NovelToon NovelToon

Penelusuran Gaib Rania

PART 1 MISTERI PENEMUAN MAYAT

Setelah lulus kuliah, aku dan Wati memutuskan untuk merantau di Kota Jakarta. Dan di hari kelima kedatanganku di Kota ini, aku harus di sibukan dengan urusan pekerjaan. Di dalam sebuah kantor dengan suasana yang sangat ramai. Nampak masing-masing orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Aku sedang memikirkan sesuatu yang mengganggu pikiranku, mataku menatap lurus pada kertas memo yang tepat berada di hadapanku. Sebuah kertas dengan warna biru bertuliskan“Catatan Rania". Aku membolak-balikan lembaran dalam jurnal, namun tiba-tiba panggilan seseorang mengejutkan diriku.

“Rania. Ngapain sih lu? Itu telepon di meja lu bunyi dari tadi,” katanya dengan nada suara ketus.

“Oh iya. Sory, sory.” Aku yang merasa tidak enak hanya bisa melemparkan sedikit senyuman.

Rekan kerjaku itu kembali ke mejanya, dan ia hanya membalas senyumanku dengan menggelengkan kepalanya.

Aku, Rania Putri Sejagad. Yang baru saja lulus kuliah, lalu mencoba peruntungan di Ibukota. Dan sekarang sedang meniti karir di bidang jurnalistik. Karena masih awam dengan lingkungan dan pekerjaan baruku, memang sering kali aku melamun saat sedang dalam tekanan pekerjaan.

Apalagi, jika ada kasus rumit atau masalah pelik yang sedang aku hadapai dalam hidup. Namun entah apa yang terjadi padaku akhir-akhir ini. Sesuatu sedang mengganggu pikiranku. Sesuatu yang seperti ingin menyeruak keluar dari dalam kepalaku, tetapi terganjal oleh sesuatu yang lain. Sehingga, aku sendiri tak tahu apa yang sedang mencoba keluar dari dalam kepalaku. Aku menggelengkan kepala dengan berucap lirih pada diriku sendiri “Fokus Rania, ayo fokus!”

Aku mengangkat telepon, suara di ujung sana berkata dengan nada suara keras tepat di telinganya. “Setan lu!” ucapku sedikit menjauhkan gagang telepon dari telinga.

“Lu ngapain sih dari tadi enggak di angkat-angkat?”

“Iya sorry, gue tadi di kamar mandi soalnya.” Jawabku dengan menjepit gagang telepon di antara bahu dan kepala. Tanganku sibuk mencoret-coret buku jurnal dengan pena yang ku temukan di atas meja.

“Jadi begini Ran!” ucap perempuan di ujung telepon sana, kali ini suaranya terdengar serius. “Gue baru aja dapat kabar, kalau ada penemuan mayat di sebuah rumah kosong di deket kota tua. Nah lu kan anak baru disini, biar ada pengalaman yang lebih antimainstream lebih baik lu aja yang pergi kesana. Apalagi gue denger dari Wati, lu bisa ngeliat makhluk yang engga kasat mata kan. Siapa tau kalau lu yang meliput berita ini, lu bisa dapetin hot news. Jadi gimana nih, lu bisa kan ngecek sekaligus ngerilis berita ini jadi headline besok. Lu bisa kan pergi kesana sekarang?”

“Se sekarang, Mbak?”

“Ya iyalah Rania, masa nunggu tahun depan? Keburu berita ini jadi basi dan gak bisa jadi hot news lagi.”

Hening. Aku berpikir, entah apa yang akan ku temui disana nanti. Entah suatu keberuntungan atau kesialanku memiliki bakat mistis seperti ini. Yang jelas, sekarang bukan hanya hantu yang akan meminta tolong padaku. Tapi manusia di sekitar ku juga akan memintaku untuk berurusan dengan mereka yang tak kasat mata. Entah perasaan tidak enak apa yang ku rasakan saat ini, aku memiliki perasaan yang buruk. Tentu saja aku bisa memprediksinya, karena berhubungan dengan mayat tak akan jauh dari hal-hal gaib dan makhluk tak kasat mata.

“RANIAAAA!!!” teriak si perempuan di ujung telepon sana.

“Gimana lu bisa pergi kan?”

“Iya, Mbak bisa kok. Gue siap-siap dulu ya, alamat tepatnya dimana Mbak?” aku mempersiapkan kertas di jurnal, dan aku pun tertegun menatap coretan di buku jurnal ini.

“Sejak kapan aku menulis ini.” Batinku bertanya-tanya.

“JALAN KUNTI SEKITAR KOTA TUA DI DEPAN POHON BERINGIN BESAR.”

“Pokoknya lokasinya di sekitar kota tua, depannya ada pohon beringin besar. Pasti lu bakal gampang nemuin lokasinya, apalagi bakal banyak mobil polisi di sekitar sana.”

Aku terdiam, tak menyahuti ucapan perempuan itu. Ku pandangi kertas jurnal dengan letak lokasi yang disebutkan barusan. Seakan ada bisikan gaib yang meminta ku menulis alamat tersebut. Aku menghembuskan nafas panjang, kali ini liputan berita ini tak akan seperti berita pada umumnya, batinku di dalam hati.

“Pokoknya gue mau lu dapat detail kasusnya, kalau bisa identitas mayatnya juga. Gue mau kita lebih di depan dari media lain. Lu paham kan Ran, maksud gue?”

“Iya Mbak, gue paham kok.”

“Oke gue tunggu laporannya nanti malam. Thanks ya Ran, selamat bekerja dan semoga beruntung.”

Setelah mengakhiri percakapan di telepon, aku hanya terdiam menatap jurnal yang bertuliskan alamat penemuan mayat itu.

.

.

Aku melangkah turun dari dalam mobil setelah menempuh dua jam perjalanan, karena kemacetan yang sangat panjang di sepanjang perjalanan. Aku menatap sekeliling, tempat ini sangat jauh dari permukiman padat penduduk. Karena di sisi kanan dan kiri hanya ada bangunan-bangunan tua peninggalan bangsa Belanda. Aku menyipitkan kedua mataku ketika melihat sekelebatan bayangan hitam, di balik rerimbunan pepohonan. Hantu perempuan dengan gaun putih dan rambut panjang yang menjuntai ke tanah. Nampak kakinya sedang berayun-ayun. Selama ia tak mengganggu pekerjaan ku, aku pun akan mengacuhkannya. Aku kembali berpikir, apakah mayat itu benar-benar korban pembunuhan, sehingga harus ditemukan di tempat seperti ini?

Berbekal kartu jurnalis yang aku miliki, aku mendekati salah satu petugas kepolisian yang sedang berjaga di depan garis kuning. Tempat ini ramai dipenuhi orang-orang yang penasaran dan ingin melihat siapa mayat yang ditemukan disana.

“Anda mau apa?” kata petugas polisi yang berjaga setengah membentakku.

“Saya dari media pak, mau meliput.”

“Maaf anda tidak boleh masuk.”jelas si petugas dengan nada suara yang tegas.

“Tapi pak, saya dari media.”

Tanpa menunggu penjelasan, petugas itu berkata padaku dengan nada lebih keras dari sebelumnya. Sampai orang-orang yang ada disana memperhatikan kami.

“Saya tegaskan pada anda, jika tidak ada jurnalis yang diperbolehkan meliput disini. Dan ini atas perintah langsung dari komandan saya.”

“Tapi Pak, saya dari media!”

“Lalu?” Petugas polisi itu memandangku dengan sorot mata yang tajam.

“Saya harus menyampaikan ini pada masyarakat kalau ada penemuan mayat tanpa identitas yang kemungkinan, ada keluarga nya yang sedang mencari kabar beritanya.”

“Saya tegaskan! INI PERINTAH DARI ATASAN SAYA!" Lagi-lagi petugas itu berbicara dengan nada keras.

Aku menghela nafas panjang, resah dan gelisah. Hawatir tak akan mendapatkan informasi apapun. Aku menatap ke berbagai arah, nampak kerumunan orang saling bergumam satu sama lain, melihat gelagat sengit antara aku dan si petugas kepolisian. Memang agak aneh, biasanya tak pernah sesulit ini untuk masuk ke TKP. Aku melenggang pergi, kedua mataku menatap si petugas dengan sorot mata tersinggung.

Tak kehilangan akal, aku pergi mewawancarai beberapa orang yang ada di sekitar TKP. Beberapa di antara mereka mengaku bahwa gedung tempat penemuan mayat itu sangat angker, dan tidak ada yang berani masuk ke dalam sana. Karena itulah mereka penasaran, bagaimana bisa ada seseorang yang menemukan mayat di dalam gedung tua itu. Namun beberapa orang mengaku pernah memergoki seseorang dengan tubuh tinggi besar menyelinap masuk ke dalam. Dan saat dicari, orang tersebut hilang, lenyap begitu saja.

“Seseorang yang bertubuh tinggi besar, menghilang begitu saja?” gumamku seraya menulis di jurnal.

Apakah seseorang yang dimaksud benar-benar manusia atau makhluk tak kasat mata? Batinku mencerna penjelasan para narasumber.

PART 2 MISTERI PENEMUAN MAYAT

Kemudian aku menanyakan pada warga yang berada disana setelah mobil polisi berdatangan. Aku penasaran siapa orang pertama yang menemukan mayat tersebut. Tapi warga tersebut terdiam, ia menatap orang yang ada disebelahnya seraya mengangkat bahunya.

“Kami tidak tau apa-apa mbak, kami justru datang kesini karena penasaran banyak mobil polisi berhenti di depan gedung tua ini.”

Tapi beberapa dari mereka juga berkata, jika mereka datang karena mendengar desas-desus tentang penemuan mayat. Aku hanya mengambil kesimpulan, jika mereka ada yang memang sengaja diam tak ingin bercerita tentang seseorang yang menemukan mayat itu pertama kalinya. Hal ini semakin menguatkan kecurigaan ku, bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dari kasus ini.

Aku menunggu di depan mobil, mataku tertuju ke arah petugas yang masih sigap berjaga di depan garis kuning. Anjing polisi dibawa menyusuri sekitar TKP, untuk mencari barang bukti yang kemungkinan tertinggal.

Tiba-tiba sebuah mobil jeep datang, nampak seorang lelaki bertubuh tinggi besar dengan kumis tipis di wajahnya, berjalan tergesa-gesa ke arah garis kuning yang sedang di jaga petugas.

“Mas Adit.” aku menjentikan jariku karena melihat mantan senior ku di kampus dulu.

Ya Mas Aditya sekarang bekerja sebagai petugas kepolisian, mungkin dia juga ikut menangani kasus ini. Aku berjalan setengah berlari menghampiri Mas Adit, tapi lelaki itu semakin mempercepat langkah kakinya.

“Mas Adiiit!” panggilku seraya melambaikan tangan.

Lelaki itu tampak menoleh ke arahku, dan menghembuskan nafas panjang.

“Ada apa Rania? Jika ingin menanyakan kabar nanti saja, aku sedang sangat sibuk saat ini.”

Aku menarik tangannya dan membisikkan sesuatu di telinganya. Jika aku ingin masuk bersamanya ke dalam gedung tua itu. Nampak kedua mata Mas Adit melotot terkejut, ia memandangi wajahku dengan lebih serius.

“Ran, ini bukan tempat wisata yang bisa seenaknya dimasuki orang. Di dalam sana ada mayat yang harus segera di identifikasi, karena tanpa identitas sama sekali.”

“Aku tau kok mas, justru itu aku ingin masuk bersamamu. Aku ingin meliput TKP, dan mendapatkan berita untuk headline besok.” Jelasku sambil menunjukkan kartu jurnalis yang menggantung di leherku.

“Oh jadi sekarang kau benar-benar menjadi wartawan, seperti yang pernah kau katakan padaku dulu. Baguslah kalau begitu, tapi kita tunda dulu obrolan nya. Aku harus segera masuk ke dalam.”

“Tolonglah mas ijinkan aku masuk ke dalam sebentar saja, please!” aku memohon dengan menyatukan kedua tangan.

Mas Adit terpaksa mengijinkan ku masuk ke dalam, dengan syarat tak boleh memegang apapun yang ada di dalam gedung tua itu. Aku pun dengan cepat menganggukkan kepala, menyetujui persyaratan yang diberikan mas Adit. Tentu saja mas Adit akan luluh dengan permintaan ku, karena dulu ia sempat dekat denganku. Dan menurut teman-temannya, ia memiliki perasaan padaku. Karena setelah ia lulus kuliah kami sempat lost contact, dan baru kali ini kami bertemu kembali dengan situasi yang berbeda.

Setelah berjalan selama lima belas menit, akhirnya kami sudah masuk ke dalam lokasi penemuan mayat itu. Dan anehnya banyak sekali petugas yang berjaga di sekitar lokasi. Aku melangkah semakin masuk ke dalam TKP, nampak tatapan ketus dari beberapa petugas. Mereka semua terlihat sinis melihatku berada disana.

“Rania, jangan bikin masalah disini ya. Nanti aku bisa malu dihadapan para petugas lainnya. Ingat ya, kau cuma boleh melihat, jangan mengambil foto atau menyentuh apapun. Ngerti kamu?” ucap Mas Adit dengan nada suara tegas. Aku hanya membalas dengan anggukan kepala, meski tak yakin dapat menepati ucapannya atau tidak.

Aku melangkah masuk ke area dimana petugas keluar masuk. Di salah satu ruangan, aku menghirup aroma tidak sedap seperti aroma bangkai. Ya mungkin saja mayat itu sudah mengeluarkan aroma busuk, pikirku dengan menutupi hidungku. Setelah melihat ke berbagai sudut, aku berjalan masuk ke dalam sebuah ruangan yang sangat gelap. Tapi seorang petugas menghentikan langkahku.

“Siapa anda? Kenapa anda bisa masuk kesini?”

Aku terdiam melihat mas Adit, lalu ia berjalan mendekati kami.

“Dia datang bersamaku, biarkan saja dia disini.”

“Tapi pak, dia ini wartawan.”

“Iya, saya tahu kok.”

Nampak si petugas menatapku dengan sorot mata sinis, seakan ia sangat kesal padaku. Tapi aku berusaha bodo amat, dan segera pergi meninggalkannya.

Aku berjalan perlahan masuk melihat kondisi mayat. Aku melihat secara langsung seorang perempuan menggunakan baju kebaya dan kain jarik, sedang duduk bersila di lantai dengan tangan menyatu di depan dada. Terlihat kondisi mayatnya sangat mengenaskan, karena kepala yang terpisah dari tubuhnya. Aroma bangkai yang sangat menyengat memenuhi ruangan tersebut, aku langsung menutup hidungku sebelum semua isi dalam perutku menyeruak keluar. Setelah melihat dan menulis apa saja yang ku lihat, aku segera pergi meninggalkan ruang tersebut. Kepalaku masih menerka-nerka bagaimana hal itu bisa terjadi.

“Siapa perempuan itu?” batinku bertanya-tanya.

Dari kejauhan terlihat mas Adit berjalan ke arahku, ia memberikan sapu tangan yang ada di dalam tas ranselnya.

"Ini ambilah. Setelah melihat semua yang ada di dalam, kau bisa pergi sekarang kan Ran. Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau. Kau bisa menulis semua yang kau lihat untuk deadline besok.” Kata mas Adit dengan lembut.

“I iyaa mas, terima kasih sudah membawaku masuk. Tapi ada yang masih menjadi pertanyaan di kepalaku, siapa sebenarnya perempuan itu? Aku belum mendapat informasi apapun mengenai itu.”

“Tak ada yang tahu identitas mayat itu, jika nanti hasilnya sudah keluar akan ku kabari. Berikan saja nomer wassap mu.”

Aku pun segera menulis nomor wassap ku di selembar kertas putih, dan segera ku berikan pada mas Adit. Setelah itu mas Adit segera pergi meninggalkanku untuk melanjutkan pekerjaannya, aku hanya diam terpaku dengan menerka-nerka. Ada kejadian apa di gedung tua ini sebenarnya. Ketika aku sedang sibuk dengan pikiran ku sendiri, tiba-tiba ada bayangan hitam yang terbang masuk ke dalam sudut ruangan yang paling gelap. Fokusku seketika teralihkan, dan aku mengikuti kemana perginya bayangan tersebut.

Di dalam sudut ruangan yang gelap terasa pengap, bayangan hitam itu menghilang setelah menembus dinding. Aku mengambil ponsel di dalam tas, lalu menghidupkan senter. Ku soroti berbagai sudut ruangan itu, nampak sesajen dengan bunga tujuh rupa, kemenyan, kendi, dan ada canang sajen khas bali.

Aku mencoba mengamati semuanya, dan menulis semua yang ku lihat. Kenapa ada sajen khas Bali disini ya? Apa yang meletakan nya disini orang yang memiliki ilmu mistis, yang masih berdarah Bali. Mengingat mayat yang ditemukan memakai pakaian tradisional seperti perempuan Bali pada umumnya. Tapi mungkinkah hal seperti itu masih ada di Kota besar seperti ini? Batinku bertanya-tanya. Aku benar-benar tak habis pikir, siapa yang tega memotong kepala perempuan itu.

PART 3 MISTERI PENEMUAN MAYAT

Aku kembali melangkah, berjalan ke arah lemari tua. Yang sebagian pintunya terbuka, karena kayu penyangga pintu nya hancur termakan usia. Hantu-hantu seperti kuntilanak dan tuyul bersliweran, mengganggu fokusku. Karena salah satu dari kuntilanak itu, seperti ingin mengajakku berkomunikasi. Tapi aku lebih penasaran dengan mayat tanpa identitas itu, dan sengaja aku mencari petunjuk di sekitar lokasi.

Tapi aroma busuk yang sangat kuat menusuk hidung mengganggu konsentrasi ku, ku lirik ke kanan dan kiri. Nampak sesosok kuntilanak yang sedari tadi diam menatapku, kini lebih dekat di samping tubuhku.

Aku menghembuskan nafas panjang, dan berbicara dalam hati. Supaya kuntilanak itu tak mengganggu ku, karena aku masih ada pekerjaan.

Haduh kenapa kunti ini terus dekat-dekat denganku, pasti ada yang ingin ia sampaikan. Batinku di dalam hati. Lalu aku mencoba berkomunikasi dengannya, dan benar saja ia ingin meminta tolong padaku.

“Baiklah Endang, kau bisa menceritakan keluh kesahmu lain waktu. InsyaAllah aku akan membantumu.”Jelasku pada kuntilanak yang baru ku tahu bernama Endang.

Whuus...

Kuntilanak itu terbang, hilang di kegelapan. Aku pun melanjutkan pencarianku, sebelum keberadaanku diketahui Mas Adit ataupun petugas kepolisian. Karena mereka tak akan membiarkan ku berada lebih lama lagi di TKP, padahal aku ingin mencari petunjuk.

Tempat ini dipenuhi debu, serta benda-benda yang terasa dingin dan lembap saat disentuh.

Aku berjongkok di bawah meja untuk melihat-lihat, dan benar saja aku melihat canang yang sudah mengering.

Degh... Aku teringat dengan mayat tanpa kepala itu. Di dalam hatiku bertanya-tanya, siapa yang tega memenggal kepala perempuan itu. Tanpa kepala dengan posisi meninggal yang tidak wajar, apalagi kedua tangannya masih menyatu di depan dada.

Mungkin aku bisa membantu mengungkap misteri ini, setidaknya untuk mengetahui identitas mayat perempuan malang itu.

Tiba-tiba terasa sentuhan dingin di leherku, bulu halusku meremang. Aku berbalik badan dan melihat ke belakang, tapi tak ada siapapun disana. Aah pasti hantu yang iseng menggodaku. Tentu saja aku tak akan takut, hanya tubuhku yang seorang manusia biasa ini masih saja terkejut ketika makhluk astral seperti mereka menunjukkan eksistensinya.

Bodo amatlah terserah kalian mau apa, tujuanku disini bukan untuk mengganggu kalian. Ucapku di dalam hati sambil menggelengkan kepala.

Aku melangkah perlahan ke sebuah kursi panjang yang tertutup kain kotak-kotak hitam putih, sekilas aku melihat wajah perempuan menyeringai dengan wajah sinis. Aku pun tersentak karena melihat pakaian perempuan itu, mirip dengan pakaian yang mayat tanpa identitas itu pakai. Apakah mungkin arwah perempuan itu ingin memberitahu sesuatu ya. Batinku menerka-nerka.

Untuk memastikan penglihatan ku, aku kembali menyibak kain kotak-kotak itu, aku ingin memastikan ada apa di dalamnya. Aku membalikkan tubuh saat ku dengar suara tawa perempuan yang nyaring di telinga, dalam hatiku kembali berkata. Jika hanya gangguan dari hantu macam kalian aku sudah terbiasa, karena sebelumnya aku sudah sering berurusan dengan demit dan siluman yang lebih mengerikan di Desa nenekku.

Sepertinya sia-sia saja penelusuran ku di tempat ini, tak ada apapun disini kecuali barang-barang tua yang sudah usang dan berdebu. Ya, mungkin saja polisi sudah menyisir tempat ini, dan mengamankan sesuatu yang penting. Aku melangkahkan kaki ke arah pintu, tiba-tiba pandangan ku teralihkan pada sesuatu yang menyembul di balik kain kotak hitam putih. Ku putuskan untuk memeriksanya sekali lagi, dan aku menemukan sesuatu yang terselip di antara tembok dan kursi panjang. Aku menggeser kayu penyangga kursi, dan menimbulkan suara bergesek yang menggetarkan dada. Aku harus lebih berhati-hati supaya tak ada lagi suara berisik, karena petugas kepolisian bisa saja mendengar suara berisik ini. Dan mereka pasti akan mengetahui keberadaan ku di dalam sini.

Setelah aku berhasil menggeser dengan susah payah dan berhati-hati, akhirnya aku menemukan sebuah kotak kayu berwarna coklat, ada gembok yang menempel di luarnya. Aku menggoncangkan kotak kayu itu, dan terdengar suara gemeretakan. Wah pasti ada benda di dalam kotak ini, aku jadi penasaran dan ingin mengetahui apa isi nya. Tapi jika aku berlama-lama di tempat ini, dan mereka melihatku sedang mencari sesuatu. Bisa terjadi masalah padaku, karena aku akan di anggap merusak tempat kejadian perkara. Tanpa berpikir panjang, aku memasukan kotak kayu ke dalam tas ransel, dan bergegas meninggalkan ruangan itu.

Kreeaak... Pintu terbuka, nampak Mas Adit sudah berdiri di hadapanku dengan tatapan menyelidik. Kedua tangannya berkacak pinggang, matanya menyipit melihatku dari atas ke bawah.

“Eh Mas Adit, ngagetin aja sih.”ucapku kikuk.

“Ngapain kau disini? teriaknya dengan nada marah.

Kali ini Mas Adit berjalan mengelilingi ku, mungkinkah ia mencurigaiku?.

“Apa kau menemukan sesuatu disini?” kini ia mendekatkan wajahnya tepat di depan wajahku.

Untuk sesaat aku terdiam karena salting dipandang sedekat itu olehnya. Jantung ku berdegup kencang, wajahku tersipu merah. Ah perasaan apa ini, segera ku palingkan wajah dan menjawab pertanyaan Mas Adit.

Tapi apakah aku harus mengatakan apa yang baru saja ku temukan, tapi raut wajah Mas Adit tampak tak meyakinkan.

Aku tahu ia tak akan percaya dengan hal-hal yang berbau mistis, jadi ku putuskan untuk tak mengatakan padanya.

Tiba-tiba seorang petugas mendekati Mas Adit, dan membisikkan sesuatu. Nampak raut wajahnya terkejut dan ia menelan saliva nya.

“Baiklah saya akan segera kesana.” Kata Mas Adit dengan menganggukan kepala.

“Lebih baik kau pergi saja Ran, komandan akan segera datang untuk melihat kondisi mayat dan olah TKP. Aku bisa terkena masalah besar, jika komandan tahu ada wartawan disini.”

Aku pun segera melangkahkan kaki dan mengucapkan terima kasih pada Mas Adit, lalu Mas Adit meraih tanganku dan menariknya. Nampak tatapan matanya sangat dalam memandangku.

“Rania!”

Aku menelan saliva dengan jantung yang berdetak kencang. Apa aku sudah ketahuan mengambil sesuatu dari ruangan ini, batinku resah.

Mas Adit melihatku dengan sorot mata keheranan, ia memegang tas ransel yang ada di punggungku.

“Lain kali jangan bawa barang terlalu banyak, lihatlah tas mu sepertinya penuh dengan barang." ucapnya dengan penuh perhatian.

Ah Mas Adit tak pernah berubah, ia selalu memperhatikan hal-hal kecil tentangku. Aku menghembuskan nafas panjang, rasanya sangat lega karena Mas Adit tak mengetahui apa yang ku lakukan di dalam sana.

Aku mengangguk dan tersenyum padanya, lalu aku berpamitan pergi.

Sesampainya di luar gedung tua itu, komandan yang menangani kasus ini sedang dimintai wawancara langsung oleh jurnalis-jurnalis yang mulai berdatangan di TKP. Nampak sang komandan tak dapat menjelaskan lebih detail lagi, karena banyak hal-hal janggal dalam kasus ini.

“Saya belum bisa mempublikasikan apapun, karena kasus ini masih dalam tahap penyelidikan.” jelas sang komandan.

Aku tersentak ketika sosok Endang mengikuti langkahku, kini kuntilanak itu sedang duduk dengan kaki uncang-uncang di atas pohon. Ternyata hantu yang muncul di malam hari, hanya ada di film saja. Nyatanya para demit itu bebas berkeliaran siang ataupun malam.

“Kembalikan kotak itu pada tempatnya hihihihi.” kata Endang dengan cekikikan khas hantu kuntilanak.

Aku berkata dalam hati, kenapa aku harus mendengarkan ucapan demit sepertimu.

Lalu Endang terbang melesat ke arah ku, dan mengatakan jika kotak itu adalah milik orang yang memelihara Leak.

...Terus berikan dukungan kalian ya teman", siapa tau kalian adalah salah satu yang beruntung mendapatkan Novel Cetak DRB. Sekian dulu ceritanya. ...

...See you. ...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!