Kehidupan desa tempat ku tinggal saat ini begitu asing untuk ku. Desa tempat kelahiran ku ternyata tak mampu membuatku nyaman.
Di usiaku yang sudah menginjak kepala tiga, aku masihlah sendiri, bahkan teman kencan pun tak ku miliki.
Jenuh yang selalu kurasakan untuk menjalani hari hari ku. Hingga aku memutuskan untuk kembali merantau meninggalkan desa kelahiran ku.
Aku memang mendapatkannya, mendapatkan apa yang sebenarnya menjadi kodrat ku sebagai seorang wanita, meski dengan cara yang tak terduga. Tapi itulah yang menjadi impian dan harapan kedua orang tua dan juga sanak saudaraku. Meski terpaksa tapi aku berusaha untuk menjalaninya.
Bahagia ditengah kekecewaan yang kurasakan ketika aku menerima kabar itu. Perlakuan keluarga baruku begitu menyakitkan hatiku.
Hingga aku memutuskan untuk pergi dan menyembunyikan rahasiaku.
Berjuang seorang diri di tengah keterbatasan. Memperjuangkan keluarga kecilku dan semangat baru setelah duka yang ku terima.
Mampukah aku bersikap biasa saja setelah kembali di pertemukan dengan nya. Sumber duka hatiku
CAREEN ADARA
Melihatnya untuk pertama kalinya di tengah masalah yang saat ini menimpanya. Keteguhan dan ketegasan terpancar dari setiap kata dan juga tatapan matanya.
Tak perduli dia beradu argument dengan tetua yang ada di sini. Dia tetap kukuh dengan pendiriannya. Aku tertarik melihatnya, untuk pertama kalinya aku tertarik dengan seorang wanita. Apa ini yang di namakan jatuh cinta pada pandangan pertama?
Memikirkannya membuat jantungku berdebar. Meski sempat rasa kecewa akibat statusku yang akan menjadi milik orang lain. Tapi kejadian tak terduga sungguh membuatku terkejut.
Bagaimana mungkin gadis yang tadi begitu Kokoh mempertahankan pendapatnya, dengan begitu berani mencium ku di depan banyak orang. Aku sama sekali tak menyangka kejadian tersebut di lakukan olehnya.
Hingga ikatan itu tak dapat terhindarkan. Aku berusaha membujuk dan meyakinkannya, meski dia menolak dengan keras. Akhirnya kata setuju itu aku terima. Bahagia itu yang kurasakan. Rasanya aku ingin melompat dan bersorak riang. Ternyata keadaan begitu mendukungku.
Setelah perjuangan ku untuk memikat hatinya mampu membuahkan hasil, ternyata perjuanganku mendapatkan cobaan. Putus asa yang ku rasakan di setiap hembusan nafasku, gairah hidup pun tak lagi ku dapatkan. Aku hidup bagai mati, penyesalan yang sangat menyiksa.
Sampai ketika aku bertemu kembali dengannya. Semangat hidupku yang telah redup kembali muncul. Harapan ku untuk tetap bertahan akhirnya datang. Meski ku tahu perjuangan itu tidak lah mudah tapi aku janji pada diriku sendiri bahwa aku tak akan menyerah sampai nafasku tak mampu berhembus lagi,dan jiwa tak lagi bersemayam dalam ragaku.
ANGKASA KURNIAWAN HARTONO
Bagaimana perjalanan Careen Adara dan juga angkasa Kurniawan Hartono?.
Mampukah mereka bertahan di tengah prahara yang senantiasa hadir di tengah tengah dua insan yang sedang berusaha untuk mempertahankan hubungan yang sedang mereka jalani?.
Ikuti terus ya para reader tersayang. Semoga author mampu untuk membuat karya ini menjadi lebih baik lagi. Agar mampu mencapai peringkat yang memuaskan.
Like dan komen juga sangat saya butuhkan. Berbagai kritik dan saran yang dapat membangun karya menjadi lebih baik lagi akan saya bubuhkan dalam setiap episode karya saya.
Karya ini adalah pengganti dari judul novel yang author buat yaitu Novel mutiara hatiku.
setelah berfikir ulang author putuskan untuk membuat di novel yang lain, karena untuk mencapai kontrak terlalu banyak paragraf yang terlalu panjang.
Semoga akhirnya bisa lulus ya para readers tersayang. Mohon doa dan dukungannya.
Terimakasih sebelumnya.
Aku adalah Careen Adara, puteri pertama dari tujuh bersaudara, di usiaku yang sudah lebih dari kepala tiga tak membuat jodoh datang juga. Aku tak tahu apa yang menjadi penyebab jodohku tak kunjung datang.
Banyak yang mulai menggunjingku, mengatakan aku perawan tua. Rasa kesal ku sungguh tak kunjung reda.
" Bu ijinkan dara merantau yah.." Bujuk ku pada ibu.
" Jika kamu merantau nanti pulang malah kurus kering" Balas ibu.
" Ayolah Bu, lagi pula aku sudah bosan di sini" Pintaku.
" Nanti kamu juga tak kunjung menikah kalau merantau, kamu pasti lebih tak punya keinginan untuk menikah jika sudah memiliki uang yang banyak" Jelas ibu.
" Aku janji deh bu, nanti aku bawakan jodoh yang tampan" Ucap ku.
" Nanti ibu pikirkan, ibu pergi dulu, kamu di rumah saja mencuci baju tak usah ikut ke sawah"Pesan ibu.
Ibu meninggalkanku untuk pergi ke sawah.
" Huhh...Kapan aku akan pergi merantau" Gumamku pelan.
" Jangan melamun dara, nanti kamu ke senggol sesuatu yang tak terlihat" Ucap bapak mengagetkanku.
" Ya ampun bapak,, dara kan kaget pak" Ucapku sambil mengelus dada.
" Kamu kenapa nak, ada yang di pikirkan?" Tanya bapak sambil duduk di sampingku sedang mengasah alat untuk mengambil getah.
" Dara bosan dan jenuh pak di sini, dara ingin merantau, tapi ibu gak kasih restunya" Jelas ku sambil menghela nafas pelan.
" Bapak juga sebenarnya berat mengijinkan mu merantau nak, terakhir kamu pulang dengan keadaan yang membuat bapak juga ibu mu khawatir sayang" Ucap bapak pelan.
" Maafin dara ya pak, maaf jika dara membuat bapak dan ibu khawatir. Tapi dara ingin berkembang pak, di sini dara tak mendapatkannya, ilmu dara juga tak bertambah" Jelasku.
" Nanti bapak bicarakan pada ibumu dulu ya nak, doakan saja agar hati ibumu bisa bapak luluhkan" Ucap bapak.
" Terimakasih ya pak, dara sayang bapak" Ucapku pada bapak.
" Ya sudah bapak berangkat dulu ya nak" Pamit bapak.
Kini tinggal lah aku di rumah seorang diri, sekarang bapak sudah mendukungku, semoga saja bapak bisa meluluhkan hati ibu.
Tak terasa waktu sudah menjelang malam, bapak dan ibu juga sudah pulang dari sawah. Kini kami sedang menyantap makan malam bersama, di rumah ini hanya ada kami berempat dengan adik bungsuku rapi.
Setelah selesai makan, kami bercengkrama,
" Bu ijinkanlah dara merantau" Ucap bapak tiba tiba.
" Tapi ibu khawatir pak" Bantah ibu.
" Mau sampai kapan dara tetap di sini, sudah lima tahun berlalu loh Bu" Bujuk bapak.
"Ibu masih berat pak, apa bapak tak ingat keadaan dara terakhir kali merantau. Dia tinggal kulit membalut tulang. Ibu tak mau dara kembali seperti itu pak" Jelas ibu pelan.
" Dara janji akan menjaga pola makan dara Bu" Potongku.
Ibu terdiam, mungkin sedang berfikir, aku berdoa semoga ibu mengijinkannya.
" Baiklah nak, tapi kamu janji ya sayang, harus tetap sehat ya nak, jangan buat ibu khawatir" Tuntut ibu padaku.
" Dara janji Bu" Tegas ku pada ibu
Ibu masih terdiam, ada raut tak rela yang tercermin di wajahnya, begitu pun bapak.
" Tapi di sana kamu mau kerja apa nak?" tanya bapak.
" Dara ada lihat info lowongan pekerjaan sebagai penjahit pak, nanti dara pastikan dulu bisa interview online atau tidak" Jelasku
" Semoga impianmu terkabul, restu ibu selalu menyertaimu nak" Ucap ibu sambil memelukku
" Bapak juga pasti selalu mendukung dan merestui mu nak" Ucap bapak sambil mengelus kepala ku.
Setelah perbincangan itu kami memutuskan untuk tidur.
Waktu berlalu, butuh waktu lebih dari seminggu ternyata untuk ku menyelesaikan berkas dan perlengkapan ku. Aku sudah mendapatkan pekerjaan, tempat kerjaku nanti menyediakan mess, dan itu sangat melegakan untukku dan juga orang tuaku.
Waktu yang kutunggu pun tiba, hari ini aku berpamitan pada orang tuaku dan juga adik bungsuku.
" Dara berangkat ya Bu" Pamit ku sambil bersalaman dengan ibu
" Hati hati di jalan ya nak, nanti kabari ibu" Ucap ibu
" Dara berangkat ya pak" Pamit ku pada bapak.
" Hati hati di jalan ya nak, ingat pesan bapak dan ibu" Ucap bapak sambil mengelus kepala ku.
" Kaka berangkat dulu ya dek, jangan nakal dan selalu dengar nasehat bapak dan ibu" Ucapku pada rapi.
" Iya kak, jangan lupa nanti isi paket internet ya" Pesan adikku tanpa malu malu
" Ya ampun dasar bontot kamu dek" Ucapku sebal.
Akhirnya aku berangkat menuju ibukota tempat ku mengadu nasib. Di setiap langkahku ada doa yang pasti tersemat dalam doa kedua orang tuaku untukku.
Meski sedih tapi ini sudah menjadi keputusan ku. Ku pandangi kedua orang tua ku yang memberangkatkan ku, ku lihat orang tua ku mengusap sudut matanya, aku tahu mereka pasti menangis. Sementara rapi melambaikan tangan dengan wajah tersenyum.
Tak terasa waktu berlalu, rombongan bus yang membawa kami sudah tiba di loket pertama. Sesuai dugaan ku ternyata bangku sebelah tempatku duduk akhirnya di isi oleh seorang penumpang di loket ini. Beliau adalah seorang ibu yang ku perkirakan usianya sekitar lima puluh tahun.
"Permisi dek, saya yang duduk di sebelah kamu ya". Ujarnya pelan kemudian dia meletakkan tas ransel yang kuduga sebagai tempat penyimpanan perlengkapannya.
" Oh iya ibu silahkan" Ucapku padanya sambil tersenyum
Setelah meletakkan barang bawaannya ke tempat yang seharusnya dia langsung duduk di sampingku. Aku melihat keluar jendela kaca yang berada di samping kanan ku.
Di daerah ini cuaca sangat mendung. Ku ambil ponsel dari dalam tas tangan ku yang berwarna hitam yang ku letakkan di pangkuanku, untuk melihat sudah pukul berapakah sekarang.
Ternyata sekarang sudah pukul tiga sore, ternyata sudah empat jam perjalanan yang kulakukan dengan bus ini. Setelah selesai menaikkan penumpang yang lain bus yang ku tumpangi segera melanjutkan perjalanannya.
Aku melirik sekitar, ternyata semua kursi penumpang yang kosong sudah terisi penuh. Tak terasa mataku sudah mulai mengantuk, mungkin karena lelah dalam perjalanan aku pun langsung tertidur.
Sudah genap tiga hari dua malam aku di perjalanan, akhirnya kami tiba di pemberhentian terakhir yaitu di kota tangerang.
Semua penumpang segera turun dari dalam bus. Tak ada kendala yang terjadi selama perjalanan, kami tiba di Tangerang sekitar pukul lima sore.
Aku bersyukur kami tiba di jam seperti ini. Jika kami tiba pada malam hari tentunya aku akan menginap di loket ini.
Aku bergegas menuju bagasi di mana barang barang ku berada.Para pekerja yang bertugas menurunkan barang yang aku tunjuk untuk di letakkan di tempat yang sudah ku tentukan.
Segera ku ambil ponsel dan langsung menghubungi orang tuaku yang ada di desa.
Pada percobaan pertama masih belum di angkat. Aku mencoba untuk menelepon mereka kembali.
" Halo nak, Dara apa kamu sudah sampai di mess yang kamu katakan". Seru ibuku langsung, kudengar suaranya sangat mencerminkan bahwa dia merasa lega, akhirnya aku telah sampai.
" Aku masih di loket bus Bu, nanti aku mau pesan transportasi online agar dapat menuju ke sana. Soalnya busnya kan tak mengantarkan sampai ke tempat tujuan ha.. ha.. ha.." Aku menjawab ibuku sambil tertawa dan mengusap tengkuk ku.
" Ya sudah kamu pesan dulu transportasinya ya. nanti kabari ibu lagi, ibu Dan bapak baru saja pulang dari pesta. Kami mau mandi dulu ya" Balas ibu ku padaku
" Iya Bu, kalau begitu aku matikan saja Bu"
Ucapku pada ibu.
Kudengar ibu bergumam menandakan menyetujui perkataan ku. Kemudian aku mematikan sambungan telepon ku.
Bergegas aku membuka salah satu aplikasi yang ada di ponsel ku. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi transportasi online yang sedang populer sejak beberapa tahun yang lalu.
Ternyata aplikasi ini sudah menjamur di mana mana, dulu ketika aku masih berada di sini aku juga menggunakan transportasi ojek online ini, untuk memudahkan ku pergi kemanapun yang ku tuju.
Untuk kali ini aku menggunakan mobil, tak mungkin aku menggunakan ojek bukan.
Dengan barang yang banyak pastilah sangat merepotkan. Sebelumnya aku sudah memberitahukan kepada bos yang akan menjadi tempatku bekerja bahwa aku akan tiba, dan meminta alamat lengkapnya. Aku masukkan alamat tersebut ke tempat tujuanku.
Sambil menunggu driver yang akan menjemput ku, aku mengambil botol air mineral dan sebungkus roti untuk mengganjal perut ku yang sudah mulai berdemo minta di isi. Aku rasa ini cukup untuk mengganjal perutku.
Tak terlalu lama menunggu driver dan mobil yang akan membawa ku menuju tempat tinggal ku selama kerja dengan bos ku tiba. Dia membuka kaca bagian samping mobil di sebelah pengemudi.
" Dengan Mbak Careen Adara" Tanya nya pada ku sambil tersenyum sopan.
" Iya saya pak". Jawab ku sambil melihatnya.
Kulihat dia keluar dari dalam mobil karena dia melihat ada koper dan mesin jahit yang akan dia masukkan ke dalam mobil.
" Barangnya saya masukkan kedalam mobil ya mbak" Pintanya pada ku sambil mengangkat koper untuk masuk.
" Iya pak, tapi untuk mesin jahitnya nanti kita gotong berdua saja ya pak". Balasku sambil mendorong mesin jahit ku dan tas ransel ku ku letakkan di atasnya menuju belakang mobil.
" Boleh mbak" Balasnya kemudian.
Setelah selesai memasukkan barang ku ke mobil aku langsung naik ke dalam kursi penumpang di belakang kemudi. Di susul oleh bapak driver tadi.
" Sesuai alamat yang tertera ya mbak?. Tanyanya kemudian sesaat setelah masuk
" Benar pak" Balasku sambil melihat ke arahnya.
Mobil yang tersebut langsung melaju menuju lokasi yang telah ku tentukan tadi di aplikasi. Tak ada perbincangan di antara kami.
" Mbak kita sudah sampai di depan rumah yang di tuju" Terdengar sebuah suara yang mampu membangunkan ku dari tidur lelap ku. Dan ya ampun aku sampai ketiduran di dalam mobil. Untung si bapak driver orang baik. Tak melakukan sesuatu yang tercela.
Kulihat pak driver sudah turun dan langsung menujunya kebelakang mobilnya. Dia menurunkan koper ku, aku bergegas menghampirinya untuk membantu menurunkan mesin jahit ku.
" Ini pak ongkos dan juga tips nya, terimakasih ya pak." Ucapku padanya sambil memberikan uang padanya.
" Ohh terimakasih ya mbak, kalau begitu saya permisi dulu". Ucapnya sambil tersenyum.
Kemudian si bapak driver langsung masuk kedalam mobil dan melaju meninggalkan ku di depan alamat tersebut. Aku meraih ponsel dan menghubungi bos ku memberitahu bahwa aku telah tiba di depan rumah.
Tak lama kemudian seorang perempuan muda yang mengenakan pakaian tidur gambar hello Kitty dan membungkus rambutnya dengan handuk membuka pintu pagar.
" Dengan Mbak dara ya?" Tanyanya Ramah padaku.
" Iya mbak, Dengan Mbak.....? Tanyaku sengaja memberi jeda.
" Intan, panggil intan saja mbak gak usah ada mbaknya aku masih muda, baru lulus SMA". Jawabnya sambil tersenyum malu.
Aku hanya tersenyum menanggapinya.
" Mari masuk mbak, di sini tambah mbak kita ada selusin ha.. ha.. ha.." Jelasnya padaku sambil menggaruk pelipisnya.
Dia membantuku untuk membawa koperku. Sedangkan aku tentu saja membawa menggeser mesin jahit ku.
Ternyata tempat tinggal ku seperti halnya kos kosan yang tentu saja banyak tersebar di sini. Aku di bawa ke kamar urutan pertama dari gerbang di lantai satu. Kulihat di depan pintu kos kosan ada ruang yang cukup untuk tempat parkir sepeda motor.
Intan langsung memberi kunci padaku. aku membuka pintu kamarku. Ternyata sudah ada kasur lantai, kipas angin, lemari pakaian dan juga kaca yang di gantung di dinding dekat jendela. Aku bersyukur ternyata kamar mandi nya di dalam.
" Oh ya mbak di kamar tidak boleh memasak ya mbak. Nanti kalau Mbak mau memasak di lantai dua sudah di sediakan. Dan untuk cuci sama jemur pakaian itu ada di lantai tiga ya mbak.
Kita di sini si sediakan kompor,gas dan juga mesin cuci ada 2 buah mbak. Gak nyesal deh kalau kerja di sini.
Palingan biaya kita cuma makan aja sama beli sabun dan gantungan baju. Jumlah kamar di sini ada 20 kamar Mbak. Cuma ke isi baru 12 kamar.
Makanya si bos mau cari orang lagi, setidaknya untuk nambah anggotanya. Konveksi bos sekarang lagi merangkap butik mbak. Kita juga bisa kerja sambil belajar. Jam kerja juga hampir kayak perusahaan perusahaan besar kok.
Masuk pukul delapan pagi pulang pukul 5 sore, hari Minggu libur mbak. Untuk pekerja yang tidak tinggal di mess jam kerjanya lebih pendek.
Hitungannya ya kita yang dapat mes harus nambah jam ekstra begitu. Kita masuk lebih cepat pulang lebih lama dikit. Sabtu kita juga masuk sedangkan mereka libur.
Kalau di hitung hitung sihh enakan tinggal di sini.
Cuma ya itu ada jam malam nya mbak. Jam 11 malam pagar ke kunci. jelasnya panjang lebar. Air sama listrik juga bebas, hanya kalau ada keluarga yang berkunjung ya harus lapor mbak. Itu di depan kan di sediain ruang tamu. Kalau nginep maksimal 2 Minggu itupun untuk saudara kandung.
"Mbak bawa foto copy KK kan?" Tanyanya padaku sambil menatapku.
" Iya bawa kok". Jawabku sambil menganggukkan kepala.
Aku hanya mendengarkan saja sambil menganggukkan kepala ku. Kerja di sini lumayan juga. Gak pusing mikirin kosan,listrik dan air. Bahkan gas dan peralatan masak pun sudah di sediakan.
" Ohh ya mbak kita ada jadwal piket ya mbak. buat bersih bersih sama ngepel yang keliatan aja sih dari Senin sampai Sabtu. Untuk Minggu kita kerja bakti.
Kalau Mbak mau ikutan patungan biaya makan juga bisa. Sebulan per orangnya cuma tiga ratus lima puluh ribu mbak. Nanti masaknya gantian yang pegang uangnya mbak ayu dia yang lebih lama di sini.
Setiap terima gaji langsung setor ke dia aja mbak. Kebetulan hari ini kan baru terima gaji dan Mbak dara juga baru datang, jadi bisa langsung ikutan biaya segitu sudah murah buat biaya makan.
Kalau begitu mbak mandi dulu ya. tadi kamarnya juga sudah kami bersihkan jadi bisa langsung di tempati. Besok karena hari Minggu kita kumpulnya jam delapan pagi ya mbak. Kalau gitu intan pamit dulu.
Kulihat intan yang melangkah keluar sambil menutup pintu. Ya hari ini hari Sabtu, ku raih ponsel yang tadi sudah aku keluarkan dari tas ku. Aku langsung menelepon ibu untuk memberitahukan bahwa aku sudah sampai di kosan.
Kulihat jam di ponsel ku menunjukkan pukul 10 malam. Aku meraih handuk dari dalam tas ku dan menuju kamar mandi. Selesai mandi aku sempatkan untuk mengenakan skincare di kulitku.
Segera aku beranjak ke kasur lipat ku. Benar kata intan kamar ku sudah di bersihkan oleh mereka sprei dan sarung bantal ku pun baru di cuci.
Aku merebahkan tubuh ku karena memang aku sudah sangat lelah.
Haiii para pembacaku yang manis, terimakasih sudah mengikuti novel ini. Jangan bosan dan ikuti terus yaa dan jangan lupa kritik dan sarannya. karena kritik dan saran dari kalian semua sangatlah berarti untuk menambah semangat dan motivasi ku mengembangkan minatku dalam menulis.
Salam sayang dari ku untuk para reader tercinta.
Pagi menjelang tepat pukul enam pagi aku sudah terbangun dari tidur ku, aku segera ke kamar mandi untuk sikat gigi dan cuci muka. Untuk mandi mungkin agak siangan karena aku harus mencuci baju kotor ku.
Di dalam kamar sudah tersedia sebuah keranjang baju yang berwarna abu terang yang sudah terisi baju kotorku sepanjang perjalanan dari desa. Aku memasukkan detergent yang sudah ku persiapkan dari desa sebelumnya.
Kubuka pintu kamar ku dan aku berjalan keluar sambil mengangkat keranjang belanjaan, kemudian aku mengunci pintu kamarku.
Aku melihat sekelilingku masih sepi ternyata, mungkin karena hari libur jadi penghuni kamar yang lain masih betah untuk tidur di kamar, pagi ini kebetulan cuaca juga masih dingin.
Segera ku langkahkan kaki ku menuju lantai tiga. Kosan ini lumayan luas ternyata, tadi aku melihat di lantai satu setelah dari parkiran motor.
Ada ruang tamu yang di lengkapi dengan satu set sofa dan meja kaca yang di depannya ada televisi, kemudian ada sepuluh kamar yang saling berhadapan paling jarak antar pintu yang berhadapan sekitar satu meter.
Cukup menarik pikir ku. Parkiran dekat dengan pagar yang sudah di beri atap. Hanya saja ruang tamu nya seperti teras, sekilas aku berpikir apa tv nya nanti tidak hilang pikirku.
Tapi kembali terlintas di pikiranku sepeda motor yang berjejer saja tidak hilang, sambil menggelengkan kepala aku melanjutkan kembali langkahku.
Tiba di lantai dua aku juga menemukan kembali 10 pintu kamar yang masih tertutup. Oh ternyata di atas ruang tamu itu adalah dapur.
Ada dua kulkas yang lumayan besar juga lengkap dengan kitchen set dan perlengkapan lainnya.
Lain halnya dengan ruang tamu, dapur ini benar benar tertutup ada dua jendela besar yang dibuat dengan teralis dan pintu untuk masuk.
Mungkin menghindari tikus saat malam dan tak ada orang di kosan. Aku melangkahkan kaki ku naik ke lantai tiga.
Di lantai tiga seperti yang di jelaskan oleh intan di sini sudah tersedia dua mesin cuci yang di atasnya di beri genteng.
Ruang cucinya ukurannya sekita 5x5 meter yang tertutupi genteng.
aAda juga tempat untuk jemur baju ketika hujan turun. Selainnya di buat kosong tanpa atap hanya saja di batasi dengan besi besi bulat untuk pagar dan atasnya juga.
Jadi kalau ada yang niat jelek mencoba tindakan ekstrim melompat misalnya pastilah tak bisa. Aku tertawa kecil sambil memikirkannya.
Segera aku masukkan pakaian kotor ku di mesin cuci memasukkan air dan detergent. kulihat ke arah colokan listrik.
Ternyata colokannya sudah terhubung hanya tinggal memencet tombolnya saja.
Mesin cuci pun sudah ku putar. sambil menunggu aku bergegas turun kebawah kembali untuk membereskan kamarku.
Di kamarku ada sapu kecil yang sudah satu set dengan pengki nya. Aku letakkan di balik pintu. untuk kain pel di letakkan di kamar mandi.
Di sini setiap lantai di lengkapi dengan alat kebersihan, walaupun begitu di kamar juga sepertinya di sediakan. Melihat kamarku peralatannya cukup lengkap. Aku hanya tinggal membeli sabun saja.
Setelah selesai merapihkan kamarku, aku mulai membuka koper dan mengeluarkan baju bajuku untuk di susun ke lemari.
Selesai itu aku memasukkan sandal dan sepatu ke rak sepatu gantung di samping lemari. Lemari di letakkan di tembok sekat kamar mandi dan kamar tidur.
Sedangkan untuk mesin jahit letaknya di samping pintu bersebelahan dengan kasur tidur ku. Sudah hampir 45 menit aku membereskan kamarku.
Aku bergegas keluar untuk ke lantai tiga melihat cucian ku. Saat akan naik ke tangga kulihat intan sudah keluar dengan rambut yang acak acakan.
" Pagi Intan kamu baru bangun?" Tanyaku pada intan.
" Uhh iya mbak, aku nyenyak banget tidurnya"
Jawabnya sambil menggaruk tengkuknya dan menguap.
" Ya sudah aku ke atas dulu ya, mau beresin cucian baju". Kataku padanya
" Rajin banget mbak pagi pagi dah nyuci aja, kalau gitu bareng aja aku mau ke dapur ambil minuman dingin" Ujarnya seraya melangkahkan kakinya mengikuti ku naik ke atas tangga.
Kami berpisah di lantai dua, seperti katanya dia yang akan ke dapur sementara aku ke lantai tiga untuk mencuci.
Sesampainya di sana mesin cuci ternyata sudah berhenti berputar. Aku mengeluarkan air dan juga baju bajuku dan aku letakkan di ember.
Untuk membilas aku memilih membilas manual saja dari pada pakai mesin cuci pasti lebih bersih pikirku, selesai membilas aku langsung mengeringkannya di mesin pengering kemudian langsung menjemurnya.
Selesai itu aku membawa keranjang baju dan detergent ku untuk turun ke bawah. Ternyata sudah banyak yang bangun. dan sedang kumpul di dapur. Dapur yang lumayan luas cukup lah untuk berkumpul makan bersama.
" Hai.. semua selamat pagi namaku Dara salam kenal ya buat semuanya" Sapa ku pada mereka yang ku hitung sekitar delapan orang.
" Hai juga nama ku Ayu mbak, kamarku di lantai satu kamar nomor 5 " Ucap Ayu pada ku sambil tersenyum ramah
" Hai aku Ririn kamarku di lantai dua kamar nomor 11"
"Aku Dini kamar nomor nomor 13"
"Aku Sekar kamar nomor 15"
" Aku Dewi kamar nomor 10"
" Putri kamar nomor 6"
" Dina kamar nomor 8"
" Bintang kamar nomor 20"
Mereka berdelapan memperkenalkan diri padaku satu persatu. Tinggal dua orang lagi pikirku. oh ya untuk intan dia ada di kamar nomor 3.
Dari nomor kamar yang di sebutkan aku mengira mungkin saja itu di lakukan agar kedua lantai kamar terisi dengan adil pikirku.
agar tidak ada lantai yang terasa sepi.
" Ohh ya pagi ini kita sarapan apa guys" Seru Intan tiba tiba sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum.
" Gimana kalau kita sarapan kayak orang orang bule guys makan sandwich." Pekik Sekar sambil berdiri dari duduk manisnya
" Di tambah dengan segelas susu tentunya beb" Ririn ikut menimpali.
" Untuk pagi ini menu itu boleh masih ada roti tawar beef Alice timun tomat dan perlengkapan saos lainnya" Ujar Ayu sambil membuka kulkas. Dia bendahara yang mengatur keuangan.
" Oh iya mbak Dara Gimana, mau ikutan buat patungan gak mbak tiga ratus lima puluh ribu" Kembali terdengar suara Ayu yang bertanya padaku sambil tersenyum dan mengeluarkan semua bahan yang di perlukan untuk membuat sandwich.
" Aku ngikut juga mbak ayu, lebih hemat pastinya" Jawab ku pelan.
"wah...wah.. sudah pada ngumpul nihh geng hebohh..." Pekik sebuah suara.
Kami semua menoleh ke arah pintu, di sana sudah berdiri Intan dengan dua orang perempuan lainnya.
" Ada anak baru nihh kenalin aku Risa" Ucap seseorang yang tadi memekik heboh sambil mengangkat tangan.
" Aku Runa mbak...? Tanya Runa padaku.
" Dara, nama ku Dara" Dengan cepat aku membalas pertanyaannya.
" Oyy Intan kamu gak kenalan kahh?" Tanya Runa kembali sambil mengacak rambut Intan.
" Sudah kali run semalem. Aku yang bukain pintu kok sambil jelasin situasi di sini" Jawab Intan dengan memutar bola matanya malas.
Dan yah di sini lah kami berkumpul bersama, aku duduk lesehan dengan yang lain sementara mbak Ayu, mbak Ririn, mbak Sekar dan mbak Putri sedang berkutat dengan kegiatan mereka yang sedang membuat sandwich.
Meski tangan tangan mereka berempat sedang bekerja mereka juga sesekali ikut menimpalinya percakapan yang kami lakukan.
Tak lama sandwich kami sudah tersaji di piring masing masing. Juga segelas susu untuk masing masing orang. Pembagian yang sama rata.
Aku berpikir mbak ayu sungguh hebat dalam mengatur keuangan untuk memenuhi kebutuhan perut semua orang.
Dengan uang yang tak seberapa dia benar benar lihai. Dari perbincangan yang ku dengar ternyata si bos juga menyediakan beras, telur dan mi instan untuk tiap bulannya.
Tapi mi instan hanya dua kardus dan telor tiga papan. Bener bener mensejahterakan karyawan pikirku. Kami pun menikmati sarapan ala ala orang bule seperti kata Mbak Sekar tadi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!