NovelToon NovelToon

Thy Than

Bab.03 Malam ini,tidur diluar deh.

Setelah membawa Lili pulang serta melihat wajah polosnya,rasanya ingin membelai pipinya yang chabby dan menggemaskan.Memandang,membelai halus rasanya tidak lengkap bila harus mencium pipinya yang menggemaskan itu.Merunduk serta membisikkan kalimat indah untuknya.Ada senyum tak hilang begitu saja saat malam tepat kali ini.Kenapa aku ga bisa melepaskan dia dalam pandanganku secepat ini.Heran kekasih bukan,malahan orang terdekat pun baru mengenalnya lebih bisa aku dapatkan malam ini.

"Good night,semoga mimpi indah ya!"Sambil memberikan ciuman untuknya.

Sedikit ia bergerak,mungkin terasa tapi rasanya sepertinya dalam mimpi saja.Tatapan keterkejutan pun terpana dalam wajahnya hingga bergegas untuk keluar dari kamarnya.Beranjak berdiri meninggalkan kesendiriannya perlahan menutup pintu.Terhenti sejenak lalu bersedekap,tak lama pun ia menguap.

"Rasanya ingin minum dulu baru aku tidur,kenapa tidak!"Sambil mengangkat kedua pundaknya.

Senyum itu membawanya kedapur untuk sibuk mengambil air mineral sebagai penyegaran diri sebelum menghempaskan semuanya dalam pejaman mata.Berat juga mata ini,ketika menatap keluar kaca hiruk pikuk masih mewarnai kehidupan malam.Kembali menghabiskan dan menatap kosongnya gelas.Menaruh kembali dan berputar arah untuk menghujamkan matanya yang telah berat mengantuk.

"Selamat malam dunia,besok kita ketemu lagi.Cherss!"Sambil Melambaikan tangan pada malam dingin.

Semua berubah dalam semalam,berada disetiap rasa yang tak pernah jelas hidup ini.Menghadapi setiap kebenaran yang perlahan berlalu dengan lalunya.Mungkin butuh waktu kembali esok untuk menyentuh hati seseorang,siapa lagi kalau bukan Dia.Tersungging,merebahkan tubuhnya penuh keleluasaan dalam kebebasan menuju dalam pejaman mata.

Morning time,Lili terbangun dari beratnya malam dan mimpi yang semakin membuatnya terasa berat.Sebenarnya semalam aku berada dimana?pandanganku sepertinya beda sampai harus beranjak bangun dengan wajah bingung.Kenapa bisa aku berada disini?ini kan kamar tamu.Kenapa bisa?kembali berfikir semakin sulit.Padahal kemarun aku hanya jalan-jalan saja,bisa juga disini.

Menenangkan jiwa sejenak,menghela nafas ingin kembali menyentuh apa yang terjadi semalam?kembali sadar dan melihat sekitar apakah tidak ada orang lagi selain aku dikamar ini.

"Semoga saja,Tuan muda tidak tidur denganku malam ini!"Seraya menoleh kearah kamar mandi,bergegas untuk bangun dan membuka pintu kamar mandi.

Huuuh lega,ternyata aku semalaman disini sendirian.Tapi kenapa juga bisa berada dikamar ini,kenapa juga dengan kamarku ya.Wajah kalutnya berubah saat perlahan melangkahkan kaki keluar dari kamar tamu,saat menoleh kearah kamar Tuan muda,heran seraya mengernyitkan kening,kemana ya Tuan muda?apa dia belum bangun.

"Rasanya aku harus ganti baju dulu untuk bertemu dengan Tuan muda."Sambil melihat pakaiannya yang terlihat casual tetapi apa sopan aku bertemu dengannya dengan pakaian seperti ini.Rasanya tidak mungkin,ini kan hari minggu jelas pakaian apapun yang aku pakai biasa saja,dan juga harusnya aku tidak berada disini.Harusnya pulang,ada-ada saja dengan malam kemarin telah membuatku semakin bingung saja.

Seperti biasanya,Rey tidur tengkurap tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.Hanya saja selimut tebal telah menghangatkan tubuhnya,mungkin kebiasannya ketika ia tenggelam dalam mimpi,tak satupun benang melekat ditubuhnya kecuali selimut tebal mencoba menghangatkan.

Karena penasaran dan mungkin tidak ingin berprasangaka buruk,niat Lili untuk datang masuk kedalam kamar Tuan muda adalah memastikan semuanya aman.Kalau tuan muda bisa tidur dengan nyenyak seperti yang diharapkan.

Membuka pintu,ia pun mendapati ruangan kamarnya telihat gelap gulita dan seperti tanpa penghuni.Ia masuk kedalam mengendap-endap dan masih mendengar nafas Tuan muda yang masih terlelap dalam mimpinya.

"Kayaknya aku aman deh,lebih aman lagi kalau harus balik badan dan keluar dari kamar ini tanpa ketahuan lagi!"Berbalik melangkah dengan sangat hati-hati.

Tapi sayang,ada suara khas tidak terlupakan dari Rey saat melangkah beberapa centi keluar dia malahan memanggilnya."Heiii,jangan kabur kamu!"

Haaaah,rasanya bagaikan disambar petir dipagi hari.Kenapa juga Tuan muda mengetahui langkahku.Terhenti tak bergerak sama sekali mencoba merasakan apakah Tuan muda kembali tidur atau malahan membuatnya semakin terbangun dari mimpinya.

"Tuan apa anda sudah bangun?"Panggilnya pelan-pelan.

Malahan ga ada jawaban darinya,syukur deh.Pasti dia ngigau tadi heheheheh selamat deh.Berjalan santai dan melupakan apa itu langkah suara khas dari Lili sampai akhirnya Tuan muda terbangun dan menoleh serta melempar bantal tepat mengenai kepalanya.

Wusssss,,,,Buuuuuuuukkkkk ,,,,suara bantal itu hampir saja menghempaskan Lili dari langkah kaburnya.Gedubyak,,,,ia jatuh dengan tubuh tersungkur dilantai.

"Aduuuuh Tuaaan sakit banget!"Ia masih berusaha untuk bangun dari Jatuhnya mendapatkan hadiah kejutan dari Tuan muda.

"Ngapain kamu masuk mengendap-endap kekamarku?"Membalikkan tubuhnya dan merentangkan tangan serta melipatnya sebagai bantal.

"Maaf,saya kira semalam Tuan tidur denganku.Jadi saya sangat khawatir Tuan!"Jawabnya merasakan tubuhnya langsung kesakitan merasakan lemparan bantal yang sangat keras mengenai tubuhnya.

"Buka dulu tirai jendelanya,baru kamu boleh pergi!"Pintanya tiba-tiba bersikap kaku kepadanya.

Tidak bisa menolak lagi apa yang diperintahkan oleh Tuan muda.Itu adalah salah satu tugas untuk seorang asistan seperti dirinya,melayani keinginan seorang Tuan Rey.Dengan lesu dan tak bertenaga,perlahan berjalan melintasi disampingnya.Tatapan sinis pun dirasakan oleh Lili saat melihat senyuman aneh dari seorang lelaki kepadanya.Dia sama sekali tidak terfikirkan apa yang aka terjadi selanjutnya ketika dengan tenang Lili membuka tirai jendela,sekejab ia melihat Tuan muda tengah beranjak berdiri untuk mendekatinya.Tak bisa lagi dibayangkan hal apa akan terjadi saat itu juga ketika dia tengah merunduk dan mengambil celana pendeknya serta memakainya seraya menatap terus Lili yang terkejut melihatnya hingga ia menutup mulutnya.

"Kenapa?ada yang aneh!"Setelah ia hanya memakai celana pendeknya perlahan mendekati dan meraih pakaiannya.

"Tidak Tuan,saya kira!"Wajahnya benar-benar ketakutan sampai akhirnya dia menyadari bahwa memang Tuan muda tidak akan melakukan hal macam-macam kepadanya.

Nafasnya masih sesak untuk diatur saat ini,tapi rasanya dia semakin mendekat sampai aku ga bisa untuk menghindar dari kedekatan ini,berlari pun seakan menjadi lebih sekedar memacu jantungnya seketika.

"Kamu ga pa-pa kan Lili?"Tak sadar pula ternyata dia sudah berdiri disampingnya saat Lili tak menyadari dirinya tengah menengok kearah kiri.

Sambil menyolek daun telinganya,ada saja dirinya menggoda untuk membuatnya menyadari kalau Rey berada disamping kanan bukan samping kirinya lagi.

"Heiiii,aku disebelah sini!"Bisiknya.

Kagetnya kembali datang menghujam dirinya sendiri saat menyadari Tuan muda tepat memberinya senyum dan bersedekap menatapnya.Hampir aja jatuh kembali ketika ia agal menjauh dari kedekatan itu.Malahan sentuhan tangan itu membuat Lili terpaku terdiam hingga tatapan bahkan kalimatnya sangat susah untuk dikeluarkan karena ia tahu seberapa teduhnya seorang pria ketika memberikan sebuab keromantisan kepadanya.

"Kenapa?Kamu kesakitan.Mana yang sakit!"Malahan mendekap kedua bahunya sampai ia menoleh kembali menatap Tuan muda.

"E,,,e,,,e,,,e,,,ga ada Tu-an!"Jawabnya terbata-bata.

Mengernyitkan kening,sepertinya dia tengah kalut ya?Langsung aja dia menarik tangan Lili dan memeluk erat hingga dekapan itu menyentuh kehangatan tak terduga buat Lili.Kenapa aku berada dalam situasi seperti ini?ini sangat berbahaya buat hatiku yang benar-benar rapuh oleh perhatian bahkan lebih dari perhatian itu.

"Udaaah,ga usah bicara lagi.Maaf ya tadi melempar bantalnya tepat mengenai kamu."Malahan ditambah sebuah kecupan mendarat dirambutnya sampai rasa bingung itu benar-benar mengahajarnya sampai tak bisa lagi mengucapkan kalimat apapun selain membisu.

Ia mengangguk beberapa kali dan tak terasa kedua tangan Lili pun melingkar dipinggul Rey.Sontak saja membuat senyum bahagia seorang Tuan muda telah membuat hati seorang perempuan yang tengah dekat selalu bersamanya perlahan luluh."Kamu sekarang libur,kamu boleh melakukan apapun disini.Aku tidak melarangmu,Asal!"Tiba-tiba kalimat terakhir itu membuat Lili kaget serta melepaskan pelukannya seketika dan bertanya seraya mendongak kearah Rey.

"Asal apa Tuan?"Mengernyitkan kening bingung.

"Asal kamu kembali senyum dan ga sedih lagi oke."Menatap dan menghibur dirinya.

Kembali ada ide untuk mengerjai Asistannya,apa itu akan dia respon dengan baik atau malahan kembali kesal sama sikapnya yang menjengkelkan dari Tuan muda itu.

"Kamu mandi dulu ya,bau!"Candanya geli.

Seketika dia terhenti dan beberapa kali kebingungan untuk mencium badannya,apa benar aku bau banget.Lalu menampakkan wajah memelas kepada Tuan muda,malahan dia tertawa geli melihat wajah memelas Lili yang perlahan ingin menitikan air mata.

"Tu-an,,,tuan jahat!"Merengek kembali.

"Hahahahaha,engga maksudku kalau kamu belum mandi.Kita mandi bareng yuk!"Tawaran itu memang diinginkan oleh Tuan muda,tapi seketika Lili mengerti dan agak menjauh penuh kekesalan dan memukul-mukul Tuan muda.

"Tuan muda jahat,selalu saja menggodaku!"Seraya gemas ingin memukul dengan keras,tetapi tawa lepas Tuan muda pagi ini sangat renyah bisa bercanda dengan perempuan yang bisa menjadi bagian hidupnya saat ini.

Huuuh kenapa baru kali ini aku bertemu dengan perempuan sebaik ini dan tentunya seksi.Aku muak melihat wanita-wanita diluar sana yang hanya mengingingkan kekayaanku bahkan hanya uang dan tahta lebih tinggi.Tersungging,untung saja aku bisa sembunyi dari wanita-wanita penghisap kekayaanku.Pagi ini memang berbeda ketika aku berada satu tempat dengan Lili rasanya memang hangat ketika memeluknya,kenapa aku tidak memeluknya tiap hari.Pasti aku bisa merasakan hal lain.

"Setidaknya kalau Lili tidak marah,kalau marah palingan dia lapor sama Reza.Dan aku pasti kena getahnya,aku kan tahu bagaiaman Reza mendapatkan perempuan ini dengan susah payah dan ketika aku melihatnya tak pernah bosan untuk tersenyum kepadanya.

Untung saja ini hari libur,setelah mandi dan sekarang bergaya didepan kaca cermin pakaian santai kembali aku pakai yaitu celana pendek berwan hitam dan kaos oblong polos over size berwarna hijau gelap menghindari otot-ototku timbul dan membuat tatapan Lili kembali aneh kepadanya.Apa aku harus pake wewangian ya?ahh ga pa-pa sedikit saja buat suasan semakin segar.dia mengambil parfum aroma sport dan tentunya akan membuat tatapan aneh kembali dituangkan oleh Asistannya.

Jelas hal tersebut sudah menjadi keintiman yang akan dia lakukan dengan asistannya,saat dia turun kebawah dan ikut andil untuk membantunya menyiapkan sarapan pagi tentunya aroma makanan yang dia masak sungguh layaknya masakan bintang lima,nasi goreng harum dan sedap serta beberapa lauk menggoda sampai membuatku mendekatinya dan memang kebiasaaku ketika tengah dekat dengan mantanku adalah menyapanya dan memeluknya dari belakang dan mencium pipi Lili.

"Pagi wanita special!"Ciuman itu langsung membuatnya terkejut serta menoleh terhenti sejenak ketika tatapan penolakan itu mengenai mentalnya.

Mengangkat kedua tanganya serta perlahan mundur tepat dibelakangnya,masih saja dia menatap setiap lekuk tubuh Lili dengan tatapan yang sangat menggoda.

"Tuan jangan menggodaku lagi ya!awas saja kalau terjadi lagi!"Pintanya berberbalik dan menatap serta memberikan wacana khusus untuknya.

Sayang Rey hanya bersedekap tersenyum serta membulatkan jarinya kepadanya penuh santai.Kesal juga mendapat perlakuan seperti itu,rasanya ga enak banget deh.

"Oke aku ga akan menganggumu kalau aku merasa,,,,yaaa kesepian gimana?"Kembali memberikan tawaran kepadanya.

Haaaah,apa-apan itu?Tuan muda selalu santai menjawabnya.Sungguh membuatnya kesal kembali untuk bersikap."Kapan kamu ketemu sama Reza lagi?"Pertanyaan tidak penting itu membuatnya heran,tumben Tuan muda bertanya seperti itu.

Menata masakannya dimangkuk kaca lalu ia menbawanya dengan hati-hati menuju meja makan."Heiiii,kenapa seeh ga minta bantuanku.Aku bisa kan menolongmu!"Bergegas menyentuh tangan Lili dan tentunya ada wajah sumringah darinya untuk sang Asistan.

"Tuan jangan mengambil kesempatan ini lagi ya."Ujarnya kembali ga terima dengan perhatian tersebut.

"Ayolah Lili,aku memang butuh sentuhan darimu.Ya sentuhan obrolan mungkin yang bisa membuat kita bisa kompak gitu!"Mencoba masih membantunya untuk membawakan masakannya kemeja makan.

"Tapi Tuan,sudah berapa kali pelanggaran yang Tuan lakukan kepada saya.Jadi saya bisa dong melakukan perlawanan!"Jawabnya masih sibuk mengurusi sarapan paginya.

Sembari mencibirkan bibir,dia mengangangguk lalu menjawabnya santai.

"Oke,lakukan perlawanan.Tapi itu akan membuat hubungan kita semakin seru bagaimana?"Kembali memberikan senyuman geli kepadanya.

Ahhh,,,sudahlah juga capek harus berdebat dengan Orang seperti Tuan muda.Sangat membuatku bingung dan harus mengalah karena dia memiliki banyak sifat yang sudah hampir membuatku jadi gila lama-lama.Setelah semuanya selesai aku pun berada satu meja dengannya,rasanya tidak mungkin bila aku berada dalam sikap kaku dan tentunya itu akan menjadi lebih unik buat Tuan muda Rey untuk terus menggodaku.Semoga saja dia tidak membahas tentang semalam,pasti dia akan lebih protektive kepadaku saat itu juga.

"Yesss,,,sarapan pagi sudah siap,harum banget.Pintar sekali kamu kalau membuat sarapan pagi seperti ini!'Kembali memuji serta memberikan piring kepada Lili.

"Jangan memujiku terus Tuan,itu adalah pekerjaanku untuk memberikan pelayanan buat Tuan muda.Tetapi tidak yang berlebihan seperti itu tadi!"Sambil memberikan lengkap dengan lauknya.

Masih mengumbar senyum kepadanya.

"Terima kasih Lili!"Suara halus dan lembutnya membuat ia muak dan ga terima dipuji sejauh itu.

"Tolong jangan bersikap seperti itu Tuan,sungguh membuatku semakin muak!"Jawabnya dengan tatapan sinis.

"Oooouuu,,,?muak.Itu akan membuatmu ketagihan mendapat kejahilan dariku Lili!"Masih saja ingin menggodanya.

"Apa Tuan tidak kesepian bila tinggal diapartemen ini?apa tidak kembali saja sama Orang tua Tuan sendiri?"Tiba-tiba pertanyaan itu membuatnya menatap tajam lalu berfikir.

Deg,apa kalimatku beneran menyinggung Tuan muda. Bisa-bisa aku kena marah lagi sama dia,Saat mencoba menatapnya dengan tatapan nanar khas Lili.Ada perasaan heran dari Rey sampai dia menunjukkan wajah anehnya lalu bertanya kembali.

"Kenapa kamu?lagi sakit!"Tanya Rey menyentuh keningnya tiba-tiba.

"Maaf Tuan,saya kira Tuan marah mendengar kalimat saya!"

"Ngapain juga marah.Itu sama,yang memilih untuk tinggal jauh dari Orang tua juga aku.Jadi menurutku ketika aku mencoba pindah dari sini,pasti mereka akan setuju bahkan membuat sebuah lelucon untuk menyelematkan aku dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Ya itu saja seeh!"Lanjutnya menjelaskan.

"Jadi Tuan ga marah sama saya kan?"

Sambil melotot dan menatap tajam dia menjawabnya lagi.

"Enggaaaa!"Seraya tatapan itu membuat Lili terkejut,malahan tawa geli datang dari Rey dan ga bisa lagi untuk marah pada Lili.Masih banyak waktu mengikuti hubunganku dengan beberapa orang hingga aku bisa mendapatkan apa itu sebuah keberanian untuk mengungkapkannya.

"Buat apa harus marah,kalau akhirnya sendiri ditemani yang lebih menggoda,gimana?"Kembali menatap nakal dengan memainkan kedua alisnya beberapa kali.

Seloroh suara itu membuat Lili tersedak dan berkali-kali batuk,sungguh ga ada akhlak Tuan muda disaat tengah sibuk membuat sesuatu malah mengejutkan dirinya.

"Uhuuuk,,,,uhuuuk,,,uuuhuuukkk,,,eheemmm!"

Panik pula Rey dengan sigap memberikan segelas minuman untuknya,seraya berdiri dia memberikan perhatian khusus untuknya."Astaga maaf ya,pelan-pelan ya.Minumnya oke"Sambil berdiri dibelakangnya dan memijat bahunya.

"Udah Tuan,jangan.Jangan buat saya tambah salah tingkah dong!!!"Pintanya sembari memohon.

"Ga pa-pa kali.Kamu tenang pokoknya ya!"Sambil mengelus rambutnya.

Malahan wajah nyesek ga kuat menatap Tuan muda dengan wajah berkaca-kaca serta memancungkan bibirnya.Langsung ia memeluk dan berterima kasih telah membuatnya nyaman kali ini.

"Terima kasih Tuan,anda sudah membuatku nyaman dan ga bisa menahan ini semua,haaaa!"Rengeknya ga kuat.

"Hahaahahah,bisa dramastis juga kamu ya.Tenang oke santai.Kita masih banyak waktu untuk berdua.!"Kembali mengelus punggungnya dan semakin mendekap Lili hingga ia benar-benar tenang dan nyaman kembali.

Tertawa dalam hati,perlahan ada juga cerita tentang aku dan Lili perempuan yang tak mungkin bisa lepas begitu saja.Memang benar Reza adalah sebuah pemberi harapan bahwa memang aku dekat sama Lili pasti ada alasan yang kuat dasar kamu ya.Nakal dan nggemesin.

Bab.04 Rey mendapat kabar dari seseorang

Ga tahu lagi harus bersikap seperti apa lagi saat harus bersama Joana tentunya akan memberikan banyak kehidupan lain setelah ini.Aku berada dalam situasi yang membingunkan sesaat ketika aku harus memeluk memeluk Joana ada sebuah kabar mengejutkan yang harus aku dapatkan yaitu salah satu Klienku yang sangat solid untuk bekerja sama tengah berada dirumah sakit,tentunya itu akan membuat sebuah kepentingan akan keberadaan dirinya sangat dibutuhkan oleh salah satu keluarganya.Tepat kali ini dihari libur,sebuah panggilan telpon rumah membuatnya menghentikan langkahnya untuk semakin romantis dengannya.

Kriiiiing,,,kriiiing,,kriiiiing.

Rey menoleh dengan wajah cemas,siapa menelponku.Biasanya seeh yang tahu no. apartemen ini kalau bukan orang tuaku jelas sekretarisku.Tapi siapa ya?"Sebentar ya,aku angkat telpon dulu!"Perlahan melepaskan pelukan dan bergegas untuk mengangkatnya.

Hati Joana tengah hangat-hangatnya dan berada dalam perhatian khusus seorang Tuan muda,jelas itu membuat tak bisa berkata lagi.Senyum itu membuatnya berfikir dua kali dan kembali menikmati sarapan paginya.

Langkah Rey memang agak berat dan berfikir lebih serius ketika akan mengangkat sebuah telepon yang tengah menghubunginya.Berdiri seraya menampakkan wajah cemas dia mengangkat dan menjawab suara telpon tersebut.

"Hallo selamat pagi!"Sapanya agak ragu.

Tetapi ada suara kesedihan seorang perempuan muda yang tengah kalut dilorong rumah sakit.Ia mendapatkan sebuah cobaan hidup yang menurutnya sangat berat dan itu adalah keputusan membingungkan hingga ia mencoba menghubungi salah satu kolega ayahnya.

"Om,,,om Rey!"Panggilnya parau berat dan tak bisa lagi dia menahan air matanya tengah menetes membasahi pipinya.

"Iya aku Om Rey,ini siapa ya?"Mengernyitkan kening bingung,sepertinya pernah mendengar suara ini tapi dimana ya.Menompangkan tangan mencoba mengingat tetapi memang masih susah untuk diterka.

"Om,,,ini Thy Than Om.Om bisa dat-ang kesini g-a!"Suaranya terbata-bata akibat isak tangisan mencoba untuk ia tahan.

"Thy Than,kamu kenapa nak?"Pertanyaan itu membuatnya semakin penasaran dan membuat terus bertanya."Kamu dimana sekarang,kamu ga pa-pa kan?"Pertanyaan itu kembali ia lemparkan kepada perempuan tersebut.

"Ayah Om,,,ayah!"Rengeknya serasa terisak kembali.

"Kenapa ayahmu,kenapa Om Radith?"Kembali panik.

Seketika Joana yang mencoba menikmati sarapan paginya sendirian pun terjega dengan nada suara aneh Rey hingga mendongak serta mengernyitkan kening bingung."Kenapa ya dengan Tuan muda!"Beranjak berdiri perlahan meninggalkan meja makan ia pun beringsut kedepan dan menemuinya.

"Ayah Om,,,ayah kritis.Dia dirumah sakit Omni internasional.Ayah anfal,,,Om!"Tangisannya pun tak terbendung hingga ia kembali mencoba kuat tetapi tak sanggup.

"Oke,,,Oke Om segera kesan ya!kamu tenang jangan panik Om segera kesan-ya!"Ujarnya mencoba menenangkan.

Masih ikutan bingung tetapi,Joana mencoba untuk menahan pertanyaan yang biasanya membuatnya semakin tambah panik.Jadi saat ini ia menunggu jawaban dari Tuan muda.Saat menoleh pun hampir membuatnya terkejut.

"Astagaaaa,Lili!"Sembari menghela nafas panjang terkejut akan kehadirannya,karena terlalu fokus untuk Thy Than.

"Heheheheh,maaf Tuan muda.Memangnya ada apa kok sepertinya panik saya dengar?"

"Itu kamu tahu kan Om Radithya?"Kembali mencoba mengingatkan.

"Om Radith?siapa ya!"Meringis bingung.

"Itu yang anaknya masih sekolah menengah keatas.Yang waktu itu datang memberikan kue buat kita!"Sambil menyentuh dagunya.

Malahan perhatian itu membuat mata Joana mengarah kepada tangan Rey ketika menyentuh dagunya.

"Apaan seeh ini Tuan muda,masih saja becanda disaar seperti ini!"Mencoba ngeles dari pegangan Rey.

Meringis dan garuk-garuk kepala bingung juga,mau gimana?"Kita lanjutin sarapan paginya ya.Habis itu kita kerumah sakit,sayang ga dihabisin.Biar nanti disana kita bisa mikir jernih.Oke!"Membalikkan badan Joana kembali membawanya kemeja makan untuk menikmati sarapan paginya.

Kadang heran juga sama Tuan muda,suasan kayak gini malahan sempet-sempetnya mikirin makan,kan bisa nanti setelah jelas dan lebih mengerti apa yang tengah dihadapi oleh salah satu koleganya.Malahan makan haduuuh ga habis fikir deh lama-lama.

Didepan pintu keluar,Rey menunggu Joana yang tengah ganti baju dan cukup cepat juga saat dia mencoba mendongak melihat apakah wanita itu sudah selesai berdandan.Walaupun terlihat natural serta tidak ribet tentunya bisa membuat senyum Rey mengembang saat ia datang menghampirinya.

"Naaah,gitu dong.Cantik dan casual.Kalau kayak gini enak banget kalau digandeng!"Langsung aja tangannya menggenggam tangan Joana,sampai ia melotot dan meringis ga nyangka pujian itu datang terus membuatnya ga enak banget.

"Tuan muda,selalu aja ada yang diobrolin seeh!"Malu-malu padam.

"Ga pa-pa biar kamu ga kaget tiap hari mendapat perlakuan hangat dariku.Kan kamu sudah menemaniku,makasih ya!"Mengumbar senyum dan menariknya keluar rumah.

Keduanya saling beriringan,tentunya hati Joana beredetak kencang tak kala harus bertemu dengan berapa orang penting dirumah sakit.Ia rasanya takut tetapi cengkeraman tangannya membuat Rey menoleh seketika dan melihatnya dengan wajah heran.

"Kamu kenapa?ada yang menganggumu!"Menatap tajam sembari masih berjalan menuju pintu lift.

"Engga Tuan,saya hanya nervous nanti kalau ketemu sama Kolega Tuan muda.Saya bicara apa?"Sembari meliriknya bingung.

"Ga usah difikirkan,aku tahu kamu bisa mengatasinya nanti dengan baik oke!"Memberinya semangat untuk asistan seorang.

Memasuki mobil dan keluar dari parkiran,rasanya keadaan jalanan pun perlahan mulai macet hingga wajah panik pun tak terelakkan dari raut seorang Rey.Kecemasan itu membuatnya harus menggigit kukunya sampai dirinya mencoba untuk menatap Joana yang ikutan panik pula.

"Kamu ga khawatir atau cemas Joana?"Pertanyaan itu sungguh dekat sembari menompangkan tangan pada sandaran mobil yang ditempati oleh Joana.

Menoleh kembali kaget,begitu dekatnya pertanyaan itu membuatnya terkejut kembali.

"Astaga Tuan muda,kenapa selalu membuatku kaget seeh!"Menghela nafas seraya mengaturnya kembali seraya memalingkan wajahnya.

"Cemas Tuan,cuman kita harus bisa membawa suasana ini menjadi lebih baik.Apa masih jauh rumah sakitnya?"Kembali menoleh bertanya.

"Ya sekitar sepuluh menitlah dari kemacetan ini.Kamu ga harus ikutan panik gitu dong.Jadi cantik lagi lho!"Pujinya kembali memberikan kenyamanan.

Menggelengkan kepala,heran kenapa bisa fikiran seorang Tuan muda dimana dia bersikap seorang yang proffesional terhadap bawahannya malahan dia seperti itu genitnya membuat aku ga bisa berbuat apa-apa selain genit dia perhatian sekali sampai aku harus bertanya tentang hubungannya dengan kekasihnya apakah masih baik-baik saja atau sudah tidak ada kabar lagi.

"Maaf Tuan muda ya,aku bertanya boleh?"Menampakkan wajah polosnya.

"Mau nanya apa?"Sambil dia konsentrasi keluar dari kemacetan hingga kembali santai menikmati jalanan.

"Kekasih Tuan muda masih kan sama Tuan muda?"Meringis,takutnya marah lagi.

Berfikir serius lalu melirik tajam dan segera disanggah oleh Joana saat itu juga.

"Tenang Tuan,kalau Tuan tidak ingin membicarakan hal tersebut ga pa-pa kok.Maaf ya!"Sembari mengangkat kedua tangannya serta menenangkannya.

"Kamu takut kalau aku marah?"Kembali membuat pertanyaan kepadanya.

"Heheheh,aku sangat takut Tuan!"Jawabnya antara benar atau salah.

Tiba-tiba dengan santai menyetir tangan Rey meraih dan mencengkeram tangan Joana.Seketika ia melihat dengan wajah heran,lalu senyuman itu dilemparkan kembali oleh pria tersebut ia pun membuat pernyataan.

"Kamu tahu arti aku menyentuh tanganmu ini?"Sambil mengangkat tanganya menoleh menunggu jawaban dari Joana.

Ia malahan menggelengkan kepala,sama sekali tak mengerti.

"Itu tandanya kekasihku tengah bermain cinta dengan orang lain.Jadi kenapa selama ini aku bersikap baik denganmu.Karena kamu terbaik untukku dan sama sekali tidak membuatku sedih malahan semangat untuk menjalani hidupku semakin berwarna heheheh!"

Sama sekali itu bukan jawaban yang benar-benar membawa hatinya kembali tenang,tapi mau gimana lagi.Mungkin nanti akan datang sebuah jawaban yang benar-benar menjadikan semuanya jelas pastinya.Dan tak mungkin lagi bila harus melepas ini semua secara mencurigakan baginya.Karena ia yakin sebagai seorang asistan memang membutuhkan kedekatan dan perantara baik dalam setiap pekerjaannya saat ini.

Sampai juga mereka disebuah rumah sakit dimana ayah ThyTan dirawat.Saat keluar dari mobil pun Sang Tuan muda bergegas untuk membantu asistannya keluar dari mobil,sebuah hal aneh dirasakan olehnya terlalu perhatian sampai aku lupa bersama siapa yaitu Rey.Membukakan pintu,memegang tangannya saat Joana turun dari mobil.Perlahan menutup pintu,keduanya pun saling beriringan berjalan menuju lobby rumah sakit dan berhenti di reception untuk sekedar bertanya keberadaan seseorang yang ingin ia jenguk.

"Permisi,dimana ya kamar Tuan Radithya Arman dirawat?"Senyuman itu memberikan jawaban kepada seorang perempuan yang tengah bertugas.

"Oooo,Tuan Radithya Arman dirawat di ICU.Mari saya antar!"Kata Seorang suster bergegas mengantar keduanya untuk menemui keluarga Radithya Arman.

Saling berpandangan,lalu bergegas untuk mengikuti langkah seorang suster membawa mereka untuk bertemu dengan seorang perempuan yang tengah bingung dan panik didepan pintu kamar ICU.Terlihat dari jauh sampai Rey menghentikan seorang suster tersebut,Joana pun terhenti juga ikutan melihat dari jauh sosok perempuan bersama salah satu pengawalnya.

"Terima kasih sus,kita sudah tahu dimana ruangannya."Kata Rey membuat keduanya ikutan berhenti.

"Kalau begitu saya kembali lagi Tuan,permisi!"Lanjutnya perlahan meninggalkan keduanya.Sekejab keduanya pun saling mengangguk penuh senyuman.

Perpisahan disuatu titik yang telah diketahui oleh Rey dengan suster tersebut,dengan tatapan sedih melihat dari jauh seorang perempuan tengah duduk terunduk tak berdaya merasakan kesedihan serta kesendirian tengah ia alami saat ini.Dengan wajah sedih pula,Joana pun mengerti apa yanh dirasakannya saat ini,sampai ia meminta ijin untuk mendekati dan mencoba menenangkan hatinya.

"Nona,Thy Than!"Sapanya saat duduk disampingnya menyentuh bahunya.

Ia menoleh dan tak kuasa menahan air matanya saat orang terdekatnya datang dan memberikan perhatian lebih untuk kesendirian bahkan kesedihan itu membawanya dalam hangat pelukan seorang Joana.

"Kak Joana!"Segera ia memeluk serta membenamkan wajahnya dalam pelukan dalam seorang Wanita yang begitu mengagumi seorang perempuan nan cantik dan dalam perjuangan hidupnya untuk sang ayah.

Tak pelak,,obrolan ringan antara Rey dan pengawalnya memberikan sebuah isyarat untuk mengambil alih kepemimpan keluarga Pak Arman setelah beberapa keluarganya mulai menjauhinya karena sesuatu hal dalam hubungam bisnis mereka yang tak pernah baik.

"Bagaimana keadaan Om Arman,Ben?"Tanya Rey menenggelamkan kedua tangannya dikedua saku celana Rey.

"Kondisinya makin menurun,saya harap nanti semuanya Tuan muda ya yang menghandle semuanya.Saya sama sekali tidak mendapat respon baik dari keluarga Tuan Arman.Bahkan mereka seakan tidak perduli lagi."Jawabnya pelan berbisik kepadanya.

Lalu dia menengok dan melihat seperti apa kesedihan seorang Thy Than dimana ia belum ingin melepaskan separuh kesedihan itu kepada Joana.

"Benarkah itu?"Mengernyitkan kening.

"Benar Tuan,saya sampai heran.Kenapa ketika Tuan Arman begitu sukses mereka sangat menyanjung Tuan besar dan saat masalah tengah membelitnya.Sama sekali tidak ada satupun perduli akan kesehatannya saat ini,dan lihat Nona Thy Than harus berjuang sendiri untuk kehidupannya sekarang,bahkan dia mencoba untuk kuat!"Jelasnya yakin.

Mengangguk beberapa kali.Ini pasti karena bisnis yang dijalankan oleh Om Arman sangat berpotensi menggerus kekayaan keluarganya.Pantas saja ketika saat ini dia berada dalam titik terendah kepedulian itu sirna begitu saja."Terima kasih atas pemberitahuannya,kamu boleh istirahat.Biar aku sama Joana yang menemani Thy Than ya!"Sambil menepuk pundaknya.

Tersungging mengucapkan terima kasih kepada Rey yang telah mau bersedia menemani Nona mudanya yang mana tengah dalam kesedihan tiada henti apalagi saat ia mendekati dan duduk disampingnya,hanya tangisan yang bisa ia keluarkan sebagai luka terdalam disetiap lingkar keheningan.

Rey pun mengernyitkan kening serta mengangkat dagunya,mempertanyakan lewat kode khususnya juga dibalas oleh Joana dengan mengangkat dagunya.Lalu ia pun mengatakan sesuatu kepadanya.

"Kamu jangan terlalu bersedih ya.Pasti Ayahmu Tuan Arman akan segera sembuh,jangan terus bersedih dong!"Pintanya mendekap kedua pipinya dan mengangkat serta menatapnya dan menyeka air matanya.

"Aku ga akan sedih kalau keluargaku salah satunya datang untuk menemaniku kak,tetapi sekarang lihatlah cuman pak Ben yang setia dengan keluargaku.Hanya dia yang mau menjaga dan menunggu sampai kalian datang kesini!"Ujarnya mengungkapkan isi hatinya.

"Kamu jangan terus juga menyalahkan keluargamu,kamu harus kuat karena ini adalah musibah yang harus menguatkan siapa kamu ya!"Lanjut Rey kembali menguatkan hati Thy Than.

Menoleh terisak-isak mengatakan kalimat untuk mengungkapkan isi hatinya tengah kalut,sampai hati dirinya benar-benar dalam kesendirian tanpa ada yang perduli kepadanya."Om,apa salah aku.Salah Ayah sampai harus ditinggalkan oleh keluarga ayahku,bahkan semuanya tidak merespon apapun itu kepadaku.Bahkan mengabarkan keadaan ayah pun tidak ada."

Menghela nafas panjang,dia mencoba kembali untuk tersenyum dan mendekap pelukan Thy Than dimana ia membutuhkan sandaran hati serta kekuatan dari mereka berdua.Tak lama kemudian,suara panggilan ponsel milik Rey tengah berbunyi,segera ia membuka dan memberikan kepada Joana untuk mengangkatnya.

"Tolong kamu angkat dulu ya!"Memberikan kepadanya.

"Baik Tuan!"Jawabnya menerima ponsel Rey,beranjak untuk menjauh dan menjawab suara seseorang diujung sana.

"Halllo,selamat pagi Tuan besar.Ada yang bisa dibantu?"Sapa hangat dan ramah Joana membuat pertanyaan baru untuk Tuan besar.

"Lho kok kamu yang jawab telponnya Rey,dia kemana?"

"Tuan muda sedang menenangkan Nona Thy Than Tuan besar.Saat ini Tuan Arman tengah dirawat dirumah sakit!"Menjelaskan sedikit dengan pelan.

"Haaaah,kenapa dengan Arman.Apa dia tengah sakit?"Kembali menegaskan kalimatnya tersebut.

"Iya Tuan,sekarang Tuan Arman dirawat di ICU,dan keadaannya sangat mengkhawatirkan.Jadi kami berdua berada disini untuk memberikan semangat dan perhatian kepadanya."

"Astaga kasihan sekali Thy Than,apa dia sendirian?ga ada yang menemani mungkin dari keluarganya!"Pertanyaan itu pun muncul dengan penuh perhatian.

"Sama sekali Tuan,tidak ada yang perduli.Tadi saja Nona Thy Than sendiri yang menghubungi Tuan Muda."Jawabny ikut bingung melihat kesedihan belum reda dari tatapan matanya.

"Oke,nanti sore aku kesana ya untuk memastikan apakah benar tidak ada yang perduli.Kalau benar tidak ada yang perduli memang keterlaluan keluarga dari Arman itu.Sama sekali tidak ada yang datang dan memberikan perhatian lebih kepadanya?"

"Sama sekali Tuan,jadi kali ini Tuan muda yang bisa sedikit membuat hati Nona Thy Than membaik."

"Baiklah kamu jaga dia ya,aku masih ada banyak urusan.Kalau aku kesana juga tidak janji untuk bertemu dengan kalian.Kalau perlu kalian gantian deh buat jaga anaknya ya!"Pesannya memberikan nasehat untuk Joana.

"Baik Tuan besar,terima kasih atas perhatian dan nasehatnya.Apa anda mau bicara sama Tuan muda mungkin?"Mencoba menawarkan sebuah obrolan kepada anaknya.

"Tidak usah,kalian fokus saja sama Thy Than ya.Aku juga tidak bisa janji untuk kesana hari ini.Salamkan pesanku untuk Rey dan Thy Than ya.Selamat siang!"

Menutup telponnya.

"Iya Tuan besar,sama-sama."Menutup obrolan cukup panjang dengan Tuan besar.

Setelah obrolan itu selesai dan Joana tengah berbalik,ia melihat sebuah perhatian tengah datang dengan tepat saat Rey mencoba berbicara pelan dan hangat untuk keponakannya.Rasanya itu adalah pesan menggugah hatinya untuk melihat serta bersedekap melihat keintiman keduanya hingga tak ingin menganggunnya.

"Lucu juga kalau lihat Tuan muda mencoba menenangkan hati Nona Thy Than sama sekali hatinya penuh kasih sayang ya.Bikin cemburu saja.!"Deg,,,,kalimat terakhir itu membuatnya terpaku dan ga habis fikir kenapa bisa terlintas kalimat seperti itu.Memang kali ini aku benar-benar gila.

"Kamu tenang ya,ada Om disini sama kak Joana.Om pastikan kamu baik-baik saja dan bisa kuat dengan keadaan ini.Om harap kamu tetap menjalani ini semua dengan ketegaran ya."Menatapnya penuh kekuatan.

Ia mengangguk,tak kuasa untuk mengatakanya kembali.Benar-benar ini seperti mimpi kenyataan tepat didepannya,apa ini sebuah kesepian yang tak bisa aku rasakan dengan tepat,untung saja aku bertemu dengan seorang teman dan kolega ayah yang perhatian kepadaku,sampai aku tertunduk tidak bisa berkata lagi dan hanya bisa kembali memeluk dan mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Terima kasih Om,atas kebaikannya kepadaku!"Diiringi isak tangis yang belum reda dari hatinya terdalam selama berada dalam perlindungan Rey dan Joana.

Sambil menyeka air matanya.

"Kamu jangan bersedih terus ya!"

Bab.04 Rey mendapat kabar dari seseorang

Ga tahu lagi harus bersikap seperti apa lagi saat harus bersama Lili tentunya akan memberikan banyak kehidupan lain setelah ini.Aku berada dalam situasi yang membingunkan sesaat ketika aku harus memeluk memeluk Lili ada sebuah kabar mengejutkan yang harus aku dapatkan yaitu salah satu Klienku yang sangat solid untuk bekerja sama tengah berada dirumah sakit,tentunya itu akan membuat sebuah kepentingan akan keberadaan dirinya sangat dibutuhkan oleh salah satu keluarganya.Tepat kali ini dihari libur,sebuah panggilan telpon rumah membuatnya menghentikan langkahnya untuk semakin romantis dengannya.

Kriiiiing,,,kriiiing,,kriiiiing.

Rey menoleh dengan wajah cemas,siapa menelponku.Biasanya seeh yang tahu no. apartemen ini kalau bukan orang tuaku jelas sekretarisku.Tapi siapa ya?"Sebentar ya,aku angkat telpon dulu!"Perlahan melepaskan pelukan dan bergegas untuk mengangkatnya.

Hati Lili tengah hangat-hangatnya dan berada dalam perhatian khusus seorang Tuan muda,jelas itu membuat tak bisa berkata lagi.Senyum itu membuatnya berfikir dua kali dan kembali menikmati sarapan paginya.

Langkah Rey memang agak berat dan berfikir lebih serius ketika akan mengangkat sebuah telepon yang tengah menghubunginya.Berdiri seraya menampakkan wajah cemas dia mengangkat dan menjawab suara telpon tersebut.

"Hallo selamat pagi!"Sapanya agak ragu.

Tetapi ada suara kesedihan seorang perempuan muda yang tengah kalut dilorong rumah sakit.Ia mendapatkan sebuah cobaan hidup yang menurutnya sangat berat dan itu adalah keputusan membingungkan hingga ia mencoba menghubungi salah satu kolega ayahnya.

"Om,,,om Rey!"Panggilnya parau berat dan tak bisa lagi dia menahan air matanya tengah menetes membasahi pipinya.

"Iya aku Om Rey,ini siapa ya?"Mengernyitkan kening bingung,sepertinya pernah mendengar suara ini tapi dimana ya.Menompangkan tangan mencoba mengingat tetapi memang masih susah untuk diterka.

"Om,,,ini Thy Than Om.Om bisa dat-ang kesini g-a!"Suaranya terbata-bata akibat isak tangisan mencoba untuk ia tahan.

"Thy Than,kamu kenapa nak?"Pertanyaan itu membuatnya semakin penasaran dan membuat terus bertanya."Kamu dimana sekarang,kamu ga pa-pa kan?"Pertanyaan itu kembali ia lemparkan kepada perempuan tersebut.

"Ayah Om,,,ayah!"Rengeknya serasa terisak kembali.

"Kenapa ayahmu,kenapa Om Radith?"Kembali panik.

Seketika Lili yang mencoba menikmati sarapan paginya sendirian pun terjega dengan nada suara aneh Rey hingga mendongak serta mengernyitkan kening bingung."Kenapa ya dengan Tuan muda!"Beranjak berdiri perlahan meninggalkan meja makan ia pun beringsut kedepan dan menemuinya.

"Ayah Om,,,ayah kritis.Dia dirumah sakit Omni internasional.Ayah anfal,,,Om!"Tangisannya pun tak terbendung hingga ia kembali mencoba kuat tetapi tak sanggup.

"Oke,,,Oke Om segera kesan ya!kamu tenang jangan panik Om segera kesan-ya!"Ujarnya mencoba menenangkan.

Masih ikutan bingung tetapi,Lili mencoba untuk menahan pertanyaan yang biasanya membuatnya semakin tambah panik.Jadi saat ini ia menunggu jawaban dari Tuan muda.Saat menoleh pun hampir membuatnya terkejut.

"Astagaaaa,Lili!"Sembari menghela nafas panjang terkejut akan kehadirannya,karena terlalu fokus untuk Thy Than.

"Heheheheh,maaf Tuan muda.Memangnya ada apa kok sepertinya panik saya dengar?"

"Itu kamu tahu kan Om Radithya?"Kembali mencoba mengingatkan.

"Om Radith?siapa ya!"Meringis bingung.

"Itu yang anaknya masih sekolah menengah keatas.Yang waktu itu datang memberikan kue buat kita!"Sambil menyentuh dagunya.

Malahan perhatian itu membuat mata Lili mengarah kepada tangan Rey ketika menyentuh dagunya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!