NovelToon NovelToon

My Perfect Husband

1. Malam pengantin

pov Lilyana

*****

Hari ini adalah hari tersialku bagaimana tidak aku hari ini harus menikah dengan pria pilihan daddy ku. Seminggu yang lalu daddy mengatakan aku harus menikah dengan pria pilihannya, dengan alasan hanya dia yang bisa menjagaku dengan baik. Aku sempat menolak namun penolakan itu tidak berselang lama setelah daddyku memohon dengan tatapan pilu itu yang tak bisa ku tolak dari daddyku dia adalah kelemahan terbesarku setelah almarhum mommy. Ya, mommy sudah meninggal saat usiaku 15 tahun hari itu hari terburuk. aku sempat terpuruk beberapa bulan tapi daddyku selalu menghiburku dengan mengatakan mommy akan ikut sedih jika aku terus bersedih dan Alhasil kata kata itu mampu membuatku bangkit kembali dan seperti biasanya. namun tak sesempurna saat mommy di sampingku, dan setelah itu prioritasku hanyalah daddy. Aku ingin dia bahagia dengan menuruti semua perkataannya

Dan disinilah sekarang aku duduk di atas ranjang yang begitu mewah dengan hiasan kelopak bunga mawar bertebaran di atas ranjang maupun lantai. Ini adalah malam pengantinku setelah aku resmi menikah tadi siang. aku duduk dipinggiran rajang dengan tangan bertaut saling meremas, Aku gugup setengah mati menunggu suamiku rezza yang sedang berada di kamar mandi guna membasuh tubuhnya.

"cklekk" Kudengar suara pintu kamar mandi terbuka setelah hampir dua jam lamanya, dalam hatiku sedikit bergerutu dia itu mandi atau bertelor aku saja yang seorang wanita paling hanya menghabiskan waktu 30 menit tapi dia menghabiskan hampir dua jam lamanya. Tidak taukah dia bahwa akupun butuh mandi dan melepaskan gaun sialan ini. Aku terus menggerutu dalam hati tanpa menghiraukan pergerakannya. Sesaat aku mengalihkan perhatianku terhadapnya, ku lihat dia hanya memakai handuk sebatas pinggang aku menelan ludahku cukup susah bagaimana tidak bagian perutnya terdapat enam roti sobek yang begitu indah dan sialnya tanganku ingin sekali merabanya dan mengelus ngelus. Astaga apa yang kupikirkan sekarang aku mendadak seperti wanita murahan.

"Mandilah kamu pasti gerahkan seharian memakai gaunmu" Kudengar dia berbicara padaku suaranya begitu tegas namun lembut menggelitik telingaku yang mendengarnya.

"Baiklah" ucapkan aku tidak tau harus menjawab apa, apalagi suasana disini sungguh canggung dan sunyi. Aku buru buru berjalan menuju kamar mandi dengan menggusur gaun sialan ku ini ingin segera melempar dan terbebas dari balutannya. Aku menutup pintu kamar mandi dan segera membuka gaun seketika aku merasa lega, setelahi tu aku segera memenuhi Bathtub dengan air hangat, aku butuh berendam dan melepaskan penat ini.

******

pov Rezza

Dadaku berdetak lebih cepat dari biasanya saat ucapan janji suci yang ku ucapkan untuknya dibalas dia dengan lantang dan penuh keyakinan walaupun aku tahu raut wajahnya tak bahagia dan penuh dengan paksaan. Ya, hari ini adalah hari pernikahan kami hari yang ku tunggu tunggu. wanita yang selama ini selalu mengisi pikiranku dan selama ini mampu menghambat hatiku berpindah kelain hati. LILYANA CASSANDRA wanita pujaanku. seminggu yang lalu aku memberanikan diri mendatangi om Alex mengatakan ingin bersungguh sunguh memiliki dan mencintai Lily dengan sepenuh hatiku. Dan aku bersyukur om Alex merestui keinginanku meminang anaknya. Sedangkan aku dan om Alex menang ekan kerja. Perusahanku banyak menanam saham di perusahan om Alex hingga kami sering bertemu dan sudah saling menyapa dengan baik. orang tuaku adalah teman om Alex semasa sekolah SMA. Dan tiga tahun yang lalu sebelum orang tuaku mengalami kecelakaan dan tidak bisa di selamatkan, seperti sudah pirasat orang tuaku menemui teman baiknya untuk bersilaturahmi dan mengenalkan aku dengan om Alex dan saat itulah aku pertama kali melihat LiLyana.

Saat aku keluar dari kamar mandi pandanganku langsung menemui wanitaku yang sedang duduk di pinggiran ranjang dengan raut wajah sedikit cemberut ahhh... rasanya ingin sekali aku menerkamanya saat ini juga, dan ku lihat dia sedang mengamati tubuhku dengan pipi merah merona sumpah Demi apapun itu sungguh menggodaku. Setelah begitu sunyi aku memberanikan diri berbicara kepadanya untuk segera mandi dan melepaskan gaunnya yang pasti membuatnya begitu tak nyaman, kudengar dia menjawab "Baiklah" suaranya begitu halus dan merdu dan sialnya pikiran liarku sudah menerawang kemana mana.

sStelah melihat pintu kamar mandi tertutup aku berjalan ke ruang ganti guna memakai bajuku setelah selesai aku kembali dan duduk di pinggiran ranjang, tanganku meraih ponselku di atas nakas dekat kepala ranjang. Ku buka pesan dari aplikasi si bulat berwarna hiaju itu terdapat pesan dari sekertaris sekaligus asistenku yang jomblo akut itu ahhahaha aku ingin tertawa karna akupun baru saja melepas perjombloan.

"Tuan saya sudah memindahkan barang- barang anda dari apartemen ke rumah baru anda tinggal memindahkan barang barang nyonya tuan" Begitulah isi pesan dari sekertaris ku

"Baiklah kerjakan dengan benar ingat di halaman rumah tanaman yang dekat pohon jambu pindahkan ke taman samping tata dengan rapi istriku suka tanaman yang sehat dan tertata rapi" Balasku dan setelah itu ku akhiri balas pesanku dengan sekertaris ku.

Pandangku sekarang ku ahlikan ke pintu kamar mandi setelah lama aku mengotak atik ponselku, ku lihat Lilyana keluar dengan hanya menggunakan handuk sebatas dada samapai atas lututnya. Rambutnya terbungkus handuk kecil. Tetesan air menetes dari dahinya sisa sisa air mandinya, refleks aku menelan ludahku dengan susah payah Lilyana sangat menggoda. Aku laki-laki normal sudah sewajarnya aku merasakan gejala ini. Ku lihat Lilyana berjongkok membuka kopernya aku tau dia sedang mengambil bajunya di dalam koper itu aku hanya megamati tanpa bicara. Ku lihat lagi dia sedang mengacak ngacak isi kopernya sekelebat kudengar dia mengumpat entah apa yang membuatnya kesal dan aku hanya diam tanpa ingin bertanya walaupun aku penasan

"Hei bisakah aku meminjam bajumu sementara, tak ada baju yang bisa ku kenakan" Suara itu membuyarkan lamunanku sesaat aku terpukau dengan wajah cantiknya dan suaranya yang begitu lantang memanggilku dengan "hey" itu membuatku ingin tertawa dan sialnya itu bagiku begitu merdu tak tahan ingin menerkamnya

"Memangnya kenapa dengan pakaian mu" tanyaku sedikit ku datarkan suaraku

"Bajuku tidak ada, padahal sudah memasukannya tapi tidak ada, bi-bisakah kamu meminjamkan aku baju." Ucapnya gugup

Tanpa kata aku berjalan ke arah ruang ganti dan membuka pintunya " Masuklah pilih bajuku sesukamu " ucapku dan ku lihat dia hanya mengangguk dan berlalu bergi masuk kedalalam dan akupun kembali ke atas ranjang

*****

Liliyana keluar dari kamar dengan memakai baju rezza. Kaos oblong warna putih yang amat begitu besar melakat pada tubuhnya. Dia berjalan ke arah ranjang dengan gugup serta menycuri curi pandang ke arah rezza yang pokus dengan ponselnya

"Tidurlah kamu pasti lelah" Suara rezza yang lembut membuat liliyana berdehem untuk menetralkan kegugupannya dan lilyana hanya mengaguk dan segera merebahkan tubuhnya yang benar benar lelah itu. Diatariknya selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya agar merasa hangat kebetulan di luar sedang turun hujan.

Saat lilyana memejamkan mata mecoba untuk tidur sebuah ciuman mendarat di dahinya disertai kata kata lembut dan hangat menerpa wajahnya

"Selamat tidur lily " Rezza merebahkan tubuhnya setelah mematikan lampu

"Kau" Suara lilyana membuat mata rezza yang semula mencoba terpejam dengan begitu cepat terbuka

BERSAMBUNG.....

.

.

.

.

.

.

.

.

HAY teman teman tolong bantu aku ya komen dan like itu sangat berharga bagi penulis pemula bagiku.

follow juga ig aku @Liyahv07 buat liat liat seputar novel atau visual mc yang aku tulis

salam sayang dari aku😘

.........

2. Menyebalkan

pov Lilyana

*****

"kau" ucapku begitu lantang bagaimana tidak dia berani-beraninya menciumku tanpa meminta ijin

"kenapa" dengan tidak tahu malunya dia bertanya seperti itu

"ka-kau barusan menciumku tanpa ijinku" balasku dengan sedikit gugup

"kenapa bukankah itu wajar sekalipun aku melakukan lebih itu hal wajar" ucanya sungguh membuatku ingin menyumpal mulut biadap itu dan tanpa ingin membalas perkataannya aku segera merebahkan tubuhku dengan tidur memunggunginya, aku terlalu kesal dan tak ingin melihat wajah menyebabkan itu, tapi saat aku baru saja memejamkan mata sebuah tangan besar nemeluku dari belakang dan aku sudah tau pelakunya. seketika aku bangun dengan menjauh darinya

"kenapa kau memeluku bisakah kau diam aku mengantuk aku lelah" ucapku dan ku lihat dia hanya diam tanpa menjawab sungguh menyebalkan. aku menarik selimut dan mengambil satu bantal menuju sopa lebih baik aku tidur di sopa daripada harus tidur dengan pria sialan itu bisa bisa aku di terkamnya dan sialnya dia hanya mengamati ku tanpa berkata maupun melarangku hah astaga berharapkah aku di larang pria menyebalkan itu. karna terlalu sebal aku merebahkan diri di atas sopa yang lumayan nyaman dan segera memejamkan mata aku harus banyak banyak istirahat untuk menyambut hari hari keesokannya entaha apa yang akan terjadi baru satu hari saja hidup bersamanya membuatku sudah ingin segera lepas.

.

.

.

.

.

pov Rezza

*****

aku menarik napas cukup dalam atas perlakuan lilyana terhadapku dan aku harus memaklumi karena pernikahan kami hanya aku yang menginginkan bukan dia maka aku harus benar-benar membuat lilyana bisa menerimaku dan pernikahan kami.

kulihat dia sudah terlelap di atas sopa dengan tubuh meringkuk. aku bergegas turun dan berjongkok di hadapannya ku amati wajah lelapnya begitu cantik, bibirnya sedikit mengerucut mungkin dalam tidur pun dia masih merasa kesal terhadapku hingga membuatku tertawa pelan. ku raih tubuhnya dan ku pindahkan ke atas ranjang ku tutupi tubuhnya dengan selimut agar tidak terkena hawa dingin, ku kecup keningnya cukup lama aku begitu meresapi rasa cintaku terhadapnya dan ku pastikan dia akan memakiku jika tahu aku mencium dia lagi tanpa ijinnya.

aku merebahkan tubuhku dengan alas bantal di kepalaku tanpa selimut aku memejmkan mata aku lebih memilih untuk tidur di sopa tidak ingin membuatnya kesal lagi terhadapku.

.

.

.

.

.

.

pukul dua malam lilyana terbangun terusik oleh hawa dingin yang ternyata selimut sudah merosot sebatas kakinya di luar hujan ternyata masih sangat deras. saat matanya memejam kembali namun beberapa derik lilyana kembali membuka mata dia ingat dia tidur di sopa lantas mengapa dia bisa berada di atas ranjang. lilyana melihat ke sampingnya kosong tidak ada pria tadi yang membuatnya kesal, pandangannya pun berpidah ke sebuah sopa disisi kanan tempat ranjang dari pencahayan remang remang hanya bernyalakan lampu tidur lilyana bisa melihat bahwa rezza sedang terlelap di sopa itu, dan dia tidak begitu bodoh pasti rezza yang memindahkannya ke atas ranjang sedangkan dia sendiri memilih tidur di atas sopa. sisi baik lilyana menyuruhnya turun dan berjalan ke arah nakas yang terdapat selimut lain disina yang sengaja disediakan. di ambilnya selimut itu lalu kakinya bergerak mendekati rezza membalut kan selimut sebatas dada suaminya, sejenak lilyana terdiam mengamati wajah suaminya yang terlelap begitu damai. jika di amati lebih teliti rezza Sangatlah tampan dengan rahang tegas di tumbuhi bulu bulu halus dan rapi alisnya tebal bibirnya seksi dan sedikit tebal sungguh sangat tampan pikurnya.

"astaga apa yang aku pikirkan ingat lily dia itu menyebalkan" lilyana berucap lirih dan segera naik kembali ketas ranjang dan kembali terlelap.

sedangkan rezza membuka matanya sebenarnya dia tadi juga terbangun kara hawa dingin menerpa tubuhnya berniat mengambil selimut cadangan namun dalam remang remang pencahayaan lampu tidur rezza dapat melihat lilyana berjalan ke arahnya dan membalut kan selimut di tubuhnya dan dia bisa merasakan bahwa lilyana mengamatinya bahkan tadi dia sempat merasakan lilyana mengusap pelan alisnya, dan tak lama kemudian rezza pun mendengar langkah lilyana menjauh. dia kembail membuka matanya dengan senyuman tersemat di bibirnya hanya dengan begitu saja dia sudah baper sungguh berbeda jauh dengan si wanita garang yang terlelap di atas ranjang. bila biasanya wanita lah yang baperan diiperlakukan begitu tapi sebaliknya berbeda.

rezza kembali memejamkan matanya dia harus siap menyabut hari dengan si wanita pujaannya yang seperti singa betina itu.

Bersambung....

Rumah

dalam perjalanan pulang di dalam mobil hening tidak ada yang ber inisiatif memulai percakapan. siang ini setelah sarapan dan mengurus keluar dari hotel rezza membawa lilyana pulang kerumah barunya, rumah yang sudah lama di siapkannya untuk mereka huni. terlihat aneh memang, bahkan mereka menikah hanya dalam waktu seminggu tapi rezza sudah menyiapkan rumah, bukankah dia benar-benar sudah merintis masa depannya hanya dengan lilyana.

pintu gerbang yang terbuat dari besi besi di dorong oleh seorang laki laki paruh baya hingga lebarnya bisa memasukan mobil yang dikendarai rezza. dan tepat di depan rumah menjulang tinggi mobil itupun berhenti.

"Turunlah" rezza memerintah lilyana untuk segera turun dan tanpa menjawab lilyana segera membuka sabuk pengaman dan turun begitu saja. sedangkan rezza hanya bisa geleng geleng kepala melihat begitu dingin perlakuan istrinya itu terhadapnya.

didalam bawah bimbingan kaki rezza lilyana masuk keddalam rumah mengikuti setiap langkah kaki si pria yang di anggapnya itu menyebalkan. saat masuk kedalam rumah mata lilyana sudah di manjakan dengan kemewahan, bahkan rumah miliknya dan ayahnya saja tidak semegah ini, lilyana terus menggulirkan matanya dengan takjub, dan tepat di raungan keluarga matanya menangkap si sosok dirinya dan rezza dalam busana pernikahan kemarin ya, itu adalah fhotonya dan rezza tergantung di dinding dengan ukuran besar. dalam pikiran lilyana dia sudah mengumpat "apa apa'an si manusia es menyebalkan ini"

kini langkah merka menaiki tiap anak tangga menuju lantai dua lilyana terus mengekor di belakang. rezza membuka sebuah ruangan dan waw sungguh ini sangat menakjubkan bagi lilyana, di ruangan itu hanya di lindungi oleh kaca tebus pandang ke arah luar tanpa dinding dan sudah lilyana pastikan bahwa di setiap malam dia bisa melihat gelap gerlip keindahan kota.

di sudut kanan terdapat sebuah meja dan tumpukan buku dan lilyana sudah tau tumpukan buku dan kertas kertas yang tersusun rapi disana. sesaat dia mengalihkan pandangannya ke arah rezza

"i-ini" ucapnya lirih

"iya ini ruangan untukmu membuat desain saat diruamh, aku tau kamu pasti suka pandangan seperti ini saat mendesain baju baju" rezza berucap seakan sudah bisa menebak apa yang akan lilyana tanyakan

"terimakasih tapi biasa saja, aku lebih suka ruangan tertutup dinding dan sunyi" bohongnya tidak ingin mengakui gejolak hatinya yang sedang senang membayangkan dia berkutat di ruangan itu dengan kertas dan otaknya

"Benarkah? bahkan aku lihat binar binar di wajahmu sungguh sangat senang" jawab rezza membuat lilyana seketika memegang wajahnya.

"apa terlihat" lirih lilyana dan sayangnya itu masih bisa terdengar oleh rezza

"hehh siapa bilanggg apa matamu buta, apa kau tidak bisa lihat wajahku ini sedang kesal" lilyana terus saja menyangkal tidak ingin ketahuan bahwa dia senang

"benarkah, coba ku lihat" rezza melangkah maju dan refleks lilyana mundur seiring langkah maju rezza hingga tubuhnya mentok dan dia terkungkung di dinding kaca oleh lengan besar rezza

"a-apa yang kau lakukan minggir" lilyana sungguh gugup berada dalam situasi seperti ini

"apa aku hanya ingin melihat raut wajahmu bukankah tadi kamu menyuruhku melihatnya" rezza sengaja mendekatkan wajahnya sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dengan lilyana. matanya bergulir membingkai wajah gugup itu yang sekarangg sudah sangat merah merona bak tomat matang.

"pipimu memerah" tangan kanan rezza mengelus di bagian pipi kanan lilyana hingga turun kebagian bibir ranum milik wanitanya. dia menekankan ibu jarinya di atas bibir mungil nan menggoda itu, perlahan wajahnya maju dan melabuhkan kecupan singkat di atas bibir lilyana

"ka-kau kau menciumku lagi, bukankah aku sudah mengatakan jangan menciumku" lilyana mengomel dan mendorong tubuh rezza menjauh darinya

"ah aku kelepasan, aku begitu pokus tadi meneliti raut wajahmu dan bibirku ini ingin mencium bibir mu" sungguh lilyana sangat kesal dengan jawaban rezza ingin sekali rasanya mendaratkan telapak tangannya di wajah menyebalkan itu.

"dasar mesum" umpat lilyana setelah melihat rezza berjalan keluar pintu dan dia pun kembali mengekori

kini rezza membuka sebuah pintu terbuat dari kayu jati yang begitu kokoh itu mempersilakan lilyana masuk lebih dulu. nuansa putih berpadu abu abu menguasi dinding didalam ruangan itu, terdapat ranjang berukran king size serta satu buah sopa dan meja di ujung kaki ranjang, dua lemari besar berjejer rapi di sisi kiri ranjang serta meja di sisi kanan di ujung belakang sopa terdapat meja rias yang sudah ter isi penuh dengan alat make-up berupa liptin dan kawan kawannya dan diket jangakauan sopa terdapat sebuah televisi berukuran besar.

"ini kamar kita kau suka" rezza berbicara dengan melihat wajah lilyana tergambar disana bahwa istrinya itu menikmati suasana dan pasilitas kamar mereka.

"kita! kenapa harus kita aku tidak mau satu kamar denganmu, di rumah ini masih ada kamar lain kan, tunjukkan padaku aku akan menepati kamar itu" lilyana berjalan ke arah pintu. kali ini perkataan lilyana sedikit menyakiti hati rezza, dia sudah menyiapkan kamar itu dengan sebaik mungkin untuk mereka berdua tapi lilyana mentah mentah menolak satu kamar dengan dirinya.

"jangan keluar! maksudku tetaplah dikamar ini aku yang akan menepati kamar lain. kamarku berada di sebelah kamarmu jika kau butuh sesuatu panggil aku saja" rezza berbicara dengan dingin dan melengos pergi keluar kamar, menciptakan keheningan menemani lilyana. dia tertegun dengan ucapan rezza, apakah kata katanya tadi keterlaluan.

"apa aku keterlaluan bahkan dia menyuruhku menepati kamar ini dan dia sendiri mau menepati kamar lain padahal kan ini rumah dia" lilyana berbicara sendiri lalu duduk di ujung ranjang dengan menghela napas.

"kenapa aku jadi begini bukankah ini memang sudah sepantasnya aku berperilaku seperti ini, wajarkan! di saat aku tenang dan benar-benar menikmati kesendirianku setelah lama mati matian mengubur diri untuk tidak berurusan dengan laki laki tiba tiba dia datang menikahiku bahkan tanpa menjalin hubungan atau sekedar saling mengetahui kehidupan masing-masing" lilyana berguman sendiri. dibalik sikap cuek dan keras kepalanya lilyana adalah sosok yang pernah terluka begitu dalam. GILANG JUIMAN adalah laki-laki yang pernah sangat lilyana cintai. menjalin hubungan selama 5 tahun ternyata masih saja tak menjamin hubungan mereka baik dalam kata setia, saat hari ulang tahunnya yang ke 22 tahun lilyana melihat kekasihnya sedang bercumbu mesra di apartemen milik laki laki itu. awalnya lilyana ingin memeberi kejutan merayakan hari ulang tahunnya dengan pulang dari Singapura tanpa memberi kabar kekasihnya dan akan mengadakan makan malam roamntis, namun dia sendiri yang dikejutkan dengan kelakuan Gilang dibelakangnya. bahkan lilyana sempat mendengar bahwa Gilang tidak mencintainya dan hanya mengambil muka dengan berpacaran dengan lilyana seorang desainer cantik yang namanya cukup terkenal, sehingga banyak yang memujinya yanga hanya seorang karyawan biasa bisa menaklukan seorang lilyana yang tak bisa dimiliki orang lain dan saat itulah awal mula lilyana menutup hati dan tak ingin berurusan dengan laki-laki karna baginya semua sama saja.

"huhhhhh" lilyana menghela napas, mengingat masalalunya bersama pria brengsek itu membuat moodnya hancur.

.

.

.

.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!