NovelToon NovelToon

Kesayangan Tuan Luke

Terjebak di Private Room

Luke Donovan adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis Grup Donovan. Maria Donovan selaku CEO dari kerjaan bisnis Donovan adalah neneknya Luke Donovan.

Maria selalu dibuat pening dengan rumor di luar sana yang menyebutkan bahwa Luke Donovan suka berpesta di klub-klub mewah dengan para kaum Borjuis dan suka berganti-ganti wanita.

Di suatu sore yang indah, Luke pulang ke rumah dan langsung disembur rentetan nasehat dari neneknya yang sedari siang menunggu Luke di ruang tamu, "Malam ini jangan ke pesta lagi! Jangan pulang subuh dalam kondisi mabuk lagi! Jangan ngeyel kalau nggak ingin melihat Nenek kamu ini mati muda"

"Lho, emang Nenek ngerasa udah tua selama ini? Kenapa Nenek bisa mati muda?" Luke menyahut asal-asalan nasehat neneknya.

"Duduk!" Maria Donovan langsung melotot ke cucu satu-satunya itu.

Luke langsung duduk di depan neneknya dan menyuruh Doni asisten pribadinya untuk membawa tas kerjanya ke kamar.

"Nenek rasa kamu udah nggak waktunya lagi untuk main-main. Umur kamu udah dua puluh tujuh tahun. Jangan-jangan kamu lupa dengan umur kamu sendiri karena terlalu sering mabuk?"

"Aku Inget umurku. Ingatanku ini tajam, Nek, coba Nenek kasih tebakan, aku pasti bisa jawab dengan benar"

"Jangan bercanda! Nenek serius kali ini karena, kesabaran Nenek udah habis melihat kamu terus pesta, ganti-ganti cewek dan pulang malam dalam keadaan mabuk"

"Aku nggak mabuk, Nek. Cuma ngantuk berat" Sahut Luke.

"Ngantuk berat kok jalannya sempoyongan dan bicaranya ngelantur"

"Itu ngelindur, Nek. Tidur sambil jalan, eh, salah, jalan sambil tidur, hehehehehe"

"Nggak lucu!"

"Emang aku, kan, bukan pelawak, Nek. Jadi, ya, nggak lucu"

"Pemilihan Presdir untuk periode berikutnya akan dimulai bulan depan. Para pemegang saham menambahkan point penting di dalam kriteria pemilihan Presdir untuk periode kali ini"

"Apa itu?" Tanya Luke acuh tak acuh.

"Presdir di periode baru harus pria atau wanita yang sudah menikah"

"Hah?! Apa-apaan itu? Dan, Nenek setuju dengan point itu?"

"Nenek terpaksa setuju karena semuanya setuju"

"Kalau gitu, aku nggak usah jadi Presdir juga nggak papa. Adik tiriku aja yang udah nikah yang jadi Presdir. Biar dia sekali-kali merasakan rasanya jadi Presdir dan..........Aduh! Sakit, Nek! Kenapa kepalaku dijitak keras banget?"

"Karena Nenek udah hilang kesabaran akan sikap semau Gue kamu itu. Kamu sebenarnya sayang nggak, sih, sama Nenek?"

"Sayang, dong. Sayang banget malah" Luke berucap dengan wajah serius.

"Kalau sayang, kenapa kamu malah mau merelakan posisi Presdir ke adik tiri kamu? Kamu, kan, tahu kalau Nenek sama sekali nggak suka dengan adik tiri kamu itu"

"Iya, itu, kan, karena aku memang belum menikah, Nek. Sedangkan Daniel udah"

"Itu karena adik tiri kamu itu lebih licik dari kamu. Ia sepertinya udah tahu kalau para pemegang saham akan menambahkan point itu makanya dua Minggu yang lalu ia menikah secara dadakan"

"Yeeeaahh, pacar aku belum......."

"Kamu punya pacar? Kamu punya pacar selama ini?" Maria memegang kedua bahu Luke dan menggoyang kedua bahu itu dengan wajah semringah.

Luke mengangguk santai.

"Kenapa nggak pernah kamu ajak ke sini?" Maria kembali mengguncang baju cucu kesayangannya.

"Karena dia sibuk, Nek. Dia juga belum mau aku ajak ke sini kalau dia belum puas dengan karirnya"

"Apa pekerjaannya?"

"Model dan penari balet, Nek"

"Ajak dia ke sini dan Nenek akan melamarnya"

"Aku rasa itu akan sulit. Dia masih sibuk dengan karirnya dan ........."

"Kalau dia nggak mau menikahimu, Nenek yang akan carikan Istri buat kamu. Pokoknya Nenek nggak mau tahu. Nenek akan carikan Istri buat kamu kalau pacar kamu nggak mau menikah denganmu, titik!" Maria lalu bangkit berdiri dan pergi meninggalkan Luke begitu saja.

Luke mengerucutkan bibir dan menatap punggung neneknya di dalam kebisuan. Lalu, ia bangkit berdiri dan langsung menelepon Doni sembari melangkah menuju ke mobil, "Aku keluar sebentar"

Luke yang berparas sangat tampan karena terlahir dari papa yang berdarah Italy dan mama yang memiliki darah campuran Thailand-Indonesia itu, menuju ke apartemen kekasihnya yang bernama Chika. Chika berprofesi sebagai seorang model dan juga penari balet yang sebenarnya sudah cukup terkenal, tapi Chika masih ingin meraih cita-citanya menyabet gelar penari balet Internasional dan mendapatkan medali emas di ajang perlombaan balet tingkat dunia yang akan diselenggarakan di Italia.

Luke langsung mendorong tubuh Chika ke dalam dan menutup pintu apartemen Chika dengan tumitnya saat ia memagut bibir Chika dan mengajak Chika berciuman. Lidah Luke menari nari menjelajahi mulut Chika. Kedua sejoli itu saling memagut penuh gairah.

Pelan pelan Luke merebahkan tubuh Chika di sofa. Luke melepas ciumannya untuk menatap wajah Chika. Kedua tangan Chika masih merangkul leher Luke. Chika masih memejamkan matanya. Luke mencium kedua mata Chika, lalu telinga Chika, dan saat Chika memanggil namanya, Luke langsung menyatukan raganya dengan Chika.

Luke terbangun di jam tujuh petang dan langsung bangkit berdiri lalu memungut satu per satu bajunya untuk ia pakai sambil bertanya ke Chika, "Ka, apa kau mau menikah denganku, Minggu depan? Kita, kan, udah cukup lama berpacaran. Dua tahun, kita berkencan dan aku rasa itu cukup untuk kita menuju ke hubungan yang lebih serius yakni pernikahan"

"Maafkan aku, Luke. Aku belum bisa. Kontrakku dengan perusahaan Leo masih belum kelar dan Minggu depan aku harus terbang ke Italy untuk ikut perlombaan balet kelas dunia"

"Berapa lama kamu berada di Italy?"

"Tiga Bulan dan setelah itu aku akan fokus di dunia modeling menuntaskan kontrakku dengan Leo dua tahun ke depan"

"Kenapa kamu baru bilang ke aku sekarang kalau kamu akan pergi ke Italy?"

"karena kita sama-sama sibuk, akhir-akhir ini, dan maaf, aku belum bisa setuju untuk menikah. Aku masih ingin mengembangkan diriku di bidang balet dan modeling"

Luke seketika bergumam, "Tapi, aku harus segera menikah dan aku mau menikah hanya dengan dirimu. Aku hanya mencintaimu, Ka dan aku sangat mencintaimu"

"Maafkan aku, Luke. Aku benar-benar minta maaf. Tapi, aku janji padamu, dua tahun lagi, saat karirku udah settled, aku akan menemuimu, melamar kamu dan dengan senang hati menikah denganmu, lalu kita akan........."

"Hmm" Luke hanya menyahut singkat dan dia langsung pergi meninggalkan Chika dengan wajah kecewa.

Kekecewaan Luke pada Chika dan tekanan dari neneknya untuk tetap mendekap gelar Presdir dan persyaratan dari para pemegang saham yang mengharuskan Presdir baru harus yang sudah menikah, membuat Luke lumayan stres di hari itu dan ia langsung mengiyakan undangan temannya untuk berpesta di sebuah klub malam mewah.

Sebenarnya Luke tipe pria setia. Dia tidak pernah mengkhianati Chika. Dia memang berpesta, tapi dia tidak pernah melecehkan wanita ataupun tidur dengan wanita lain selain dengan Chika. Jadi, rumor yang beredar di luar sana kalau dia suka berganti-ganti wanita, tidaklah benar.

Kebenarannya adalah, Luke sering keluar makan malam berdua saja dengan banyak klien wanita, tapi tidak pernah berakhir di ranjang.

Luke bersama dengan ketiga temannya, sepeti biasa masuk ke private room dan berpesta miras di sana. Teman Luke yang bernama Douglas, tiba-tiba nyeletuk, "Kita belum pernah bermain dengan gadis sekolahan atau gadis kuliahan yang masih bau kencur, kan? Umur sekitar tujuh belas sampai dua puluh tahunan, gitu? Gimana kalau kita cari gadis yang seperti itu sekarang? Aku lagi bosan, nih. Hidup kita begini-begini aja. Kurang tantangan"

Embun yang saat itu ditugaskan oleh manajernya untuk membawakan pesanan makanan dan minuman di private room tersebut langsung menegang ketakutan. Pelipisnya mulai berkeringat dan Luke yang berada persis di sebelahnya Embun terus memperhatikan gerak gerik Embun.

Di saat Embun bergegas pergi setelah meletakkan makanan dan minuman di atas meja. Luke dengan sigap mencekal pergelangan tangan Embun dan langsung bertanya, "Berapa umur kamu?"

Karena ketakutan, Embun spontan menjawab dengan jujur pertanyaan itu, "Saya masih dua puluh tahun"

Semua pasang mata yang ada di ruangan tersebut seketika mengarah ke Luke dan Embun.

Luke mengamati tubuh mungil dan wajah imut gadis yang masih ia cekal pergelangan tangannya.

Embun mendelik ke Luke dan sambil berusaha menarik tangannya, ia berkata, "Tolong lepaskan saya, Tuan!"

Karena stres berat, Luke alih-alih melepaskan Embun, ia langsung menarik Embun sampai Embun jatuh terduduk di sebelahnya. Lalu, Luke bertanya kembali, "Kamu masih sekolah atau sudah kuliah?"

Dengan badan yang mulai gemetar ketakutan, Embun menjawab lirih, "Saya sudah kuliah" Embun masih berusaha menarik tangannya dari cekalan Luke.

"Di Universitas mana?"

"Bina Bangsa"

"Kok kamu bisa masuk ke sana? Itu kampus untuk kalangan bocah cerdas dan berduit, kan?"

"Saya memang nggak cerdas dan nggak berduit. Tapi, kata Ibu saya, saya rajin anaknya. Jadi, saya bisa dapat beasiswa masuk ke Bina Bangsa"

"Jurusan apa?"

"Keguruan"

"Bidang apa?"

"Bahasa Indonesia"

"Wah! Dia anak pintar ternyata. Menarik. Tapi, kenapa kamu berkerja di tempat seperti ini? Kamu, kan, kuliah nggak bayar?"

"Saya bukan orang kaya seperti Anda semua, Tuan. Saya bekerja, karena saya dan Ibu saya butuh makan" Embun berkata sambil terus berusaha menarik pergelangan tangannya. Namun, semakin Embun berusaha menariknya, semakin erat Luke mencekalnya.

Tanpa melepaskan pergelangan tangan gadis yang malang itu, Luke menoleh tajam ke temannya yang bernama Douglas, "Aku sudah dapatkan gadis yang sesuai dengan kriteria kamu. Tunggu apalagi? Mulai permainannya!"

Embun langsung panik dan spontan berteriak, "Lepaskan saya! Saya bukan gadis yang seperti itu!"

Semua pria putra dari para konglomerat yang berada di private room tersebut sontak tertawa lepas mendengar teriakannya Embun.

Luke menoleh tajam ke Embun dan langsung menyeringai lalu berbisik di telinganya Embun, "Tapi, sayangnya aku nggak percaya"

Permainan pun dimulai dan kemenangan jatuh di tangan Luke. Luke yang stres berat dan mulai mabuk, berteriak ke teman-temannya, "Tinggalkan kami! Keluarlah kalian semua dan kunci pintunya dari luar!"

Embun mulai terisak menangis dan hanya bisa berteriak, "Tidak! Jangan! Jangan tinggalkan saya! Tolong saya!"

Luke melotot ke Embun dan berteriak kencang, "Diam!" Embun seketika mematung. Namun, ia menggigil ketakutan saat Luke memaksanya meminum botol berisi anggur tahun 1921.

Embun terus merapatkan bibirnya dan Luke langsung berteriak, "Aku sudah memenangkan dirimu. Maka aku berhak lakukan apapun kepadamu, dasar menjijikkan. Aku benci dengan wanita sok suci macam kamu ini. Kalau kamu nggak mau minum dengan botol ini, aku akan paksa kamu minum lewat mulutku"

Embun terpaksa membuka mulutnya karena ia tidak mau mulut pria brengsek itu, menyentuh bibirnya.

Embun terbatuk-batuk karena Luke terus memaksanya minum anggur dari botol tanpa jeda sama sekali.

Saat Luke sudah puas memasukkan anggur ke mulut Embun, ia meletakkan botol di atas meja. Di saat itu, Embun berhasil mendorong Luke dan menarik lepas pergelangan tangannya. Embun langsung melesat berlari ke pintu dan menggedor pintu itu sambil berteriak, "Tolong saya? Buka pintunya!"

Tapi, tidak ada yang berani menolong Embun karena pintu itu dijaga oleh ketiga pewaris dari konglomerat ternama. Douglas bertanya ke temannya, "Setelah Luke selesai dengan gadis itu, maka giliranku yang bermain dengan gadis itu, kan?"

"Iya. Aku rasa Luke akan bermain dengan cepat karena tanpa sepengetahuannya Luke, aku memasukkan obat ke dalam anggurnya Luke. Biar permainan lebih menarik dan lebih cepat selesai" Sahut Felix.

Douglas langsung tertawa lepas dan Junior menyahut, "Kalian memang gila"

Embun terus berlari menghindari Luke. Dan berhasil mendaratkan satu tendangan di perut Luke.

Luke berhasil menangkap Embun dan sambil menggertakkan gerahamnya, ia langsung membopong Embun. Embun meronta-ronta di dalam gendongannya Luke, namun dia kalah kuat dengan Luke.

Luke langsung merebahkan tubuh Embun di sofa dan langsung menarik kedua tangan Embun ke atas, melebihi kepala embun, dan langsung menahan tangan itu di sana.

Sekujur tubuh Embun menggigil kedinginan saat ia mendengar bunyi kain robek yang cukup keras dan udara dingin menyentuh kulitnya. Kedua alisnya sontak terangkat ke atas saat bibir pria itu bermain-main di dadanya. Embun terisak menangis, terus meronta dan memohon, "Lepaskan saya! Tolong lepaskan saya!"

Brutal

Felix, Douglas, dan Junior seketika menundukkan kepala mereka secara bersamaan saat Maria Donovan berdiri di depan mereka dengan wajah garang.

"Apa Luke ada di dalam?" Maria berkata dengan wajah garang dan suara yang sangat dalam.

Felix, Douglas dan Junior tidak berani membuka suara mereka tetap menundukkan kepala mereka dan masih mematung.

"Minggir!!!!" Maria Donovan mendelik ke Felix, Douglas, dan Junior.

Felix, Douglas, dan Junior serentak menggeser langkah mereka ke kanan dan memberikan ruang kepada neneknya Luke Donovan untuk membuka pintu dan masuk ke dalam.

Saat Felix, Douglas, dan Junior ingin menyusul neneknya Luke untuk melihat kondisi di dalam, para bodyguard yang mengawal Maria Donovan langung pasang badan di depan pintu.

Douglas dan Junior mengumpat kesal. Mereka segera berbalik badan dan mengambil langkah seribu pergi meninggalkan tempat itu.

Felix langsung menyusul kedua temannya sambil bergumam lirih, "Maaf, Luke. Kita pulang, dulu, ya. Nenek kamu mengerikan"

Maria langsung berteriak, "Astaga! Apa yang sudah kau lakukan, Luke?"

Maria melihat ada seorang gadis tidur terlentang di atas sofa dengan kondisi tanpa busana. Maria menemukan Luke terlentang di atas lantai dengan kondisi yang sama.

Maria langsung menengadahkan wajahnya ke langit-langit dan menggeram kesal, "Hotel macam apa ini? Kenapa bisa ada ruangan kayak neraka begini di hotel ini?

Maria bergegas berlari keluar dari private room itu dan begitu ia membuka pintu, ia langsung berkata ke salah satu anak buahnya, "Kejar temannya Luke dan bawa mereka semua ke rumah! Aku butuh penjelasan dari mereka soal ini, malam ini juga!"

Maria menggeleng-gelengkan kepalanya dan dia langsung menoleh ke anak buahnya yang lain, "Cari baju ganti cewek dan kamu harus kembali dalam waktu lima menit!" Maria menunggu di depan pintu dan dengan bersedekap ia menatap ke asisten pribadinya untuk memberikan perintah, "Telepon pemilik hotel ini untuk menemuiku besok di kantor jam sembilan pagi tepat. Setelah itu hubungi komisaris polisi, Komandan Barnes dan pengacara kita si Adam untuk datang juga ke kantor besok jam sembilan. Satu lagi, minta rekaman CCTV di lorong ini dan di private room ini!"

"Baik Nyonya" Asisten pribadinya Maria Donovan yang bernama Dona itu langsung pergi untuk melaksanakan perintah bosnya.

"Ini, Nyonya" Anak buahnya Maria memberikan blus dan rok cewek ke Maria dalam waktu kurang dari lima menit.

Maria masuk kembali ke dalam dan setengah jam kemudian ia keluar kembali dan memerintahkan anak buahnya untuk masuk ke dalam dan membawa Luke juga gadis itu.

Sebagian dari anak buahnya Maria, memakaikan semua baju Luke, lalu mereka bergotong royong membopong tubuh Luke yang tinggi dan besar menuju ke parkiran mobil.

Sesampainya di rumah, Maria langsung duduk di sofa sambil berkata, "Panggil Dokter Evita untuk ke sini memeriksa kondisi gadis itu dan memeriksa Luke! Sepertinya ada yang aneh pada Luke"

"Baik, Nyonya" Sahut Dona.

Junior, Felix, dan Douglas terus menundukkan wajah mereka.

Maria menggertakkan gerahamnya dan setelah menghela napas beberapa kali untuk meredakan emosinya, dia berkata, "Ceritakan semuanya! Kalau sampai kalian bohong, aku akan hukum kalian semua dengan hukuman yang........."

"Douglas yang memulainya" Junior langsung mengangkat kepalanya.

Douglas dan Felix ikutan mengangkat kepalanya dan dengan ekspresi kaget, mereka menoleh ke Junior.

Junior melanjutkan ucapannya, "Saya cuma ikut-ikutan. Tolong jangan libatkan keluarga saya dalam hal ini" Junior menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan kelopak matanya mulai tergenang air mata.

Di antara Douglas, Felix, dan Luke, Junior memang yang masuk di level paling bawah untuk tingkat kekayaaan dan strata sosial. Papanya Junior hanyalah seorang manajer di perusahaannya Maria Donovan. Untuk itulah dia ketakutan setengah mati. Kalau sampai Maria Donovan marah besar dan memecat papanya gara-gara dia, maka dia dan mamanya akan hidup di jalanan"

Sedangkan Douglas dan Felix adalah kakak beradik pewaris bisnis Grup Hartawan. Mereka kaya raya, namun kekuasaan dan kekayaan Grup Hartawan masih berada di bawah kaki Grup Donovan.

"Hei! Kenapa kau berkata seperti itu?!" Douglas mendelik ke Junior.

"Iya! kenapa kau mengkhianati kami?" Felix melotot ke Junior.

"Tatap aku dan jangan dengarkan mereka! Pikirkan keselamatanmu sendiri! Sekarang ceritakan semuanya dari awal sampai akhir!"

Sekujur tubuh Junior berkeringat dan bergetar. Dia menghela napas panjang berulangkali sampai akhirnya ia mampu menceritakan semuanya.

Felix dan Douglas langsung menundukkan kepala mereka lebih dalam lagi dan sekujur tubuh mereka mulai bergetar dan berkeringat.

"Oke. Kamu boleh pulang. Salam buat Bram dan Silvia" Maria tersenyum ke Junior.

Junior bangkit berdiri dan pergi meninggalkan teman-temannya dengan langkah gontai dan kepala menunduk.

"Jangan salahkan Junior setelah ini! Aku akan awasi terus kalian dan kalau sampai kalian kedapatan mencelakai Junior seujung kuku pun, aku akan jebloskan kalian ke penjara"

"Baik" Sahut Douglas dan Felix secara bersamaan.

"Felix, angkat kepala kamu dan tatap aku!"

Felix mengangkat kepalanya dan menatap Maria Donovan dengan isak tangis.

"Darimana kamu dapat obat itu?" Tanya Maria ke Felix.

"Ma.....manajer hotel itu yang memberikannya ke sa.....saya, Nyonya"

"Siapa nama manajer itu?"

"Rama.....ah, sa.........saya lupa Rama siapa. Tapi, nama depannya Rama. Di....dia yang menyuruh saya untuk memberikan obat itu ke Luke"

Maria menoleh ke asisten pribadinya dan Dona langsung menganggukan kepala.

"Oke. Kalian boleh pulang sekarang. Salam buat Erick dan Putri"

Maria lalu bangkit berdiri dan melangkah menuju ke kamar tamu. "Bagiamana kondisi gadis itu?"

Dokter Evita mengecek selang infus lalu menghadap ke Maria untuk berkata, "Gadis ini masih suci sebelumnya, karena saya lihat luka sobekan di area sensitifnya adalah luka sobekan yang baru. Sepetinya tuan muda Luke hilang kendali dan membuat gadis ini kesakitan lalu jatuh pingsan. Tuan muda Luke sudah bertindak sangat brutal terhadap gadis ini"

"Dia gadis baik-baik tenyata. Selidiki gadis ini!" Maria menoleh ke Dona dan Dona langsung menganggukkan kepalanya.

"Lalu, bagaimana dengan Luke?"

"Tuan muda masih di bawah pengaruh anggur dan obat perangsang. Untungnya fisik tuan muda sangat kuat kalau tidak, Tuan muda sudah terkena serangan jantung dan bisa koma untuk waktu yang sangat lama"

Maria Donovan menggertakkan geraham dan mengepalkan kedua tinjunya. Lalu ia bergumam, "Siapa yang sudah berani mengusik cucu kesayanganku?"

Embun membuka mata bertepatan dengan bunyi burung Celepuk Rinjani yaitu burung hantu khas pulau Lombok dan itu menandakan kalau mentari masih belum menerima hak dan kewajibannya untuk menyapa semua insan di dunia ini.

Embun kaget saat ia melihat ada burung hantu khas Lombok bertengger di dalam kandang yang besar dan berwarna kuning. Kandang itu berada di pojok kamar dan burung itu bersitatap dengannya dari jarak tiga meter. Lalu, Embun bergumam lirih, "Kenapa ada burung hantu khas Lombok di sini? Itu burung asli atau bukan, ya? Aku di mana sekarang ini?"

Embun hendak bangun untuk mengambil segelas air minum tetapi langsung mendesis dan seketika ia terduduk kembali di atas ranjang kala rasa nyeri di titik sensitifnya menyergap ambang batas sakitnya.

Namun, karena dia tidak mengenali kamar itu, maka Embun langsung mencabut jarum infus dari punggung tangannya dan memaksa dirinya untuk bangkit berdiri walaupun rasa nyeri menusuk-nusuk seluruh indra perasanya.

Embun memakai sandal yang ada di atas lantai lalu ia menyeret kakinya untuk melangkah ke jendela. Embun menghela napas panjang dan bersyukur, karena saat ia membuka jendela, ia langsung menemukan rumput hijau. Embun menyeret kakinya dan tanpa menyerah ia terus menyeret kakinya hingga ia bisa sampai di gerbang depan.

Di dalam pos, ada empat penjaga, Embun temukan tengah tertidur sangat pulas. Jam satu lebih empat puluh menit memang jamnya orang tidur pulas-pulasnya.

Embun melihat ada kunci tergantung di pinggang salah satu dari penjaga gerbang itu. Dengan langkah pelan, Embun mengambil kunci itu dan dia berhasil membuka pintu gerbang tanpa ketahuan. Lalu, tanpa menunggu lebih lama lagi, dia langsung melesat keluar dan dia memutuskan untuk belok ke kanan.

Embun memutuskan untuk terus menyeret kakinya berjalan lurus ke depan, karena ia tidak mengenali daerah itu. Di tengah dinginnya udara dan sepinya jalan, ia t rus menyeret kakinya tanya lelah, karena ia ingin segera sampai di rumhnya. Hingga akhirnya dia bisa sampai di ujung jalan dan bertemu dengan jalan besar. Namun, penglihatan Embun lambat laun buram dan kepalanya didera rasa pening yang sangat hebat.

Saat ia mendengar ada suara orang memanggil namanya, dia sontak berputar badan untuk melihat siapa yang memanggilnya, namun, ia justru jatuh pingsan.

Kaget

Bidan Estu, sahabat dari ibunya Embun, kebetulan melintasi jalan itu dan melihat Embun berdiri kebingungan di pinggir jalan besar itu.

Bidan Estu yang tengah pulang dari dinas malam bersama dengan teman satu timnya di hari itu, dengan dibantu teman satu timnya, dia memasukkan Embun ke dalam mobil dinas puskesmas dan membawa Embun pulang ke rumah keluarga Sanjaya.

Ibunya Embun akhirnya bisa bernapas lega melihat Embun pulang bersama dengan Bidan Estu dan ia langsung mengucapkan kata terima kasih berulangkali ke bidan Estu.

Bidan Estu adalah bidan yang pernah membantu persalinan ibunya Embun sewaktu ibunya Embun melahirkan Embun.

Ibunya Embun dan papanya Embun sejatinya adalah sepasang kekasih. Namun, Lastri dan Teguh harus terpaksa berpisah di saat Teguh dinikahkan dengan gadis lain. Teguh yang sangat mencintai Lastri, akhirnya mengajak Lastri menikah secara agama, tanpa sepengetahuan istri sahnya dan tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya. Lastri gadis desa yang masih lugu juga mau mengikuti Teguh saat Teguh membawanya ke rumah orangtuanya sebagai asisten rumah tangga.

Namun, sebaik-baiknya orang menyimpan bangkai, pada akhirnya, bau busuknya akan tercium juga. Hubungan rahasianya Teguh dan Lastri ketahuan di saat Lastri hamil empat bulan.

Teguh yang masih tinggal bersama dengan kedua orangtuanya karena dia adalah putra tunggal dari keluarga Sanjaya, tidak bisa lagi menyembunyikan kebusukannya.

Istri sahnya Teguh sudah memiliki anak dari Teguh, menggendong bayinya yang masih berumur dua tahun saat itu dengan wajah memerah penuh amarah. Dia menampar Lastri tanpa henti sampai Teguh akhirnya memeluk Lastri dan berteriak, "Cukup!"

Sejak itu, kediaman Sanjaya tidak ada lagi kedamaian, bahkan sampai Embun lahir kedamaian belum tercipta di keluarga itu. Ibunya Embun hanya mampu bersalin di bidan karena suaminya tidak diijinkan oleh kedua orangtuanya untuk membawa ibunya Embun bersalin ke dokter spesialis kandungan. Di situ lah, Ibunya Embun berkenalan dan bisa berteman baik dengan bidan Estu.

Saat Embun berumur tiga bulan, Teguh akhirnya meninggal terkena serangan jantung. Istri sahnya Teguh yang sangat mencintai suaminya akhirnya ikutan meninggal selang sebulan setelah kematian suaminya, karena overdosis obat tidur.

Kedua orangtuanya Teguh terpaksa menampung Lastri dan Embun karena itu adalah permintaannya Teguh yang terakhir kalinya sebelum Teguh menghembuskan napas terakhirnya. Namun, Lastri dan Embun tidak sepenuhnya diterima di keluarga Sanjaya. Kedua orangtuanya Teguh juga membedakan sikap dan perlakuan mereka ke Embun dan Mentari, walaupun keduanya adalah cucu kandung mereka.

Embun tidak dibiayai sekolahnya. Embun bisa sekolah dari gaji yang diterima oleh ibunya sebagai asisten rumah tangga di keluarga Sanjaya. Embun juga tidak difasilitasi apapun. Tidak pernah dibelikan baju, sepatu, tas sekolah. Namun, Mentari mendapatkan semua fasilitas mewah dari kakek dan neneknya. Mentari juga dibiayai sekolahnya sampai ia lulus kuliah dan diterima bekerja menjadi sekretaris Presdir di Grup Donovan. Kakek dan neneknya Mentari semakin membanggakan Mentari di depan Embun dan Lastri.

Bidan Estu yang membelikan perlengkapan sekolah untuk Embun sejak Embun masuk sekolah Taman Kanak-kanak sampai Embun SMA. Bidan Estu yang seorang janda dengan seorang putra dan saking sayangnya dia sama Embun, dia menjodohkan Embun dengan putranya yang tiga tahun lebih tua dari Embun. Gilang, nama putranya Bidan Estu itu. Untungnya Gilang bisa cocok dengan Embun dan akhirnya mau untuk berpacaran dengan Embun. Embun dan Gilang berpacaran sejak mereka duduk di bangku kelas dua SMA.

Tepat jam tujuh pagi, Embun terbangun dan langsung menangis di dalam pelukan ibunya. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Ia merasa lega akhirnya dia bisa bertemu kembali dengan ibunya dalam keadaan selamat.

Tepat jam tujuh pagi, Maria masuk ke dalam kamar cucu kesayangannya. Luke masih meringkuk di dalam selimut.

Maria menoleh ke kepala asisten rumah tangganya yang bernama Pak Temon untuk berkata, "Bangunkan dia!"

Pak Temon menggelengkan kepala sambil berkata, "Saya tidak berani, Nyonya. Nanti, Tuan muda memecat saya. Tuan muda, kan, nggak suka bangun pagi dan nggak suka dibangunkan pagi-pagi"

"Yang nggaji kamu di sini tuh aku. Kenapa Luke bisa memecat kamu? Cepat bangunkan dia!"

Pak Temon memberanikan diri untuk menyentuh pelan bahu Luke sambil berkata dengan sangat lirih dan lembut, "Tuan muda, bangun, yuk!"

"Kamu mau membangunkan Luke apa mau meninabobokan Luke?!" Maria mendelik ke Pak Temon.

Pak Temon langsung menegakkan badan dan seketika itu menunduk.

Maria menghela napas panjang. Lalu ia masuk ke dalam kamar mandi dan saat ia keluar dari dalam kamar.mqndi, ia membawa gayung berisi air. Dia ciprat-cipratkan air itu ke wajah Luke sambil berteriak, "Bangun wooiiiii!!!!"

Luke berteriak kencang dengan masih memejamkan matanya, "Berisik amat sih?! Mau mati, Lo?! Berani benar membangunkan aku sepagi ini!!!!!"

Maria langsung meraupkan air ke wajah tampannya Luke dengan kesal dan sambil menggeram ia berkata, "Berani benar kamu panggil Nenek kamu dengan panggilan Lo?!" Maria meraupkan Kembali air dingin ke wajah Luke sembari berkata dengan sangat gemas, "Berani benar kamu membentak Nenek kamu? Bangun cepat!!!!!!"

Luke seketika membuka kedua kelopak matanya dan langsung duduk tegak. Luke mengangkat kedua alisnya ke atas karena kaget dan sontak berteriak, "Toloooongggg!!!!!Ada penampakan Nenek Gayung di depanku, tolooonnngg!!!!!"

Bukannya menolong, Pak Temon dan para pelayan yang ada di dalam kamarnya Luke semakin menundukkan kepala mereka.

Maria langsung menjitak kepalanya Luke sambil berkata, "Makanya jangan kebanyakkan kelayapan malam dan mabuk! Jadi, ngehalu yang nggak-nggak, kan, kamu! Ini Nenek kamu, bisa-bisanya kau teriak Nenek Gayung"

Luke sontak mengucek kedua matanya lalu menatap kembali sosok di depannya dan dia langsung memeluk neneknya sambil berkata, "Syukurlah. Ternyata ini Nenekku bukannya Nenek Gayung"

"Tinggalkan kami! Bersihkan kamar Luke nanti aja" Maria menatap ke pak Temon dan semua pelayan yang berdiri berjejer di sebelahnya Pak Temon.

"Baik, Nyonya" Sahut Pak Temon.

Setelah Pak Temon menutup pintu kamar, Maria meletakkan gayung berisi air di atas nakas lalu mendorong bahu Luke untuk bertanya, "Apa yang kamu lakukan semalam?"

Luke menautkan kedua alisnya lalu menggeleng dan berkata, "Aku nggak ingat apa-apa, Nek"

"Kalau gitu, aku akan ajak kamu ke kamar tamu untuk menemui seseorang agar kau bisa kamu mengingat kembali kejadian semalam. Berdiri dan ikut Nenek ke kamar tamu, cepat!!!!"

Luke berdiri dengan masih menautkan kedua alisnya. Dia mengikuti langkah neneknya keluar dari dalam kamarnya dengan langkah malas-malasan.

Di luar kamar, Maria melihat pak Temon dan kelima pelayan berseragam hitam putih, masih berdiri di depan pintu. Maria langsung berucap, "Temon, ikut aku ke kamar tamu sebentar dan yang lainnya bersihkan kamar Luke!" Ucap Maria sembari melangkah lebar menuju ke kamar tamu.

Pak Temon langsung mengikuti langkah nyonya besar dan tuan mudanya menuju ke kamar tamu.

"Lho, mana dia? Kok hilang?" Maria menoleh ke pak Temon.

Pak Temon langsung menundukkan kepala dan berucap, "Saya nggak tahu, Nyonya"

"Di kamar mandi juga nggak ada, Nyonya" Sahut pelayan yang ada di dalam kamar tamu.

"Siapa, sih yang kalian cari? Jalangkung, ya? Datang tak diundang, pulangnya tak diantar" Ucap Luke sembari menyisir kasar rambut lurus hitamnya.

Plak! Maria memukul keras bahu Luke dengan ekspresi kesal, sambil terus mengarahkan pandangannya ke segala penjuru.

Luke mengelus bahunya sembari bertanya, "Goldy ada di kandangnya. Nenek cari siapa, sih?"

"Lho, Goldy kok, ada di sini?" Maria menoleh ke kandang besar yang terbuat dari emas yang berisi burung hantu khas Lombok kesayangannya.

"Nyonya yang meminta Goldy dipindahkan ke kamar tamu sementara kamar Goldy direnovasi, kemarin" Sahut Pak Temon.

"Apa dia takut sama Goldy, ya? Cepat cari ke halaman! Siapa tahu ia masih ada di halaman. Kerahkan semua orang untuk mencarinya, tapi jangan membuatnya ketakutan!"

"Baik, Nyonya"

"Nenek cari siapa, sih?"

"Duduk dan lihat ini!" Maria memberikan telepon genggamnya ke Luke.

"Siapa cowok yang memaksa gadis ini untuk memuaskan napsunya, Nek? Astaga! Cowoknya brutal banget, nih, tzk!" Luke lantas menatap neneknya untuk berkata, "Wah, Nenek mulai nggak jelas, nih, punya video kayak gini"

Plak! Maria menjitak kepala Luke sambil menggeram kesal, "Malah mengomentari Nenek kamu. Dasar anak bandel! Lihat baik-baik videonya!!!!"

Luke mengusap kepalanya yang kena jitak sembari berkata, "Iya aku lihat lagi. Walaupun videonya kurang menarik, sih"

Maria menarik napas dalam-dalam sembari menengadahkan kepalanya ke langit-langit kamar dan dia segera menghembuskan napas kesalnya ke Luke sembari menyemburkan kekesalannya ke Luke dengan kata-kata,, "Aku udah meraupkan air dingin ke wajah kamu beberapa kali tadi, tapi, kok, kamu belum juga bisa membuka lebar-lebar kedua mata kamu? Lihat baik-baik siapa cowok itu!!!!!"

"Sial! Kasihan bener cowok ini. Dia buta atau apa, sih? Kenapa dia mau begituan dengan cewek jelek ini? Lihat ceweknya, Nek, dia jelek banget. Kenapa cowok ini bisa tergoda dengan cewek yang rambutnya pendek berombak dan pakai kacamata tebal, cih! Jelek bener ceweknya, tzk!"

Plak! Maria menjitak kepala Luke dengan emosi tingkat dewa.

Luke sontak menatap neneknya dan sambil mengelus kepalanya ia langsung menyemburkan protes, "Kenapa kena jitak lagi?! Salah apa aku, Nek?! Lihat aja sendiri, ceweknya emang jelek, kan?"

"Salah apa, hah?! Kesalahan kamu sangat besar!!!! Nenek suruh kamu lihat baik-baik cowok di dalam rekaman video itu, kenapa malah mengomentari ceweknya, hah?! Lihat baik-baik cowok di rekaman itu maka kau akan tahu kesalahan sebesar apa yang sudah kamu perbuat semalam!!!!!" Maria terengah-engah sambil mengelus-elus dadanya.

Saat cowok di dalam rekaman video yang tampak di layar telepon genggamnya Maria menoleh ke layar, Luke terkejut bukan main dan tanpa sadar ia menjatuhkan telepon genggam neneknya yang super mahal ke lantai. Lalu, ia menatap nanar neneknya sambil menutup mulutnya yang ternganga lebar.

"Ingat kau sekarang? Ingat tidak?!" Maria masih berbicara degan nada tinggi.

Luke menganggukkan kepalanya pelan-pelan dengan masih menutup mulutnya dan menatap nanar neneknya..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!