Blurp... Blurp... Blurp... Blurp...
Suara gelembung udara benar-benar terdengar jelas dari kedua lubang telinga, beberapa bulir udara mulai melambung dari setiap lubang hidung dan juga bibirnya.
Pemandangan yang begitu asing tergelar rapi di depan kedua mata, di dalam hamparan warna biru yang disinari sedikit pancaran surya yang menelusup masuk ke dalamnya.
Ratusan jenis tumbuhan serta barisan ikan kecil yang memiliki bentuk aneh, bergumul dan terus berenang kesana-kemari. Mereka terus mengitari tubuh mungil dari seorang bayi, yang tengah terjebak di dalam sebuah danau di sana.
"Ah... Dimana aku? ...Tangan siapa ini? kenapa kecil sekali? Urgh" gumam seorang lelaki yang baru menyadari bahwa dia tengah tenggelam. Dia mencoba menahan nafas dengan cara menutup rapat mulutnya
Dia begitu terkejut dengan bentuk fisik yang dirinya punya, setelah mengamati tangan dan kaki miliknya yabg tampak begitu mungil.
Namun meski dia tengah terkejut, dia tidak memiliki waktu untuk bermalas-malasan. Jika dia terlambat naik, mungkin hidupnya akan berakhir bahkan sebelum dia memulainya.
Dengan tangan dan kaki miliknya dia terus meronta. Sekuat tenaga dia berusaha untuk terlepas dari pelukan air yang tengah menjerat sekujur tubuhnya, dan bergegas naik untuk bisa melanjutkan hidupnya.
Sayangnya tubuh mungil miliknya belum bisa menangani situasi mematikan tersebut. Dia tidak bisa berenang dengan leluasa, kemudian perlahan turun ke dasar dengan kesadaran yang mulai hilang secara perlahan.
Dalam rasa putus asanya, dia kembali bergumam di dalam hatinya, "Sudah berapa banyak situasi sulit yang pernah aku lalui... Apakah akhirnya aku akan mati dengan tubuh menyedihkan ini? Oh tuhan... Dewa... Dan sebangsanya... Jika kalian ada, tolong beri aku kesempatan untuk merubah semua kisah kelam yang pernah aku lalui."
Tepat setelah rengekan tersebut selesai diucapkan dalam hati. Sebuah arus mulai muncul di dalam air, namun hanya sebagian kecilnya saja yang bergerak.
Hal itu terlihat seperti pusaran yang terus bergerak, meliuk-liuk bagai seekor ular yang tengah berenang. Arus terus mendekat ke arah lelaki tersebut, sebelum akhirnya menggulung tubuhnya dan membawanya naik dari dalam danau tempatnya tenggelam.
Perlahan tubuh yang hampir kehabisan nafas naik menuju permukaan, dia terus melesat bagaikan mendapat dorongan, hingga akhirnya sepasang tangan meraih tubuh tersebut dari atas permukaan.
Seorang lelaki kekar mengangkat tubuh mungil yang baru saja tenggelam menggunakan kedua lengannya, dengan banyak sekali pasang mata yang tengah menyaksikan kejadian tersebut.
Semuanya hanya mengamati dengan seksama, tidak ada sepatah katapun yang terucap, sebelum akhirnya pria yang tengah mengangkat tubuh mungil tersebut berteriak mengucapkan kata, "Kazan!"
Suara sorak teriakan dan gemuruh dari tabuhan alat musik seketika memecah keheningan dari segala sisi danau. Mereka semua berteriak mengucapkan nama Kazan, yang baru saja diberikan kepada bayi yang tengah diangkat tinggi-tinggi oleh pria kekar diatas sampan.
"Hoe.. hoe.. hoe.. di mana aku sekarang?! Siapa mereka semua?! Bagaimana aku bisa jadi bayi lagi?!" gumam dalam hati sang bayi. Dia terkejut melihat semua pemandangan aneh, dan juga orang-orang aneh hang berada di sekitarnya.
Belum cukup Kazan mencerna keanehan tersebut, satu hal aneh kembali terjadi di tempatnya. Kazan kecil yang masih terangkat di udara, mulai menepi setelah sampan yang dinaiki oleh pria kekar berjalan sendiri.
Perahu kecil dari kayu itu benar-benar menepi, meski tanpa ada satu orangpun yang mendayungnya.
Setelah sampai ke tepian, lelaki itu menggendong Kazan dengan kedua lengannya, kemudian menemui satu tetua yang sudah menunggu mereka di bawah pohon yang paling besar di tempat tersebut.
Lelaki kekar memberikan Kazan ke hadapan wanita tua, sebelum akhirnya wanita tua tersebut mengoleskan cairan berwarna biru pada dahi Kazan.
Sungguh itu merupakan hal asing yang begitu membingungkan, bagi jiwa yang masuk kedalam tubuh bayi dengan seluruh ingatan tentang kehidupan yang pernah ia lalui sebelumnya.
Namun meski jiwa yang berada pada tubuh Kazan ingin bertanya, semua teriakan dan pertanyaan yang dia lontarkan hanya menjadi sebuah tangisan yang bisa didengar oleh orang di sekitarnya.
Dengan begitu, jiwa yang bersemayam pada tubuh Kazan hanya bisa menurut, dia terkurung di dalam tubuh tanpa busana, yang baru saja selamat setelah dilempar ke dalam danau oleh kedua orang tuanya.
Setelah mengusap cairan berwarna biru ke dahi Kazan. Wanita tua itu sedikit terkejut melihat warna mata dari bayi di depannya, dia sedikit mengerutkan dahi, kemudian berkata, "Matanya hitam?"
Semua sorakan seketika terhenti, mereka menghentikan kegembiraan, setelah mendengar kata yang terucap dari sesepuh mereka.
Semua mata memasang pandangan aneh, ke arah lelaki kekar yang tengah menggendong Kazan, yang ternyata dirinya adalah ketua suku yang bernama Garhan.
"Jangan bilang begitu nenek... Bukankah warna air juga akan menjadi hitam? Jika dia bersemayam di tempat yang sangat dalam?" Ucap Garhan.
Suara sorak kembali terjadi, mereka kembali bersemangat menyambut kelulusan penerus ketua suku yang mereka miliki.
Rasa senang benar-benar bersemayam di dalam hati mereka, karena anak yang diberkati oleh roh air kembali hadir di dalam suku.
Kazan satu-satunya manusia yang memiliki pupil mata berwarna hitam, karena semua yang dicintai oleh roh air pasti selalu memiliki warna mata biru muda.
Namun dengan alasan yang Garhan berikan. Membuatnya bisa diterima meski tidak memiliki warna mata yang sama dengan anggota lainnya.
Kazan benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Dia tanpa sadar mulai terlelap, setelah melewati ujian yang disebut tradisi oleh sukunya. Tubuh mungilnya belum memiliki cukup tenaga, hingga hanya mencoba berenang, sudah berhasil menguras seluruh energinya.
Dikatakan di dalam dunia khayalia, terdapat satu suku paling misterius, yang seluruh anggotanya sangat dicintai oleh roh air.
Mereka semua tidak seperti manusia lainnya, yang mampu dengan leluasa menggunakan sihir meski tanpa merapal matra.
Suku tersebut selalu memberikan persembahan kepada Dewi air, dengan cara melempar anak yang baru berusia tujuh hari ke dalam air yang sangat dalam.
Jika anak yang mereka lempar tenggelam, mereka percaya jika jiwa anak tersebut dibawa oleh Dewi menuju tempatnya.
Sedangkan jika anak tersebut selamat, mereka percaya bahwa Dewi telah memberikan sebuah takdir pada pundaknya.
Selain Dewi dan Kazan sendiri. Tidak ada yang tahu jika bayi yang dilempar oleh ketua suku benar-benar sudah meninggal.
Jiwanya dibawa pergi oleh dewi, namun dalam waktu bersamaan dia memberikan jiwa yang baru ke dalam tubuh Kazan.
Jiwa yang sudah menempuh jalan berduri di kehidupannya yang lalu, kini menjadi satu bagian di dalam suku yang cukup tenar pada masanya.
Suku yang berisikan sekumpulan manusia, yang bisa menggunakan sihir air secara leluasa.
Satu hal baru akun terjadi mulai dari sini, baik untuk Kazan, seluruh suku, maupun seluruh dunia khayalia.
Nama Kazan yang memiliki arti 'Penguasa' akan menapaki jalan panjang, yang dipenuhi dengan perasaan baru. Dia akan melihat banyak sekali keanehan, dengan sejuta keajaiban di dalamnya.
Bersambung....
Suatu pagi yang cerah di tengah kota X yang merupakan pusat dari perekonomian dunia.
Suara deru bising perkotaan mulai terdengar gaduh, meski sinar mentari masih terhalang sempurna oleh tingginya tembok dari semua bangunan yang berbaris dengan angkuhnya.
Ditengah hiruk pikuk fajar kala itu, di sebuah gang yang gelap terdengar suara lantang dari tangisan bayi yang masih bersimbah darah di sekujur tubuhnya.
Dia mengepalkan tangan sembari meninju dan menendang udara dalam tangisnya, seakan dia menantang dunia yang sudah menelantarkannya.
Bocah tersebut benar-benar terus meronta, hingga suaranya mampu membangunkan dua pria yang sedang tergeletak di atas tanah setelah berpesta.
"Diam! Argh! Berisik sekali!" Teriak seorang paruh baya, dengan setelan jas serba hitam, yang melilit sekujur tubuhnya.
Setelah berteriak, dia bergegas duduk dan menyapu pandangannya ke segala penjuru menggunakan mata buramnya. Betapa terkejutnya lelaki tersebut, ketika menyadari dia tergeletak di sudut gang buntu bersama satu kawan yang masih tengkurap di sampingnya.
"Sam! Bangun Sam! Sudah pagi!" Ucap lelaki tersebut sembari menggoyang teman yang juga mengenakan setelan baju yang sama.
"Ada apa si, Bang Erik?" Jawab Sam yang terlihat sedikit lebih muda dari orang yang membangunkannya, "Di mana kita?" Sambungnya lagi dengan wajah yang kebingungan.
"Pasti kita ditendang lagi lewat pintu belakang sama penjaga semalam, ha ha ha ha!" Jawab Erik mengingat kejadian semalam.
"Betul juga ya, Bang. Aku cuma ingat pas kita dikasih minum sama perempuan cantik itu, he he he," sambung Sam kemudian terkekeh.
"Ayok kita balik," Erik berdiri kemudian menjulurkan tangannya, untuk membantu Sam berdiri.
Langkah mereka masih gontai, akibat alkohol yang mereka habisi terhitung cukup banyak, jika hanya diminum oleh dua orang saja.
Namun meski begitu, mereka sudah terbiasa dengan langkah sempoyongan, karena hampir setiap pagi mereka merasakan hal tersebut di dalam hidupnya.
Ketika tengah melangkah keluar dari gang, suara tangisan yang semula membangunkan Erik dari tidurnya terdengar semakin keras.
Erik yang merasa penasaran mencoba mencari anak yang tengah menangis di dalam kotak sampah yang cukup besar di bawah sebuah apartemen.
Dia membuka penutup kotak tersebut, kemudian melihat ada satu bayi yang sedang mengepalkan tangan sembari menangis sejadi-jadinya.
Erik menatap Sam yang kini sudah berdiri si sampingnya, dua lelaki itu saling bertukar pandang, untuk saling mencari jawaban perihal kelanjutan yang akan mereka berdua lakukan.
"Bawa atau biarin busuk di sini?" tanya Erik dengan wajah santai.
"Bawa aja Bang, toh nanti bisa jadi dia berguna," jawab Sam dengan wajah yang tampak cukup iba.
Sam langsung meraih tubuh mungil tanpa busana di depannya, sedangkan Erik melepas jas yang terlihat mahal pada tubuhnya untuk membungkus bayi tersebut, sebelum akhirnya mereka membawanya ke dalam mobil yang sudah semalam penuh terparkir di depan suatu bar.
Meski bayi itu terlihat baru saja dilahirkan, Erik dan Sam tampak tidak berdosa, mereka hanya menaruh bayi tersebut di kursi belakang, dan tidak menghiraukan jika bayi tersebut jatuh dari tempatnya.
Mereka membawa bayi tersebut cukup jauh dari kota, butuh dua jam lamanya, sebelum akhirnya mereka sampai di sebuah bangunan yang berdiri di tengah hutan belantara.
Bangunan tersebut sangat layak jika dilihat dari depannya, meski tidak ada bangunan lain di sekitarnya.
Di atas pintu utama bangunan tersebut, terdapat barisan huruf yang bertuliskan YAYASAN CEMPAKA. Sebuah tempat di mana ratusan bayi terlantar, bisa mendapat satu tempat untuk ditinggali.
"Kita kasih nama siapa, Sam?" tanya Erik sembari melihat ke arah spion, dia sedang mundur dan memarkir mobilnya, tepat di depan halaman yayasan.
"Pangeran aja, Bang. Kemaren kita kan udah ngasih nama prajurit. Ha ha ha!" Sam terbahak.
"Kalau begitu mending sekalian Raja, Dong?" Erik terkekeh.
"Ide bagus, Bang. Sekarang nama kamu Raja! Seorang Raja nggak boleh cengeng, jadi sekarang kamu tidur, Ya?!" ucap Sam sembari membopong Raja, dia kemudian menekan saru titik pada tubuh Raja, dan sedetik kemudian Raja langsung terlelap dengan begitu pulas.
Erik hanya terkekeh ketika melihat Sam menamai Raja, dia merasa nama yang diberikan cukup berat, namun tampak begitu mudah dilemparkan oleh bibir temannya.
Setelah terparkir sempurna, Erik dan Sam masuk ke dalam yayasan, mereka menyerahkan Raja kepada salah satu pengurus, kemudian memberitahukan nama yang akan Raja sandang mulai saat ini.
Pengurus yayasan sama sekali tidak menolak, dia bahkan langsung membawa Raja menuju sebuah ruangan, dimana Yayasan menyewa puluhan perempuan yang sedang menyusui.
Sedangkan Erik dan Sam langsung pergi setelah Raja dibawa oleh pengurus. Mereka melesat meninggalkan panti, dan tidak mengunjungi Raja untuk waktu yang cukup lama.
Hari demi hari berganti, tidak terasa sudah dua tahun lebih Raja terlahir di dunia. Dia kini sudah bisa berbicara, dan juga sudah bisa berlarian bersama anak-anak yang lainnya.
Namun bukan hanya itu saja, Raja benar-benar sedang bermain dengan temannya kala itu, dia berlari mengejar satu bocah yang tampak lebih tua, sembari memegang belati di salah satu tangannya.
Permainan petak umpet yang wajar bagi anak-anak diusianya, menjadi satu permainan yang cukup ditakuti oleh semua bocah di dalam yayasan.
Bagai mana tidak?
Setiap penjaga menemukanmu, saat itu juga kamu akan mendapat luka sayatan pada tubuhmu.
Sungguh suatu tempat yang jauh dari kata wajar. Sekumpulan bayi di dalam yayasan sudah biasa memainkan pisau, bahkan sebelum mereka bisa berjalan.
Setelah usia Raja genap lima tahun sedari dirinya datang kedalam yayasan. Dia dipindahkan ke sebuah rumah yang berisi anak-anak seusianya.
Rumah tersebut memiliki lorong yang cukup panjang, dengan sebuah nomor yang terpajang di depan pintunya.
Raja yang terakhir datang mendapatkan kamar nomor 72, dan semua kamar dengan nomor yang lebih kecil sudah sepenuhnya terisi.
"Raja... Jika kamu ingin hidup, naiklah hingga kamu punya kamar yang memiliki satu digit angka di depannya. Setiap tahun akan ada sepuluh anak yang dibawa keluar, jika kamu bisa menempati paling tidak angka sepuluh, kamu diperbolehkan melihat dunia," ucap seorang wanita yang baru saja menurunkan Raja dari dalam mobil.
Dia hanya memberikan saru setel baju untuk ganti, dan tidak lupa sebuah belati yang harus selalu anak panti bawa.
Raja langsung mengangguk kala itu, dia bergegas pergi menuju tempat yang ditunjukkan, sembari membawa semua benda yang diberikan kepadanya.
Rumah tersebut memiliki tiga lantai, 24 kamar untuk setiap lantai, dan untuk kamar dengan nomor tinggi berada di lantai teratas.
Raja menyusuri lorong yang begitu sepi di dalam rumah tersebut, kemudian menaiki tangga hingga sampai lantai tiga, kemudian kembali menyusuri lorong hingga paling ujung.
Kamar nomor 72 benar-benar kamar yang paling jauh dari pintu masuk, itulah mengapa Raja harus memiliki kamar dengan nomor rendah agar bisa bertahan hidup.
Sesampainya di dalam kamar miliknya, Raja memakai baju yang baru saja dirinya dapat. Baju tersebut memiliki sebuah angka, yang menandakan nomor kamar yang sedang dirinya kenakan.
Setelah memakai baju, Raja memejamkan matanya karena perjalanan sebelumnya cukup melelahkan. Butuh waktu lebih dari tiga jam untuk menuju rumah tersebut dari yayasan. Rumah yang lebih terpencil, dan sama sekali tidak ada satupun kendaraan lewat di depannya.
Setelah terpejam, Raja tiba-tiba tersentak akan kegaduhan yang sedang terjadi. Suara langkah kaki benar-benar menggetarkan seluruh lantai bangunan tersebut, ketika satu pria dewasa sedang memukul pipa besi yang berada di lantai satu.
Raja bergegas memastikan apa yang sedang terjadi, dia keluar dari dalam kamar, kemudian melihat seluruh penghuni lantai tiga sedang berlari menuju ke arah tangga.
Raja yang kebingungan langsung mengikuti langkah semua penghuni tersebut, kemudian dia bisa melihat sesuatu yang cukup mengenaskan ketika tiba di lantai bawah.
Lima belas pria sedang memakan roti dengan begitu lahap, menyisakan 57 anak yang hanya bisa menatap, meski mereka benar-benar kelaparan.
Pembagian makanan selalu dilakukan di depan kamar nomor satu, sehingga kamar terjauh mungkin tidak bisa mendapat makanan jika tidak merebut kamar di lantai bawah.
Dalam kebingungan Raja bertanya kepada salah satu pria yang sedang berdiri di sampingnya, "Bagaimana cara kita merebut kamar?"
Dengan tatapan kosong pria itu menoleh ke arah Raja, kemudian menunjuk salah satu bocah yang terkapar di atas tanah, dengan baju yang terlepas dari tubuhnya.
Hanya dengan melihat mayat bocah cilik tersebut, Raja sudah tahu keseluruhannya. Dia harus membunuh untuk merebut kamar, dan harus bertahan dari setiap perebut yang datang.
Panggung megah yang dipenuhi darah, benar-benar berdiri tegak di depan mata seorang bocah berusia lima tahun.
Dia harus membunuh untuk hidup, atau mati demi kehidupan seseorang yang tidak dirinya kenal sama sekali.
Bersambung....
Hari demi hari begitu berat terasa, Raja bahkan tidak makan hingga lima hari lamanya, sebelum akhirnya dia memutuskan untuk merebut roti yang tengah dipegang oleh satu anak yang terlihat lemah di matanya.
Itu kali pertama Raja melawan penghuni kamar nomor 15, dan tanpa disadari hari itu dia menjadi pemilik kamar nomor tersebut untuk waktu yang cukup lama.
Dua tahun berlalu, Raja akhirnya pergi dari asrama tersebut, setelah menjadi pemilik kamar nomor 1 selama hampir setahun penuh.
Dia salah satu kandidat yang tidak tersentuh, sebelum akhirnya dua orang lelaki datang dan membawa semua bocah yang menghuni kamar nomor satu hingga nomor sepuluh.
Mereka dibawa menuju sebuah tempat, dimana mereka dipertemukan dengan salah satu pemimpi organisasi.
Sayangnya, meski mereka baru saja meninggalkan tempat yang sangat suram, nasib mereka benar-benar jauh dari kata pantas.
Mereka kembali dipaksa untuk bertarung, ketika pemimpin tersebut mengucapkan sebuah kalimat, "Aku hanya butuh satu."
Raja bertarung sekuat tenaga kala itu, dia tidak perduli dengan semua luka yang sudah mengoyak tubuhnya, dan terus melemparkan tinju dan tendangan yang bisa dirinya upayakan.
Setelah hampir satu jam lamanya, Raja menjadi satu-satunya pria yang berdiri, diantara sembilan pria yang tergeletak di atas tanah
Pemimpin sangat suka dengan tatapan Raja, dia langsung membawanya masuk ke dalam mobilnya, dan menyuruh dua anak buahnya untuk membawa sembilan anak yang lainnya, menuju kantor cabang yang lainnya.
Raja benar-benar dilatih oleh pemimpin sejak usianya menginjak tujuh tahun. Dia diberi guru yang terbaik dari yang terbaik, di segala jenis bidangnya. Entah itu teknologi, adaptasi, improvisasi, maupun bela diri.
Ketika Raja menginjak usia 17 tahun, dia benar-benar sudah menjadi pedang yang sangat tajam, setelah ditempa secara terus-menerus, bahkan sedari dirinya baru bisa berbicara.
Raja menjadi satu mesin pembunuh, yang selalu menuruti semua perintah pemimpinnya. Raja bahkan tidak berkedip ketika membunuh, dia tidak pernah tersenyum, dan dia juga tidak pernah menangis sekalipun di dalam hidupnya.
Untuk waktu yang cukup lama Raja mengerjakan semua tugas dengan sempurna. Ketika usianya menginjak 30 tahun, dia berhasil menjadi salah satu kandidat untuk dijadikan penerus organisasi tersebut.
Raja secara sempurna menjadi sebuah mesin tanpa cela, yang bahkan membuat pemimpin organisasi gelap bergidik ketika menatap mata kosongnya.
Namun ketika Raja mendapatkan satu tugas yang cukup besar sebagai kandidat pemimpin, suatu keanehan terasa memenuhi seluruh dadanya.
Raja benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, ketika dia mendapatkan tugas untuk membumihanguskan satu desa yang terletak jauh dari kota.
Untuk pertama kalinya Raja melihat sesuatu yang bisa menggerakkan hatinya, ketika melihat seorang bayi yang tengah menangis di atas pelukan ibunya. Bayi itu terus meronta, mencoba untuk terlepas dari tubuh yang terbujur kaku di atas tanah.
Namun jika bayi tersebut lepas dari pelukan mendiang ibunya, bayi itu pasti jatuh ke dalam tebing yang menganga di samping tubuh ibunya.
Melihat bayi mulai lepas dari pelukan ibunya, entah mengapa hati Raja tergerak kala itu. Dia berlari menuju bayi tersebut, dan meraih tubuh mungil yang hampir jatuh, kemudian menukar posisinya dengan cara melempar bayi tersebut tinggi-tinggi.
Raja hampir terjatuh ke bawah tebing, namun dia berhasil memegangi akar pohon yang mencuat dari dinding tebing, kemudian merangkak--memanjat dinding menggunakan kedua tangannya.
Setelah berhasil sampai di atas, Raja membopong bayi yang sempat dirinya selamatkan, kemudian membawanya pergi dari desa yang sepenuhnya sudah habis terbakar.
Setelah sampai di desa terdekat, Raja memberikan bayi tersebut kepada seseorang yang baru saja dirinya temui, dia memberikan segala aksesoris yang tengah ia gunakan, berupa kalung, gelang, jam tangan yang terbuat emas, juga sejumlah uang yang cukup banyak untuk orang yang baru dirinya temui.
Dengan tatapan memelas Raja berkata, "Tolong rawat anak ini. Orang tuanya sudah meninggal, saya harus mengejar pelakunya."
Itu adalah ekspresi yang sangat aneh, seumur hidup Raja belum pernah menunjukkan raut tersebut kepada siapapun, namun hari ini hidupnya benar-benar berubah.
Raja meninggalkan bayi itu dengan satu harapan, agar bocah kecil yang sudah dibawa pergi oleh orang asing tersebut bisa hidup dengan layak, tidak seperti dirinya dan semua teman yang dirinya kenal di dalam yayasan, yang bisa hidup hanya untuk memenuhi sebuah perintah.
Sejak kejadian itu, Raja membumihanguskan organisasi yang sudah dirinya layani seumur hidupnya. Dia membunuh semua atasan maupun teman, tanpa terkecuali hingga tak tersisa.
Sejauh ini tidak ada yang bisa menghentikan Raja, selain satu kandidat Pemimpin yang lainnya. Raja cukup kesulitan menghadapi lawannya, meski akhirnya dirinya juga yang memenangkan pertarungan tersebut.
Namun, ketika Raja menghadapi sang pemimpin, dia benar-benar harus mempertaruhkan hidupnya. Raja yang sedang terluka setelah pertemuan akhir, akhirnya menemui ajalnya ketika bertarung.
Dia menikam pemimpin tepat pada hatinya, namun lehernya benar-benar tergorok dalam waktu yang bersamaan.
Mata dibalas mata, darah dibalas darah, mati demi membunuh sasarannya. Itulah hari dimana seluruh dunia tercengang dengan satu berita yang menggemparkan.
Semua media benar-benar mengumumkan hal yang sama, yaitu tragedi berdarah yang membuat jatuhnya sebuah perusahaan yang memiliki sebuah cangkang yang begitu kokoh.
Bukan hanya itu saja, mereka semua terkejut setelah mengetahui jika hanya satu orang saja, yang melakukan ribuan pembunuhan di tempat tersebut.
Nama seorang Raja menjadi topik hangat yang dibicarakan di setiap sudut dunia, membuatnya dikenal menjadi pembunuh berantai bagi beberapa pihak, dan dikenal sebagai pahlawan oleh pihak yang tersisa.
Meski Raja sadar jika usahanya tidak bisa menghentikan seluruh kejahatan di dunia, namun hari dimana dirinya melakukan semua aksinya, dia berharap akan lebih banyak lagi nyawa yang terselamatkan, selain bayi yang sudah dirinya titipkan kepada entah siapa.
Saat seluruh dunia menyebarkan berita kematiannya, tidak ada satupun dari mereka yang mengetahui jika Raja belum mati.
Dia masih hidup dan bernafas, setelah jiwanya berpindah pada satu tubuh yang seharusnya mati di dalam acara tradisi.
Sang pembunuh yang paling ditakuti dalam satu perusahaan gelap, kini benar-benar memiliki kehidupan yang berbanding terbalik dari semua yang pernah dirinya saksikan.
Ketika Raja yang sudah berganti nama menjadi Kazan tersadar dari tidurnya, dia melihat sepasang manusia lain di dalam ruangan yang sama.
Satu orang lelaki berbadan kekar dan Seorang wanita yang sangat elok wajahnya, tengah bercanda gurau di sebelahnya. Mereka terus memancarkan ekspresi bahagia, di setiap kata yang keluar dari bibir mereka.
Melihat hal tersebut, Kazan mencoba berinteraksi dengan kedua orang tersebut. Dia mengulurkan tangan sembari berkata, "Dimana ini?"
Kazan benar-benar mengucap kata tersebut dengan fasih, tapi yang terdengar oleh kedua orang di depannya tidak lain adalah kalimat yang berbunyi, "Oa... Oi?"
Mendengar rengekan Kazan Dua orang itu menoleh bersama, kemudian sang pria kekar mengangkat tubuh Kazan sembari berkata, "Bahkan kamu tidak menangis ketika bangun tidur, Kazan... kamu mau ikut bercanda dengan Ayah dan Ibumu? Sebaiknya latihan bicara dulu, ha ha ha ha!"
Itu alah kali pertama Kazan merasakan satu perasaan baru setelah hidup berpuluh tahun menjadi pembunuh di dunia lain.
Sedari lahir ketika menjadi Raja, dia belum pernah merasakan kehangatan yang sedang dirinya rasa saat ini, dimana ada dua orang yang tengah berebut untuk mendekap tubuh mungil miliknya.
Raja yang berada di dalam tubuh Kazan benar-benar mulai menampung bulir pada kantung matanya, kemudian berlanjut menangis tersedu ketika merasakan perasaan yang begitu meringankan dadanya.
Saati itu Raja terus-menerus berterimakasih kepada siapapun yang sudah memberikan kehidupan saat ini, meski hanya dalam hatinya saja.
Dalam tangisnya, Raja bertekad ingin menjalani setiap kehidupan yang dirinya miliki saat ini, dengan segenap hati dan juga segenap usaha yang dirinya punya.
Raja bertekad akan membuang jauh-jauh nama dan kesuraman yang dirinya rasa dari kehidupan sebelumnya, dan melanjutkan hidup dengan cara menjadi satu pribadi baru yang memiliki nama Kazan.
Hari ini, kisah perjalanan Kazan yang juga akan menjadi sebuah kehebohan di dunia Khayalia, akan segera dimulai dari titik awalnya.
Seperti apa cerita suka duka yang Kazan lalui?
Apakah dia akan kembali menjadi pribadi yang sama setelah kehidupan keduanya?
Atau dia akan menjadi satu pribadi lain yang belum pernah dirinya rasakan sebelumnya.
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!