Dalam sebuah gedung dengan dikelilingi lampu lampu yang begitu terang, serta dentuman musik yang membuat siapa saja akan berjoget.
Dum... Dum... Dum.
"Goyang terus, Megan," teriaknya.
"Asiap," timpal Megan.
Dua wanita itu tampak heboh dengan goyangannya mengikuti alunan musik yang begitu keras memenuhi bangunan itu.
Begitu banyak orang yang sedang berjoget dengan mengangkat gelas atau botol berisikan alkohol.
"Woy, Freya! kita duduk dulu. Gue cape," ucap Megan.
"Ok."
Mereka berdua pun duduk di sebuah sofa panjang dengan mengelap keringatnya karena lelah dan pengap.
"Lo nggak minum ini?" tunjuk Freya pada gelas yang sedang ia pegang.
"Untuk hari ini enggak dulu soalnya ada nyokap di rumah," tolak Megan.
Megan Natalie, biasa di panggil Megan. Parasnya yang cantik membuat semua pria jatuh hati padanya. Umur 20 tahun dan sedang kuliah jurusan manajemen perkantoran. Hobi nya adalah dance dan suka dengan balapan motor.
Freya Arabella, biasa di panggil Freya. Parasnya sama sama cantik seperti Megan, hanya saja Freya lebih pintar daripada Megan yang otak nya rata rata.
Umur 20 tahun dan satu jurusan dengan Megan. Hobinya sama seperti Megan, karena mereka sahabat sejati.
"Ah, ga asik lo. Kalo main ke sini ga minum tuh rasanya ga afdol tau," celetuk Freya dengan menyodorkan gelasnya pada Megan.
Terpaksa! Megan pun mengambil gelas dari tangan Freya dan meminum nya sampai tandas, setelah itu Megan mengambil permen dari dalam tas nya.
Ini adalah cara untuk menghilangkan bau alkohol meskipun tidak permanen hilangnya, namun mampu menyamarkan bau nya.
"Cabut, yo!" ajak Megan.
"Jam berapa ini, Bestie?" tanya Freya dengan melihat jam tangannya.
"Astaga, baru juga jam 22.00. Nanti lah pulangnya masih seru tau," lanjutnya.
"Gila lo! Kalo ga ada nyokap di rumah sih gapapa masalahnya ini ada nyokap di rumah, bisa bisa di amuk gue." ucap Megan dengan menyambar tas nya.
"10 menit lagi, lo tunggu di sini. Gue mau joget lagi," ucap Freya dan kembali berjoget di tengah tengah kerumunan.
"Ah, ****! untung sahabat, coba kalo bukan. Udah gue mut*l*si lo," umpat Megan dengan menyandarkan badan nya ke sofa.
Setelah 10 menit menunggu Megan pun langsung berdiri dari duduknya dan mencari cari keberadaan Freya. Megan mencoba untuk masuk ke dalam kerumunan orang orang yang sedang berjoget itu dan, bugh!
"Aw," ringis nya dengan memegang sikut nya.
"Sorry," ucapnya dan berlalu pergi.
"Setan, bukan nya bantuin malah pergi gitu aja," umpat Megan ketika melihat laki laki itu pergi menaiki tangga yang menuju lantai dua.
"Woy, ngapain lo guling-guling di situ?" teriak Freya tepat di telinga Megan.
"Gundulmu! Lo ga lihat apa gue jatuh?" Megan segera berdiri dengan di bantu Freya.
"Haha, kagak. Ayo, balik!" ajak Freya.
Sangat di sayangkan, padahal Freya ingin berlama lama di bar ini. Tapi Freya tau bahwa sahabat nya ini tidak bisa lama di tempat seperti ini kecuali jika orang tuanya sedang dinas ke luar kota.
***
"Ok, makasih ya bestie." Ucap Megan yang ketika sudah sampai di depan rumahnya, dan menutup pintu mobil milik Freya.
Tangannya sempat ragu ketika akan memegang gagang pintu. Namun dengan mantap, Megan membuka pintu rumahnya dan melihat sosok mamanya yang sudah berdiri di depan pintu dengan melipatkan kedua tangannya di dada.
"Bagus ya, anak perempuan keliaran malam malam dengan pakaian kurang bahan." ucap Rayana dengan menatap tajam pada sang anak.
'Aduh, gue lupa ganti lagi.' batin Megan ketika sadar dia masih memakai baju ****.
"Tadi kamu berangkat pake baju tertutup sekarang kenapa pake baju kurang bahan kaya gini?" murka Rayana.
'Aduh, abis udah gue.' batin Megan pasrah.
"Habis dari mana kamu?" tanya Rayana dengan sedikit meninggikan suaranya.
"Main, mah." jawab Megan.
"Main apa sampe pake baju kaya gini hah?"
"Ya main, makan malam sama temen."
"Bohong, kamu pasti abis dari bar kan?"
"Enggak mah suer," ucap Megan dengan mengacungkan dua jari.
Rayana adalah sosok ibu sekaligus ayah untuknya. Ayah Megan sudah lama meninggal ketika Megan berumur 4 tahun. Rayana lebih memilih untuk melajang kembali dengan alasan bahwa dirinya tidak mau menemukan orang yang salah untuk dirinya maupun Megan.
"Makin lama makin susah di atur ya kamu," ucap Rayana yang tampak nya sangat marah.
"Masuk ke kamar!" perintah Rayana.
"Selamat malam," ucap nya dengan senyum manis.
Meskipun Rayana marah, Megan sama sekali tidak mempermasalahkan itu. Megan tau dirinya pun salah karena telah membohongi Rayana.
Rayana adalah sosok orang yang sangat taat akan agama, bahkan dirinya pun memakai hijab sebagai pelindung dari pandangan lelaki yang bukan muhrimnya.
"Astaghfirullah," ucap Rayana dengan memejamkan matanya sembari mengingat Megan yang menggunakan baju kurang bahan.
"Mamah harus gimana lagi nak supaya kamu taat sama agama," gumam Rayana.
***
Pukul 04:40.
"Megan, bangun! Ini udah jam berapa?" ucap Rayana dengan menggoyangkan badan Megan yang masih menggunakan selimut tebal.
"Hmm,"
"Cepat bangun sholat subuh dulu!"
"Mamah apaan sih, ganggu tau ga."
"Cepat sholat dulu, nanti baru tidur lagi!" perintah Rayana dan segera keluar dari kamar Megan.
Megan sama sekali tidak memperdulikan ucapan Rayana dan lebih memilih untuk tidur kembali dan melanjutkan mimpi indah nya.
Pukul 05:50.
"Astaghfirullah Megan! Mamah kan tadi suruh sholat kenapa masih tidur," ucap Rayana yang tau kalau Megan belum melaksanakan sholat subuh.
"Mamah ih berisik!" bentak Megan dan kembali menutup wajahnya menggunakan selimut.
"Astaghfirullah," ucap Rayana yang sudah tidak tahu harus bagaimana lagi dengan anak nya ini.
"Iya iya, Megan bangun nih." ucap Megan yang tidak mau membuat mamah nya lebih marah.
"Betul ya," ucap Rayana dan segera keluar dari kamar Megan.
"Ribet banget deh sumpah," gumam megan.
Megan pun menyambar ponsel nya dan berjalan ke arah kamar mandi. Megan pun menyalakan kran air dan duduk di kloset dengan memainkan ponsel nya.
Begitulah Megan dia hanya berpura pura mengiyakan ucapan Rayana agar mamah nya itu bisa diam dan tidak cerewet.
Setelah beberapa menit lama nya, Megan pun keluar dengan balutan handuk di badan nya. Megan duduk di kursi rias nya dan mulai menyalakan pengering rambut.
Itulah kebiasaan Megan, bukannya langsung memakai baju dia malah berlama lama di cermin dengan masih menggunakan balutan handuk.
***
Trak
Rayana mulai menyimpan masakan yang sudah matang ke atas meja dengan menunggu anaknya itu turun dari kamarnya.
Megan pun menuruni anak tangga dengan membenarkan kerah bajunya.
"Mamah masak apa?" tanya Megan.
"Ayam kecap kesukaan kamu," jawabnya.
"Enak ga nih?" tanya Megan meragukan.
"Enak dong."
Ok! Kali ini Megan akan percaya dengan apa yang di katakan mamahnya. Semoga saja masakannya kali ini benar enak, tidak seperti biasanya ketika masak rasanya selalu aneh.
Megan pun mulai menicipi masakan mamahnya itu dengan raut wajahnya yang tidak bisa di artikan.
"Mah, kayanya mamah harus belajar masak sama cef Renata deh," ucap Megan dengan meminum air.
"Loh kenapa, ga enak lagi?" tanya Rayana.
"Harusnya mamah panggil aku aja kalo mau masak, kan mubazir ini jadinya," ucap Megan dengan melihat berbagai menu masakan yang sama sekali tidak enak di lidah.
"Tapi ini enak kok."
"Lidah mamah bermasalah," celetuk Megan dan segera melenggang pergi.
"Heh kamu belum salim!" teriak Rayana.
Megan pun langsung membalikan badannya dan menyalami tangan mamahnya itu.
***
"Hay, Bestie." panggil Freya.
"Hay," jawab Megan dengan tersenyum.
"Gimana kemarin, aman ga?" tanya Freya.
"Aman kok."
"Bagus deh, nanti pulang ngampus nongkrong yuk?" ajak Freya.
"Dimana?" tanya Megan.
"Biasa, tempat favorit kita. Sekalian lihat ayang," ucap nya dengan menaik turunkan alis.
"Dasar budak cinta," ucap Megan dengan menyunggingkan bibir nya.
"Ye, namanya juga cinta. Nanti juga pasti lo bakal kaya gitu,"
"Nggak akan!" ucap Megan dan berdiri dari duduknya.
"Mau kemana woy?" tanya Freya dengan suara cempreng nya.
"Masuk kelas jir, udah jam berapa ini?"
"Oalah, iya gue lupa."
Keduanya pun mengobrol sambil berjalan, dengan sesekali tertawa kecil tanpa memperhatikan jalannya.
Bugh!
Bahu Megan tak sengaja bertabrakan dengan bahu seseorang.
"Sorry." ucap Megan acuh dengan melanjutkan ngobrolnya tanpa menghiraukan rasa sakit dibahunya
Sedangkan yang ditabrak hanya menatap punggung Megan dengan tatapan yang sulit diartikan.
***
"Sayang, semangat ya." ucap Freya pada sang pacar dengan senyuman lebar.
Yang disemangati pun hanya tersenyum dengan membentuk hati menggunakan jari-jari nya.
"Ah. Jadi makin cinta gue," ucap nya sembari malu-malu.
"Gila." gumam Megan dengan terkekeh.
"Eh Megan, itu yang pake helm terus siapa sih? Kok dari tadi nggak mau dibuka," tunjuk Freya pada salah satu peserta yang mengikuti balapan.
"Mana gue tau."
"Atau jangan jangan wajah nya jelek." tebak Freya.
"Mungkin," ucap Megan dengan menatap peserta lain nya.
"Atau mungkin wajah nya terlalu tampan," ucap Freya kembali menebak.
"Mungkin juga," jawab Megan dengan malas.
"Oh gue tau nih, jangan jangan itu orang nggak mau wajahnya dikenali banyak orang,"
Megan yang sudah malas menanggapi pun lebih memilih untuk diam dan memainkan ponselnya.
Freya pun langsung mengalihkan pandangannya menjadi menatap Megan dengan tatapan kesal.
Pasalnya Megan hanya fokus pada handphonenya tanpa melihat ke arah dimana Freya menunjuk.
"Satu, dua, tiga."
Syuuu....
Motor itu pun langsung melesat begitu cepat sehingga membuat mata tertuju pada motor itu.
"Ayo sayang, semangat!" teriak freya.
"Alay," gumam Megan dengan melihat semua motor yang sudah melaju.
"Kali ini taruhannya apa?" tanya Megan.
"Kali ini ga ada taruhan, cuman buat pemanasan aja."
"What!"
"Kenapa?" tanya Freya.
"Ga seru dong," ucap Megan.
"Emang ga seru, tapi ya udah lah gapapa" ucap Freya yang masih fokus pada sang ke kasih yang sudah jauh di depan sana.
Drt drt...
Pesan
Rayana: mamah ada urusan di Jogja, kamu jangan pulang malam malam ya.
Megan: mau ngapain?
Rayana: bisnis baru mamah.
Megan: hati hati, kalo udah sampe kabarin ya?
Rayana: iya sayang.
"Yes," gumam Megan yang tampak sangat senang.
Kenapa senang? Karena Megan bisa bebas pulang jam berapa saja dan memakai baju apa saja yang dia suka.
"Kenapa lo, seneng bener mukanya?" tanya Freya.
"Gapapa," jawab Megan singkat.
Finish.
Satu persatu motor itu pun menghentikan laju nya. Semua mata tertuju pada motor ninja milik seseorang yang tidak mau membuka helm nya.
"Selamat untuk pria tampan yang tidak mau menyebutkan namanya," ucap seorang wanita **** dengan memberikan satu tangkai bunga mawar.
"Thanks," ucapnya dan segera melajukan motornya.
"Sombong bener," cibir Megan ketika melihat pria itu sudah pergi.
"Woy, Siska. Dia siapa sih?" tanya Megan penasaran
"Ga tau, dari awal ikutan sampe sekarang ga pernah nampakin mukanya, bahkan irit bicara," jelas Siska selaku juri di balapan motor kali ini.
"Jadi penasaran gue sama itu orang," gumam Megan.
"Megan!" panggil seseorang.
Megan pun langsung menolehkan kepalanya ke asal suara.
"Hay, Rik."
"Kenapa ga balas pesan gue?" tanya Riko dengan duduk di sebelah Megan.
"Lagi malas balas chat," jawab nya.
"Banyak alasan lo," ucap nya.
"Lah emang bener kok."
"Besok lo ada waktu ga?" tanya Riko.
"Kayanya ga ada deh Rik, gue ada banyak tugas," jelas Megan yang sebenarnya sedang menghindari Riko.
"Sibuk mulu."
"Gue kan emang orang yang sibuk," ucap nya dengan terkekeh.
Riko Sebastian, biasa di panggil Riko. Umur 22 dan sebentar lagi akan lulus tinggal menunggu sidang skripsi.
Sudah lama Riko menyukai Megan yang notaben nya adalah primanoda anak manajemen, namun Megan selalu menolak perasaan Riko dengan alasan bahwa dirinya tidak ingin pacaran.
"Haha so sibuk banget sumpah." keduanya pun sama sama terkekeh.
***
Pukul 22:15.
Megan dan Freya sedang duduk di sebuah cafe dengan menikmati makanan ringan.
"Mau sampe kapan lo ngehindar dari Riko?" tanya Freya secara tiba tiba.
"Maksud lo?" timpal Megan pura pura tak tahu.
"Gue tau lo itu lagi ngehindar dari Riko, iya kan?"
"So tau lo."
"Haha ketahuan muka lo. Jelas banget kalo lo itu lagi ngehindar dari Riko," ucap Freya dengan terkekeh.
"Bodo ah" tandas Megan dengan meminum jus nya.
***
Hari ini Megan tidak menggunakan pakaian kemeja karena sekarang tidak ada dosen yang masuk dimatkulnya. Alhasil Megan memilih untuk latihan dance bersama dengan Freya dan teman yang lainnya.
Ketika sudah sampai dikampus, Megan dan Freya lebih memilih untuk langsung pergi keruang dance.
Keduanya pun sama sama melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan aktifitasnya.
Musik pun mulai dimainkan sehingga membuat keduanya menari-nari dengan sangat lincah.
Karena merasa gerah, Megan pun mengangkat baju nya sehingga menampakkan perut rata yang mulus dan putih itu.
Seseorang yang sedang memperhatikan Megan pun mendadak memalingkan wajah nya dengan menyebut, "astaghfirullahhalazim."
"Kenapa di buka sih," keluahnya dengan menundukkan kepala.
"Eh kakak presiden, lagi apa kak di situ?" tanya seseorang yang membuatnya terkejut.
"Hmm gapapa," jawabnya dan segera melenggang pergi.
"Eh. kenapa sih," gumam nya bingung.
"Woy, kalian tau ga?" tanya nya dengan heboh ketika baru masuk ke ruang dance.
"Apaan?" tanya Freya.
"Si kakak presiden tadi berdiri di ruang dance loh," ucap nya.
"Kakak presiden, maksud lo siapa?" tanya Freya.
"Melvin tenggara, kalian ga tau dia?" tanya Elsa dengan memandangi keduanya.
"Kagak, emang dia siapa?" tanya Megan yang masih saja menari nari.
"Dia kan presiden nya para mahasiswa dan mahasiswi."
"Ohh, emang kenapa?" celetuk Freya dengan polos.
"Itukan hal yang sangat langka, seorang presiden mahasiswa berdiri di depan pintu kaca ini," ucap Elsa dengan menunjuk pintu kaca.
"Ganteng ga?" tanya Freya.
"Banget, kaya oppa oppa Korea." ucapnya dengan tersenyum lebar.
"Semua aja lo sebut ganteng," pungkas Megan dengan merebahkan dirinya dilantai.
"Melvin tenggara," gumam Megan.
"Gue baru denger itu nama," ujar Megan.
"Sama gue juga," ungkap Freya.
"Astaghfirullah, kalian ini berdosa banget."
Setelah selesai melakukan kegiatannya dikampus, keduanya pun berjalan menuju parkiran tempat kendaraan mereka terparkir.
"Cus ke bar kita," ucap Megan dengan sangat antusias.
Keduanya pun melaju menuju bar favorit. Tanpa ragu ragu Megan dan Freya memesan 2 botol wine sekaligus.
"Akh. Enak banget," kata Freya yang sudah pro soal minuman seperti ini.
Freya pun mengajak Megan untuk berjoget bersamanya namun Megan menolak dan lebih memilih untuk duduk dengan santai disofa.
Karena lelah dan merasa pusing, Megan mencoba menyandarkan kepalanya disofa dengan satu tangannya yang menutupi matanya.
Tiba tiba saja seseorang menutupi tubuh Megan menggunakan jaket kulit dan berlalu pergi.
Megan pun langsung membuka matanya ketika benda hangat menempel ditubuhnya, matanya mengerjap beberapa kali untuk melihat benda apa yang menempel ditubuh nya.
"Jaket." gumamnya dengan melihat sekeliling.
"Siapa yang ngasih gue jaket?" tanyanya dengan terus mencari sosok orang yang memberikannya jaket.
"Ah bodo amat," sambungnya dan tetap memakai jaket itu karena dirinya merasa nyaman.
Sudah sekitar pukul 11 malam Freya pun menghampiri Megan yang tertidur disofa dan mengajaknya untuk pulang.
Malam itu Megan mabuk berat sampai sampai dia menyewa supir untuk mengantarnya pulang.
Megan pun langsung merebahkan dirinya diranjang dan terlelap begitu saja.
Seseorang yang baru saja mengikuti Megan pun hanya menatap lantai dua kamar Megan yang lampunya baru saja dimatikan.
Berarti dia sudah tidur! Ketika tugasnya selesai, pria itu pun kembali melajukan motor nya.
Sebenarnya laki laki itu sedari tadi menunggu Megan diluar bar dengan kawanannya, hanya Megan tidak menyadarinya.
***
Keesokan harinya, Rayana sudah kembali pulang tanpa sepengetahuan Megan. Ketika Rayana masuk ke dalam kamar Megan, Rayana bisa menebak jika anaknya ini habis pergi kebar dan meminum alkohol.
Sudah lelah rasanya Rayana berbaik hati kepada anaknya ini, di kasih hati malah minta jantung, begitu pikirnya.
Rayana pun pergi kekamar mandi dan mengambil sedikit air.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap Rayana dan langsung menuangkan air itu ke wajah Megan.
"Aaaa, hujan!" teriak Megan dan langsung bangun dari tidur nya.
"Iya hujan, hujan ini." ucap Rayana kesal.
"Mamah!"
"Apa hah, mau marah?"
"Kenapa mamah siram Megan, kalo mau siram ya siram bunga bukan muka aku." ucap Megan dengan mengelap wajahnya.
"Kenapa nggak suka?"
"Mamah kenapa pulang nggak ngasih tau?"
"Hmm bagus ya anak gadis, pulang malam habis dari bar, minum minum lagi. Harus berapa kali mamah bilang sama kamu Megan, jangan sentuh minuman haram".
"Mah, di botol wine itu nggak ada tulisan haramnya. Lagipula itukan anggur," sahut Megan.
Sepertinya Rayana terlalu baik hati pada megan, sampai sampai Megan bisa melawan ucapannya.
Rayana pun langsung mengangkat satu tangannya dan mulai memukuli Megan begitu kuat.
"Aw sakit mah!" teriak Megan dengan berlari kesana kemari.
"Sini kamu!"
"Mamah apaan sih, jangan main pukul dong."
"Omongan mamah udah ga mempan di telinga kamu, jadi tangan mamah yang bakal bicara," marahnya dengan terus memukuli Megan.
Nafas Rayana menjadi tak beraturan, anaknya ini sudah sukses membuatnya naik darah. Sudah seringkali Rayana menegurnya dengan ucapan namun masih saja Megan melakukannya.
"Cepat mandi, dan kita kerumah calon kamu." ucap Rayana dengan menunjuk kamar mandi.
"Calon, maksud mamah apa?" tanya Megan yang tak mengerti.
"Calon suami kamu, omongan mamah udah nggak pernah kamu dengerin. Ini jalan satu satunya supaya kamu bisa jadi anak yang lebih baik," jelas Rayana dengan berkecak pinggang.
"Mah!" marah Megan yang tak terima dengan ucapan mamahnya.
"Kenapa mamah nggak bilang sama Megan. Megan nggak mau dijodohin mah!" lanjut nya.
"Mamah nggak mau tau, kamu harus nurut!" tekan Rayana.
"Aku masih kuliah mah. Aku masih punya cita cita, aku punya impian, aku juga mau milih calon suami aku sendiri, aku nggak mau di jodohin dengan orang yang nggak aku kenal!"
"Cinta itu belakangan," ujar Rayana.
"Mah, mana bisa! Aku nggak bisa nikah sama orang yang nggak aku cintai. Megan juga udah punya pacar," terangnya.
"Pacar? Jangan ngelucu deh. Dikiranya mamah bodoh apa," ucap Rayana.
"Mah aku nggak bohong," desak Megan berusaha meyakinkan.
"Mamah tetap nggak percaya," tandas Rayana.
Megan tidak tahu harus berkata apa lagi. Megan tidak tahu jika takdirnya harus seperti ini, Megan masih sangat muda jika dirinya harus menikah.
Dunia bebasnya akan terhalang oleh ikatan pernikahan. Ini sungguh bukan yang diinginkan oleh Megan.
Dijodohkan dengan orang yang tidak dia kenal, menikah tanpa cinta, setelah itu harus tidur berdua dengan orang asing. Sumpah demi apa itu bukan hal yang diinginkan Megan.
"Sekarang cepat kamu siap-siap, pake baju yang sopan, karena keluarga mereka adalah orang yang taat akan agama," jelas Rayana dan melenggang pergi dari kamar Megan.
"Apa lagi ini Tuhan," ucap Megan frustasi dengan memukul-mukul angin.
Rasanya Megan ingin kabur saja dari rumah ini, tapi Megan berpikir jauh. Jika dia kabur dan meninggalkan mamahnya sendiri, itu sama saja seperti bunuh diri. Rayana adalah hati sekaligus jantung bagi Megan. Dirinya tidak akan bisa hidup tanpa seorang Rayana.
1 jam lamanya Megan kerkulat di kamarnya. Hidupnya mendadak tidak ada semangat dan seperti tidak ada cahaya matahari yang menyinari jiwanya, padahal di luar langit begitu cerah.
Megan pun berdiri dari duduknya dan menatap pantulan dirinya dicermin. Baju yang dia kenakan adalah Hoodie berwarna hitam polos dan celana jeans berwarna hitam serta menggunakan sepatu sneaker.
Bodoamat! Begitu pikir Megan. Dirinya sama sekali tidak peduli dengan penampilannya kali ini, karena tujuannya juga adalah ingin membuat keluarga si pria tidak menyukainya.
"Hehe." tawa Megan penuh arti.
Megan pun langsung keluar kamarnya dan menuruni anak tangga. Rayana yang melihat itu pun hanya tersenyum.
'Kenapa malah senyum? Harusnya komen dong sama pakaian yang gue pake.' batin Megan heran.
"Yuk. kita langsung berangkat aja," ujar Rayana dengan menggandeng tangan Megan begitu erat.
'Perasaan gue nggak enak nih, apa gue loncat keluar aja ya.' batin Megan ketika dirinya sudah berada didalam mobil.
Di sepanjang jalan tak henti hentinya Megan berdoa agar dirinya tidak di terima oleh keluarga pria.
"Mah, Megan janji bakal ngelakuin apapun yang mamah suruh. Tapi kita pulang aja ya, kita nggak usah ketempat mereka." desaknya dengan membujuk.
"Enggak mau!" tolak Rayana.
"Mah, Megan janji...."
"Enggak Megan, mamah nggak bisa percaya sama kamu lagi," tegas Rayana yang sukses membuat Megan diam.
Ketika sudah sampai, Megan enggan turun dari dalam mobil. Alhasil Rayana menyeret tubuh Megan agar keluar dari mobil.
Hatinya sudah tidak bisa tenang memikirkan hal-hal yang akan terjadi nanti.
Kakinya mulai melangkah kedalam rumah besar itu, jantungnya terus berpacu begitu cepat sehingga membuatnya gemetar dan panas dingin.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!