngebuat orang tua nangis. Aku cepat-cepat menjawab.
"Mi, maaf Rhea agak lupa, soalnya kayanya ada beberpa memori yang Rhea gak inget termasuk tentang kenapa Rhea bisa jatuh dari jurang."Ucapku membuat wanita itu langsung memeluku erat. Hangat, itulah yang aku rasakan, sama seperti pelukan bunda. Ahh aku jadi gak rela mati di tangan perampok.
"Nanti kita kerumah sakit ya? Coba periksa keadaan Rhea lagi." Wanita paruh baya itu mengelus lembut rambutku sayang.
"Gak usah mi, Rhea udah gak kenapa-napa ko, udah sehat. Tapi mami ceritain tentang Rhea ya? agak lupa soalnya." Wanita paruh baya itu mengangguk. Sebelum memulai cerita wanita itu menghela napas panjang guna menenangkan jantungnya.
"Rhea adalah anak mami sama papi, nama papi adalah Ilyasa Alif Addison dan mami Ayana Maher Addison, kamu punya kakak yang bernama Afzal Lesmana Addison, dan nama kamu Rhea Salsabila Addison." Penjelasan mami membuat tubuhku menegang, ba-bagaimana bisa Rhea Salsabila Addison tokoh novel yang meningal karena menyelamatkan protagonis perempuan dari penculikan dan mengakibatkan dia mati dengan keadaan mengenaskan, di perkosa dan disiksa sebelum meninggal bahkan dalam pelarian saat penculik dikejar oleh kakaknya dan teman kakaknya, sang penculik seperti belum puas menyiksa Rhea dan memotong salah satu tangan gadis itu.
"Trus kenapa bisa Rhea jatuh dari jurang?"tanyaku memastikan, sudah berada di alur mana novel ini berjalan karena setahuku tidak ada adegan dimana Rhea jatuh dari jurang.
"Huff, ini yang terkadang membuat mami gak suka dengan sikap baik anak mami, bukan mami larang Rhea berbuat baik, tapi Rhea kalo ngelakuin hal baik pasti pada akhirnya Rhea sendiri yang sakit, buktinya sekarang! Rhea jatuh dari jurang karena Rhea dikejar-kejar dengan penculik, awalnya Rhea mau nolongin Elvina'kan dari penculikan? Tapi Rhea malah ketahuan, untungnya kamu udah telfon abang dulu sebelum kamu jatuh dari jurang, jadi Elvina ketemu dan kamu juga di temukan walau dalam keadaan tak bernyawa," menghela napas.
"Tapi mami seneng, anak mami Rhea hidup lagi. Mami gak tau hidup mami kaya apa setelah mami kehilangan satu kebahagiaan mami, selama ini mami selalu mewanti-wanti Rhea agar gak terlalu baik sama orang karena ini alasannya, mami takut malah Rhea dimanfaatin, dan kaya gini, malah terjadi sesuatu sama Rhea, mami harap ini jadi pembelajaran buat Rhea agar berfikir dua kali dalam mengambil keputusan, mami takut Rhea kaya dulu lagi sayang."Ucapnya sesenggukan, aku benar-benar tak tega melihatnya. Aku merentangkan tangan pertanda aku siap memeluk mami.
Mami langsung mendekap ku erat dan terisak di bahuku sambil mengucapkan syukur melihatku kembali hidup, ya walau anaknya sudah meninggal, tapi bolehkan aku menganggapnya sebagai keluargaku sendiri?.
"Maafin Rhea mi, Rhea janji ini yang terakhir sebelum Rhea mengambil keputusan, Rhea akan pikirin dua kali lagi."ucap ku yang mengelus-elus pundak mami, mami semakin mengeratkan pelukannya.
...-FYT-...
Sedangkan di tempat lain, di balik pintu pria paruh baya itu mendengar semua yang di bicarakan sang istri dan juga putrinya. Dia sangat menyayangi keluarga kecilnya, tak siap untuk kehilangan salah satu dari mereka, jika sang istri menangisi anaknya yang meninggal berbeda dengannya yang terlihat baik-baik saja padahal dia paling sedih, harta kecilnya, putri kecilnya, malaikat kecilnya, kebahagiaanya, harus meninggal karena kebaikan dari gadis itu sendiri.
Sepertinya ungkapan tuhan maha adil itu salah, buktinya putrinya mencoba berbuat baik malah dia yang terkena hal buruk, cukup dulu putrinya merasa sakit, tidak dengan sekarang ia akan benar-benar menjaga keluarga kecilnya agar hal seperti ini tak terjadi lagi.
...Di ketik : 06 Oktober 2022...
Vote, komen dan juga Like, jangan lupa juga follow akun Author dan juga sosial media author ig : maerysha_saa
follow ya nanti aku follback, DM langsung.
See you all
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!