NovelToon NovelToon

Luka Dalam Pernikahan

Bab 1 : Pria menakutkan

Prang ...

Sebuah gelas jatuh berserakan diatas lantai. Melihat wajah suaminya yang terlihat begitu marah, membuat wanita cantik itu jadi ketakutan. Takut jika suaminya akan memukulnya seperti biasanya.

" Kamu itu bisa becus nggak sih jadi istri!" bentak seorang pria dengan tubuh tegap serta raut wajah penuh kemarahan. Pasalnya, file yang sudah ia kerjakan semalaman suntuk hilang tanpa bisa di kembalikan lagi.

" Maaf, Mas," lirih seorang wanita dengan wajah ketakutan.

Dia adalah Ayyara Nisaka, seorang wanita cantik berusia dua puluh tiga tahun. Padahal, niat hati hanya ingin membantu membereskan meja kerja suaminya yang berantakan. Tapi, sialnya Ayyara justru mendapatkan sebuah amarah dari suaminya. Suami yang telah ia nikahi selama empat tahun, bernama Argi Guntara. Seorang Manajer Marketing di kantor cabang Jaya land yang ada di kota S.

" Maaf? Apakah maaf bisa mengembalikan file dokumen itu, huh!" Argi semakin mengeraskan suaranya sampai membuat sang ibu yang sedang berada di dapur mendengarnya.

Bu Atmariani pun segera mencuci tangannya dan bergegas pergi untuk melihat apa yang tengah terjadi.

" Argi stop! "seru Ibu Atmariani saat melihat putranya yang akan menampar menantunya. Begitulah Argi yang tak bisa menjaga tempramennya ketika sedang marah. Ia bisa saja memukuli Ayyara sambai lebam-lebam jika tak ada yang menengahi.

Melihat Ibunya datang, membuat Argi tak jadi memukul Ayyara. Meski temperamen, Argi masih bisa cukup di kendalikan oleh sang ibu karena ia sangat menghormati ibunya.

Biasanya, seorang laki-laki yang bisa menghormati Ibunya, dia juga akan mudah menghormati istrinya. Tapi, sepertinya itu tak berlaku lagi pada Argi.

Dulu, waktu masih pacaran dan awal-awal menikah, sikap Argi tak seperti ini. Dia sudah bagaikan suami idaman yang sangat menyayangi istrinya. Namun, entah kenapa belakangan terakhir ini dia mulai berubah. Sikapnya pada Ayyara mulai dingin seakan sudah tak ada lagi cinta. Apa mungkin ia memang sudah tak mencintainya lagi?

Pasalnya, katanya cinta itu bisa kadaluarsa. Dimana, cinta yang dulunya ada tiba-tiba menghilang begitu saja ketika rasa bosan telah menghampiri.

" Kamu bisa gak sih kalau ada masalah itu jangan suka main tangan?" omel Bu Atmariani yang memang tak suka dengan sikap temperamental putranya ini.

" Ibu kalau tidak tau apa-apa, lebih baik diam. Jangan terus-menerus ngebelain menantu kesayangan ibu ini! Begini 'kan jadinya, terlalu sering di bela jadi ngelunjak!" keluh Argi.

" Ibu bukan ngebelain Ayyara, hanya mau mengingatkan kalau ada masalah itu jangan suka main tangan. Bicara baik-baik kan bisa, lagipula dia itu istri kamu bukan samsak tinju yang bisa kamu pukul sebagai pelampiasan ketika marah, "terang bu Atmariani yang jadi ikut emosi. Pasalnya, dia juga seorang wanita yang bisa merasakan sakit jika di pukul.

Jangankan di pukul, di bentak saja hatinya sakit. Apalagi mendapatkan kekerasan, tambah double rasa sakitnya.

" Argi juga gak akan marah seperti ini jika dia tidak berbuat salah. Lagian, jadi istri gak ada becusnya. Udah gak bisa kasih anak, bikin masalah mulu!" cemooh Argi yang membuat hati Ayyara semakin sakit.

" Argi!" bentak bu Atmariani yang tak suka dengan ucapan putranya barusan.

Dikarenakan malas berdebat dengan sang Ibu, Argi pun berlalu pergi meninggalkan ruangan kerjanya.

Sementara Bu Atmariani segera menghampiri Ayyara yang sudah gemetaran dan terisak akibat ucapan Argi yang begitu melukai hatinya.

" Sudah, jangan di masukkan ke dalam hati perkataan Argi barusan ya. Mungkin dia sedang banyak pikiran, makanya jadi begitu." Bu Atmariani mencoba untuk menenangkan Ayyara lalu membawa menantunya itu keluar dan mengambilkan air minum demi merilekskan dirinya.

" Te-rimakasih, Buk," lirih Ayyara dengan suara bergetar.

" Iya, kamu minum dulu biar tenang," ujar Bu Atmariani sambil mengusap punggung Ayyara.

Inilah alasan kenapa bu Atmariani tak pernah mengizinkan Argi dan Ayyara untuk tinggal sendiri. Bukan karena tak ingin melihat anaknya mandiri, melainkan takut jika putranya bisa lepas kendali ketika marah.

Putranya itu bisa menjadi pria baik, pengertian, dan penyayang. Namun, kadang kala dia juga bisa menjadi pria yang menakutkan ketika marah.

" Sudah tenang?" bu Atmariani mengusap lembut pundak menantunya.

Ayyara mengangguk.

Setelahnya, bu Atmariani menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi sampai bisa membuat Argi marah seperti itu. Dia tahu betul karakter anaknya, dia memang tak akan marah tanpa sebab.

Setelahnya, Ayyara menceritakan kalau ia hanya membantu membereskan meja kerja Argi yang berantakan. Seingat Ayyara, dia sudah menyimpan file dokumen itu terlebih dahulu sebelum menutup laptop Argi. Tapi, entah kenapa Argi bisa marah-marah dan mengatakan kalau dokumen pekerjaannya telah hilang akibat kecerobohan Ayyara.

" Kalau begitu, kamu yang sabar ya ... mungkin Argi memang sedang banyak pikiran saja. Jadi, mudah marah ketika terjadi sesuatu tanpa sengaja." bu Atmariani menasehati Ayyara dengan lembut.

Ayyara mengangguk mengerti.

Inilah alasan kenapa Ayyara masih mau bertahan tinggal bersama mertuanya yang selalu membantunya ketika Argi marah. Mungkin, kebanyakan menantu tak kuat jika harus tinggal bersama mertua dalam waktu yang lama. Tapi Ayyara?  Meski rasa  ingin tinggal di rumah sendiri itu ada, tapi ia juga masih memikirkan mertuanya yang sangat baik padanya seperti putri sendiri.

...***...

Keesokan paginya, ketika akan  berbelanja di tukang sayur, Ayyara harus melihat para ibu-ibu yang  tengah berbelanja. Andai ia tak sedang buru-buru untuk memasak, Ayyara pasti akan membeli sayur setelah mereka pergi.

Ayyara menarik nafasnya dalam-dalam sebelum berjalan pergi ke tukang sayur.

" Tenang, Yara. Jika mereka berbicara yang tidak-tidak, anggap saja itu sebagai burung sedang berkicau." Ayyara mencoba menenangkan dirinya sendiri. Pasalnya, Ia pasti akan mendengarkan suara-suara sumbang dari para ibu-ibu itu.

" Wah, si mandul lagi belanja sayur," cibir seorang wanita yang selalu menghina Ayyara dengan memanggilnya mandul. Padahal Ayyara sudah pernah mengatakan bahwa ia tak Mandul, tetapi orang itu masih  saja menghinanya mandul karena tak kunjung hamil.

Di negara ini, kenapa kebanyakan para wanita yang selalu saja dianggap mandul jika tak kunjung hamil. Bukankah laki-laki juga bisa mandul? Tapi kenapa mereka tak pernah di hina jika sang istri belum hamil juga?

Lagipula, siapa sih yang ingin ada di posisi ini? Ayyara juga ingin hamil dan punya anak layaknya wanita lainnya. Tetapi, jika memang belum diberi amanah sama sang pemilik hidup, mau bagaimana lagi.

Berusaha? Berdoa? Ikhtiar? Itu semua sudah Ayyara lakukan, tapi masih belum ada hasil. Jadi, sekarang dia hanya bisa pasrah dan berserah diri.

" Lagi pura-pura budek, ya? Nanti budeg beneran baru tau rasa!" cibir ibu itu lagi saat melihat Ayyara  hanya diam saja tanpa membalas ucapannya.

Ayyara memang sengaja diam dan terus memilih apa yang ia butuhkan, lagi pula menjawab juga tak akan ada gunanya. Hanya buang-buang energi saja.

" Bang, semuanya berapa? "tanya Ayyara ketika sudah selesai berbelanja dan siap membayar.

" Sebentar ya, neng, " ujar penjual sayur itu yang segera menghitung belanjaan Ayyara.

" Belanjaannya tumben dikit, Ra?" tanya Ibu-ibu lainnya yang sok basa basi dengan Ayyara.

" Iya, soalnya cuma butuh ini saja," jawab Ayyara singkat.

" Semuanya lima puluh ribu, Neng."

Setelahnya, Ayyara segera membayar belanjaannya agar bisa pergi dari tempat itu.

" Mari, Ibu-ibu duluan," pamit Ayyara sebagai sopan santun.

"Ih, sok cuek! Padahal di hatinya pasti panas banget!" dengus bu Mimin.

" Ya ... Neng Ayyara mah emang pendiem kali bu Mimin, cantik lagi walau tidak pakai make up menor," sindir sang penjual sayur pada bu Mimin yang selalu memakai lipstik merah menyala, bedak tebal tapi tak senada dengan warna kulit serta alis yang di gambar begitu tebal berwarna hitam legam.

" Cantik aja itu gak cukup kalau tidak bisa memberikan keturunan! "tandas Bu Mimin yang segera berlalu pergi.

" Loh, Buk. Sayurnya belum bayar, "teriak sang penjual sayur.

" Bayar besok sekalian! "balas Bu Mimin tanpa menoleh ke belakang.

Sang penjual sayur pun hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya.

" Kebiasaan! Sukanya ngomongin orang terus ... Tapi urusan bayar sayuran selalu ngutang, " kesal sang penjual Sayur.

...****************...

Halo guys ... Selamat datang di karya baru Novi. Semoga suka dengan cerita ini. Jangan lupa like, komen, vote, dan beri hadiahnya ya.... Kalau kalian suka, tinggal pencet tombol favorit.

.

Bab 2 : Pertarungan

Di saat Ayyara baru menyelesaikan pekerjaan, dan ingin istirahat. Sudah terdengar suara motor Argi datang, jadi ia bergegas pergi untuk membukakan pintu.

" Tumben jam segini sudah pulang, Mas," ujar Ayyara sembari membawakan tas kerja Argi.

" Suami pulang kerja itu di ambilkan minum, bukan di tanya-tanya!" ketus Argi.

" Iya, maaf, mas."

Ayyara pun bergegas pergi ke dapur untuk mengambilkan air minum dingin untuk suaminya. Pasalnya, cuaca di luar sangatlah terik. Jadi, minuman dingin sangatlah cocok untuk melepas dahaga. Tak lupa pula, Ayyara juga membawakan sepiring pisang aroma untuk suaminya.

" Ini mas minuman dan camilannya. " Ayyara meletakkan minuman dan juga piring berisi pisang aroma itu di atas meja.

Sedangkan Argi, terlihat langsung meminum minuman itu sampai tandas. Sepertinya dia memang sangat haus sekali.

Setelahnya Argi kembali duduk bersandar di sofa sambil memakan pisang aroma yang dibawakan Ayyara.

" Mau di pijit, Mas?" tawar Ayyara.

" Kalau mau memijat itu tidak perlu di tawari, jelas maunya. Nih, Kakiku capek! Pegal semua!" tandas Argi seraya meletakkan kakinya diatas pangkuan Ayyara.

Ayyara pun mulai memijat kaki suaminya dengan telaten dan sabar. Sementara Argi terlihat memainkan ponselnya.

" Pakek tenaga kalau mijat! "ketus Argi sembari menggoyangkan kakinya.

Ayyara hanya menghela nafas panjangnya, lalu menanbah kekuatan untuk memijat Argi. Sebenarnya, Ayyara juga sangat lelah dan ingin istirahat, tapi ia tak berani menolak permintaan suaminya.

Tiba-tiba, Argi seperti melihat sesuatu yang mengejutkan baginya.

" Kurang ajar!" umpat Argi yang bergegas pergi.

" Ada apa, Mas?" tanya Ayyara ketika melihat suaminya yang tiba-tiba ingin pergi lagi.

" Ada urusan sebentar, kamu di rumah saja jangan keluar-keluar gak jelas!" pesan Argi sebelum pergi.

Ayyara pun mengangguk seraya menatap kepergian suaminya. Setelahnya, Ayyara segera bergegas masuk ke dalam kamar untuk merebahkan tubuhnya yang sudah sangat lelah. Tak butuh waktu lama, Ayyara sudah tertidur.

...***...

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul satu diang, Bu Atmariani mencoba mengetuk pintu Ayyara karena ia sejak tadi tak terlihat keluar dari kamar.

" Yara ... Kamu di dalam, Nak?" panggil Bu Atmariani lembut seraya mengetuk pintu kamar menantunya.

" Ra ..., kamu sudah sholat dzuhur apa belum? Ini sudah jam satu, loh!" ujar Bu Atmariani yang mencoba mengingatkan menantunya untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Sepasang mata itu perlahan mulai mengerjapkan tatkala mendengar sayup-sayup suara ibu mertuanya memanggil.

" Ra ..., "bu Atmariani masih terus memanggil saat tak kunjung mendapatkan sahutan.

" Mungkin Yara sedang tidak sholat, "ujar Pak Dermawan suami Bu Atmariani.

" Masak sih? Sepertinya ini, belum waktunya Yara datang bulan," papar Bu Atmariani yang memang cukup hafal siklus bulanan menantunya itu.

Tak lama kemudian, perlahan pintu kamar ity terbuka dan memperlihatkan Yara dengan wajah bangun tidurnya.

" Ibu sudah pulang? "tanya Yara dengan suara serak bercampur bindeng.

" Kamu kenapa, Ra? Lagi kurang enak badan? "Bua Atmariani pun segera mengecek kening menantunya itu dan memang sedikit demam.

" Kamu demam, pasti karena terlalu kecapek.an ini! Padahal Ibu sudah bilang jangan terlalu capek, soalnya kamu 'kan lagi program hamil, "tutur Bu Atmariani.

" Yara tidak Apa-apa, Bu. Hanya sedikit meriang saja, " kata Yara yang tak mau membuat mertuanya khawatir.

Bu Atmariani hanya bisa menghembuskan nafas panjangnya, kemudian menyuruh Yara untuk segera sholat sebelum waktunya habis. Setelahnya, Ia segera menyuruh Yara untuk makan dan meminum obat penurun demam.

" Makan yang banyak, jangan hanya sedikit-sedikit nanti terlalu kurus jelak," ujar Bu Atmariani.

" Iya, Bu." Yara mencoba memaksakan untuk tersenyum meski kepalanya mulai nyut-nyutan.

" Haching!" Yara terlihat bersin-bersin. Sepertinya dia sedang terserang gejala flu, makanya meriang dan bersin-bersin.

" Buk, buatkan wadang jahe biar tubuhnya Yara hangat, " perintah Pak Dermawan dan diangguki oleh bu Atmariani.

" Sudah, gapapa bu. Yara nanti bisa buat sendiri," tolak Yaea yang tak enak merepotkan mertuanya.

" Sudah gapapa, kamu duduk dan habiskan makananya saja! " titah Bu Atmariani.

Yara terlihat tersenyum, Ia sungguh merasa beruntung karena bisa memiliki ibu mertua dan Ayah mertua yang sangat baik. Semoga, Yara bisa segera hamil agar bisa mewujudkan keinginan mertuanya untuk segera hamil.

Bagi Yara, bu Atmariani dan Pak Dermawan sudah seperti orang tua keduanya yang sangat baik padanya. Meski orang-orang di luaran sana sering menggunjing dan menghinanya mandul, tapi mertuanya tak pernah mengatakan hal itu. Karena mereka memang tahu jika Yara tak mandul. Ia sehat dan baik-baik saja, mungkin hanya memang belum di beri kesempatan saja.

...***...

Di tempat lain, terlihat seorang wanita dan laki-laki tengah bertengkar. Wajah si perempuan sudah terlihat ada beberapa memar akibat pukulan dari pria itu.

" Lepaskan dia!" bentak seorang pria yang tiba-tiba datang.

" Mas Argi," lirih wanita itu yang merasa senang saat melihat Argi datang. Ia pun segera mencoba melepaskan diri, dan berlari menghambur memeluk Argi.

" Mas Argi, Bila takut," lirih wanita itu yang terlihat begitu ketakutan.

" Lo siapa? Berani ikut campur urusan orang, huh?" sarkas laki-laki dengan tubuh penuh tato.

" Gak penting gue siapa, tapi lebih baik lo pergi dari sini. Sebelum gue habisi!" ancam Argi dengan wajah tanpa rasa takut.

" Cuih!" laki-laki itu meludah dan merasa tidak takut dengan ancaman yang di lontarkan oleh pria yang tak ia kenal.

" Bila sini! Sebelum gue tambah mengamuk! "titah pria itu dengan nada berat.

Bila menggeleng, dia tak mau pergi ke pria itu karena takut mendapatkan kekerasan lagi.

" Kurang ajar! Berani lu, ya... "

Saat melihat pria itu yang berjalan mendekat, membuat Argi memundurkan tubuh Bila ke belakang.

" Mas Argi ...," lirih Bila yang takut jika Argi akan kenapa-kenapa ketika bertengkar dengan pria itu.

" Kamu tenang saja dan pergi menjauh, oke! "ucap Argi dengan tatapan lembut.

Merasa jika pria itu mulai mendekat, Argi pun menendang ke arah belakang. Namun, pria itu ternyata cukup peka terhadap serangan.

Akhirnya, mereka berdua pun bertarung layaknya laki-laki gentel.

Melihat Argi yang bertarung dengan mantan pacarnya, membuat Bila harap-harap cemas dan segera memanggil polisi.

Setelah beberapa menit, akhirnya pria itu dapat melumpuhkan Argi. Kini, posisi pria itu ada tepat di atas tubuh Argi. Saat ingin melayangkan bogeman ke wajah Argi, tiba-tiba terdengar suara berat dari belakang.

" Angkat tangan atau kamu akan saya tembak!" pungkas Seorang polisi yang datang.

"Sialan!" umpat laki-laki saat tahu ada seorang polisi datang.

Sang polisi pun segera menangkap pria itu dan memborgol kedua tangannya. Sementara Bila menghampiri Argi yang terbaring diatas tanah.

" Mas Argi gapapa?" tanya Bila cemas.

Argi menggeleng." Aku gapapa," ucap Argi sok baik-baik saja. Padahal, sudut bibirnya sudah berdarah.

Ketika sang polisi sudah membawa laki-laki itu pergi, Bila segera membawa Argi masuk kedalam rumah untuk membantu mengobati luka Argi.

...****************...

Bab 3 : Mas Sayang sama Aku?

Ketika sudah memasuki rumah, Abila berjalan menuju kamarnya untuk mengambil kotak p3k. Sementara Argi terlihat memegang ujung bibirnya ketika merasakan ada yang mengalir.

" Esst ...," lirih Argi ketika kulit jarinya menyentuh ujung bibir yang sobek.

" Kurang ajar pria itu! Awas saja, lain kali bibir dia yang akan gue sobek- sobek!" kesal Argi gara-gara tahu sudut bibirnya berdarah akibat terus menerus mendapatkan bogem mentah.

Tak lama kemudian, terlihat Abila yang sudah kembali dengan membawa kotak p3k dan juga segelas air minum.

" Mas Argi minum dulu, "ujar Bila sembari menyodorkan segelas air putih untuk Argi.

Argi pun mengambilnya, lalu meneguk air itu perlahan. Namun, rasa perih tetap tak terhindarkan ketika luka terkena air.

" Sakit ya, Mas, " cemas Abila yang langsung mengambil gelas itu dari tangan Argi.

" Gapapa, hanya sedikit ___ perih," lirih Argi yang tak mau terlihat cemen di depan Abila.

Abila pun segera mengambil kapas dan juga obat merah untuk mengobati luka Argi.

" Sini, biar Bila obati." Abila meraih dagu Argi, kemudian menempelkan kapas yang telah di beri obat merah ke sudut bibir Argi yang terluka.

" Maafin Bila ya, Mas. Gara-gara nolongin Bila, Mas Argi jadi terluka begini," ujar Bila yang merasa bersalah.

" Sudah, tidak apa-apa. Ini hanya luka kecil kok, lagian yang terluka bukan hanya Mas tapi Bila juga." Kini, Argi sudah meraih tangan Bila agar gadis itu berhenti mengobati lukanya. Alih-alih memperhatikan wajah dan tubuhnya yang banyak lebam akibat pukulan, Bila justru lebih dulu memperdulikan luka Argi yang tak seberapa itu.

Argi mengecek luka-luka yang di dapatkan Bila, dan itu pasti terasa sangat sakit.

" Apakah dia selalu bersikap seperti ini?" tanya Argi yang dijawab anggukan kepala oleh Bila.

Bila mengangguk, membuat hati Argi merasa Iba.

" Kalau begitu, kenapa kamu masih bertahan sama dia? Kenapa tidak kamu tinggalkan saja!" kesal Argi pada pria yang merupakan kekasih Abila.

Bila menggeser tubuhnya agar membelakangi Argi. " Bila juga inginnya begitu, Mas. Tapi, dia selalu saja mengancam akan menyebarkan foto-foto bugil Bila kalau sampai ___" tenggorokan Bila seakan tercekat tatkala mengingat kembali berbagai ancaman yang di lontarkan oleh Guntur pada dirinya.

Melihat Bila yang menangis sesegukan, membuat Argi tak tega hingga membuatnya meringkuk tubuh kecil itu kedalam pelukannya.

" Menangislah jika itu bisa membuat Bila tenang," kata Argi yang mencoba menenangkan Bila. Jika sudah seperti ini, jiwa penyayang Argi seakan keluar. Dia juga mempunyai adik perempuan yang usianya seumuran dengan Bila. Jadi, ketika melihat Bila mendapatkan sebuah kekerasan dari kekasihnya membuat Argi geram.

Mendapat pelukan hangat dari seorang pria seperti Argi, membuat Bila merasa aman dan tenang. Ia seakan merasa seperti ada yang menjaga dan melindunginya.

Sejak pertama kali bertemu Argi, Bila sudah memiliki perasaan yang berbeda. Di tambah lagi dengan sikap Argi yang begitu baik, lembut, perhatian, dan penyayang seperti ini membuat Bila semakin merasa nyaman saat bersamanya.

Perasaan yang awalnya hanya sekedar mengagumi, kini seakan berubah menjadi ingin memiliki.

" Mas Argi," lirih Bila.

" Ya, ada apa, Bil?"

Bila mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah Argi. Meski kulit Argi tergolong sawo matang, tapi ia sungguh manis saat di pandang. Apalagi ketika tersenyum dan memperlihatkan lesung pipitnya, membuatnya memiliki karisma tersendiri.

" Apa Mas Argi sayang sama Bila?" entah dapat kekuatan dari mana sehingga membuat Bila berani bertanya seperti itu pada pria yang belum lama ia kenal.

Dahi Argi terlihat berkerut, menatap manik hitam pekat itu. Kemudian mengusap lembut kepala Bila layaknya ia memperlakukan adiknya Flo.

"Ya, Mas Argi sayang karena Bila itu sudah Mas Argi anggap seperti ___"

Belum saja Argi melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Bila sudah lebih dulu mencium bibir Argi sampai membuat pupil matanya melebar akibat terkejut.

...***...

Prang

Sebuah foto pigura jatuh ke lantai.

" Astagfirullah!," seru Ayya yang terkejut. Ia pun segera mengambil foto figura dirinya dan Argi yang terjatuh itu, dan ternyata kacanya retak.

Mendengar suara gaduh dari dalam kamar menantunya, membuat Bu Atmariani dan Pak Dermawan beranjak bangun dari duduknya. Sebelumnya, mereka tengah menonton televisi di ruangan tengah yang kebetulan tak jauh dari kamar Ayyara.

" Ra, Kamu kenapa, Nak?" tanya bu Atmariani cemas.

" Yara, buka pintunya. Kamu baik-baik saja 'kan di dalam?" imbuh pak Dermawan yang ikut-ikutan cemas takut terjadi sesuatu pada menantunya. Pasalnya, Ayyara memang sedang dalam kondisi kurang enak badan.

Mendengar suara Ibu dan Ayah mertuanya memanggil, membuat Ayyara bergegas membukakan pintu.

Melihat Yara membuka pintu, membuat Bu Atmariani langsung mengecek tubuh menantunya yang ternyata baik-baik saja.

"Yara baik-baik saja kok, Buk, Pak," jawab Ayyara sambil menampilkan sebuah senyuman agar Ibu dan ayah mertuanya tak lagi cemas.

" Beneran kamu gapapa, Ra?" Bu Atmariani masih saja cemas, takutnya Yara sedang berpura-pura baik-baik saja.

" Iya, Bu,Pak. Itu tadi hanya pigura jatuh karena nggak sengaja ke senggol aja, kok," terang Ayyara.

Bu Atmariani dan Pak Dermawan Sama-sama menghela nafas lega setelah mendengarkan penjelasan Yara.

" Syukurlah kalau begitu."

Setelahnya, bu Atmariani dan Pak Dermawan kembali pergi dari depan kamar Ayyara. Sedangkan Ayyara terlihat kembali menatap pigura yang pecah itu.

"Kenapa perasaanku tidak enak begini, ya?Semoga tidak terjadi apa-apa dengan Mas Argi," kata Ayyara yang berusaha berpikir positif.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!