...Kisah ini diambil disebuah pedesaan yang tak begitu jauh dari perkotaan. Suasana desa yang masih begitu asri dan jauh dari polusi. Pemandangan juga masih terlihat hijau terhampar luas....
...🔻🔻🔻🔻🔻🔻...
"Duh, Tolong lepaskan tanganmu mas." jerit Sofia yang merintih kesakitan akibat ulah Mahardika.
Dia adalah Sofia Larasati, gadis desa yang masih belia dengan usia yang masih belasan tahun. Tahun ini usianya genap 18 tahun, Ia yang baru saja lulus dari bangku sekolah menengah atas memutuskan untuk mengadu nasib dikota.
Tetapi malang usahanya di urungkan oleh kekasihnya yang bernama Mahardika Prasetyo, dia adalah kakak kelas dua tingkat lebih tua dari Sofia. Dirinya begitu mengagumi Sofia, hingga perasaannya tersebut mebutakan mata hatinya.
"Diam!. Kamu nggak perlu menjerit seperti itu, orang akan mendengarnya." Mahardika masih berupaya membekap mulut Sofia.
"Tolong lepaskan aku mas, sakit." Sofia terlihat kesakitan dan hatinya begitu gusar dengan perlakuan Mahardika.
"Aku bilang diam!." sentak Mahardika disebuah gubuk tua.
Kala itu matahari terlihat sedikit terbenam, sinarnya yang mulai meredup membuat sekelilingnya kehilangan kilaunya. Disebuah gubuk tua yang tak berpenghuni, Mahardika yang sudah dibutakan oleh perasaan sesatnya menarik tangan Sofia dengan begitu cepat untuk masuk ke dalam.
Hanya tumpukkan jerami yang menjadi saksi bisu diantara mereka berdua. Beberapa di antara petani saat itu sudah mulai terlihat untuk pulang meninggalkan ladang miliknya.
Dengan wajah yang sedikit berbeda dari biasanya ia memandangi Sofia penuh kegusaran dalam hatinya.
"Lepaskan tanganmu dari wajahku mas" suara Sofia yang sudah terlihat melemah ditengah cengkraman Mahardika.
"Tidak, kali ini aku tidak akan melepaskanmu lagi." ucap Mahardika.
Sofia hanya tertunduk lemas saat itu, ia menyadari bahwa sekencang apapun dirinya berteriak tidak akan ada seorang pun yang mendengarnya.
"Lakukanlah" tantang Sofia tanpa basa-basi.
Mahardika yang sedikit tertantang dengan ucapan Sofia lalu melancarkan aksinya, ia mendapati gadis didepannya kini sudah kalah telak tanpa perlawanan.
Dirinya kini sudah menguasai Sofia sepenuhnya, dan Sofia hanya diam saat mendapati Mahardika sedikit menaikkan tubuhnya.
Ini adalah kali pertama bagi mereka berdua melakukan hal yang tidak pantas.
"Mas, hentikan" mulut Sofia bergumam tak karuan.
Dalam suasana itu, kedua insan ini tak sengaja melakukan sebuah pengalaman pertama, yang kata orang itu adalah surganya dunia, untuk kali pertama Sofia dan Dika bersatu dalam raga, dalam hubungan yang belum memiliki ikatan itu, keduanya menikmati nya sebelum menikah. Ah pergaulan sekarang, dimana nafsu yang mengalahkan akal logika, dan akhirnya masa-masa muda itu yang akan dikorbankan.
"Mas! Kenapa semua ini harus terjadi." racau Sofia saat tubuh mereka begitu dekat. Namun, Dika tak memperdulikan nya, Ia pun tetap melanjutkan aktivitasnya agar lekas tercapai menuju puncak.
"Tolong berhenti, Mas! Berhenti!" Sofia merasa sedikit tidak nyaman dengan perlakuan Dika, bagaimana pun juga Ia merasa begitu berdosa telah terjerembab dalam kubangan dosa.
Mereka berdua terlihat membentangkan ke dua tangan sambil mengatur nafas yang seakan berlomba untuk memacu keluar dari dalam jantung.
"Aku pulang," sambil mengutip beberapa pakaian miliknya, Sofia nampak memakai pakaiannya dengan benar.
Ia pun terlihat membenarkan rambutnya yang sedikit tertempel oleh jerami dan acak-acakan.
"Maafkan aku." Mahardika terlihat setengah menyesal melakukan hal itu, tapi dirinya puas karena merasa berhasil memiliki Sofia seutuhnya.
Sofia melewati tubuh Mahardika begitu saja yang masih tergeletak dibeberapa tumpukan jerami saat itu. Dalam perjalanan ia pulang, dirinya menyalakan sebuah lampu senter kecil yang selalu ia bawa kemanapun. Saat dirinya sudah keluar dari area persawahan, dan menuju jalan setapak ke arah rumah kakek dan neneknya ia menjumpai pak kades beserta istrinya yang terlihat baru saja pulang dari masjid.
"Sof, dari mana kamu petang begini" terdengar suara Sumitra ibu dari Mahardika. Ia dikenal sebagai wanita paling penyabar didesa itu.
"Eh, pak buk. Sofia tadi disuruh si mbah untuk ambil daun tela buat masak hari ini." ucapnya dengan santun sambil membungkuk.
"Lain kali kamu bisa minta tolong sama Dika saja" Sumitra mempunyai panggilan khas tersendiri untuk putranya Mahardika.
Tanpa menimpali perkataan Sumitra, ia hanya tersenyum kecil pada ke duanya.
"Lah ndok, terus mana daunnya. Kok kamu nggak bawa apa-apa." tanya pak kades yang bernama Prasetyo.
"Anu e pak, tadi Sofia tergelincir waktu mau metik dipematang sawah. Jadi Sofia urungkan untuk mengambilnya." suaranya kikuk saat mencari alasan menutupi keadaannya.
"Kalau begitu ini untuk kamu saja ya. Salamkan untuk ke dua mbah kamu dirumah, hati-hati dijalan ini sudah gelap" ujar Sumitra yang memberikan beberapa bungkus nasi untuk Sofia.
"Terimakasih ya buk, ini Sofia terima. Semoga bapak sama ibuk selalu diberikan kesehatan dan umur panjang." Sofia selalu mendo'kan untuk semua orang yang sudah berbaik hati padanya.
"Aamiin" ucap barengan Sumitra dan suaminya.
Sofia pun nampak berjalan dan menjauhkan langkah kakinya pada Sumitra dan Prasetyo yang masih menunggu dirinya sedikit berjalan jauh. Saat mereka berdua sudah memastikan Sofia berjalan sedikit jauh, mereka pun terlihat meninggalkan tempat itu dengan segera.
"Assalamu'alaikum mbah, Sofia pulang" ucap Sofia santun di kedua hadapan kakek dan neneknya.
"Dari mana saja kamu, sudah petang begini baru pulang." tanya mbah uti yang masih terlihat mengenakan mukenah lengkap.
"Tadi Sofia dijalan nggak sengaja ketemu ibuk dan bapaknya Mahardika mbah. Dan Sofia diajak ngobrol cukup lama dengan mereka, lalu ini juga ada titipan dari mereka untuk si mbah." Sofia berupaya merubah alur pertanyaan si mbah.
"Untukmu apa untuk si mbah" ke dua kakek dan neneknya sering sekali bercanda dengan cucunya tersebut. Pasalnya mereka mengetahui bahwa Mahardika begitu menaruh harapan yang mendalam terhadap cucunya.
Maafkan Sofia ya mbah, kali ini Sofia tidak jujur dengan si mbah. penuh kesedihan Sofia menatap ke dua kakek neneknya yang berjalan ke arah sebuah kursi kayu untuk menyantap nasi tersebut.
"Cepetan mandi, nggak baik perawan mandinya gelap begini" perintah si mbah pada Sofia.
Langkah kakinya yang saat itu berjalan tiba-tiba terhenti saat mendengar perkataan si mbah yang menekankan kata-kata perawan dalam perintahnya. Rasanya ia kini tak pantas menyandang pernyataan tersebut, pasalnya Sofia baru saja kehilangan kesuciannya yang direnggut oleh Mahardika.
Tanpa menghiraukan perkataan si mbah, ia memasuki sebuah kamar mandi dengan ukuran yang tak terlalu besar. Hanya cukup untuk satu orang saja saat masuk kedalamnya. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia membasuh tubuhnya yang sudah ternoda itu dengan sebuah do'a yang terucap di bibirnya.
Ia berharap semua dosa besar yang dirinya lakukan hari ini dapat gugur dengan guyuran air mandi. Dirinya yang belum terlalu paham akan niat mandi wajib, hanya mengucapkan beberapa kalimat yang ia yakini benar adanya.
Guyuran air dalam gayung itupun membasahi sekujur tubuhnya dengan baik.
Hai guys, ini adalah karya ke tiga othor. Aku berharap semua karya recehku ini bisa menghibur kalian dari kepenatan dunia nyata ya. ❤️❤️❤️
🔻Jangan lupa tekan tombol ikuti agar kalian mendapatkan notif setiap harinya.
🔻Jangan lupa like , vote dan favoritnya juga yah.
🔻 Kalau mau kasih hadiah juga sangat diperbolehkan ❤️
🔻 Ditunggu komen yang membangun untuk karya othor.
Terimakasih
...Happy Reading guys, semoga kalian selalu menikmati alur ceritanya 🍂...
Di bawah cahaya lampu kamar yang tidak begitu terang, Sofia menangis sesenggukan sambil melipat ke dua kakinya. Ia menangis lirih agar tidak sampai terdengar kakek dan juga neneknya. Kali ini dirinya dibuat kehilangan semua semangatnya, wajahnya begitu sendu sambil menatap langit biru dibalik jendela kamarnya.
Ia begitu merindukan sosok ke dua orang tuanya saat ini, entah kenapa mereka lebih memilih meninggalkan Sofia untuk beradu nasib di perantauan. Ketimbang mengajaknya bersama dengan mereka, sudah sekitar 5 bulan lamanya dirinya tak pernah mendapatkan kabar tentang ke dua orang tuanya tersebut. Jangankan kabar, biaya untuk dirinya dan beserta kakek neneknya juga tak kunjung datang.
Malam itu, ia pun tertidur sambil menyandarkan tubuhnya ke sebuah bilik kamarnya yang terbuat dari bambu. Penat kenyataan hari ini pun harus ia terima dengan pahit dan berlapang dada. Malam hari itu berlalu dengan cepat, sampai pada akhirnya mentari pagi terlihat menyinari rerumputan dan dedaunan.
Sofia yang terbangun dari tidurnya, keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi saat itu. Ia tak mendapati si mbah pagi ini didapur, bahkan kakek juga terlihat duduk melamun di atas kursi kayu panjang milik mereka.
Dengan cepat Sofia pun membuka sebuah kaleng yang biasanya digunakan untuk menyimpan beras disana, terlihat kosong dan tak tersisa satu butirpun. Dia yang melihat kenyataan ketir itu, memutuskan untuk segera pergi keluar rumah untuk mencari sesuap nasi ataupun pekerjaan.
Langkah kakinya dengan penuh keyakinan beranjak dari rumah kecil itu, dan segera bergegas untuk pergi tanpa sepengetahuan kakek dan neneknya.
Ia menyusuri jalan panjang setapak, dan juga melalui pematangan sawah. Kali ini dirinya harus bangkit demi ke dua orang tua yang sudah sangat renta dirumahnya. Karena tanpa mereka meminta ataupun mengeluh pada Sofia, dirinya tau bahwa sekarang ini ia harus menggantikan posisi mereka sebagai tulang punggung.
"Neng ..." sapa bu Sumini yang hendak pergi ke ladangnya.
"Bu" sahut Sofia dengan sedikit menunjukkan tubuhnya dengan sopan.
Sofia terkenal sebagai gadis yang lemah lembut didesa itu, bahkan dengan paras ayunya tak sedikit membuat hati pria desa luluh denganya. Bahkan ia juga dijuluki sebagai bunga desa oleh beberapa orang disana. Desa tersebut bernama sendang biru yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani di ladang miliknya masing-masing.
Sofia pun tiba disebuah pangkalan ojek saat itu, jarak rumahnya dengan pangkalan tersebut cukup jauh. Memakan waktu sekitar 30 menit untuk sampai disana, ia pun memesan salah satu ojek tersebut untuk mengantarkan dirinya ke sebuah pasar tradisional yang berletak tak cukup jauh.
"Mang ojek satu" Sofia memanggil salah satu pemilik motor yang ia tunjuk.
Semua mata lelaki tertuju kepada dirinya saat itu, tak sedikit dari mereka sangat mengidolakan bunga desa satu ini.
"Apa kau belum tau, dia kan calon menantu pak kades" ucap salah seorang pria yang tengah duduk dibeberapa kerumanan orang.
"Ah, masa bodoh. Selama janur kuning belum melengkung, kau tau apa kan artinya. Lagi pula Mahardika itu kan suka main perempuan," ujar seloroh tukang ojek tersebut.
Sofia yang tak sengaja mendengar desas desus itu pun merasa sangat terluka, terlebih jika ia mengingat semua perlakuan Mahardika kemarin malam. Tetapi ia sangat menaruh kepercayaan penuh terhadap kekasihnya itu, bahkan sampai detik ini tak ada yang mampu menggoyahkan pendirian Sofia.
"Mau kemana mbak?" ucap Mahendra Laksmana yang biasa di sapa Hendra. Ia adalah pendatang baru didesa itu, dan dirinya sama sekali tak mengetahui seluk beluk tentang Sofia.
Mahendra Laksamana laki-laki yang berusia 26 tahun dengan tubuh tinggi dan berkulit putih adalah seorang mahasiswa tingkat akhir disebuah fakultas ternama dikota itu, ia meraih beasiswa saat masuk dalam fakultas tersebut. Dirinya juga berasal dari keluarga yang sederhana, sementara ke dua orang tuanya hanya seorang guru honorer didesa itu. Keadaan keluarga yang seperti itu, sama sekali tak menyurutkan rasa pantang menyerah yang berada dalam dirinya untuk terus mencicipi bangku kuliah yang lebih tinggi.
Sofia yang baru saja menjumpai dirinya dikampung ini, dengan santun memberikan sebuah sambutan kepada pemuda tersebut.
"Saya tidak pernah melihat akang dikampung ini, pasti akang pendatang baru disni. Terlihat dari logat bicaranya juga terdengar berbeda dengan warga sini. Semoga didesa ini akang betah ya"
Kebiasaan Mahendra yang sedikit cuek, hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan Sofia. Ia lantas memberikan sebuah helm ke arah Sofia dan segera mengantarkannya ke tempat tujuan. Di pertengahan jalan, tak terdengar satu patah katapun yang terucap dari bibir mereka berdua. ke duanya terlihat memilih untuk saling diam tanpa kata.
Sesampainya ditempat tujuan Sofia, Mahendra lalu menghentikan laju motornya dan berkata kepada Sofia "Sudah sampai mbak".
Sofia yang mendengar perkataan Mahendra lalu turun sambil melepaskan helm miliknya, ia pun lalu membayar Mahendra dengan sejumlah uang. Dirinya memberikan tarif yang sama kepada Sofia seperti tukang ojek lainnya.
"Makasih mbak" ucapnya datar, Sofia memberikan senyum pada pemuda tersebut sambil berjalan menuju ke dalam pasar.
Dipasar tersebut, Sofia yang biasanya membantu ibu Mahardika selalu diberikan beberapa upah untuk pekerjaannya. Tak ada pilihan lain bagi dirinya saat ini, hanya bisa mengandalkan pekerjaan ini sebagai mata pencahariannya.
Pasar tersebut terbagi menjadi 2 bagian, di tingkat pertama ruko tersebut di isi dengan pedagang baju sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Sementara di atas berisikan pedangang sayur, ikan dan lain sebagainya. Dipasar tersebut keluarga Mahendra memiliki beberapa ruko, salah satunya ruko yang dikelola oleh Sofia.
Ruko tersebut menjual beberapa pakaian wanita dan lelaki, dan masih banyak lagi pernak pernik didalamnya. Saat itu, Sofia yang membuka satu demi persatu ruko tersebut menjumpai Mahardika disalah satu ruko milik pakades.
Matanya tertuju pada seorang gadis yang berkulit putih dan memiliki rambut dengan panjang sebahu, ia terlihat berada dipangkuan Mahardika saat itu. Keduanya terlihat saling bermanja-manja disana, dan sesekali gadis tersebut merengkuh tubuh Mahardika. Sofia yang melihat itu dengan tidak sengaja menjatuhkan beberapa bendel kunci yang ada ditangannya.
Cringgg ...
Kunci terlihat berjatuhan kelantai, mendengar suara tersebut Mahardika di buat kaget dan segera menurunkan gadis tersebut dari pangkuannya.
"Sof ...sejak kapan kamu disitu. Kenapa tidak bilang mas dulu kalau mau buka ruko" cecar Mahardika yang mulai menyudutkan Sofia.
"Sejak kapan kamu yang mengatur semua ruko ini, aku hanya mendengarkan perintah dari ke dua orang tuamu mas!" timpal Sofia dengan sedikit gemetar.
"Aku adalah anak pemilik beberapa ruko disini, jadi kamu jangan berani lancang seperti itu" tuding Mahardika kepada Sofia yang tengah berdiri tak jauh darinya.
"Baiklah" patuh Sofia dengan nada sumabang menahan tangis.
Ia pun mulai teringat dengan ucapan beberapa lelaki dipangkalan ojek tadi, dan menggabungkan dengan semua yang ia saksikan hari ini. Mahardika terlihat berbeda kali ini, dirinya tak selembut dulu. Semenjak kejadian malam itu, Sofia sungguh dipandang hina oleh dirinya.
...❤️BONUS ❤️...
Ini adalah visualisasi dari sosok Sofia Larasati ya, sambil membaca kelanjutan kisahnya ada baiknya menghalu juga pameran utamanya. 🤗
Jika terdapat kesamaan nama tokoh dan tempat, itu semua hanyalah khayalan othor semata yah 😘🙏
...----------------...
Hai guys, ini adalah karya ke tiga othor. Aku berharap semua karya recehku ini bisa menghibur kalian dari kepenatan dunia nyata ya. ❤️❤️❤️
🔻Jangan lupa tekan tombol ikuti agar kalian mendapatkan notif setiap harinya.
🔻Jangan lupa like , vote dan favoritnya juga yah.
🔻 Kalau mau kasih hadiah juga sangat diperbolehkan ❤️
🔻 Ditunggu komen yang membangun untuk karya othor.
Terimakasih
...Happy Reading guys, semoga kalian selalu menikmati alur ceritanya 💦...
"Cepat pergi dari sini, bentak Mahardika kepada Gendhis suciawati.
Ia adalah gadis yang seumuran dengan Mahardika, mereka berdua adalah teman sekelas saat masih duduk di bangku sekolah. Tekad Gendhis untuk memiliki Mahardika sudah tertanam jauh sebelum Mahardika dekat dengan Sofia.
Dirinya hanya menatap sinis Sofia yang masih saja berdiri disana. Kemudia berlalu dari hadapan mereka berdua dengan sesegera mungkin.
Dukk ...
Gendhis sengaja menabrak sebagian tubuh Sofia. Tubuh Sofia sedikit tesentak beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Meskipun dirinya mendapati perilaku buruk dari teman perempuan Mahardika, ia tidak membalas dengan keburukan.
"Aku kesini cuma ingin antar kunci-kunci ini mas" ucapanya yang masih begitu lembut kepada Dika.
"Hmm" sahutnya sedikit kesal.
Sofia pun berbalik dari tempat itu untuk menuju salah satu ruko yang akan ia jaga hari ini. Tak terlihat jauh berbeda suasana pasar saat itu masih ramai pengunjung.
Entah ada apa dengan hari ini, dirinya tak mendapati satu pun pelanggan sampai sore hari tiba. Ia lalu memutuskan untuk segera menutup ruko tersebut, karena hari sudah mulai petang. Seperti biasanya, saat dirinya hendak pulang ke dua orang tua Mahardika pun datang untuk menyambangi setiap ruko milik mereka.
"Gimana hari ini ndok?" tanya Prasetyo pada Sofia.
"Nggeh pak, maaf hari ini tidak ada pembeli satupun" dengan badan yang sedikit menunduk ia menyampaikan keadaan toko saat itu.
Seperti biasa, mau bagaimanapun keadaan toko ataupun pendapatan toko ke dua orang tua Mahardika tidak pernah memarahi dirinya. Ke dua orang tua Mahardika ini begitu sayang dengan Sofia yang sudah dianggap seperti putrinya sendiri.
"Namanya juga dagang, kadang sepi kadang juga rame ndok. Yasudah kamu cepet pulang, ini titip untuk si mbah dirumah" ujarnya sambil memberikan beberapa sembako untuk Sofia.
"Saya terima nggeh pak, buk. Hanya Allah saja yang dapat membalas semua kebaikan ini" jelas Sofia sambil menggendong beberapa sembako itu.
"Dan ini, adalah gaji kamu bulan ini Sof" Sumitra terlihat mengulurkan sebuah amplop putih kecil.
"Alhamdulillah terimakasih banyak buk, Alhamdulillah" ucapnya penuh syukur dengan semua kenikmatan yang ia terima hari ini.
Ke dua orang tua Mahardika sangat salut dengan Sofia, pasalnya mereka berdua mengagumi gadis cantik tersebut dari dulu. Meskipun dirinya terlahir dari keluarga yang dibilang jauh dari kata cukup, ia tak pernah gentar dalam menghadapi keadaan. Rasa syukurnya begitu besar atas segala nikmat yang ia terima.
"Dik, tolong antarkan pulang Sofia" pinta Sumitra terhadap putranya.
"Jangan nggeh buk, hari ini Dika ada janji dengan teman," ujar Dika tengah berkelit mencari alasan agar tak mengantarkan Sofia pulang.
"Ndak perlu buk, Sofia tadi sudah pesan ojek dibawah." Sofia membantu menutupi kebohongan Dika.
Mahardika hanya mendengus kesal saat mendapati Sofia malah terlihat cuek. Dengan senyum mengembang di kedua pipinya, ia pun berpamitan kepada ke dua orang tua Mahardika yang tak lain adalah juragan pemilik kios tersebut.
Dirinya terlihat menuruni anak tangga dengan begitu berhati-hati, jalanan yang sedikit becek dengan kubangan air dibeberapa jalan yang berlubang membuatnya berjalan dengan sedikit berjinjit untuk menghindari air.
Tak disangka dirinya disana menjumpai Mahendra yang baru saja menurunkan seorang penumpang. Ia hanya melihat ke arah Mahendra tanpa memanggilnya, dan Mahendra yang menyadari kehadiran Sofia ia lalu menawarkan jasanya pada Sofia.
"Mbak, ojek?" tanyanya singkat.
Sofia hanya menggeleng tanpa bersuara, Mahendra yang kebingungan dengan jawaban Sofia lalu memastikan sekali lagi dengan pertanyaan yang sama.
"Ojek mbak?, nggak mau pulang hari ini." tanyanya dengan sedikit penasaran.
Kali ini Sofia menyambut pertanyaan Mahendra.
"Endak mas, saya jalan saja pulangnya" tutur Sofia yang berada tepat didepan motornya.
Ia sadar betul harus menghemat pengeluaran yang sekiranya tidak terlalu penting untuk dirinya keluarkan. Karena uang hasil jerih payahnya kali ini harus cukup sampai bulan berikutnya.
"Kali ini gratis, ayo naik mbak" tutur Mahendra yang sudah mengira bahwa Sofia tidak memiliki cukup uang.
"Benarkah?" Sofia masih tak percaya dengan penawaran gratis ini.
"Iya, anggap saja ini adalah promo dari saya sebagai pelanggan baru" Mahendra mencoba menutupi niat baiknya dengan sedikit alasan.
Sofia menyambut penuh suka cita tawaran itu, kali ini dirinya tak perlu bersusah payah menempuh jalan yang begitu jauh untuk sampai dirumah. Siapa sangka dipertengahan jalan, mereka menjumpai Mahardika yang tengah berboncengan dengan Gendhis.
Dirinya kali ini dibuat marah dengan ulah Mahardika yang semakin tak memperdulikan ia lagi.
Bugh ... Kresek
Suara pukulan Sofia melayang diatas tumpukan sembako yang berada di pangkuannya. Mahendra yang terkejut mendengar suara itu lalu menghentikan laju motornya dengan tiba-tiba. Ia menoleh ke arah belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang terjatuh.
"Mbak, suara apa tadi?" tanya Mahendra kebingungan.
"Angin" kali ini nada kesal Sofia tak dapat lagi ditutupi dengan baik.
Mahendra terlihat bingung mendengar jawaban itu dan memutuskan untuk segera memacu motor miliknya. Tak cukup lama akhirnya mereka sampai didepan perempatan tugu desa, dibawah sinar lampu yang remang-remang ia terlihat menurunkan Sofia disana.
"Saya balik dulu ya mbak?" ujarnya pada Sofia kala itu.
"Terimakasih ya mas" sahut Sofia yang mengucapkan rasa terimakasih pada pemuda tersebut.
Saat dirinya memutar balikkan motornya, terlihat sinar motor dari kejauhan yang mencoba mendekat ke arahnya.
Braaakkk
Motor Mahendra ditabrak oleh motor Mahardika saat itu juga, tubuh Mahendra tersungkur ke tanah. Sofia yang mendapati hal itu berlari untuk menolong Mahendra disana.
Dengan perasaan kaget, Mahendra mencoba berdiri dengan tubuh yang baru saja tertimpa motor miliknya.
"Siapa kamu, sampai bersikap seperti ini dengan saya?" tanya Mahendra dengan nada kesal.
"Kamu baru didesa ini kan?, jadi jangan berlagak sok jagoan disni. Ada hubungan apa kamu dengan gadis ini." tanya Mahardika dengan bringas.
Mahendra lalu menoleh ke arah Sofia yang berdiri tegap disampingnya, ia mencoba mengingat semua ucapan teman mangkalnya siang tadi.
Flashback
Hen, kamu nih jangan dekat-dekat dengan bunga desa kita. Iya Sofia, dia itu bunga desa kita. Dan kamu tau? dia adalah calon menantu pak kades, anaknya Mahendra sudah lama berpacaran dengan Sofia. Jadi ada baiknya kamu cari aman saja, karena Mahendra sedikit gila jika ada yang berani mendekati Sofia.
"Jadi kamu Mahardika?" tanyanya sambil memegangi salah satu kakinya yang mengeluarkan darah.
"Aha ... pintar juga rupanya kamu. Orang desa sini kenal semua denganku, termasuk dirimu sekarang" jawab Mahardika penuh arogan.
Seakan tak percaya dengan kenyataan ini, apa benar jika lelaki seperti ini dapat meluluhkan hati bunga desa ini dengan begitu mudah.
...----------------...
Hai guys, ini adalah karya ke tiga othor. Aku berharap semua karya recehku ini bisa menghibur kalian dari kepenatan dunia nyata ya. ❤️❤️❤️
🔻Jangan lupa tekan tombol ikuti agar kalian mendapatkan notif setiap harinya.
🔻Jangan lupa like , vote dan favoritnya juga yah.
🔻 Kalau mau kasih hadiah juga sangat diperbolehkan ❤️
🔻 Ditunggu komen yang membangun untuk karya othor.
Terimakasih
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!