NovelToon NovelToon

Annisa Istri Kecilku

Ketahuan

Brrraaaaakkkk..

''Astaghfirullah! Apa yang kau lakukan Selena?!!'' pekik Mama Linda saat melihat calon menantunya sedang bercumbu dengan pria lain saat hari pernikahan mereka.

Selena terkejut. ''Ma-Mama! Adrian!!'' Selena menggulung tubuhnya dengan selimut dan bersimpuh di hadapan wanita paruh baya yang sedang melotot menatap nya.

''Apa yang kau lakukan?! huh?! Kau berzina dengan lelaki lain saat hari pernikahan mu dengan putraku??'' pekik Mama Linda dengan nafas memburu.

''Ma-maaf Mama. Aku terpaksa melakukan nya karena aku mencintai pemuda itu..'' lirih Selena dengan menunduk.

''Hah!! Dasar! Jika memang kau tidak menyukai putraku, kenapa kau menerima lamaran nya?! Apakah Karena hartanya?! Apakah Karena ia terlahir dari orang kaya untuk merubah nasibmu, begitu?!'' pekik Mama Linda lagi, masih dengan nafas memburu.

Dadanya naik turun menahan amarah yang begitu besar saat ini. Tangan nya terkepal erat. ''Hiks.. maafkan Selena Mama.. maaf.. aku mencintai pemuda lain jauh sebelum aku mengenal Adrian. Aku terpaksa menerima Adrian karena permintaan kedua orang tuaku. Maaf Mama.. maaf..'' lirih Selena lagi dengan terisak.

''Ya, bukan berarti dong kamu harus menyerahkan kegadisan mu pada pemuda lain, sementara kamu calon istri putraku?! Dimana otak kamu, huh?!!'' pekik Mama Linda lagi.

''Istighfar sayang.. astagfirullah ya Allah... jika sudah seperti ini kita harus membatalkan pernikahan itu. Ayo, kita pulang!'' ucapan Papa Fabian.

Dengan segera ia menarik tangan Mama Linda dan Adrian untuk segera keluar dari kamar hotel itu.

Melihat itu Selena mencoba menggapai tangan Adrian. ''Bang! Tunggu!'' cegat Selena.

Adrian melepas kan tangan Selena dari tangannya. ''Hubungan kita sudah selesai! Berbahagialah Selena. Aku tau, aku salah karena telah merebut mu dari calon suami mu. Cinta yang salah! Huh! Aku memaafkan mu Selena. Aku memaafkan mu! Ayo Pa, kita pulang. Batal kan pernikahan itu! Sampai kapan pun aku tidak akan menikah! Cukup sudah sampai disini aku terluka! Kita pulang!'' Tegas Adrian.

Dengan segera ia keluar dari ruangan hotel itu dan berjalan tanpa menoleh lagi kebelakang. Sementara Mama Linda membeku di tempat karena mendengar pernyataan Adrian baru saja.

Mana Linda menggeleng. ''Nggak! Kamu harus menikah! jika bukan dengan gadis itu. Maka dengan gadis lain! Mama punya calon untukmu, Nak! Tunggu Mama!'' pekik Mama Linda pada Adrian yang sudah berlalu meninggalkan hotel itu tanpa menoleh kebelakang lagi.

Tiba di hotel tempat acara pernikahan itu dilangsungkan, Adrian melihat Mak Alisa yang sedang tersenyum manis padanya.

Namun senyum itu surut saat melihat wajah pemuda tampan itu berubah menjadi sendu. Dengan cepat ia berlari pada putra angkat nya itu.

Adrian pun sama. ''Mak!'' panggilnya dengan bibir bergetar.

Brruukk..

''Astaghfirullah! Kamu kenapa Nak?? Ada apa? Ceritakan? Ada apa sebenarnya?!'' seru Mak Alisa saat melihat tubuh Adrian berguncang karena menangis.

''Hiks.. Abang nggak mau nikah Mak! Sampai kapanpun, Abang tidak mau menikah!'' seru Adrian dalam pelukan Mak Alisa.

Tubuh pemuda tampan itu semakin berguncang hebat karena isakan tangis nya.

Wanita paruh baya itu terkejut. ''Tapi kenapa Nak??''

''Hiks.. Abang nggak mau nikah! Abang nggak mau Mak!!'' serunya lagi.

Mak Alisa semakin bingung dibuatnya. Ia menoleh ke depan di mana Mama Linda Papa Fabian datang menemui putranya yang sedang tersedu di pelukan Mak Alisa.

''Ada apa Kak??'' tanya Mak Alisa.

''Calon istri Tama berzina di hotel dengan pemuda lain yang bukan suaminya! terjadi pada hari ini!''

''Apa?!!''

''Astaghfirullah... ya Allah..''

Ucap semua orang yang ada disana. Mereka termenung mendengar ucapan Mama Linda. ''Beruntungnya aku cepat ketahuan! jika tidak? Apa yang akan terjadi pada putraku? Aku tidak bisa membayangkan nya!''

''Astaghfirullah..''

💕💕💕💕

Assalamualaikum semua.. hallo ha..

Ketemu lagi sama cerita baru othor ya. Cerita ini tentang Annisa dan Adrian Pratama.

Putra angkat Mak Alisa dan putri bungsunya bersama ayah Emil.

Kalau ada yang belum tau, sok atuh baca dulu Mak ayah nya. Mak Papinya.

Aku bukan pembawa sial.

Pelabuhan Terakhirku ( Kamu bukan pembawa sial)

Biar lebih nyambung, okey??

Like dan komen klean selalu othor tunggu! 😉

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Salam hangat author

Melisa.

Melamar

''Astaghfirullah... nak??''

''Hiks, Abang nggak mau nikah lagi, Mak! biar aja Abang jadi perjaka tua! Hiks..'' Isak Tama masih dalam pelukan Mak Alisa.

Mama Linda melototkan matanya. Ia berdiri di hadapan yang Mak Alisa sedang berpelukan sambil duduk dilantai.

''Enak aja! Kamu tetap harus menikah hari ini juga! Mama sudah punya calon nya!'' ketus Mama Linda sambil berkacak pinggang.

''Abang nggak mau, Mama! Biarin aja Abang jadi perjaka tua! Nggak nikah sampai kapanpun! Malas Abang, jika harus mendapatkan wanita seperti itu lagi! Pilihan Mama selalu saja berbelok! Tidak sesuai dengan perkataan Mama!'' seru Tama begitu kesal masih terisak dalam pelukan Mak Alisa.

Mak Alisa yang mendengar nya tertawa. Sementara Mama Linda melotot lagi melihat putra sulungnya itu.

''Heh! enak aja! Kali ini, kamu tidak bisa menolaknya! Gadis ini, gadis yang dulu pernah kamu urus sejak bayi dan dia pun ada disini!''

Deg!

Jantung Tama berdegup kencang. Ia mengurai pelukannya dari Mak Alisa. Ia menatap Mak Alisa yang sedang tertawa menatap nya.

''Siapa Mak? Sejak bayi?? Ada disini? Siapa?'' tanya Tama pada Mak Alisa.

Mak Alisa terkekeh, ''Tanyakan sama Mamamu! Mak tak tau, Nak. Sungguh! Mak aja baru tau ini dari Mama mu? Memangnya siapa sih Kak?''

Mama Linda tersenyum misterius. ''Aku akan kesana untuk menemuinya. Pernikahan tetap akan berlangsung. Setuju atau tidak kamu tetap harus menikahi nya! Kamu pasti menyukainya, Adrian Pratama!'' imbuh Mama Linda dengan segera berlalu meninggalkan Mak Alisa yang terbengong begitu juga dengan Tama.

''Mak??'' tanya Tama masih dengan suara seraknya.

Mak Alisa menggeleng, ''Mak beneran tak tau sayang. Siapa rupanya? Kamu tau Bang? Kamu tau siapa orang nya Papi??''

Dua pria paruh baya beda usia itu menghela nafas panjang. ''Abang tak tau Lis. Beneran. Kakakmu itu ada-ada saja! Jika keinginan nya belum terkabul, maka inilah yang terjadi. Ck! Ayo Gilang! Kita duduk saja. Capek kaki tuaku ini berjalan terus sambil mengejar Tante mu itu. Ishh... kambuh nih kayaknya encokku! Awas kamu Linda!'' ucap Papa Fabian bersungut-sungut.

Papi Gilang hanya tertawa saja. Tama masih duduk termenung dilantai nan dingin. Mak Alisa tersenyum dan berdiri saat seseorang itu datang menghampiri nya.

''Bang?''

Deg!

''Sayang!'' sahut Tama. Dengan segera ia menoleh ke belakang dan melihat putri kecil Mak Alisa yang sudah SMA itu itu tersenyum padanya.

Mama Linda berdecak sebal. ''Giliran panggilan tidak mau berubah. Disuruh nikah nggak mau? Maunya kamu apa sih Tama?!'' omel mana Linda sembari berkacak pinggang di hadapan Tama.

Tama menyusut ingusnya. Putri Mak Alisa tertawa. ''Iyuuuhhh.. Abang jorok ih! Di lap itu ingus! Ih, Abang cengeng!'' ledek putri Mak Alisa.

Tama menatap tajam pada putri Mak Alisa. ''Diam kamu sayang! Nggak Abang kasi uang jajan, baru tau rasa kamu!'' ketus Tama.

Mak Alisa tertawa. ''Eiitts! jangan bawa-bawa uang jajan disini! Adek nggak terima ya!'' ketus putri Mak Alisa dengan memanyunkan bibirnya.

''Biarin, siapa suruh ngeledekin Abang?!'' balas Tama. Ia berjalan mendekati putri Mak Alisa dan merangkul bahunya untuk dibawa ke meja akad dan duduk disana.

''Loh, loh. Ini mau di kemanain? Di ajak nikah kah?'' tanya putri Mak Alisa sambil mengikuti langkah Tama yang terus membawanya ke meja akad.

Mak Alisa tertawa melihat sepasang anak manusia berbeda usia itu. Tapi tidak dengan Mama Linda.

Ia menatap serius pada sepasang anak manusia itu.

''Ya, mau Abang nikahin kamu! Puas? Diam ah! Abang lagi butuh teman ini..'' jawab Tama membuat putri Mak Alisa itu berbalik menatap wajah tampan Tama yang sudah sangat dewasa.

''Abang serius? Mau nikahin adek? Abang nggak kecewa nanti Jika nikahin adek? Adek pecicilan loh.. nakal, bandel, cerewet! Nanti yang ada Abang kesal lagi sama sikap adek. Abang yakin?'' tanya putri Mak Alisa dengan senyum meledeknya.

''Ya, Abang serius! Kenapa tidak Jika kamu mau? Lagipula kita sedari kecil kan sudah saling mengenal? Lebih baik Abang menikah dengan mu daripada harus menikah dengan wanita lain! Kamu berbeda dari mereka sayang! Biarpun kamu nakal, cerewet dan tukang palak Abang, tapi Abang lebih baik menikahimu dari pada gadis lain!'' jawab Tama begitu serius.

Ucapan Tama ini mengundang tanya bagi semua yang ada disana. Mama Linda menarik sudut bibirnya hingga membentuk senyuman.

Senyum manis yang begitu di sukai oleh Papa Fabian. Sementara Mak Alisa dan Papi Gilang tertegun.

Mereka saling pandang.

''Hahaha .. Abang ngacok! Udah ah! Abang itu nggak cocok sama adek! Bukan karena umur nya. Tapi dari segi kematangan nya. Abang sudah dewasa. Sedang adek? Masih SMA loh.. kelas dua pula. Belum tamat, Abang! hahaha.. Abang ngacok!'' ucap putri Mak Alisa sambil tertawa sumbang.

''Abang serius sayang! Abang tidak main-main dengan ucapan Abang!'' ucap Tama masih dengan raut wajah serius.

''Weleh? Abang serius?!''

Tama mengangguk. ''Maaakkk.. Abang ngacok!!'' pekik putri Mak Alisa.

Ia ingin lari dari hadapan Tama. Tapi Tama mencekal tangan nya. ''Abang serius Dek!''

Putri Mak Alisa menggeleng, ''Nggak! Abang ngacok! Abang hanya sedang kecewa iyakan? Makanya Abang memilih adek untuk menjadi pelarian Abang? Agar luka di hatimu tertutup oleh kehadiran ku yang tidak di inginkan oleh hatimu??''

Deg!

Deg!

"Sayang.. " panggil Tama dengan lembut.

Putri Mak Alisa tersenyum. Ia memegang tangan Tama dengan erat. " Jika Abang masih ingin sendiri dan tidak ingin menikah, maka lakukan! Tapi jangan jadikan aku yang notabenenya adik mu sendiri untuk menjadi istrimu. Abang ingin menjadikan aku sebagai tempat pelarian dari hati Abang yang sedang terluka. Adek hanya bercanda kok. Jangan dimasukin ke hati ya? Udah ah! Ayo duduk. Abang mau makan apa? Sedari tadi pagi Abang belum sarapan loh.." ucapnya dengan sengaja mengalihkan perhatian Tama dari ucap an nya tadi.

"Sayang .." panggil Tama lagi.

Mata itu mengembun, buliran bening itu siap meluncur dalam satu kali kedip. Begitu juga dengan adik angkat Tama.

Ia tersenyum, namun hatinya terluka. Terluka karena cintanya untuk Tama hanya bisa di pendam di dalam hati.

"Ayo, adek ambilkan Abang makan. Adek suapin ya?" ajaknya dengan segera ia mendudukkan Tama di kursi akad dan dirinya berlalu meninggalkan Tama yang sedang menangis karena ucapan adik angkat nya itu.

Putri Mak Alisa berjalan tanpa menoleh pada Tama. Ia menyusut buliran bening yang sudah mengalir di pipinya.

Sementara Mama Linda menatap serius pada Mak Alisa. "Lis, dengan pikiran tenang tanpa paksaan dari siapapun, aku meminta padamu. Aku menginginkan jika Annisa Putri mu dengan Emil yang akan menjadi pengantin pengganti untuk Tama putraku! Aku melamar nya untuk menjadi istri putraku! Maukah kamu menerimanya? Maukah kamu mengizinkan putrimu untuk menjadi istri dari putraku, Adrian Pratama??"

Deg!

Deg!

"Apa?!"

"Ka-kak??"

💕💕💕💕💕

Yuhuuu... othor kembali lagi.

Kayaknya seru deh, cerita Antara bang Tama dan adek Annisa?

Hehe.. othor tunggu dukungan dari klean ya?

Di terima

''Lis, dengan pikiran tenang tanpa paksaan dari siapapun, aku meminta padamu. Aku menginginkan jika Annisa Putri mu dengan Emil yang akan menjadi pengantin pengganti untuk Tama putraku! Aku melamar nya untuk menjadi istri putraku! Maukah kamu menerimanya? Maukah kamu mengizinkan putrimu untuk menjadi istri dari putraku, Adrian Pratama??"

Deg!

Deg!

"Apa?!" pekik Annisa begitu terkejut mendengar ucapan Mama Linda. Begitu juga dengan Tama.

Tubuh itu membeku mendengar ucapan sang Mama untuk nya.

"Ka-kak??" panggil Mak Alisa begitu terkejut.

''Aku mohon, Lis! Hanya Annisa yang bisa menjadi istrinya! Sudah sedari dulu aku mengatakan nya padamu. Tapi kamu tetap diam saja. Akan aku hubungi Emil untuk segera kesini. Tama! Kamu sudah disiapkan bukan mahar untuk istrimu?''

Tama terkejut. ''Ma? Abang tetap harus nikah? Sama Annisa? Adikku??''

Deg!

Annisa mengepalkan tangannya. Ia menatap datar pada Tama. ''Ya, Adrian Pratama! Kamu harus menikahi Annisa. Pernikahan ini akan Batal di mata dunia! Tapi didalam ruangan ini, acara pernikahan ini akan tetap berlangsung!''

Tama tertawa namun sumbang. ''Hahaha... Mama yakin?''

''Ya, Mama sangat yakin, Tama! Bukankah sedari Annisa berumur dua belas tahun Mama sudah mengatakan nya padamu? Bahwa kelak, jika Annisa lah yang akan menjadi istri mu? Kamu lupa, Tama?'' tanya Mama Linda dengan menatap serius pada Tama.

Tama terdiam. ''Tapi Abang tidak mau, Ma! Annisa itu adikku! Tidak lebih! Rasa sayangku, padanya hanya sebatas adik! Mana mungkin aku bisa menikahi nya? Haha Mama ngacok!'' ujar Tama sambil menatap Annisa yang sedang berada di sebelah nya.

Wajah itu datar dan terkesan begitu dingin. Tama tersentak melihatnya. ''Sayang??''

Lagi, panggilan sayang itu terucap dari bibir Tama. Annisa lagi, mengepalkan tangannya. Ia tidak menoleh pada Tama sedikitpun.

Ia menatap lurus ke depan menunggu Jawaban dari Mak Alisa. ''Bagaimana Alisa?'' tanya Mama Linda, sengaja mendesak nya agar mengatakan iya untuk pernikahan Tama dan Annisa.

''Aku... Papi! Harus gimana?'' tanya Mak Alisa pada Papi Gilang.

Papi Gilang tersenyum, ia mendekati Annisa dan merangkul nya. ''Biarkan aku bicara sebentar dengan putriku, bisakan? Hanya kami berdua saja?'' ucap Papi Gilang dengan menatap pada semua orang disana.

''Tentu, silahkan! Aku tunggu kabar baiknya. Sementara itu, kami akan mengumumkan pembatalan pernikahan Tama di depan. Ayo, Pa! Kita harus cepat, jika tidak pengantin nya keburu kabur!'' seru Mama Linda dengan segera ia berjalan ke depan, di ikuti oleh Papa Fabian yang tertawa di belakang nya.

Mak Alisa hanya bisa terkekeh saja mendengar ucapan Mama Linda. Sedangkan Papi Gilang membawa Annisa ke taman hotel itu yang ada disisi kiri dari hotel itu.

Tama yang melihat itupun mengikuti mereka dari belakang. Namun tidak masuk ketaman itu. Cukup berdiri di sisi lain.

Annisa tau, Jika Tama mengikuti mereka. ''Belum saatnya, Abang tau.'' Batinnya.

Dengan segera, mereka berdua duduk dengan saling berhadapan di taman itu. Wajah Annisa yang tadinya datar, kini tersenyum lembut pada Papi Gilang.

''Nak...''

''Kakak tau, Pi. Tanpa Papi jelaskan pun kakak sangat tau. Tapi apa mungkin, Papi?'' tanya Annisa pada Papi Gilang.

''Mungkin jika kamu ingin memulai nya.'' sahut Papi Gilang masih menatap wajah ayu Annisa. Sangat mirip dengannya.

Terkadang ia berfikir, bagaimana bisa jika ketiga anak Mak Alisa bisa mirip semua dengannya? Papi Gilang terkekeh mengenang hal itu.

''Pi.. Kakak hanya takut saja. Jika kakak menerimanya, akankah dia mau menerima kakak yang hanya seorang gadis kecil ini? Yang bisa hanya memalak diri nya saat meminta uang jajan? Padahal, Papi sama Mak udah kasih Kakak uang jajan. Tapi ya.. ada kesenangan tersendiri saat suka mengganggu nya?''

Papi Gilang tertawa. ''Tanyakan pada hatimu, sayang. Apapun yang kamu putuskan, itu yang terbaik untukmu! Papi tau, umurmu memang kecil. Tapi sikap mu begitu dewasa sayang. Kamu sangat pantas bersanding dengan nya dibanding calon nya yang gagal itu! Papi lebih suka melihatnya berjalan bersama mu. Seperti tadi. Jangan membohongi perasaan mu, sayang. Itu hanya akan melukai mu dari dalam. Terima saja. Bukankah itu yang kamu inginkan?'' tanya Papi Gilang pada Annisa.

Annisa menunduk. Tubuh itu berguncang. ''Hiks, kakak takut jika dia menolak kakak, Pi. Kakak hanya seorang anak kecil tapi, tapi begitu mencintai nya.. Apakah Kakak salah, Pi?''

Papi Gilang merengkuh tubuh Annisa dan dibawa ke dalam pelukannya. ''Kamu tidak salah sayang. Cintamu tidak salah. Kita tidak pernah tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Kamu ingat, bagaimana dengan Papi sama Mak mu? Bahkan sudah setua ini, kami masih saling mencintai. Tidak ada yang salah sayang. Hanya saja, pemuda itu belum tau tentang cinta dalam diam mu ini. Cuma Papi yang tau. Karena Papi bisa melihat di matamu ada cinta untuknya. Pesan Papi.. ikuti kata hatimu. Jika kamu menginginkan nya, maka terima lamaran itu. Jangan takut jika dia akan menolakmu, jika dia menolakmu kenapa pula ia mengintip kita berdua berbicara disini?'' bisik Papi Gilang di telinga Annisa.

Annisa tertawa lepas. Tama tersenyum melihatnya. ''Bahkan hanya melihatmu tersenyum saja, hati ini begitu senang, sayang. Semoga kamu tidak menolak permintaan Mama agar Abang bisa menikahimu secepat mungkin. Ishh.. kenapa pula kau jadi senang begitu sih?'' gerutu Tama pada diri sendiri namun bibir tipis itu terus tersenyum.

Ia berlalu meninggalkan anak dan ayah itu disana yang masih menertawai dirinya. Sementara yang di tertawai tidak tahu sama sekali bahwa yang menjadi tertawa an nya saat ini ada lah dirinya.

''Ayo, sayang. Kamu harus meluluhkan hati pemuda itu. Rebut kembali hatinya seperti dulu. Saat kamu masih kecil. Jangan biarkan ada ulat pengganggu yang datang untuk mengganggu hubungan mu dengannya, oke?''

''Siap Papi! Kakak sayang dan cinta sama Papi!'' seru Annisa dengan segera mengecup pipi Papi Gilang.

Papi Gilang tertawa. Ia pun membalas kecupan sayang di dahi putri sambung nya itu. ''Ayo, kita masuk! Kamu harus bersiap, Nyonya Annisa Adrian Pratama!'' goda Papi Gilang.

Annisa tertawa lepas, semua itu tak luput dari perhatian Mak Alisa. Wanita paruh baya itu mengusap bulir bening yang mengalir di pipinya.

''Semoga kamu bahagia, Nak! Sedari dulu pun Mak tau, jika kamu sangat menyukai Abang mu. Tama. Tanpa kamu katakan pun, Mak tau sayang. Mak tau segalanya.'' ucap Mak Alisa pada diri sendiri.

Papi Gilang memberi kode pada Mak Alisa dengan mengangguk pelan. Mak Alisa pun mengangguk juga.

Setelah itu, ia berlalu mendekati Mama Linda dan menyatakan ketersediaan nya menerima lamaran dari Mama Linda untuk Annisa. Putri kecilnya.

''Bagaimana? Kamu bersedia Lis? Emil udah aku hubungi. Sebentar lagi ia dan istrinya akan datang kesini.''

''Ya, aku menerima lamaran mu Kak Linda. Untuk menjadikan putriku menantu mu. Annisa pun sudah setuju.'' jawab Mak Alisa dengan senyum terus tersungging di bibir tipisnya.

''Alhamdulillah kalau begitu. Segera siapkan Annisa dan Tama. Pernikahan ini kan berlangsung tertutup. Mengingat jika Annisa masih sekolah. Takutnya, ia nanti di keluarkan pula dari sekolah. Secara kan? Annisa murid berprestasi sama seperti Mak dan Papi nya?'' goda Mama Linda.

Mak Alisa hanya bisa tertawa. Dengan segera para MUA yang sudah disiapkan oleh Mama Linda bergerak cepat untuk merias Annisa.

Mereka akan tetap menikah hari itu juga. Namun tertutup.

Akankah Tama bisa menerima kehadiran Annisa di dalam kehidupannya yang terkenal cerewet dan tukang usil?

Ikuti terus kelanjutannya! 😉

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!