David Mahendra (Presiden Direktur/CEO di perusahaan FH Group)
30 Tahun
Azalea Carolline (Sekretaris David)
27 Tahun
Gilang (Ketua Divisi umum di perusahaan FH Group+Sahabat Lea)
27 Tahun
Gabriel (Sahabat Kantor Lea)
27 Tahun
James (Sahabat kantor Lea+Gabriel)
27 Tahun
Celine (Di jodohkan dengan David)
28 Tahun
Ara (Adik Gilang)
26 Tahun
Jangan lupa dukungannya untuk cerita ini, terima kasih 🌹
HAPPY READING!!!!
*****
Matahari pagi terbit dari arah timur, suara kicauan burung mulai terdengar. Terlihat orang-orang mulai melakukan aktivitas mereka masing-masing, dari yang berangkat ke sekolah, berangkat bekerja, dan juga ibu-ibu yang pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan pokok.
Kring.... Kring.... Kring.....
Terdengar bunyi alarm di atas nakas samping tempat tidur membuat wanita yang masih betah di bawah selimutnya itu pun terbangun.
"Huaaa......" Perlahan Lea membuka matanya, terlihat matahari sudah memasuki jendela kamarnya.
Dengan keadaan yang masih mengantuk Lea kembali memejamkan matanya.
"Astaga." Lea langsung merubah posisinya menjadi duduk karena teringat pagi ini ada interview di salah satu perusahaan. Ia menoleh ke arah nakas, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi.
"Jangan sampai telat." Ucapnya, ia langsung beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Biasanya dia mandi membutuhkan waktu sekitar setengah jam. Tapi tidak dengan pagi ini, ia mandi hanya 15 menit karena terburu-buru.
Bruk.....
Ketika ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba kakinya tersandung ujung lemari yang ada di sekitar sana.
"Aw...." Meringis kesakitan.
Saat ini Lea sudah mengenakan pakaian hitam putih. Ia berjalan menuju meja lalu mengambil tas yang berukuran sedang, tidak lupa untuk menyemprotkan parfum di area leher, baju dan tangan.
"Sepertinya tidak ada yang ketinggalan." Menatap sekitar sambil memasang jam tangannya di sebelah kiri.
Setelah itu, ia bergegas pergi keluar kamar lalu berjalan keluar rumah. "Aku harus memesan taksi dulu, semoga tidak lama." Mengambil ponsel untuk memesan taksi.
Tidak lama kemudian taksi pensanannya pun datang, ia segera masuk ke dalam dan duduk di bagian kursi belakang.
"Maaf, kita mau pergi kemana mbak?" tanya sang supir taksi sambil menjalankan mobilnya meninggalkan rumah itu.
"Ke perusahaan FH Group pak." Ucapnya dengan wajah yang sangat gelisah karena jam sudah menunjukkan pukul 7:06.
Mobil dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan kota, terlihat gedung-gedung tinggi di pinggir jalan. Banyaknya kendaraan yang membuat sang supir taksi mengurangi sedikit kecepatan.
Beberapa menit kemudian taksi itu terjebak macet di tengah-tengah kendaraan yang lainnya, sehingga susah untuk bergerak.
"Sepertinya di depan ada kemacetan." Ucap sang supir dengan pandangan fokus ke depan.
Lea menghela nafasnya lalu melihat jam yang ada di tangan kirinya. "Kira-kira berapa lama lagi ya pak macetnya?"
"Kalau itu saya juga kurang tahu, karena jalanan ini memang sering macet kalau pagi." Jelas sang supir.
"Duh bagaimana ini? Yang ada aku bisa telat." Gumamnya dalam hati.
"Kira-kira kalau jalan kaki dari sini menuju perusahaan itu masih jauh tidak?" tanyanya yang sudah sangat gelisah.
"Tidak, mungkin membutuhkan waktu sekitar 10 menit lebih kalau jalan kaki."
Pandangan wanita itu lurus ke depan, terlihat dari macet yang sangat panjang dan tidak tahu sampai kapan. "Pak, sepertinya saya turun disini saja, karena saya sudah hampir telat." Mengambil dompet lalu menyerahkan uang kepada sang supir.
"Tapi kalau jalan kaki lumayan mbak."
"Tidak apa-apa pak, sebelumnya terimakasih ya pak." Lea keluar dari dalam mobil.
"Hati-hati mbak." Teriak sang supir dari dalam mobil.
Lea berjalan kaki menuju perusahaan FH Group, beberapa orang menatap ke arahnya. Tetapi ia tetap melanjutkan langkahnya hingga beberapa menit kemudian mulai memasuki halaman perusahaan itu.
Gedung yang sangat tinggi, besar dan juga halaman yang luas. Orang-orang berlarian masuk ke dalam perusahaan.
Lea pun berjalan dengan cepat menuju pintu utama perusahaan sambil merapikan bajunya yang sedikit berantakan karena di jalan tadi ia sempat berlari.
Bruk......
Tanpa sengaja Lea menabrak seorang pria yang juga ingin masuk ke dalam melewati pintu utama.
"Maaf saya tidak sengaja karena terburu-buru." Lea membungkukkan setengah badannya lalu menatap pria yang tadi ia tabrak.
Sosok pria yang tampan, beralis tebal dan juga putih. Sejenak pria itu menatap dia dengan wajah dingin lalu berjalan masuk ke dalam diikuti 1 orang pria di belakangnya.
"Aduh masih pagi sudah membuat masalah saja." Ucapnya sambil menepuk dahi dengan telapak tangannya.
Lea masuk ke dalam dengan wajah yang bingung karena tidak tahu tempat interview pagi ini dimana, berjalan menuju tempat resepsionis.
"Mbak, maaf saya mau nanya. Tempat untuk melakukan interview dimana ya?"
"Interview?"
"Iya, saya pagi ini ada jadwal interview di perusahaan ini."
"Kalau boleh tahu interview apa?"
"Saya melamar sebagai Sekretaris, karena saya melihat di web perusahaan ini pak Presiden Direktur sedang mencari Sekretaris. Baru 1 hari yang lalu saya memberanikan diri untuk mengisi data dan kemarin sore saya mendapatkan panggilan untuk interview pagi ini." Jelasnya.
Lea berpikir sejenak lalu mengangguk dengan pelan.
Resepsionis baru ingat bahwa Sekretaris yang lama mengundurkan diri secara mendadak karena ada sesuatu yang mengharuskannya tinggal di luar negeri sehingga sang Presdir membutuhkan pengganti secepatnya. Resepsionis mulai menjelaskan letak ruangan Presiden Direktur itu kepada wanita yang berdiri di depan mejanya itu.
"Terima kasih mbak." Lea segera berlari menuju lift dan masuk ke dalam.
Saat ini ia sudah berada di lift sambil melihat jam tangannya karena sudah telat.
Ting.....
Pintu lift terbuka, ia segera keluar dan menuju ruangan yang sudah diberitahu oleh resepsionis. Lea berjalan melewati ruangan Individu dengan kacanya yang transparan, terlihat para karyawan yang ada di kantor itu mulai melakukan pekerjaan mereka masing-masing, Karyawan yang ada di dalam ruangan itu pun sadar dengan kedatangan Lea.
Posisi ruangan Presiden Direktur di paling pojok, Lea terus melangkahkan kakinya hingga tiba di depan pintu yang besar dan juga tinggi berwarna coklat tua.
"Apa ini ruangannya? Wow sangat besar." Ucapnya, perlahan ia mengatur nafas dan memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
Tok.... Tok.... Tok....
Beberapa menit kemudian orang yang ada di dalam ruangan itu menyuruhnya untuk masuk.
Lea berjalan masuk ke dalam dengan wajah takut, bingung, panik semuanya menjadi satu karena telat.
Terlihat ada seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya dengan pandangan ke arah laptop yang ada di depannya.
"Astaga bukankah itu pria yang tadi ku tabrak." Bergumam dalam hati. "Aduh mampus aku." Menundukkan wajahnya.
"Ekhem......." Pria itu berdehem sambil menutup laptopnya lalu menatap wanita yang depannya sedang tertunduk. "Kenapa kamu menunduk? Memangnya di bawah sana ada siapa?"
Lea yang mendengar itu langsung mendongakkan kepalanya sambil tersenyum manis. "Maaf tidak ada pak."
Terlihat jelas nama David Mahendra di name tag papan nama yang terletak di atas mejanya. Pria itu mengamatinya dari ujung kepala hingga ujung kaki, benar saja ia ingat wanita itu yang menabraknya tadi di pintu utama.
"Apa kamu tahu sekarang sudah jam berapa?" tanyanya.
"Iya saya tahu, maaf saya telat karena macet." Jawab Lea dengan gugup.
"Apa alasan mu hanya itu?"
Lea menggeleng. "Saya juga tadi bangunnya sedikit telat, maaf pak."
"Bagaimana bisa anda percaya diri melamar menjadi Sekretaris di perusahaan ini?"
"Maaf pak, saya tidak akan mengulanginya lagi dan saya bersungguh-sungguh untuk bekerja disini." Jelasnya berusaha meyakinkan pria yang ada di depannya.
...- Maaf jika dalam penulisan masih banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara vote, like, gift, favorit! Dengan begini kalian membuat author semangat untuk melanjutkan ceritanya. Terima kasih...
...Bersambung...........
Beberapa menit ruangan itu hening tidak ada obrolan sama sekali, membuat Lea semakin gelisah karena takut tidak di terima.
“Duduk.” Perintah David kepada wanita yang masih berdiri di depan mejanya.
Lea mengangguk sambil tersenyum lalu duduk di atas sofa dekat dengan meja David.
David mengambil salah satu berkas lalu membukanya, sejenak ia membaca CV dari wanita itu.
“Azalea Caroline, nama yang bagus.” Ucap David setelah membaca nama yang ada di berkas itu.
Lea tersenyum. “Terima kasih pak.”
David meletakkan berkas itu lalu menyandarkan tubuhnya ke belakang. “Apakah yakin kamu melamar menjadi Sekretaris disini?”
“Iya benar, saya sangat yakin.”
“Silahkan perkenalkan diri.”
“Nama saya Azalea Caroline. Saya lulusan dari Utrecht University. Maaf, saya belum mempunyai pengalaman bekerja sebagai Sekretaris di perusahaan lain, karena baru beberapa bulan yang lalu saya baru lulus kuliah.” Jelasnya dengan tegas dan percaya diri.
“Utrecht University, Belanda?”
“Iya benar pak, saya bisa kuliah disana karena mendapatkan beasiswa hingga bisa sampai lulus.” Jawabnya.
“Apa motivasi kamu melamar pekerjaan di perusahaan ini?” tanya David dengan wajah yang sangat serius.
“Perusahaan anda merupakan salah satu pilihan utama saya dan saya sangat tertarik untuk mengembangkan kemampuan saya disini.”
“Kemampuan? Padahal kamu belum mempunyai pengalaman sama sekali."
“Iya itu memang benar, tapi saya yakin dan percaya bahwa saya mempunyai kemampuan itu.” Jawab Lea dengan tegas dan serius. “Jika saya di terima bekerja di perusahaan ini, maka saya akan melakukan yang terbaik untuk anda dan juga saya usahakan tidak membuat anda kecewa karena pekerjaan saya.”
David mengangguk sambil tersenyum. “Sangat percaya diri sekali kamu.”
'Apa dia meremehkan ku?' gumam Lea dalam hati. 'Apa karena aku tidak mempunyai pengalaman jadi dia berbicara seperti itu? Hm.... Tapi memang benar.'
“Baik…. Silahkan keluar dari sini.” Perintah David.
Lea melebarkan matanya. “Hah? Apa bapak mengusir saya?”
“Interview hari ini sudah selesai, nanti akan diberikan informasi lebih lanjut apakah kamu di terima atau tidak bekerja di perusahaan ini.” Jelas David.
Lea menghela nafasnya dengan lega walau hatinya masih ragu apakah di terima atau tidak. Ia pun berdiri sambil memberikan senyuman kepada David. “Baik terima kasih Pak, saya menunggu kabar baik dari anda.” Membungkukkan setengah badannya lalu berjalan keluar.
David membereskan semua berkas itu dan kembali membuka laptop yang ada di depannya.
Ting……
Pintu lift terbuka, saat ini Lea sudah berada di lantai dasar. Ia berjalan ke arah pintu utama untuk kembali ke kosannya
Ketika ia ingin melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba ada yang memanggil namanya.
“Apa yang sedang kamu lakukan disini?” tanya seorang pria yang berdiri di sampingnya.
“Gilang.” Ucap Lea.
Gilang tersenyum dan mengangguk. “Apa kamu sibuk?”
“Tidak, memangnya kenapa?”
“Em… Aku ingin mengajak mu bersantai di cafe dekat sini, apa kamu mau?”
Lea menganggukkan kepalanya.
“Ayo.” Gilang berjalan duluan keluar pintu utama diikuti Lea dari belakang.
Mereka pun berjalan meninggalkan perusahaan itu menuju cafe yang ada di dekat sana untuk mengobrol santai.
Saat ini mereka sudah berada di dalam cafe dengan posisi saling berhadapan dan tempat mereka dekat dengan kaca besar.
“Kamu mau memesan apa?” tanya Gilang kepada Lea.
“Apa saja.”
“Tunggu sebentar ya.” Gilang beranjak lalu menuju tempat pemesanan, selesai memesan ia kembali ke tempat duduk itu.
“Bagaimana kabar mu hari ini?”
“Baik.” Jawab Lea.
Pelayan Cafe berjalan ke arah mereka sambil membawa 2 gelas minuman. “Permisi ya.” Meletakkan di atas meja lalu beranjak pergi.
Gilang adalah kakak tingkat Lea di Utrecht University. Mereka saling kenal karena ada salah satu momen yang membuat mereka dekat dan kebetulan rumah kontrakan yang saat ini Lea tempati adalah milik ibu Gilang.
Sebelum Lea lulus SMA, kehidupannya sangat bahagia karena mempunyai ibu dan ayah yang sangat baik, perhatian bahkan penyayang. Tetapi takdir berkata lain, kedua orang tuanya menjadi korban kecelakaan beruntun di salah satu jalan tol yang ada di kota itu hingga tewas ditempat.
Selesai ujian SMA dan Lea di nyatakan lulus dari sekolahnya, ia sangat bingung mau melanjutkan pendidikannya atau bekerja. Keajaiban datang, salah satu guru SMA menawarkannya untuk mendaftar di beberapa Universitas luar negeri yang menyediakan beasiswa full, karena selama Lea bersekolah di SMA itu, ia dikenal pintar dan juga pandai publik speaking bahkan jago berbahasa inggris. Jadi sangat di sayangkan jika tidak melanjutkan pendidikannya.
Awalnya Lea ragu apakah ia akan mendapatkan beasiswa itu, tapi ada 1 guru yang sangat yakin dengan Lea. Hingga akhirnya Lea berhasil dan di terima 2 Universitas luar negeri, Belanda dan Australia. Lea memilih Universitas yang ada di Belanda yaitu Utrecht University.
Sebelum Lea berangkat ke Belanda, ia memutuskan untuk menjual rumah yang ia tempati bersama kedua orang tuanya karena alasan tertentu.
Ketika Lea lulus dari Utrecht University, ia pun kembali ke Indonesia dengan wajah yang sangat gembira karena lulus dengan nilai yang memuaskan.
Ketika Lea sudah tiba di Bandar Udara Internasional Seokarno-Hatta, Ia masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan lalu turun di depan Cafe untuk bersantai. Ia pun duduk sambil menikmati minumannya, kebetulan Gilang melihat Lea duduk sendirian. Ia menghampiri Lea dan mengajaknya untuk mengobrol santai, sampai akhirnya Gilang menawarkan untuk tinggal di rumah kontrakan ibunya, awalnya Lea menolak karena tidak mempunyai simpanan uang untuk bayar. Tetapi Gilang memberinya keringanan, Lea bisa membayar kontrakan ketika sudah mendapatkan pekerjaan.
Lea melamar pekerjaan di perusahaan FH Group juga karena Gilang, karena ia bekerja disana sebagai Divisi Umum. Ketika sang Bos membutuhkan Sekretaris, ia langsung menyuruh Lea untuk mengisi lamaran melalui Web perusahaan itu.
“Minumlah, kamu terlihat sangat gugup.” Ucap Gilang.
Lea mengangguk lalu mengambil gelas dan meminumnya.
“Oh iya tadi kamu datang ke perusahaan FH group ada keperluan apa?” tanya Gilang.
“Kemarin sore aku mendapatkan panggilan untuk interview di perusahaan ini.” Jawab Lea sambil meletakkan gelas minumnya.
“Benarkah? Kapan kamu mengisi lamaran itu? Aku pikir kamu tidak jadi mengisinya m"
Lea mengangguk. “1 hari yang lalu.”
“Lalu apakah kamu sudah diterima sebagai Sekretaris?”
“Belum tahu, sepertinya aku tidak di terima.” Lea pasrah jika nanti tidak di terima.
“Hahaha itu tidak mungkin, aku percaya kamu pasti diterima sebagai Sekretaris Pak David.”
“Iya karena aku belum mempunyai pengalaman bekerja di perusahaan lain, bahkan tadi pagi aku juga melakukan kesalahan.”
“Kesalahan?” Gilang melebarkan matanya. “Maksudnya?”
“Tadi pagi aku telat datang dan juga ketika mau masuk pintu utama, aku menabrak dia.” Jelas Lea lalu menutup wajahnya dengan telapak tangan karena malu jika mengingat kejadian tadi pagi.
“Bagaimana bisa kamu melakukan itu. Tapi kamu tenang saja, pak David itu orangnya baik walau sedikit cuek.” Gilang memotong roti yang ada di piring lalu memakannya.
Lea menghela nafasnya karena sedikit lega dengan ucapan Gilang. “Apa kamu tidak ada kesibukan?”
Gilang melihat jam tangannya. “Mungkin sebentar lagi.”
Mereka pun melanjutkan obrolan. Beberapa menit kemudian Gilang pamit pergi, sementara Lea masih duduk di cafe itu dengan wajah yang muram.
“Argh bagaimana ini? Aku benar-benar bingung.” Gumam Lea lalu menghabiskan minuman yang ada di tangannya, setelah itu ia pergi dari café itu dan pulang ke kosannya.
...- Maaf jika dalam penulisan masih banyak kekurangan...
...- Jika suka dengan ceritanya, jangan lupa dukung terus karya ini dengan cara vote, like, gift, favorit! Dengan begini kalian membuat author semangat untuk melanjutkan ceritanya. Terima kasih...
...Bersambung……....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!