Nitaria Jingga (26 Tahun)
" Suami tetaplah suami, seburuk apapun perlakuannya dia akan tetap menjadi sosok pemimpin dalam rumah tangga. Disana ada surga yang harus di raih oleh seorang istri, maka dari itu aku akan tetap menjadi istri yang baik untuk Mas Arkana. " Jingga
Arkana Adyatama (30 Tahun)
" Istri ku adalah milikku, jangan pikir kalian bisa mengaturnya sesuka hati. " Arkana
Abimana Adyatama ( 35 Tahun)
" Aku bisa memberikan kebahagiaan lebih dari yang dia berikan, tapi sayang kamu bukan jodohku. " Bima
Qania Putri Utami ( 30 Tahun)
" Wanita baik pasti akan mendapatkan lelaki yang baik." Qania
Namanya Nitaria Jingga atau akrab di panggil Jingga, seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang bergelombang. Memiliki lesung pipi yang sangat manis di kedua pipinya, tak hanya itu Jingga juga merupakan seorang desainer muda yang merintis usahanya sendiri tanpa bantuan finansial dari kedua orang tuanya. Jingga merupakan putri semata wayang dari pasangan pengusaha kaya raya, ayahnya merupakan seorang CEO Jingga Corporation dan memiliki anak perusahaan lainnya yang mengerjakan tambang batu bara.
Meskipun terlahir kaya raya tak membuat Jingga bersikap langit, dia masih ingin mendapatkan sesuatu dengan usahanya saja. Selepas menyelesaikan S1 nya di salah satu universitas di Indonesia dengan mengambil jurusan fashion desainer.
Tepat setelah Jingga berulang tahun ke 26 tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat. Jingga menjadi anak yatim piatu dengan peninggalan harta kekayaan yang begitu banyak untuknya.
Selama kepergian kedua orang tuanya, hanya satu orang yang selalu berada di sampingnya. Dia adalah Nawa, sosok pria yang selalu ada untuk Jingga sejak dia SMA sampai selesai kuliah.
Nawa adalah pria baik yang humoris, namun ada sisi aneh dari Nawa yang kadang membuat Jingga kesal. Pasalnya Nawa selalu mengajaknya untuk menikah, dan kata-kata itu sudah di utarakan sejak mereka duduk di bangku SMA.
Nawa juga sudah di kenal oleh kedua orang tua Jingga sebelumnya, mereka senang dengan Nawa karena selalu menjaga Jingga selama ini. bahkan Nawa pernah terang-terangan di hadapan kedua orang tua Jingga, kalau suatu hari nanti dia akan mempersunting Jingga.
Jingga yang saat itu belum pernah terpikirkan untuk menikah hanya mengabaikan ajakan nikah Nawa, dan selepas kedua orang tua Jingga meninggal. Nawa masih kekeuh untuk mengajak Jingga menikah, dia tidak ingin wanita yang di cintainya hidup sendirian dan memikul begitu banyak beban.
“ Kamu mau ya nikah sama aku. “ Ucap Nawa menatap wajah Jingga dengan penuh harap.
Entah sudah berapa kali Nawa mengatakan hal itu, tak terhitung jumlahnya sampai sekarang. Dulu setiap Nawa mengajaknya menikah, Jingga mendengar ajakan itu hanya sebuah candaan tanpa ada unsur keseriusan. Namun kali ini berbeda, Nawa mengatakannya dengan tulus dan membuat perasaan Jingga luluh.
“ Aku mau nikah sama kamu.” Jawab Jingga sukses membuat Nawa lompat-lompat kegirangan.
**
Selama hampir sepuluh tahun Nawa mengejar cinta Jingga, akhirnya mereka akan melangsungkan pernikahan yang terjadi sepuluh hari dari sekarang. Semua dilakukan secara cepat tanpa menunda-nunda lagi, om Jaya dan tante Nia pun bersedia menjadi wali dan saksi pernikahan keduanya nanti.
Kabar tidak mengenakkan harus di terima oleh Jingga di hari kelima menuju pernikahan, Nawa mengalami kecelakaan saat hendak menuju rumah Jingga untuk membawanya fitting baju pengantin, Nawa di nyatakan tewas di tempat dan membuat Jingga kembali harus kehilangan orang yang dia sayangi.
Jingga pingsan mendengar kabar kematian Nawa dan setelahnya jatuh sakit sehingga dia tidak bisa menghadiri pemakaman Nawa. Selepas Jingga sembuh dari sakitnya dia langsung menuju pemakaman dan menangis sejadi-jadinya disana.
Setelah di tinggal oleh kedua orang tuanya sekarang dia harus di tinggal oleh calon suaminya, Jingga merasa sangat terpukul dan tidak bisa menerima takdir yang di berikan oleh tuhan kepadanya.
Permasalahan tak berhenti sampai disitu saja, Jingga kembali di hadapi masalah oleh perusahaan orang tuanya yang mendadak kacau balau karena tak ada yang mengurusnya. Banyak para karyawan yang ingin keluar dari pekerjaan dan meminta uang pesangon kepadanya.
Jingga tidak bisa menangani semua bisnis orang tuanya setelah itu dan dia meminta bantuan dari adik laki-laki ayahnya untuk menghandel semua bisnis keluarganya. Om dan Tante Jingga menjadi penerus bisnis dan berhasil mengembalikan perusahaan normal seperti sebelumnya.
Satu bulan setelah kepergian Nawa, Jingga di beritahu oleh Om Jaya dan Tante Nia kalau dia akan di jodohkan dengan seorang dokter muda dari keluarga terpandang.
“ Aku nggak mau nikah dulu, aku masih mau ngurusin usaha aku. Lagipula om sama tante tahu kalau aku baru aja kehilangan Nawa, tolong ngerti perasaan aku.” Ucap Jingga penuh penegasan.
“ Kamu harus terima perjodohan ini, keluarga pria itu sudah bantu bisnis papa mama kamu sampai bisa berdiri kembali. Kamu harus balas budi dengan mereka, lagi pula sampai kapan kamu mau bersedih? “ Lontar Om Jaya.
“ Kenapa harus aku yang balas budi? Itu urusan kalian, aku nggak mau menerima perjodohan itu.” Ketus Jingga beranjak meninggalkan om dan tantenya.
**
“ Aku mau nikah sama kamu.”
“ Nikah ya, nikah yuk, ayolah nikah sama aku.”
“ Kamu \kalau nikah sama aku bakal aku treat like a queen, Elisabeth kalah deh.”
“ Kamu kapan sih bilang yes, aku mau nikah sama kamu. Udah sepuluh tahun loh kita kenal, tapi kamu masih aja nggak mau bilang yes.”
“ Yakin nih, nggak mau nikah sama cowok tampan kaya aku? Kalau di lihat-lihat aku ganteng mirip Taehyung loh.”
Sederet pesan lama yang kembali di baca oleh Jingga membuat wanita itu terkekeh kecil, entah berapa kali di baca pun dia akan tertawa melihat kegigihan seorang Nawa yang bersih keras mengajaknya untuk menikah.
Percakapan itu sudah ada sejak beberapa tahun terakhir dan topic pembahasannya tetap sama. Seakan tak mau menyerah mengajak Jingga untuk menikah sampai pernah membuat Nawa menyewa satu tempat untuk membuat ungkapan bahwa Nawa sangat mencintai Jingga dan dia ingin membuktikan ke semua orang betapa besar rasa cinta itu untuk Jingga.
Setelah tertawa kecil tanpa sadar air matanya kembali mengalir, dia sangat merindukan sosok Nawa saat ini. Bahkan Jingga berpikir kenapa dia tidak menerima ajakan Nawa lebih awal? Mungkin sekarang Nawa masih hidup dan bersamanya sampai mereka tua.
Terdengar suara ketukan pintu diluar sana, Jingga tahu kalau itu adalah om Jaya atau tante Nia. Mereka masih bersih keras ingin menjodohkan Jingga dengan dokter muda itu, namun sampai detik ini Jingga masih mempertahankan keteguhannya untuk tetap sendiri.
“ Ada apa sih om?” Jingga baru saja membuka pintu kamarnya dan melihat sosok Om Jaya yang sudah menunggu dia membuka pintu.
“ Nanti malam kamu ikut kami.” Lontarnya membuat kedua alis Jingga berkerut.
“ Kemana?” Tanya Jingga masih di buat penasaran.
“ Jamuan makan malam, kamu dandan yang cantik ya.”
“ Tapi aku,” Belum sempat Jingga menyelesaikan kata-katanya, om Jaya sudah pergi meninggalkannya begitu saja.
Jingga kembali masuk ke dalam kamarnya, dia masih bingung dengan ajakan om Jaya nanti malam. Meski begitu dia tidak bisa menolak, Jingga tidak ingin menjadi keponakan yang membangkang sehingga dia segera menyiapkan dress yang cocok untuk jamuan makan malam.
Jingga sudah tiba di sebuah restoran mewah bersama om dan tantenya, mereka kemudian dijamu sangat baik oleh pelayan di restoran dengan memberikan menu spesial yang tersedia di resto itu.
Sampai saat ini semua masih aman, Jingga mengira bahwa om dan tantenya mengajak dia makan malam sebagai bentuk permintaan maaf karena kemarin terus menerus memaksanya untuk menerima perjodohan dokter muda itu.
Karena mereka berada di ruang vip jadi hanya ada mereka bertiga saja di ruangan itu, namun anehnya ada tiga kursi kosong lainnya di hadapan mereka saat ini.
Pintu ruangan itu baru saja terbuka oleh seseorang, fokus Jingga akhirnya tertuju kepada pintu itu. Seorang wanita setengah baya namun masih terlihat sangat cantik berbalut dress berwarna biru tua baru saja masuk bersama seorang pria dengan perawakan yang dermawan.
Om dan tantenya menyambut mereka berdua dengan ramah, Jingga pun ikut menyambut mereka meski tidak mengenal siapa mereka berdua. Kemudian Jingga melirik om dan tantenya meminta penjelasan tentang siapa mereka sebenarnya.
“ Maaf sudah menunggu lama.” Suara baru muncul dari arah pintu, Jingga menoleh dan langsung melihat sosok pria tampan yang menyunggingkan senyuman manis kea rah mereka semua.
Perawakan pria itu sangat tampan dan menggambarkan satu kata yaitu sempurna, dia memiliki tubuh yang proporsional dengan tubuh tinggi sekitar 180 cm, dia memiliki rambut hitam gelap dan sorot mata yang teduh.
“ Nak Jingga.” Sahut wanita cantik di hadapan Jingga.
“ Kenalkan, dia putra kami namanya.” Sambungnya dan di lanjut oleh putra mereka.
“ Arkana Adyatama.” Sambung pria itu kembali membuat Jingga menoleh ke arahnya.
Pria bernama Arkana itu baru saja duduk tepat di hadapan Jingga, keduanya saling menatap satu sama lain cukup lama sampai akhirnya makanan datang dan mereka berenam pun memulai makan malam bersama terlebih dulu.
**
Makanan berat baru saja di singkirkan setelah semua selesai makan, sekarang tiba waktunya untuk menikmati hidangan pencuci mulut. Mereka juga mulai membahas alasan mereka datang ke tempat itu, Jingga masih sangat penasaran di buatnya.
“ Jadi Jingga, om sama tante kamu sepakat buat jodohin kamu sama Arkana.” Ujar om Jaya sontak membuat Jingga terkejut.
Meskipun sebelumnya sudah di beritahu namun hal ini tetap membuat Jingga masih terkejut. Dia mengira bahwa om dan tantenya sudah tidak akan membahas masalah perjodohan ini lagi, namun nyatanya dia salah.
“ Kamu pasti kaget, tante ngerti kok. Itu sebabnya kami semua sepakat untuk kamu dan Arkana saling mengenal terlebih dulu, nanti setelah kalian sudah cukup saling mengenal baru kita lanjut ke pembahasan yang lebih serius.” Jelas wanita itu lagi.
Jingga tidak bisa bilang tidak, bagaimana pun juga kedua orang di hadapannya ini adalah penyebab perusahaan kedua orang tuanya masih bisa berdiri.
Dan sekarang Jingga menatap Arkana yang sejak tadi memandangnya dengan tatapan teduh. Jika di pikir-pikir Arkana tidak begitu buruk, dia sopan kepada yang lebih tua dan bersikap sangat baik kepada dirinya.
“ Baiklah, aku nggak keberatan kalau harus saling mengenal terlebih dulu.” Jawab Jingga lirih.
**
Sejak pertemuan malam itu, Jingga menjadi lebih dekat dengan Arkana. Keduanya sering mengobrol lewat chat bahkan telepon, meskipun beberapa pembahasan tidak begitu penting namun membuat Jingga merasa cukup nyambung dengan Arkana.
Terhitung sudah satu minggu Jingga mengenal Arkana, dia tahu kalau pria itu adalah seorang dokter lulusan termuda di sebuah rumah sakit di Jakarta. Ayahnya seorang direktur di rumah sakit, sedangkan ibunya adalah CEO perusahaan tambang emas yang menjalin kerja sama dengan perusahaan papanya.
Om jaya juga pernah bilang kalau kedua orang tua Arkana sudah di kenal dekat oleh mendiang orang tuanya, itu merupakan salah satu alasan orang tua Arkana ingin menjodohkannya dengan Jingga.
Kemudian Jingga terpikirkan dengan perjodohan itu, dia hanya di beri batas dua minggu untuk berkenalan dan setelah itu pertemuan kedua akan membahas kelanjutan masalah ini.
Jingga memang sudah dekat dengan Arkana namun belum ada perasaan apapun kepada pria itu, di hati Jingga sampai saat ini hanya di isi oleh Nawa. Memikirkan Nawa berulang kali pun tidak akan membuatnya bosan, dan dia merasa bersalah kepada Nawa jika menerima perjodohan itu dengan cepat.
“ Aku harus gimana? “ keluhnya sambil menatap foto Nawa yang selalu dia simpan di dalam sebuah buku hariannya.
**
Satu minggu kemudian dan sudah dua minggu sejak pertemuan pertama. Hari ini adalah pertemuan kedua yang akan di lakukan di rumah kedua orang tua Arkana.
Jingga kembali harus menggunakan dress yang bagus untuk bertemu mereka, dan ketiganya pun pergi bersama menuju kediamaan keluarga besar Adyatama.
Kini Jingga sudah tiba di kediaman keluarga Adyatama yang besarnya bahkan mengalahkan rumah kedua orang tuanya, keluarga ini benar-benar sangat kaya raya. Di halaman rumah saja berderet mobil mewah dengan jenis berbeda-beda setiap mobilnya.
Kabarnya keluarga Adyatama ini merupakan satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia, orang tua Jingga tidak masuk ke dalamnya dan itu artinya Arkana memiliki keluarga yang begitu kaya raya.
Mereka di sambut oleh beberapa asisten rumah tangga yang menggunakan seragam berwarna hitam putih, mereka di sambut layaknya tamu kerajaan.
Setibanya di ruang pertemuan, Jingga bisa melihat suasana ruangan yang sangat nyaman dan mewah. Terdapat satu foto berukuran besar di pajang di dinding, foto itu jelas adalah ayah, ibu, dan juga Arkana yang mungkin baru berusia belasan tahun.
“ Dia sudah tampan sejak dulu.” Benak Jingga.
“ Hai, ketemu lagi kita.” Suara itu berhasil mengejutkan Jingga karena muncul tiba-tiba di sebelahnya.
Arkana tersenyum ke arahnya saat Jingga kaget, kemudian dia mempersilahkan Jingga untuk duduk di salah satu sofa dekat dengan dirinya.
“ Jadi bagaimana keputusan yang telah kamu buat Jingga.?” Tanya tuan Adyatama alias papa dari Arkana.
Jingga melirik Arkana sebentar kemudian memikirkan jawaban yang telah dia pikirkan baik-baik selama satu minggu terakhir, jawaban ini yang pastinya akan membuat kehidupan Jingga ke depannya mulai berubah.
“ Saya bersedia di jodohkan dengan Arkana.” Jawabnya sontak membuat para orang tua merasa bahagia menengarnya.
Saat itu Jingga mendapati Arkana tersenyum saat Jingga selesai memberitahu semuanya, Jingga tidak mengerti maksud dari senyuman itu. Apakah Arkana merasa senang karena mereka akan di jodohkan? Atau ada hal lain yang membuatnya sampai tersenyum seperti itu.
“ Kalau begitu kita langsung mempersiapkan pernikahan kalian saja, tidak perlu di tunda-tunda lagi. Tahun ini usia Arkana sudah menginjak usia 30 tahun, dia harus sudah menikah di usia seperti itu.” Lontar nyonya Widya yang merupakan ibu dari Arkana.
Jingga heran kenapa pria setampan dan sebaik Arkana di usianya sekarang masih belum mendapatkan wanita pilihannya? Kenapa dia harus dijodohkan? Memangnya tidak ada wanita yang mau dengan dia, rasanya itu sangat mustahil.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!