"ini seperti melepaskan anak singa di antara gerombolan anjing hutan," -****Zhou Ming 1307.
Hari ke 90, musim gugur, di tahun kirin api, hutan tua lapisan terluar Gerbang Timur.
"gaaakkkk...... gaaakkkk" suara burung gagak memekakkan telinga.
Sang Penguasa siang tidak menampakkan dirinya karena langit ditutupi mendung tipis yang tidak berujung, pepohonan tua yang lusuh bersenandung murung, mata setajam pedang dari ratusan gagak sedang menunggu dengan tidak sabar, seolah akan tahu beberapa saat lagi hal mengenaskan akan terjadi, dan tentu saja diawali dengan jerit kematian dan darah, kabut kesedihan kembali menyelimuti wajah bumi ini, hari yang buruk untuk menarik nafas terakhir sebelum menutup mata.
Seorang pria bertubuh tinggi kekar berdiri dengan gagah, memimpin 8 ribu pasukan yang terlihat begitu siaga dengan segala perlengkapan perang mereka, dan pria kekar itu berteriak kencang sambil menatap ke atas bukit yang ada di belakang dari pasukan besar itu. tampak seorang prajurit sedang mengibarkan bendera merah, dan puluhan genderang mulai di pukul.
"duuuung.... duunnnggg...... duuungggg"
"apa kalian mendengar nya!????"
"aku bertanya, apa kalian mendengar?" teriak pria kekar itu lagi dengan suara Guntur yang menggelegar.
"huaa..... huaa...... huaaaa," jawab seluruh pasukan itu sambil menghentakkan kaki dan ujung gagang tombak mereka ke tanah, membuat suasana begitu berderu bergemuruh.
seluruh pasukan terlihat begitu beringas, rambut yang sedikit terlihat dari balik pelindung kepala, kumis juga jenggot yang tidak terawat, sorot bata yang buas, dan gigi kotor yang menghitam menunjukkan mereka sudah terbiasa bertahun-tahun di Medan perang, bekas-bekas luka di wajah mereka menambah mengerikan nya pasukan itu.
Pria kekar meletakkan telapak tangannya di sekitar telinga nya, dengan salah satu mata setengah terpejam seperti isyarat tidak mendengar, dan kembali ke delapan ribu pasukan itu mengulangi jawaban mereka dan kali ini jauh lebih kencang membuat pria kekar itu tersenyum puas.
"bagus, itu yang di sebut semangat, sekarang kalian lihat bendera itu? itu adalah tanda bahwa kita di perintahkan untuk menyerang, jadi tidak ada lagi kata mundur saat ini, siapkan diri kalian untuk mati," teriak pria kekar itu dan mendekati seorang prajurit nya yang memegang busur.
Pria kekar itu dengan cepat menyambar busur dan mencabut sebuah dua anak panah secara bersamaan dari prajurit nya, dan dengan sekali gerakan berbalik badan dan melepaskan anak panah ke arah hutan tua di depan nya, di waktu hampir bersamaan.
Sssswuuuussssshhhh....
zreeebbbbbb......
sebuah anak panah menembus pergelangan kaki seseorang di atas pohon, membuat orang itu sedikit bergoyang dari tempat nya bersembunyi, tetapi masih bisa menahan pegangan nya, namun sayang kepalanya sedikit terlihat oleh mata pria kekar itu, mata pria kekar itu seperti gerakan lambat mulai terpejam dan tangan nya melepas anak panah berikut nya.
Sssswuuuussssshhhh.....
zreeebbbbbb......
anak panah kedua menancap di leher orang itu dan membuat nya terjatuh.
Semua prajurit di tempat itu melebarkan mata mereka sambil menahan nafas, melihat seseorang yang memiliki penglihatan begitu tajam, dan kecepatan melepaskan anak panah seperti tanpa membidik sama sekali terlebih dahulu dan tepat mengenai sasaran nya, mereka begitu takjub dengan kemampuan pemimpin mereka.
pria kekar itu sedikit tersenyum seperti begitu senang melihat reaksi bawahan nya dan mengembalikan busur itu kepada prajurit tadi,
"jadi, apa yang kalian tunggu, buat formasi dan ratakan gerbang Timur," teriak pria kekar itu begitu lantang, sambil menunjuk hutan di depan nya.
"Huaaa..... huaaaa.... huaaaa...." suara bergemuruh itu terdengar lagi dan begitu memekakkan telinga, seluruh pasukan itu mulai membentuk formasi.
Ribuan panji-panji terlihat berkibar mengiringi langkah pasukan itu, mendekati hutan tua di gerbang Timur, saat tinggal 10 langkah lagi masuk ke mulut hutan tiba-tiba,
"jeduuubbbbbhh...."
Bumi seperti tertimpa gunung, gelombang energi seperti riak air keluar dari pinggiran hutan itu, menghempaskan dedaunan dan ribuan burung menjauhi hutan itu, tanah terasa berguncang, meski hanya sekali, tetapi getaran itu menggetarkan hingga ke dasar hati mereka, membuat pasukan itu berhenti untuk sesaat dan saling menatap kawan mereka, seperti bertanya mahluk apa yang sedang mengunggu mereka di dalam hutan tua itu.
Angin tiba-tiba berhembus ke arah sebaliknya, panji-panji mereka berkibar ke arah berlawanan dari sebelumnya, hawa dingin mulai menyusupi kedelapan ribu pasukan itu hingga ketulang mereka.
Pria kekar yang sebagai pemimpin itu mengepalkan tangannya,
"prajurit teruslah melangkah meski didepan kalian neraka sekalipun, kita sudah begitu sering menghadapi keadaan seperti ini, dan kita selalu memenangkan nya, ingatlah ini bukan apa-apa," ucap pria kekar itu dan melangkah paling awal memasuki hutan itu,
Mereka memasuki hutan pria kekar itu melihat seorang pria yang tertelungkup, sedang berusaha menggerak-gerakkan tangan nya di tanah, sambil berkubang darah yang masih mengucur dari leher nya, dan anak panah yang masih tertancap di lehernya.
Pria kekar itu menendang pemuda itu, Hinga terlempar cukup jauh ke dalam hutan, dan kini posisi terbaring mengahadapi ke langit-langit hutan, pria kekar itu berjongkok di dekat wajah pemuda itu, sambil menatap mata pemuda itu penuh kecongkakkan.
"melihat usaha mu merangkak cukup jauh, kau seperti nya begitu takut akan kematian mu, katakan apa kau memiliki nama?" tanya pria kekar itu masih dengan senyum mengejek.
Pemuda yang terluka itu tersenyum tampak bibir nya yang penuh lumpur bercampur darah, jemari nya yang kotor bergerak seperti isyarat agar Jendral itu mendekat.
"bukankah barusan kalian sudah diperingatkan, hikhikhik...," terdengar suara tawa yang terhalang darah di bibir pemuda itu.
Jendral kekar itu menatap dalam-dalam pemuda itu,
"aku akan mengampuni jika kau menunjukkan arah ke tempat tuan mu," ucap Jendral itu yang melihat beberapa jalan yang bercabang.
"cuuhhhh...." suara meludah dari bibir pemuda yang terbaring itu kearah wajah pria kekar itu, namun tenaganya begitu lemah hingga ludah darah yang keluar dari bibirnya kembali menimpa wajah nya sendiri.
"melihat jawaban mu, seperti nya aku salah, kau sama sekali tidak takut mati, baiklah... aku akan mengabulkan nya," ucap pria kekar itu dan berdiri, dan seperti tidak memiliki rasa iba pria kekar itu menginjakan kaki kanan nya ke leher pemuda itu secara perlahan menekan nya sedikit demi sedikit.
"mmmm..... eekkkkk... ekkkk ....aahhhh..." hanya itu yang terdengar keluar dari bibir pemuda itu, berlumuran darah bergelembung.
kreekkkk....." seperti suara kayu patah terdengar.
pria kekar itu sudah menghancurkan tulang leher beserta anak panah yang masih menancap di leher pemuda itu, dan dengan tenang nya melangkah masuk kedalam hutan lebih dalam.
"dia benar-benar mengerikan," bisik salah satu prajurit kepada temannya.
Di atas bukit tempat prajurit mengibarkan bendera merah, terlihat lambang kerajaan Wei terpasang begitu besar, ribuan tenda sudah berdiri dalam waktu yang cukup lama, ini terlihat dari rumput dan jalanan yang sudah keras akibat sering di gunakan, dan bahkan sebagian dari tenda itu sudah terlihat seperti pemukiman, lengkap dengan sarana dapur yang kokoh, dan juga peternakan nya.
Seorang panglima perang, dan tidak kurang dari 35 ribu pasukannya sedang mengamati 8 000 rekan baru mereka sedang menyerang Gerbang Timur dengan semangat berapi-api, dan sekarang sepenuhnya sudah memasuki hutan tua itu.
wajah mereka terlihat penuh harapan mengingat jendral Qing Chen terkenal begitu ganas dan memiliki pasukan yang sangat kuat.
Jendral Qing Chen dan 8.000 pasukan nya sebenarnya bukan lah pasukan dari kerajaan Wei, Jendral Qing Chen adalah bantuan dari kekaisaran Qing yang selalu secara diam-diam membantu kerajaan Wei dalam setiap pertempuran.
Namun harapan mereka mulai berubah drastis menjadi kecemasan, saat melihat kabut tebal mulai turun ke hutan tua di gerbang Timur, karena kabut itu begitu mereka takuti, mimpi buruk selama delapan tahun terakhir bagi siapa saja yang ingin menyerang gerbang Timur, dan kabut itu adalah milik Sang Penjaga Gerbang Timur.
"kaa- kaa- but iblis," ucap salah seorang prajurit dengan mulut bergetar hebat, dan diikuti dengan riuh para prajurit lain nya, membuat sang panglima begitu menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan nafas panjang nya.
Di sudut lain kabut tebal itu menyelimuti pepohonan-pepohonan yang sudah terlihat begitu tua, sang Jendral tersenyum seperti sudah tahu akan hal ini.
"oohhh, kenapa kabut bodoh ini begitu terkenal," guman Jendral Qing Chen, dan mengangguk ke arah pasukan nya.
Beberapa prajurit melompat ke depan secara bersamaan, melakukan sedikit tarian dan sekali hentakan, bola-bola api mulai terlempar dari tinju mereka.
blaaarrr.....
blaaarrr.....
Ratusan bola-bola api menghantam pepohonan, dan menempel di dahan pohon -pohon tua itu, membuat tempat itu sedikit terang, dan dari luar terlihat kabut itu berwarna merah kekuningan karena api dari pasukan Jendral Qing Chen.
Jendral Qing Chen mulai melangkah lagi, di ikuti oleh pasukan nya, namun hanya berselang beberapa langkah sebutir salju melayang di depan matanya,
"Salju?" batin Jendral Qing Chen.
Dan api dari pasukan itu mulai meredup karena salju turun semakin deras, dan tidak kurang dari setengah jam api itu seluruhnya telah padam.
Kini langkah para prajurit yang awalnya begitu bersemangat dan lincah kini mulai melambat, wajah mereka terlihat mulai memucat, meski hawa begitu dingin namun bulir-bulir keringat membasahi kening mereka dan mata mereka saling bertatapan sesekali, jelas sekali kepercayaan diri mereka sepenuhnya sudah lenyap.
Jendral Qing Chen sudah cukup lama memasuki hutan, namun belum menemukan keberadaan pasukan dari kerajaan lawan, kedelapan ribu pasukan nya sudah tercerai-berai akibat kabut tebal itu, dan semakin lama suasana semakin remang.
"ini petaka," guman Jendral Qing Chen pelan.
Telapak tangan Jendral Qing Chen terbuka dan diangkat di sebelah wajah nya, sebagai isyarat agar pasukan yang mengikuti nya berhenti.Matanya menatap tajam sosok yang berdiri membelakangi nya tidak jauh dari tempat nya, dan semakin dekat Jendral Qing Chen mencium bau darah yang begitu pekat dari pemuda itu.
"katakan, apa kau si pengecut Penjaga Gerbang Timur itu?" tanya Jendral Qing Chen, matanya menatap sekeliling mencari pergerakan, namun mata tajam nya hanya melihat kabut tebal dan bayangan batang-batang pohon yang dekat.
Jendral Qing Chen mencabut pedang nya yang bermata satu, dan berbentuk seperti pisau besar meruncing ke arah mata pedang, pedang itu terlihat berwarna perak dan berkilau seperti cermin di sepanjang mata pedang nya membuat terlihat begitu tajam.
Pemuda di depan Jendral Qing Chen itu hanya diam, mulai berbalik dan melangkah mendekat, dan mulai memejamkan matanya.
"lelaki ini hanya sendirian, dia begitu muda tidak mungkin Sang Penjaga Gerbang Timur, ini begitu aneh dia sama sekali tidak mengeluarkan hawa pembunuh, meski pakaiannya hampir seluruh nya basah oleh darah," batin Jendral Qing Chen
Kabut di sekitar keduanya menipis, kini Jendral Qing Chen mulai dapat melihat wajah pemuda itu dengan jelas.
"hemm.... jika saja aku tidak melihat jakun yang begitu menonjol di leher mu, aku akan berpikir kau adalah seorang wanita, apakah kau banci?" ucap Jendral Qing Chen sambil tertawa terkekeh.
Para pasukan di belakang nya tidak ada yang tertawa dengan lelucon yang di ucapkan oleh pimpinan mereka, semua pasukan itu begitu tegang, dan begitu terintimidasi dengan wajah tenang dan pakaian penuh noda darah dari pemuda di depan mereka.
"hahaha.... baiklah jika kau bisu, aku juga tidak akan bicara lagi, dan tidak ada gunanya kau tinggal di hutan ini, matilah kau," teriak Jendral Qing Chen dan melesat ke arah pemuda itu.
Pemuda itu pun membuka matanya, tiba-tiba gelombang energi begitu besar keluar dari tubuh nya, dan melakukan gerakan yang sama seperti Jendral Qing Chen, keduanya melesat ke satu titik yang sama, dan pemuda itu begitu cepat mencabut pedang di pinggangnya dan menebaskan ke leher sang Jendral.
"apa? bocah ini begitu cepat," batin Jendral Qing Chen dan mengganti arah tebasan nya kearah pedang yang mengincar lehernya.
"tebasan ku tidak hanya akan menghancurkan pedang mu, tapi juga membuat mu terlempar bocah lemah," teriak Jendral Qing Chen.
"trankkkkkk....."
Terdengar tebasan beradu dari dua pedang yang begitu kencang karena sama-sama menggunakan energi yang cukup kuat, hingga membuat udara sekitar seperti beriak akibat benturan dua energi besar.
"wussshhhh..." kabut dan dedaunan terhempas di sekitar mereka.
Pedang pemuda itu tidak terlepas dari genggaman nya, hanya saja tangan kanan dari pemuda itu tampak terpental ke arah belakang, namun tubuh nya masih condong ke depan dan bahu pemuda itu menabrak serta mendorong tubuh jendral Qing Chen ke udara, dan keduanya tampak melayang.
"apa yang di lakukan bocah ini, dari posisi ini aku dengan bebas menghancurkan tengkorak belakang nya," batin Jendral Qing Chen.
"hahaha.... dasar bodoh, bagaimana kau melindungi kepala belakang mu ini? jika kau ingin bunuh diri akan aku kabulkan," teriak Jendral Qing Chen.
Jendral Qing Chen mengangkat tangan kirinya, dan jarinya membentuk cakar dan mengarahkan ke tengkorak belakang pemuda itu.
"aahhkkkk...." tiba-tiba darah menyembur dari bibir jendral Qing Chen dan sudut mata menatap kearah bagian kanan tubuh nya.
Betapa terkejutnya Jendral Qing Chen saat melihat sebuah pedang dari tangan pemuda yang terlihat terhempas kebelakang tadi, kini sudah menembus dada bagian kanan nya, dan itu tepat di jantung nya.
"apa? kapan dia melakukan nya? aku terkecoh, tebasan ke leher ku hanya pengalihan perhatian, dan tangan yang terhempas kebelakang itu berbalik menyerang dibalik punggungnya, dan itu adalah tehnik sebenarnya, sedari awal sasaran nya adalah jantung ku, dan bagaimana mungkin tangan nya begitu lentur dan mampu di tekuk kebelakang punggung nya dan menusuk dalam waktu begitu cepat," batin Jendral Qing Chen, begitu tidak percaya.
Dan sebelum cakarnya menghantam kepala pemuda itu, tangan kiri pemuda itu membentuk tapak dan memukul tubuh Jendra Qing Chen membuat terhempas beberapa meter.
"uhukkkk...." cipratan darah keluar dari bibir Jendral Qing Chen yang terbaring di tanah, nafasnya mulai tidak teratur, bola mata nya menatap ke arah kening menatap seseorang yang berdiri dan mulai berjongkok di samping kepala nya.
"mahluk apa kau? tidak ada manusia mampu melakukan itu," ucap Jendral Qing Chen wajah terlihat begitu penasaran.
Pria muda itu mengangguk dan kedipan matanya begitu pelan menandakan dia masih begitu tenang meski baru saja bertarung menghadapi seorang Jendral kuat.
"apa kau begitu penasaran? apa kau tidak penasaran dengan nasib ribuan pasukan mu? aku akan menjawab nya satu-satu, mungkin kau terlalu meremehkan kami, sehingga tidak menyadari kabut iblis sudah meracuni pikiran dan pasukan mu, dan tanpa kau sadari kau sudah berada enam jam di dalam hutan ku, dan racun itu merusak pendengaran mu, kau bahkan tidak bisa mendengar pertarungan yang tidak begitu jauh dari tempat ini.
"apa? e-nam jam? formasi ku tidak akan hancur dalam waktu secepat itu, uhukkkk...." ucap Jendral Qing Chen, darah segar menyembur dari bibirnya dan membasahi wajahnya sendiri, tangan nya mencoba mencengkeram lengan jubah pemuda itu.
Pemuda itu hanya mengangguk, sambil memperlihatkan gigi depannya yang merapat, ujung hidung nya yang memerah menghembuskan uap menunjukkan udara di tempat itu begitu dingin.
"aaiisss.... saat kau sibuk dengan menginjak leher seorang prajurit ku, prajurit -prajurit di simpul-simpul penting formasi mu sudah mulai ku bantai, percaya atau tidak namun mataku cukup bagus dalam perhitungan segel atau formasi semacam nya, dan sayang nya pasukan mu yang lain tidak sadar karena sedang terpukau melihat atraksi memuakkan mu itu, dan saat kau mengoceh tentang aku adalah banci, kau sudah hampir hanya seorang diri di hutan ini, jadi pasukan yang begitu kau banggakan hanya bertahan tidak lebih dari sehari di hutan ku, dan apa kau tahu yang paling memalukan dari semua itu? kau bahkan tidak bertahan lebih dari 10 menit dalam bertarung, apa itu menjawab semua pertanyaan mu?" ucap pemuda itu.
"uhukkkk.... tehnik Dewa Pemetik Salju hanya mitos, jadi ka-u benar -benar Sang Penjaga Ger-bang," ucapan Jendral Qing Chen terputus bersamaan dengan hembusan nafasnya yang terakhir.
Pemuda itu berdiri dan tersenyum kecil, kabut tebal mulai terangkat, dan pemandangan mengerikan di sekitar hutan tua itu mulai terlihat, ribuan mayat telah bergelimpangan dengan darah kehitaman yang mengalir menciptakan beberapa sungai sungai darah yang sedikit kental.
"mitos? Kau benar, aku Si Pemetik Salju, yang menjadi Penjaga Gerbang Timur," ucap pemuda itu begitu tenang dan meninggalkan Jendral Qing Chen yang menghembuskan nafas terakhirnya.
ilustrasi Sang Penjaga Gerbang Timur.
Kerajaan Yuan dan Kerajaan Wei sudah berperang selama delapan belas tahun, kerajaan Yuan terletak di ujung Utara, adalah kerajaan yang begitu subur meski begitu mematikan saat musim dingin. Kerajaan ini menghasilkan hampir seluruh keperluan utama mereka, namun kemampuan militer mereka begitu buruk, tempat mereka begitu terisolasi dan hanya memiliki dua jalan masuk membuat mereka mampu bertahan begitu lama dari ekspansi pasukan Kerajaan Wei.
Gerbang barat dan gerbang timur adalah jalur masuk kerajaan Yuan, kedua gerbang itu menghadap ke selatan dimana kerajaan Wei berada, gerbang barat ditutupi oleh kota Jinyang, kota ini memiliki kuil terbesar di seluruh daratan utama dikepalai oleh seorang biksu suci berkemauan tinggi, selain prajurit Kerajaan Yuan, tidak ada prajurit kerajaan lain yang berani memasuki Kota Suci Jinyang karena memang dilarang, bahkan kekaisaran Qing yang begitu besarpun tidak berani menyentuh kota Jinyang karena di lindungi oleh Kuil terbesar ini, dan jalan satu-satunya menyerang kerajaan Yuan adalah gerbang Timur.
Gerbang Timur memiliki sebuah benteng kokoh berbentuk tapal kuda, warisan dari Raja Yuan terdahulu, lokasi yang di bibir tebing batu membuatnya begitu ideal, pasukan musuh yang ingin menyerang mau tidak mau harus masuk ke dalam lingkaran benteng itu dan menjadi sasaran empuk dari arah depan dan samping.
Namun kekuatan militer Kerajaan Wei tidak bisa dipandang sebelah mata oleh Kerajaan Yuan, dengan jumlah yang jauh lebih besar dari kerajaan Yuan, pasukan ini memiliki formasi-formasi tempur terbaik, meski belum bisa menembus benteng itu tapi selama sepuluh tahun pertama benteng ini menjadi bulan-bulanan dari prajurit kerajaan Wei, membuat benteng itu harus terus mengalami perbaikan dan juga penambahan jumlah pasukan untuk mempertahankan benteng tapal kuda ini.
Namun delapan tahun terakhir seorang pemuda pemberani memimpin tiga ribu prajurit setianya, melapisi sisi luar benteng itu yang di tumbuhi hutan tua, untuk setidaknya mengurangi jumlah pasukan dari kerajaan Wei sebelum menyentuh benteng itu, tetapi hal luar biasa terjadi pemuda itu tidak hanya mengurangi pasukan kerajaan Wei, kini pasukan dari kerajaan Wei tidak pernah melewati hutan tua yang tumbuh subur di depan benteng itu, membuat raja Yuan bisa kembali bernafas lega.
*****
Di aula agung kekaisaran Qing, 17 tahun lalu.
Seorang pejabat kekaisaran Qing berseru lantang,
"Raja dari kerajaan Wei, Raja Wei Huancu mempersembahkan sepuluh ribu Sutra Phoenix, sepuluh ribu tanduk rusa, lima ribu rumput dewa, dan 50 ribu koin emas," ucap pejabat itu.
Raja Wei Huancu berlutut dan bersujud di hadapan Kaisar Qing, Qing Gaoji.
Kaisar Qing Gouji mengangguk sambil mengelus jenggot panjang nya.
"kau memberiku banyak hadiah kali ini, aku dengar kerajaan mu berkembang pesat dalam militer," ucap Kaisar Qing Gouji.
"Yang mulia Kaisar, hamba tidak akan berani, tahun depan hamba akan mengirimkan lebih banyak hadiah," ucap Raja Wei Huancu dengan suara berat, tampak buliran keringat membasahi kening nya.
Kaisar Qing Gouji menggebrak sandaran singgasana nya, membuat semua pejabat di tempat ini menahan nafas mereka, dengan kepala menunduk.
"sudah setahun kau melakukan invasi ke selatan tapi kerajaan Yuan masih begitu angkuh, apa hanya segitu kekuatan militer mu, panglima!! panggil seluruh pejabat militer dan menghadap di ruang baca ku sekarang," ucap Kaisar Qing Gaoji dan meninggalkan singgasana nya, dan beberapa pejabat mengikuti pimpinan mereka.
tidak beberapa lama, di ruang baca Kaisar Qing Gouji, sebuah meja besar dan di atasnya terpampang sebuah peta kerajaan Yuan yang terbuat dari pasir.
Panglima perang dan para jendral besar dari kekaisaran Qing mengamati begitu seksama peta itu.
Kaisar Qing Gaoji dan Raja Wei Huancu juga melakukan hal yang sama, dan seorang berpakaian militer paling gagah maju mendekati peta besar itu,
"Kerajaan Yuan memiliki jalan masuk hanya dari selatan, dan di sini ada dua gerbang, gerbang barat dan gerbang timur, hanya gerbang barat yang bisa di masuki dengan pasukan banyak, kerajaan Wei memiliki 130 ribu pasukan, jika kita membantunya dengan 200 ribu pasukan perbatasan, maka kurang dari 35 hari ibukota kerajaan Yuan akan kita kuasai," ucap Panglima perang kekaisaran Qing, begitu mantap.
Semua orang mengangguk, termasuk Kaisar Qing, hanya Raja Wei Huancu yang terlihat sedikit ragu, namun tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka dengan kasar dan seorang wanita terlihat berusia 40 tahun masuk dengan wajah terangkat keatas.
Jubah yang di dominasi dengan warna merah dan perak terseret di lantai marmer ruangan itu, rambut nya di tertata rapi di bawah mahkota yang terlihat cukup berat, membuat nya terlihat berwibawa dan juga tiga kristal merah di keningnya menunjukkan jika dia bukanlah manusia sembarangan.
Semua orang di tempat itu hanya menunduk, hanya Kaisar Qing yang berani menatap sekaligus menikmati kecantikan dari wajah wanita itu.
"Penasehat Ming ini hanya perang kecil, anda tidak perlu turun tangan," ucap Kaisar Qing Gaoji.
Bibir sensual berwarna merah tua dari wanita itu hanya tersenyum sinis, wajah nya tetap di tegakkan, hanya bola matanya yang sedikit bergerak ke arah Kaisar Qing.
"Perang kecil? hahaha.... Jika menurut Yang Mulia seperti itu baiklah, silahkan saja serang gerbang barat, dan lihat lah, saat pasukan mu menginjakkan kaki melewati wilayah Kuil Suci Teratai Emas, maka saat itulah ajal kalian berdua akan tiba, dan tidak ada kekuatan sihir atau kultivator yang bisa menahan nya, jika kalian penasaran coba saja, bukan kah aku benar Raja Wei?" ucap Penasehat Ming, dan mendekati Raja Wei Huancu, membuat Raja itu begitu pucat dan hanya mengangguk.
sriiinggg......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!