Prolog
Kisah ini bermula. dengan menceritakan kepadatan kota jakarta dengan orang orang yang memadati stasiun, terminal dan tempat-tempat yang menyediakan jasa angkutan umum lainnya. mereka berkumpul bukan tidak memiliki alasan, karena waktu itulah, waktu yang bisa digunakan, untuk berkumpul bersama keluarga mereka di kampung, untuk merayakan hari raya Idul Fitri.
Meski sebagian orang sudah sukses di ibukota, dan sudah memiliki kendaraan pribadi. namun ada sebagian dari mereka yang sukses, yang ingin pulang ke kampungnya dengan menaiki bus atau kereta. selain menghemat biaya, mereka juga bisa menghemat waktu, dan bisa beristirahat ketika di perjalanan. sehingga tak Ayal lagi terminal-terminal itu penuh dengan para penumpang.
Malam itu, Di Terminal Kampung Rambutan, sama seperti di terminal terminal lainnya yang dipadati oleh calon penumpang, yang hendak mudik ke kampungnya. Suara Riuh orang-orang yang mengobrol dan klakson klakson yang berbunyi, ditambah teriakan teriakan para kondektur yang memberitahu arah tujuan bisnya. Semakin menambah hiruk pikuk suasana Terminal Kampung Rambutan. bus bus yang berjajar rapih dengan berbagai kota tujuan, dari mulai bus kecil sampai bus besar semua tersedia di terminal itu. yang siap mengantarkan para pemudik ke kampung halamannya.
"Untuk para penumpang bus Pahala, dengan tujuan akhir terminal Semarang. Kami memberitahukan untuk Segera menaiki bus yang anda pesan. karena sebentar lagi bus Pahala akan segera diberangkatkan. sebelum memasuki bus, cek kembali tiket dan barang bawaan Anda. agar Jangan sampai salah tujuan." ujar suara announcer terminal yang terdengar merdu dari pengeras suara, memberitahu para penumpang bus yang hendak pulang ke kota Semarang.
Kondektur kondektur dan para petugas lainnya mereka berdiri di dekat pintu masuk bus, untuk mengecek kesesuaian tiket para penumpangnya.
Di sisi lain, ada beberapa wartawan, yang sedang Meliput kejadian itu. untuk disiarkan di channel TV masing-masing, tempat mereka bekerja.
"Sekali lagi! untuk para penumpang bus Pahala, tujuan akhir terminal Semarang. agar segera menaiki bus yang anda pesan. karena pukul 20.30. bus Pahala akan berangkat menuju kota Anda." peringatan aunnecher kembali terdengar dari wirelessnya
Pukul 20.30. akhirnya Bus tujuan kota Semarang pun pergi meninggalkan Terminal Kampung Rambutan. kemudian bus yang ada di belakang, maju mengisi tempat yang ditinggalkan, menunggu keberangkatan selanjutnya.
"Untuk para penumpang bus langgeng Jaya! dengan tujuan akhir terminal Kota Sukabumi. untuk segera masuk ke dalam bus yang anda pesan. karena pukul 20.40 bus tujuan akhir Kota Sukabumi akan berangkat. Sebelum masuk ke dalam Bus, cek kembali tiket dan barang bawaan anda!" seolah tak capek suara perempuan itu terus memberikan informasi, tentang keberangkatan bus bus yang ada di terminal kampung Rambutan.
Setelah terdengar ada pemberitahuan. Terlihat beberapa orang yang masih mengobrol di luar bus langgeng Jaya. dengan cepat Mereka pun menghentikan obrolannya, untuk segera masuk ke dalam bis yang menuju Kota Sukabumi. tak lupa sebelum masuk, Mereka pun mematikan rok0knya terlebih dahulu.
Sesuai jadwal Pukul 20.40, bus tujuan akhir Kota Sukabumi pun mulai pergi meninggalkan Terminal Kampung Rambutan. dengan membawa penumpang penuh, tak ada satu kursi pun yang tersisa.
Dengan perlahan bus itu melaju keluar dari Terminal Kampung Rambutan, menuju ke arah Jalan TB Simatupang. di pertigaan Cibubur, Bus itu pun berbelok ke arah kiri. untuk menuju pintu tol Cibubur, yang nantinya akan terhubung dengan Tol Jagorawi.
Mobil bus penumpang itu terus melaju dengan kecepatan sedang, membelah gelapnya malam. para penumpang yang ada di dalam bus, mereka mengobrol dengan keluarganya, atau dengan orang yang duduk berdampingan, agar perjalanan itu tidak terasa membosankan. ada juga penumpang yang tidur. mungkin agar tidak merasakan lamanya di perjalanan.
Pukul 02.30, akhirnya mobil bus itu tiba di Terminal jalur Lingkar Selatan Kota Sukabumi. kondektur pun memberitahu para penumpang, bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan. Tak lupa kondektur itu juga membangunkan orang orang yang masih tertidur, memberitahu agar segera turun dari bus. Dengan mengantri para penumpang bis itu mulai mendekati pintu keluar. Mereka sudah disambut dengan ajakan kondektur kondektur yang menawarkan tujuan akhir Kampung mereka.
"Tegal buled! Tegal buled"
"Sagaranten! sagaranten"
"Surade! Surade!"
Teriak para kondektur saling menyahuti, memberitahukan tujuan mobil mereka.
"Sagaranten Kang?" tawar kondektur menyambut seorang pria muda yang baru turun dari bis. Pria itu masih terlihat menguap karena baru saja terbangun dari tidur lelapnya.
"Berangkat sekarang?" tanya pria itu sambil menatap ke arah kondektur.
"Yah, ayo! Satu penumpang lagi mobil langsung berangkat." ajak kondektur sambil membawa tas pria yang baru turun dari bus. menuju salah satu mobil Elf, namun ketika pria mau masuk ke dalam. ternyata mobil angkutan itu sudah penuh sesak dengan penumpang.
"Mau kemana? di dalam sudah penuh! Laki-laki di atas aja. di sini bagian perempuan." ujar salah seorang ibu-ibu ketika melihat pria itu hendak masuk.
Dengan kesal diapun berbalik menghadap ke arah kondektur, seolah bertanya kenapa dia berbohong. yang ditatap pun mengerti, dia hanya tersenyum. Lalu menyuruhnya naik ke atas. ternyata di atap mobil juga sudah ada beberapa penumpang, dengan menggunakan jaket karena suasana pagi yang sudah mulai dingin.
"Mau ke mana lagi, tuh sikendek. dari tadi bilangnya satu lagi! satu lagi! tapi terus mencari, mau sampai Kapan kita menunggu keberangkatan?" ujar seorang pria sambil menatap kondektur yang menghampiri bus yang baru datang.
"Sampai mobilnya penyet kali!" Penumpang yang duduk di sebelahnya menyahuti.
Begitulah perjuangan para pemudik, ketika mereka hendak bersilaturahmi dengan keluarganya. Namun hal itulah, yang membuat acara mudik mereka akan selalu terkenang sampai tua, sampai tidak ada orang lagi yang mereka kunjungi.
Dan bukan hanya warga kota saja yang sudah ramai berbondong-bondong pulang ke kampungnya, untuk menyambut hari raya kemenangan umat Islam itu. warga kampung sukaDharma pun mereka sibuk mempersiapkan diri. setelah melaksanakan salat subuh, para warga kampung terlihat sudah mempersiapkan diri, dengan memanaskan motor-motor masing-masing.
"Emang Fathan, sampai Prapatan jam berapa, Pak?" tanya Sri yang membawakan jaket untuk suaminya. Karena suasana pagi yang masih terasa dingin.
"Nggak tahu, Bu! menurut Sarah, Fathan berangkat dari terminal Sukabumi jam 03.00. mungkin sampai pertigaan jam 07.00." jelas Farhan kepada istrinya.
"Ya sudah, Bapak buruan berangkat! kasihan kalau Fathan kelamaan menunggu." Seru Sri.
"Iya, Bapak berangkat dulu ya! Assalamualaikum." Jawab Farhan. sambil menarik tuas gas motornya, kemudian dia pergi meninggalkan rumah.
Di perjalanan, Farhan pun bertemu dengan warga-warga lainnya. yang sama Hendak menjemput keluarganya di perempatan jalan. akhirnya mereka pun berkompoi menuju tempat, di mana para warga kampung yang mudik dari kota turun dari bis.
Sesampainya di perempatan jalan, para warga pun bergabung dengan para warga lainnya yang sudah datang duluan. Mereka sama-sama menunggu kedatangan mobil angkutan umum yang datang dari arah kota.
Sedangkan mobil Elf yang ditunggu, masih melaju beberapa KM di tempat para warga kampung sukadarma menunggu. Mobil kecil dengan dipenuhi penumpang, bahkan sampai meluber ke atapnya. Namun Walau begitu, mereka yang kebagian duduk di atas atap mobil. mereka tetap menikmati perjalanan itu, dengan mengobrol sama penumpang lainnya.
"Emang Fathan kerja di mana?" tanya seseorang kepada pria yang bernama Fathan.
"Saya kerja di TB Simatupang!"
"Kerja apa?"
"Arsitek! di salah satu perusahaan properti. kalau kamu San , kerja di mana?"
"Wah mantap! kalau jadi arsitek. saya kerja di Muara Angke, sebagai penjahit di salah satu garmen."
"Ah! nggak ada yang mantap. kita sama saja! sama-sama jadi pesuruh orang lain." jawab Fathan yang merendah.
"Dapat libur berapa hari?" tanya Ahsan.
"Sesuai aturan, yang membuat peraturan. saya hanya bisa libur empat hari. kalau di garmen dapat libur berapa hari?"
"Sama aja! kita kan sama-sama tinggal di negara Indonesia, pasti aturannya sama!"
"Iya! padahal libur nasional untuk perayaan perayaan seperti ini. harusnya dibuat lama. karena waktu empat hari, tidak cukup untuk bertemu kangen dengan keluarga. baru saja kita kenal kembali dengan keluarga yang sudah lama tidak bertemu, kita harus sudah pulang karena Tuntutan kerja." Curhat Fathan yang mengeluhkan aturan yang ada di negeri Indonesia.
Mereka pun terus mengobrol antara satu sama lain. Mengisi waktu perjalanan yang sangat melelahkan, apalagi mereka harus duduk di atas atap mobil. Mentari Pagi Dari ufuk timur sudah mulai menampakan diri, lumayan membuat para penumpang yang ada di atas mobil sedikit merasa hangat.
Pukul 07.15, akhirnya elf itu tiba di perempatan, di mana warga Kampung sukadarma menunggu. dengan cepat para penumpang pun turun dari mobil, mereka disambut dengan penuh suka cita oleh keluarganya. Bahkan tak sedikit mereka ada yang menangis haru, karena bisa berkumpul kembali dengan keluarga.
Fathan yang berada di atas mobil, dengan hati-hati dia pun turun dari atas. sedangkan Ahsan lawan bicaranya ketika di perjalanan. dia tidak ikut turun, karena kampungnya masih jauh dari kampung Fathan.
Setelah Fhatan turun, dengan sedikit berlari ia menghampiri ayahnya, yang sedang berdiri menunggu kedatangannya. sama seperti para warga yang lain, mata fhatan sedikit mengembun merasa haru, bisa bertemu kembali dengan ayahnya. dengan cepat dia pun mencium punggung tangan Farhan. kemudian memeluk pria paruh baya itu, dengan sangat erat. Melepaskan kangen karena sudah lama tidak bertemu.
Setelah berpelukan, dan melepaskan rasa kangen. mereka berdua Menaiki motor, untuk menuju pulang ke rumahnya. melewati jalan aspal yang sudah rusak, yang di samping kanan kiri jalan. terhampar sawah yang membentang seluas mata memandang. padinya sudah menguning bak Permadani emas yang dihamparkan. Namun sayang sebagian dari sawah-sawah itu ada sawah yang terkena hama merah. Namun itu tidak mengurangi keindahan kampung sukadarma.
Lama di perjalanan, akhirnya mereka berdua sampai di gapura kampung. terlihat di atasnya ada tulisan selamat datang di kampung sukaujang. Farhan terus mengarahkan stang motornya masuk ke dalam perkampungan. hingga akhirnya motor yang mereka kendarai, tiba di salah satu gang yang menuju ke rumah Fathan. di pintu masuk gang, terlihat ada anak gadis berumur 14 tahun sedang berkumpul dengan anak-anak lainnya. Tangan mereka disibukan dengan membuat anyaman ketupat, dari daun kelapa, untuk menyambut hari raya.
Fathan yang melihat adiknya Sarah sedang fokus dengan daun kelapa yang ada di tangannya. sehingga Sarah tidak tahu kalau Kakak kesayangannya sudah sampai. Fathan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. dengan segera dia pun turun dari motor ayahnya.
"Dooooor!" Kaget paten keAdik terkecilnya itu.
"Kakaaaaaak" ujar Sarah sambil melempar ketupat yang sedang ia anyam ke arah pria yang mengagetkannya.
"Bukannya disambut dengan meriah! malah kamu lempar dengan ketupat. kamu kurang ajar banget yaaaa!" Ujar Fathan sambil menggelitik pinggang adiknya. meski mereka sudah lama tidak bertemu, namun keakraban ditelepon lah, yang membuat mereka tidak terlihat canggung untuk bercanda seperti itu.
Tak kuat menahan gelitikan kakaknya, Sarah pun berlari menuju arah rumah. melihat adiknya kabur dari cengkramannya, Fathan pun berlari mengejar, sambil terus mengancam.
Farhan yang melihat kelakuan anaknya Sedekat Itu, dia hanya tersenyum bahagia karena keluarga kecilnya bisa berkumpul.
"Ibuuuuuuuu! ibuuuuuu! Kak Fathan jahat!" Teriak Sarah sambil terus berlari masuk ke dalam rumah untuk memberitahu ibunya.
Fathan yang sudah gemas melihat tingkah sarah, dia terus mengejar masuk ke dalam rumah, namun langkahnya terhenti, ketika dia melihat di pintu rumah itu, ada namanya yang tertulis. "Fathan sang arsitek." dia pun melirik ke arah ayahnya yang sedang memarkirkan motor. mendapat lirikan seperti itu Ayahnya hanya tersenyum bangga. karena hanya anaknya lah yang bisa bekerja seperti itu.
Berkumpul
Fathan yang sedang mengejar adiknya. tidak terlalu memperhatikan tulisan itu. dia dengan cepat masuk ke dalam rumah, mencari keberadaan adiknya. ternyata di dalam rumah adiknya tidak ditemukan, Fathan pun berjalan menuju ke arah dapur, terlihat ibu dan adik pertamanya Farah. Mereka sedang sibuk membuat cemilan untuk hari lebaran.
Melihat kedatangan anaknya, Sri pun bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan gorengan kue cincin yang ada di dalam panci. kemudian dengan cepat memeluk orang yang baru pulang dari kota, Dengan pelukan begitu erat. sesekali Ibu Fathan mencium kening anaknya. rasa kangen yang sudah menyelimuti jiwanya, tak bisa terbendung lagi. Hanya deraian air mata sebagai ungkapan kebahagiaan itu. Karena hanya setahun sekali, Mereka bisa berkumpul bersama seperti sekarang.
"Bagaimana keadaanmu Nak? kamu sehat kan? Kamu kurusan ya? Kamu jarang makan ya, di sana?" ujar Sri memberondong anaknya dengan banyak pertanyaan. Sambil melepaskan pelukannya, menatap anak laki-lakinya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. kemudian dia memeluk kembali Fathan dengan pelukan yang lebih erat.
"Alhamdulillah baik bu! Ibu juga sehat kan." jawab Fathan dengan suara agak sedikit Parau, dia juga merasakan hal yang sama, yang tak kuasa menahan Haru. Karena bisa berkumpul dengan keluarganya.
"Ibu Gantian dong, pelukannya!" Rengek Farah yang matanya sudah dipenuhi dengan cairan kebahagiaan.
"Sebentar! Ibu masih kangen sama anak ibu!" jawab Sri, namun walau dia berkata demikian, dia tetap melepaskan pelukan itu. Memberikan waktu agar anak-anaknya saling melepas rasa kangen.
Setelah pelukan Sri terlepas, Fathan pun meregangkan tangan untuk mengajak Farah berpelukan. Dengan menyeka cairan bening yang ada di pipinya, Farah pun menghampiri lalu memeluk kakaknya dengan begitu erat.
"Aku kangen Kakak!" Hanya kata itu yang keluar dari mulut parah meski suaranya sedikit tertahan.
"Iya! kakak juga kangen sama Farah. Bagaimana kuliahmu lancar?"
"Alhamdulillah, lancar Kak! Terima kasih sudah membiayai Farah. Untuk bisa berkuliah." ujar Farah melepaskan pelukannya, kemudian dia menyusut kembali cairan bening dengan ujung baju.
"Sarah ke mana?" tanya Fathan sambil memindai area sekitar, mencari keberadaan adiknya yang paling Tengil.
"Nggak tau! mungkin ke WC." jawab Sri yang tak melihat lagi keberadaan anak paling bungsunya.
"Ada-ada aja Bocah Tengil itu!" gumam Fathan. namun terlihat dari arah kamar, Sarah menyumbulkan kepala, dia menatap haru ke arah kakaknya.
"Sini! Emang kamu nggak kangen sama kakak?" ujar Fathan sambil meregangkan tangan.
Dengan malu-malu Sarah pun mendekat, kemudian memeluk kakaknya dengan begitu erat. mungkin tadi dia merasa canggung, sehingga Sarah berlari menjauh.
Fathan meregangkan tangan, untuk mengajak semua keluarganya berpelukan bersama-sama.
"Kalian curang! Masa Bapak nggak diajak." ujar Farhan yang baru masuk ke dapur.
"Bosan Pak! kalau pelukan sama bapak. kita kan setiap hari berpelukan, ketika bapak mengantarku ke sekolah." Celetuk Sarah menunjukkan sikap aslinya.
"Yah kok begitu!" ujar Farhan yang terlihat kecewa
"Sini pak! ayo kita berpelukan bersama!" ajak Fathan sambil meregangkan tangannya. akhirnya mereka Berlima pun berpelukan bersama-sama, melepas kangen Setelah sekian lama tidak bertemu.
Selesai berpelukan, Mereka pun duduk kembali di dapur, sambil melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.
"Kamu puasa nggak, Tan? kalau nggak puasa Ibu bikinkan kopi." tawar Sri sambil mengangkat goreng kue cincin yang terlihat sudah menghitam, karena kelamaan berenang di dalam minyak panas.
"Alhamdulillah puasa Bu! Kebetulan tadi fathan membawa makanan dari kosan. lagian Sayang kan kalau nggak puasa. tinggal satu hari lagi!" jawab Fathan.
"Ya Sudah kalau kamu puasa sebaiknya kamu istirahat dulu. Apalagi semalam Ibu yakin kamu nggak bisa tidur kan di bis."
"Gimana mau bisa tidur Bu, dianya aja naik mobil Elf di atapnya." jawab Farhan mewakili anaknya.
"Yah apalagi kalau begitu! Sana kamu istirahat dulu di kamar. Kebetulan tadi Sarah sudah merapikan kamar kamu. nanti setelah bangun, baru berkunjung ke rumah saudara dan Tetangga." seru Sri.
"Nggak ah, Bu! Fathan libur cuma 4 hari, Sayang kalau waktu sesingkat ini, hanya dipakai untuk tidur."
"Terus mau ke mana sekarang?"
"Si Idan sudah pulang belum ya Bu? soalnya kemarin ketika Fathan telepon, katanya dia gak punya duit buat mudik."
"Menurut Mang Arman, ketika Tadi salat subuh berjamaah dia baru pulang menjemput anaknya." Jawab Farhan yang mengetahui bahwa Idan sudah pulang.
"Berarti Idan sudah pulang?"
"Iya siapa lagi Yang dijemput Mang Arman, kalau bukan anaknya. Lagian kan Mang Arman sama Bi Sari, cuma punya anak satu kan!"
"Ya sudah! Fathan ke rumah bibi Sari dulu, mau bertemu dengan Idan." pamit Fathan sambil bangkit dari tempat duduknya.
"Ya sudah! terserah kamu aja." jawab Sri yang sudah tahu sikap Fathan.
Setelah mendapat izin, dia pun masuk kamarnya terlebih dahulu. terlihat kamar yang sudah rapi dengan wangi parfum yang memenuhi rongga hidung, membuat Fathan tersenyum atas apa yang diberikan oleh adik terkecilnya. setelah berada di dalam kamar, dengan cepat dia pun mengganti baju. Selesai mengganti baju dia pun keluar dari rumah, untuk menemui Sari, yang jarak rumahnya hanya terhalang satu rumah tetangga.
"Fathan, kapan pulang?" tanya Sari yang sedang menjemur pakaian yang baru saja ia cuci.
"Baru sampai Bi! Idan udah pulang, belum?" Jawab Fathan sambil mencium punggung tangan adik ibunya.
"Sudah tadi malam! namun sampai sekarang dia masih belum bangun. ya sudah, ayo masuk! malah diajak ngobrol." ajak Sari setelah menjemur pakaian terakhirnya.
Mendapat ajakan seperti itu, Fathan pun berjalan mengikuti bibinya masuk kedalam rumah. terus menuju ke kamar Idan.
"Woi! bangun! udah siang seperti ini, masih molor!" ujar Fathan sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Idan.
Namun yang dibangunkan hanya menggeliat sebentar, lalu ngorok kembali. Merasa usahanya sia-sia, Fathan memindai area sekitar. terlihat ada salon aktif yang berada di pojok kamar. dengan jahil dia memindahkan salon itu ke dekat kepala Idan. setelah posisinya pas. Fathan menyalakan musik dengan volume yang sangat keras. sehingga Idan yang masih tertidur lelap, dengan terperanjat bangun, menatap tajam ke arah Fathan. namun tatapan itu berubah seketika. ketika orang yang hendak ia marahi. adalah saudara sekaligus sahabat masa kecilnya.
"Fathaaaan!" teriak Idan dengan sangat keras agar suaranya terdengar.
"Bangun! sayang amat kamu pulang kalau waktunya hanya dipakai untuk tidur." ujar Fathan.
"Apa?" tanya Idan Yang Tak Mendengar.
Melihat Idan yang seperti itu, Fathan pun mematikan kembali suara musik yang sangat kencang. kemudian dia menyalami sahabatnya itu, lalu memeluknya sebentar, hanya untuk melepas kangen.
"Gimana sehat bro?" tanya Fathan sambil tersenyum.
"Sehat! tapi itu sebelum kamu ganggu waktu tidurku." jawab Idan mendelik.
"Lagian ngapain Jam segini masih tidur! sayang banget tau, Bro! kalau kita pulang kampung hanya dihabiskan untuk tidur."
"Ngantuk tan! malam baru pulang." jawab Idan yang mengambil kembali selimut yang tadi ditarik oleh Fathan untuk menutupi tubuhnya kembali.
Melihat sahabatnya seperti itu, Fathan pun dengan kesal menarik tangan Idan. lalu menyeretnya ke arah kamar mandi, walaupun Idan berteriak agar Fathan melepaskan tarikannya, namun dia terus menarik sahabatnya itu. setelah berada di kamar mandi. Fathan mengambil Gayung untuk mengguyur tubuh idan.
"Apa-apaan sih! dingin tau!" ujar Idan yang menatap kesal ke arah sahabatnya itu. namun dengan acuhnya Fathan keluar dari kamar mandi, lalu menemui bibinya yang sedang membuat kue lebaran.
Idan yang disiram oleh Fathan, mau tidak mau. dia harus bersentuhan dengan air. dengan terpaksa dia pun mandi, agar tubuhnya kembali segar. setelah selesai mandi Idan mengganti bajunya, lalu menghampiri ibu dan saudara sepupunya yang sedang mengobrol.
"Nah gitu kan cakep! Kalau sudah mandi." ujar Fathan yang menyunggingkan senyum bahagia.
"Ini semua gara-gara lu! yang kurang ajar!" jawab Idan sambil mengambil kue yang telah matang, tanpa ragu lagi Iya memasukkan kue itu ke dalam mulutnya.
"Emang kamu nggak puasa dan?" tanya Fathan yang menatap heran ke arah saudaranya itu.
"Astagfirullah! saya lupa!" ujar Idan sambil menutup mulutnya, kemudian dia mengambil kue lagi.
"Halah si Idan! Mana mau dia puasa." jawab Bibi Fathan menyahuti.
"Hehehe. habis perjalanan jauh Bro! kan boleh tuh kalau kita tidak berpuasa." jelas Idan sambil kembali mengambil kue.
"Fathan kamu puasa? kalau nggak, ya sudah makanin kuenya! dari tadi sibuk membuat kue, sampai lupa menawari tamunya."
"Alhamdulillah puasa Bi! sayang kan tinggal satu hari lagi."
"Bener Than! lagian apa neraka itu panas. kamu jangan ngikut-ngikut sepupumu." jawab Idan sambil tersenyum.
"Tahu neraka panas! tapinya lu menantang?" Jawab Fathan menyahuti.
"Hehehe. Oh ya ngapain lu pagi ini sudah datang ke sini. Bukannya nanti sore atau besok atau lusa lu baru ke sini. ganggu tidur orang saja!" tanya Idan yang masih kesal dengan kelakuan sepupunya.
"Hahahha! Lagian Otak lu molor terus sih. Mending Kita kumpulkan semua teman teman kita. untuk memeriahkan acara malam takbiran. masak kita pulang setahun sekali, tidak memberikan kesan yang berarti bagi keluarga kita."
"Bener tuh! ajak Idan jangan sampai dia tidur terus." sahut Sari.
"Capek Bu! Kan Idan baru pulang."
"Alah alasan! Fathan aja yang baru sampai, dia masih segar bugar tuh!"
"Fathan kan, bukan manusia Bu!"
"Terus kalau bukan manusia, apa dong?"
"Pentol korek kayu!"
"Hush! kamu tuh kalau bercanda suka kelewatan."
"Bagaimana mau nggak? kita kumpulkan teman-teman kita." tanya Fathan sambil tersenyum, melihat tingkah laku kedua saudaranya. Sedikitpun dia tidak merasa tersinggung, dengan ucapan Idan, karena sudah tahu dengan sikapnya yang suka bercanda
"Ya sudah! ayo kita ke rumah si Ferdi. kebetulan tadi malam aku pulang bareng dia!" ajak Idan yang tidak mau diceramahi oleh ibunya.
"Kebiasaan kalau dinasehati itu, suka pergi." gerutu Sari sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
Dengan tersenyum Fathan pun berdiri dari tempat duduknya, tak lupa sebelum pergi dia pamitan kepada bibinya terlebih dahulu. kemudian mengikuti Idan yang sudah keluar duluan, setelah sampai di luar, Mereka pun berjalan menuju ke rumah Ferdi untuk memeriahkan acara malam takbiran.
Beruntung ternyata di rumah Ferdi, sudah berkumpul beberapa teman Fathan lainnya. sehingga dia tidak harus susah susah, mendatangi satu persatu teman lamanya.
Setelah berkumpul. Fathan pun menyampaikan maksud dan tujuannya. yang hendak memeriahkan acara malam takbir. para sahabat yang mendengar rencana Fathan, mereka menyambut dengan penuh antusias. karena benar, mereka semua pulang dari kota, hanya untuk memeriahkan kampungnya, meski itu hanya setahun sekali.
Dari perkumpulan itu akhirnya diputuskan! bahwa para Pemuda dan Pemudi. akan membuat balon udara dan meriam bambu. serta tak lupa Mereka pun menyewa sound system, agar acara takbiran menggema di kampungnya.
Para pemuda sahabat Fathan. akhirnya membagi tugas masing-masing. ada yang mencari bambu untuk membuat meriam bambu, ada yang mencari kertas wajit untuk membuat balon udara. Ada juga yang pergi ke Kecamatan untuk membeli karbit. semuanya bergerak demi meriahnya acara tersebut, karena mereka ingin membuat acara mudik mereka berkesan. tak lupa di sela sela pekerjaan, mereka mengabadikan momen itu, dengan berfoto selfie. Kemudian menguploadnya di sosial media masing-masing.
Kampung sukaujang
Sore hari, akhirnya semua persiapan itu selesai dikerjakan. para pemuda itu pun kembali ke rumah masing-masing, untuk membersihkan diri terlebih dahulu, sambil berbuka puasa bersama. meski sebagian banyak tidak berpuasa, namun mereka juga ingin merasakan Haru di hari kemenangan itu.
Sehabis magrib sound system yang disewa sudah mulai menggema, dengan bacaan Takbir memenuhi setiap penjuru kampung sukadarma. para pemuda yang tadi siang bekerja, Mereka pun sudah berkumpul di halaman masjid, dengan penuh Sukacita. saling mengobrol, saling bercerita tentang pengalaman mereka selama Merantau di kota, sambil menyalakan bom meriam. hingga malam itu terasa sangat meriah, Semua orang merasakan kebahagiaan tampa terkecuali.
Acara takbir itu menggema sampai adzan subuh berkumandang, hanya berhenti beberapa saat ketika para warga pulang ke rumahnya, untuk bersiap-siap melaksanakan salat Idul Fitri.
Selesai melaksanakan salat Idul Fitri, para warga pun saling berkunjung untuk silaturahmi Dan saling memaafkan. Dilanjutkan dengan acara yang di inisiatifi anak muda perantau. Mereka pun dikumpulkan di salah satu lapangan, untuk mengisi acara lebaran itu dengan berbagai kegiatan Permainan. mulai dari bermain bola, voli dan lomba-lomba buat anak anak. sehingga kampung sukadarma waktu itu terlihat semakin hidup, semua warga menikmati setiap detik momen kebahagiaan itu.
*****
Hari kedua, setelah hari lebaran. pagi itu terlihat sangat sepi, karena kebanyakan para warga masih tertidur, merasa capek setelah melaksanakan aktivitas yang melelahkan hari kemarinnya. sehingga suasana kampung sukadarma, berbalik 180 derajat dibandingkan hari raya Idul Fitri.
Pagi itu, di depan salah satu rumah termegah di kampung sukadarma. terlihat Ujang yang sedang mencuci motor antik kesayangannya. motor bebek C70 berwarna merah keluaran tahun 75. dia mengelap motor itu dengan sangat hati-hati, mungkin takut body motor kesayangannya lecet atau tergores.
Dari kejauhan terlihat ada dua orang pria yang mendekati ke arah Ujang. setelah diperhatikan ternyata itu adalah pardi adik istrinya, namun dia tidak mengenal pria yang satunya lagi, mungkin itu orang dari luar.
"Selamat pagi Kang Ujang!" sapa Pardi sambil tersenyum hormat kepada kakak iparnya.
"Mau ngapain, pagi-pagi datang ke rumah saya? mau minta makan ya?" tanya Ujang yang terlihat angkuh.
"Istri Saya juga masak kali, Kang! ini ada teman dari Jakarta, dia sangat tertarik dengan motor antik yang dimiliki oleh Akang."
"Kenalkan saya Badrun! Saya sangat tertarik dengan motor unik yang dimiliki Akang. kira-kira Mau dilepas di harga berapa nih motor." tanya pria yang bernama Badrun sambil mengulurkan tangan mengajak Ujang berkenalan, namun Ujang hanya melirik tangan itu, tampa memegangnya. dengan malu, Badrun pun kembali menarik tangan yang sudah diulurkan.
"Apaaaa! mau beli motor saya? Emang kamu punya uang banyak apa? sampai kamu berani nawar motor saya?" tanya Badrun sambil tersenyum sinis.
"Ya! makanya saya nanya Akang, mau lepas berapa nih motor, Nanti kalau kemahalan saya baru tawar!" ujar Badrun sangat beretika ketika dia bertransaksi.
"Akang! akang! Akaaaang sarapan dulu!" teriak suara seorang wanita dari dalam rumah.
"Iya sebentar!" jawab Ujang sambil mengelap motor untuk yang terakhir.
"Jadi bagaimana Kang?" tanya Badrun yang menunggu jawaban.
"Dengar ya, kamu orang Jakarta! harta kamu kalau dibandingkan dengan harta saya itu jauh antara langit dan bumi. dan perlu kamu ingat! bahwa motor kesayangan saya, ini tidak akan saya jual, meski kamu membeli dengan nyawa kamu." jawab Ujang dengan tegas. tanpa menunggu jawaban dua tamunya, dengan segera masuk ke dalam rumah.
"Maafkan kalau kakak ipar saya sangat sombong Pak! maklum orang kaya nebeng, jadi seperti itu!" ujar Pardi yang merasa tidak enak.
"Orang kaya nebeng Bagaimana Kang Pardi?" tanya Badrun sambil menatap heran ke arah Pardi.
"Ayo saya ceritakan sambil ngopi di rumah!" ajak Pardi sambil berjalan menuju ke arah rumahnya yang berhadapan dengan rumah Ujang. meski mereka saudara adik kakak. namun perbedaan Rumah itu sangat mencolok, rumah Kang Ujang yang terlihat megah dengan beton yang begitu kokoh, serta halaman yang sangat luas. sedangkan rumah Pardi hanya terbuat dari papan kayu, yang warna catnya sudah menghitam.
Mereka berdua pun duduk di salah satu kursi di depan rumah Pardi, tanpa menunggu perintah, istrinya yang mengetahui ada tamu, dengan segera menyiapkan kopi serta cemilan.
"Kang Pardi! katanya mau cerita tentang kekayaan Kang Ujang. yang kayanya nebeng?" tanya Badrun yang masih penasaran.
"Iya! dulunya Dia sangat miskin, dia hanya tukang cilok yang suka berjualan berkeliling. Tapi entah memakai dukun yang seperti apa, sampai-sampai kakak saya yang bernama Darmi. dia terpincut oleh laki-laki miskin yang kaya dengan kebelaguannya.
"Singkat cerita Kakak saya pun, diajak nikah oleh pria sombong itu, Kang Ujang melamar teh Darmi ke bapak saya, secara resmi"
"Terus bapak Kang Pardi menerima?" tanya Badrun.
"Pak Darma yang baik hati, dia tidak pernah membedakan status orang. bahkan ketika beliau meninggal, semua warga kampung pada menangisi kepergiannya, yang begitu mendadak. Karena Bapak Dharma meninggal setelah beberapa hari melangsungkan pernikahan teh Darmi dan Kang Ujang.
"Semua warga ikut menangis namun hanya satu orang yang tidak ikut bersedih. yaitu kang Ujang! kakak ipar saya. dia terlihat bahagia ketika mengetahui kematian mertuanya."
"Kok bisa seperti itu?:
"Iya Jahatnya, Kang Ujang! orang lain sibuk mengurus mertuanya yang meninggal. sedangkan dia dengan cepat memasuki kamar utama Bapak, untuk mencari brankas milik Bapak saya. namun Alangkah terkejutnya dia, ketika mertuanya itu hanya meninggalkan sedikit uang. Sedangkan surat-surat berharga tidak ada di brankas itu."
"Ke mana, ada yang mencuri?" tanya Pardi yang semakin tertarik dengan kisah Kang Ujang.
"Nggak! seminggu sebelum melangsungkan pernikahan kakak saya. Pak Darma telah membagikan seluruh tanah yang ia miliki kepada warga warga yang sangat membutuhkan, sehingga Kenapa Kampung ini dinamakan kampung sukadarma, karena warga kampung sangat suka dengan bapak saya."
"Terus kenapa sekarang Kang Ujang bisa terlihat mapan? padahal mertuanya hanya meninggalkan sedikit harta."
"Tidak bisa dibilang sedikit, sih! karena harta yang ditinggalkan untuk anak dan menantunya. tidak kurang dari satu miliar. Nah, dengan uang 1 miliar itu, kang Ujang mulai berpikir untuk merebut kembali semua harta yang dimiliki oleh mertuanya, yang sudah dibagikan kepada warga-warga kampung sukadarma. dengan cara meminjamkan uang peninggalan itu, kepada para warga dengan bunga yang begitu tinggi. agar warga itu tidak bisa menebus tanahnya. Sehingga dia bisa dengan mudah memiliki tanah mertuanya kembali.
"Dengan sifat buruknya yang suka menindas orang-orang lemah, Kang Ujang pun dijuluki orang kaya nebeng, orang miskin yang beruntung diangkat menantu oleh Pak Darma.
"Kang Ujang yang nggak terima dengan sebutan itu, dengan marah dia pun mulai mengganti nama kampung sukadarma. menjadi kampung sukaujang. makanya ketika masuk ke kampung di atas gapura tertulis. "Selamat datang di kampung sukaujang." cerita Pardi mengenang masa lalu kakak iparnya.
"Terus bagaimana sekarang?"
"Yah begitulah! dia bekerja dengan mengandalkan hasil bunga dari para warga. Bunga Yang sangat mencekik."
*****
Kita tunda cerita Pardi yang sedang mengobrol dengan tamunya dari Jakarta. kita akan menceritakan keluarga Fathan ketika Sore harinya.
Matahari yang sudah tidak terasa panas, karena Mentari itu sudah mendekati gunung, Mungkin sebentar lagi matahari itu akan bersembunyi. Sehingga bisa melindungi keluarga Kampung sukadarma dari sengatannya. burung-burung berkicau seolah memberitahu teman-temannya, bahwa Sebentar lagi sayap-sayap malam akan terbuka. terlihat di salah satu rumah tidak besar dan tidak kecil, setara dengan rumah-rumah yang ada di kampung sukadarma. ada lima orang yang sedang duduk mengobrol sambil menikmati kue lebaran.
"Sebentar lagi adik kamu lulus kuliah keperawatan, yang bapak bingung kan sekarang. Karena setelah Farah wisuda dia harus kursus nurse selama 1 tahun, sebelum bekerja. dan biaya kursus itu tidak murah." Farhan mengungkapkan kerisauan masa depan Putri pertamanya.
"Emang berapa biaya yang dibutuhkan untuk kursus nurse itu, Pak?" tanya Fathan sambil melirik ke arah bapaknya.
"Sekitar 25 jutaan! belum lagi dia mau wisuda. menurut teman-temannya yang wisuda tahun lalu, mereka diminta oleh pihak kampus untuk menyediakan dana, 2 sampai 3 jutaaan."
"Doakan saja saya, Pak! agar kerja saya dilancarkan, dan diberikan kemudahan dalam setiap mencari rezeki, untuk keluarga kita! insya Allah nanti Fathan akan usahakan untuk mencari uang buat bayar kursus Farah!"
"Nggak usah lah, kak! aku malu kalau harus ngerepotin Kakak terus." ujar parah yang merasa tidak enak.
"Iya Fathan! kamu kan sudah lumayan dewasa. Sekarang pikirkanlah dirimu sendiri, Apa kamu nggak mau seperti pria-pria lain? yang sudah memiliki istri." Timpal Ibu Fathan yang merasa kasihan menjadikan anaknya sebagai mesin pencetak uang.
"Kalian jangan seperti itu! kalau bukan kakak Kamu dan anak kita. siapa lagi di keluarga ini yang bisa diandalkan? biarkan dia belajar mempertanggungjawabkan apa yang harus ia pikul. dulu bapak banting tulang untuk bisa menguliahkannya. sekarang sangat wajar! kalau Fathan memikirkan biaya kuliah adik-adiknya." ujar Farhan yang tidak setuju dengan pendapat kedua wanitanya.
"Jangan seperti itu, Pak! Walau bagaimanapun Fathan adalah anak kita, jadi Tidak sepantasnya orang tua membebani anaknya, dengan tanggung jawab yang begitu besar."
"Nggak apa-apa Bu! Fathan kalau ada rezeki, Fathan tidak akan merasa Sayang, kalau Rezeki itu dipakai buat pendidikan adik-adik saya. karena sudah saya rasakan, pentingnya pendidikan itu seperti apa. dan kamu Farah! doakan kakakmu, agar bisa mendapat uang yang banyak, agar ketika kamu membutuhkan sesuatu, tidak harus berpikir seperti sekarang."
"Iya Kak! terima kasih banyak atas semua pengorbanan yang kakak berikan. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang kakak berikan untuk keluarga kita!" doa Farah sore itu.
*****
Keesokan paginya, pagi-pagi sekali semua warga perantau sudah berkumpul kembali di perempatan jalan. untuk kembali mengais rezeki di kota-kota besar, yang tersebar di seluruh Indonesia. bahkan bukan warga yang mau pulang saja yang berkumpul, orang-orang yang mengantarkan pun mereka ikut menunggu kedatangan mobil Elf. sambil terus maengobrol memanfaatkan waktu yang singkat dengan keluarga, yang sebentar lagi akan terpisah jauh. ada juga warga-warga yang hanya ingin melihat keberangkatan para perantau, meski mereka tidak memiliki saudara yang pergi dari kampungnya. seperti Ujang yang dikawal oleh Pardi adik iparnya, dia ikut meramaikan perempatan itu dengan membawa mobil Jeep miliknya.
Sedangkan Fathan, dia masih sibuk mengemasi barang-barang bawaannya. termasuk oleh-oleh khas dari kampung sukadarma.
"Fathaaaan, ayo! nanti kamu terlambat!" ajak Farhan yang sudah stand by di atas motor.
Ibu dan adiknya Farah, yang membantu mengemasi barang-barang Fathan, mereka memanfaatkan waktu itu untuk mengobrol.
"Kak! Kakak! untuk masalah kursus jangan Kakak pikirkan, nggak apa-apa parah nggak kursus juga, yang terpenting Farah bisa lulus kuliah, itu saja sudah sangat membanggakan bagi Farah."
"Iya! kamu jangan dengarkan ucapan bapak kamu. Sudah Selayaknya sekarang kamu mementingkan kebahagiaanmu sendiri."
"Hehehe! kalian jangan pesimis seperti itu. saya akan selalu berusaha sebisa saya, semampu saya. untuk membahagiakan keluarga saya sendiri. karena kalianlah alasan saya, untuk tetap selalu bersemangat dan giat dalam bekerja." ujar Fathan sambil tersenyum.
"Fathan buruan! nanti mobil Elf nya keburu lewat."
"Iya Pak sebentar lagi!" Jawab Fathan sambil berteriak. "Ini uang buat belanja kalian, nanti kalau Fathan sudah gajian. Fathan akan kirimkan lagi!" ujar Fathan sambil mengeluarkan uang sebesar 2 juta rupiah. Lalu dia mengambil tangan ibunya, kemudian menaruh uang itu di tangan wanita yang telah membesarkannya.
"Jangan banyak-banyak! Kan, waktu gajianmu masih lama. Bagaimana kamu nanti makan di sana." tolak Ibu Fathan dengan mata yang mengembun, merasa terharu atas kebaikan anaknya.
"Ya sudah! Jangan pikirkan saya! Fathan masih ada uang kok buat makan."
dengan segera Fathan pun memeluk ibu dan adiknya, dengan pelukan sangat erat. kemarin mereka berlinang air mata kebahagiaan, karena bisa berkumpul kembali. sekarang linangan air mata mereka, adalah linangan air mata kesedihan karena harus berpisah."
"Saraaah! Saraaaah! kamu di mana? Kak Fathan mau pulang nih!" ujar Sri mencari keberadaan anak bungsunya.
Dengan berlinang air mata Sarah pun keluar dari kamarnya, dia merasa sedih kembali, karena baru saja dia bisa mengobrol akrab dengan kakak kebanggaannya, sekarang harus pergi jauh kembali, dan entah kapan kakaknya itu bisa pulang lagi ke rumahnya. dengan cepat Sarah pun berlari lalu memeluk kakaknya dengan pelukan yang begitu erat.
Selesai berpamitan, ayah dan anak pun berangkat pergi menuju perempatan jalan. beruntung mereka tidak telat, karena ketika sampai ke perempatan, mobil Elf juga baru sampai. dengan cepat Fathan pun naik ke atas mobil, untuk kembali melaksanakan aktivitasnya di kota Jakarta.
*****
Tunda cerita Fathan yang hendak kembali ke kota metropolitan. Kita akan menceritakan cerita yang baru saja dibahas dalam cerita ini. cerita di mana ada seorang wanita yang sangat cantik, dengan hiasan Lesung di pipinya. sedang melakukan foto selfie di kamarnya, foto yang beberapa kali dihapus, karena menurutnya itu sangat jelek.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!