"Aku sudah kenyang! aku mau berangkat kuliah sekarang," Kendrick William atau yang sering dipanggil Kendrick itu meletakkan sendoknya begitu saja di atas piring, sambil beranjak berdiri dari kursinya.
"Makanan kamu belum habis, Ken. Kamu baru makan sedikit. protes seorang wanita setengah baya, yang tapi lain adalah wanita yang sudah berjasa menghadirkan Kendrick ke dunia.
"Tapi, aku sudah kenyang!" ucap Kendrick dingin.
"Kenapa sih setiap mama, menyinggung masalah pacar kamu itu, kamu selalu saja tidak sopan dan meninggalkan mama begitu saja? apa ini yang kamu dapat dari hasil berhubungan dengan wanita itu? kamu makin kurang ajar pada mama?" suara wanita mamanya Kendrick, meninggi.
Dewi, itulah nama wanita paruh baya itu. Dia merupakan wanita keturunan Indonesia, yang walaupun sudah lama menetap di London, Inggris, adat budaya ketimuran Indonesia masih selalu melekat sampai sekarang.
"Ma, bisa tidak berhenti membicarakan kejelekan kekasihku? kenapa sih Mama tidak pernah bosan, menjelek-jelekkan dia? apa karena Jane bukan orang Indonesia? apa menurut Mama, hanya wanita Indonesia saja yang baik di mata Mama?" suara Kendrick mulai ikut meninggi.
"Kendrick! jaga bicaramu!" bentak Victor William, papanya Kendrick, sambil membanting sendok dan garpu ke atas piringnya.
Kendrick terdiam, karena kalau papanya sudah bersuara, Kendrick tidak akan berani bersuara.
"Kenapa, kamu semakin ke sini semakin kurang ajar sama mama kamu, hah? Kenapa kamu berani sekali membentak mama kamu?" bentak Victor dengan sorot mata yang menghunus tajam.
"Maaf! aku cuma pusing, Pah. Hampir setiap hari, mama menjelekkan Jane. Dia selalu menyuruhku untuk meninggalkan Jane, dan mencari wanita lain. Kenapa Jane selalu buruk di depan Mama? padahal selama ini dia sudah berusaha baik di depan mama."
Dewi menghela napasnya dengan helaan yang cukup panjang. "Mama, tidak mengada-ada, Ken. Jane memang bukan wanita baik-baik. Dia hanya baik ketika di depanmu saja." suara Dewi, kini mulai melunak.
"Jadi, siapa menurut mama yang baik? apa wanita Indonesia yang seperti mama sanjung-sanjung setinggi langit itu?" suara Ken kembali meninggi, merasa kesal dengan pemikiran mamanya.
"Bukan seperti itu, Ken. Cuma kamu harus tahu kalau __"
"Kalau apa? kalau wanita Indonesia adalah wanita yang beradab, sopan begitu? secara tidak langsung, mama mau mengatakan kalau wanita Inggris tidak, begitu maksud, Mama?" Ken mulai hilang kendali.
"Bukan seperti itu Ken! tapi __"
"Tapi, memang seperti itu pemikiran, Mama selama ini," sambar Kendrick, memotong ucapan sang Mama.
"Ma, setiap negara itu sama, wanitanya ada yang baik dan ada juga yang tidak. Mungkin menurut mama, wanita Indonesia itu baik, ok aku akui, tapi mama jangan lupa, wanita di negara manapun pasti juga ada yang baik dan ada yang tidak."Lanjut Kendrick lagi.
"Kalau mengenai itu mama tahu, tidak perlu kamu kasih tahu. Mama tidak perduli, kamu memiliki kekasih dari negara mana pun, yang penting jangan,Jane. Karena dia benar-benar tidak baik buatmu, Nak. Percaya deh sama, Mama." ucap Dewi dengan nada yang memelas.
"Terserah, Mama mau ngomong apa, yang jelas aku tahu yang terbaik buat Ken sendiri, dan Jane adalah yang terbaik buatku. Aku, pamit!" Ken melangkah meninggalkan Dewi dan Victor dengan perasaan dongkol yang menguasai hatinya.
Sementara itu, Dewi hanya bisa menghela napasnya, merasa sedih dengan kelakuan Kendrick.
"Sudahlah, Sayang, kamu jangan memaksa kehendak kamu lagi pada, Kendrick. Semakin kamu memaksanya, semakin dia memberontak. Biarkan dulu dia, nanti dia bakal sadar sendiri," hibur Victor, menenangkan istrinya.
"Aku hanya ingin yang terbaik, buatnya ,Sayang. Tidak lebih. Tapi, sepertinya dia tidak mempercayai, mamanya sendiri." desis, Dewi lirih.
"Emangnya, kamu yakin kalau Jane, bukan perempuan baik? mungkin itu hanya perasaanmu saja,"
"Itu bukan hanya feeling aku saja, tapi dia memang benar-benar perempuan yang tidak baik." tegas Dewi, yakin.
"Hmm, baiklah, aku percaya kamu. Tapi masalahnya, kamu harus bisa membuktikan kalau Jane bukan wanita yang baik, buat Kendrick. Karena tanpa bukti, sangat susah buat kamu untuk meyakinkan Kendrick. Anakmu itu sangat mencintai Jane," jelas Victor lembut.
Dewi, tercenung, merasa ucapan suaminya ada benarnya. "Hmm, baiklah! aku akan membuktikan pada Kendrick kalau apa yang aku katakan tentang Jane, itu benar.
Victor tersenyum simpul, kemudian dia berdiri dari tempat dia duduk.
"Aku berangkat ke kantor ya! bye, Sayang!" seperti biasa Victor meninggalkan kecupan di puncak kepala istrinya. Dan, Dewi selalu mencium punggung tangan suaminya seperti orang Indonesia pada umumnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dewi, nyaris saja menutup kembali pintu rumahnya, ketika dia melihat sebuah mobil yang sangat dia kenal memasuki pekarangan rumahnya. Siapa lagi pemilik mobil itu kalau bukan Jane, kekasih putranya.
"Mau ngapain perempuan ini ke sini?" batin Dewi, dengan tatapan yang sinis.
"Hai, Mrs William, apa Kendrick ada?" tanya Jane, tanpa basa-basi.
"Buat apa kamu mencari anakku?" tanya,Dewi dengan nada sinis.
"Hei, aku mencari kekasihku, apa salahnya? apa anda masih tidak bosan menghalangi hubungan kami?"
Ingin rasanya Dewi menampar mulut Jane yang sama sekali tidak memiliki kesopanan itu. Dia hanya berlaku sopan padanya ketika ada Kendrick. Makanya Kendrick tidak percaya kalau dirinya mengatakan kalau Jane sama sekali tidak memiliki kesopanan, yang ujung-ujungnya Kendrick selalu membawa-bawa wanita Indonesia. Padahal Dewi sudah jelas mengatakan kalau hal kesopanan tidak ada sangkut pautnya dengan Wanita Indonesia atau Inggris. Wanita Inggris juga banyak yang sopan. Akan tetapi, Kendrick yang sudah emosi tidak bisa mencerna maksudnya dan malah justru menyalah artikan ucapannya.
"Aku tidak akan bosan untuk mengingatkan anakku. Suatu saat dia akan sadar kalau mamanya benar. Sekarang kamu lebih baik pergi dari sini, karena aku muak melihat wajahmu itu dan kebetulan yang kamu cari juga sudah pergi!" Dewi hendak menutup pintu, tapi langsung ditahan oleh Jane.
"Dengar, Mrs William, kamu pikir aku bisa anda gertak? aku akan Pastikan kalau Kendrick akan lebih memilih aku dari mamanya sendiri. Dan aku akan berhasil menjauhkan dia dengan anda. Bye!" Jane kembali melangkah pergi, masuk ke dalam mobilnya, kemudian melajukannya meninggalkan kediaman keluarga William.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kendrick menepikan mobilnya di parkiran universitas of Oxford, tampat dia sekarang menjadi salah satu mahasiswa tingkat akhir.
Dia keluar dari dalam mobilnya, dan berjalan dengan wajah yang ditekuk. Dia masih sangat kesal dengan mamanya yang selalu ikut campur pada hubungannya dengan Jane. Sebenarnya jauh di dalam lubuk hatinya, dia sangat menyesal, bila dia meninggikan suaranya di depan wanita yang sudah melahirkannya itu. Akan tetapi, dirinya selalu sulit untuk mengendalikan emosinya, apalagi kalau itu berkaitan dengan Jane.
"Woi, kenapa wajah kamu? kenapa kusut? pasti kamu berdebat lagi dengan mamamu kan?" tiba-tiba, David salah satu sahabat Kendrick memukul pundak pria itu.
"Ya, pastilah! dan pasti masalahnya tidak jauh dari keinginan mamanya untuk mencari calon istri itu, wanita Indonesia, dan meninggalkan Jane, benarkan aku?" celetuk Edward, sahabat Kendrick yang lain sambil berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Ya, seperti itulah! aku kesal, hampir setiap hari selalu itu saja yang dibahas sama mama." sahut Kendrick dengan raut wajah jengkel.
"Lagian, kenapa sih kamu tidak menuruti mama kamu? Karena aku rasa, kalau Jane bukan wanita yang baik buatmu." Ucap Edward,santai sambil terus melangkah tanpa memperdulikan Kendrick yang menggeram marah.
Tbc
"Edward, kamu mau cari mati hah?!" pekik Kendrick, kesal dan Edward tidak menggubris sama sekali. Dia tetap berjalan dengan santai menuju ruangan mereka.
"Kenapa kamu mengatakan seperti itu? apa kamu cemburu kalau aku menjalin hubungan dengan Jane?" Kendrick masih terlihat belum puas, karena Edward tidak merespon dirinya sama sekali.
"Buat apa aku cemburu? aku sama sekali tidak tertarik dengan Jane. Apa kamu sadar, semenjak kamu bersamanya, kamu sudah bukan seperti dirimu lagi. Duniamu hanya ada dia dan dia. Ok, kamu memang mencintainya, tapi sebagai seorang wanita yang baik, dia pastinya tidak akan menjauhkan kamu dari sahabatmu. Kenyataannya apa? kamu berubah, Ken. Kamu tidak bisa menjadi dirimu sendiri lagi, semuanya ada di bawah kendali, Jane. Apa kamu tidak pernah berpikir jernih, kenapa mama kamu, tidak menyukainya? aku rasa bukan karena dia bukan orang Indonesia, tapi karena atitudenya."
Kendrick mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya sudah memerah, bahkan rahangnya juga sudah mengeras. Ingin sekali dia meninju wajah sahabatnya itu, tapi dia tidak sanggup karena apa yang dikatakan oleh Edward itu ada benarnya.
"Coba kamu pikir? kenapa mama kamu tidak pernah bosan-bosan, menyuruh kamu menjauhinya? aku rasa, jika Jane, berusaha untuk mengambil hati, mamamu, lambat laun, mamamu pasti akan menerimanya. Karena setahu aku, mamamu orang yang sangat baik. Tapi apa? apa Jane mu itu melakukannya? tidak bukan? dia hanya sibuk memperkeruh suasana, dengan menangis di depanmu, seakan-akan dialah yang tersakiti. Dan Kamu? dengan bodohnya terpancing dan bahkan kamu sampai tega menyakiti hati wanita yang susah payah melahirkan dan membesarkanmu, demi membela wanita yang baru saja hadir di hidupmu." ucap Edward berapi-api, meluapkan semua yang sudah mengganjal di dalam hatinya selama ini.
Kendrick bergeming, tangan yang tadinya terkepal dengan kencang, kini berangsur-angsur terbuka. Rahangnya yang tadinya sudah mengeras, kini sudah kembali normal. Dia merasa kalau kalimat demi kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Edward tidak salah.
"Ken, kalau memang Jane wanita yang baik, dia tidak akan menjauhkan mu dari mamamu. Dia pasti menganjurkanmu, untuk tetap menghormati, Mamamu. Aku mau bertanya, apa dia pernah melakukannya? coba kamu ingat, apa yang sudah dia lakukan? dia malah menjauhkanmu, Ken." kali ini, bukan Edward yang berbicara, melainkan David yang buka suara.
Kendrick semakin tergugu. Bayangan yang dia membentak mamanya pagi ini, seketika berkelebat. Wajahnya mamanya sedih, dan sendu membuat Kendrick semakin menyesal.
"Ken! Sayang!" tiba-tiba wanita yang sedang mereka bicarakan, muncul. Siapa lagi dia kalau bukan Jane.
Edward langsung menatap sinis ke arah Jane dan langsung berlalu, disusul oleh David dari belakang. Mereka berdua, yakin kalau akan ada drama yang akan dipertontonkan oleh Jane, seperti biasanya, dan Edward serta David sudah muak melihatnya.
"Ken,lihat teman-teman kamu, mereka langsung pergi ketika aku datang. Mereka seperti menganggap aku kotoran, yang harus dihindari. Apa aku sehina itu, Ken? teman-teman macam apa mereka yang tidak menghargai kekasih teman mereka sendiri," benar dugaan Edward, Jane mulai mempraktekkan keahliannya dalam membuat drama.
"Kamu ke sini mau ngapain? kelas kamu bukan di sini," ucap Kedrick dingin. Mulai terpancing dengan ucapan Edward dan David.
"Kamu kenapa tanya seperti itu? biasanya kan aku memang ke sini nemuin kamu," Jane mengerucutkan bibirnya, ingin menunjukkan kalau dirinya tengah kesal.
Akan tetapi, kali ini Kendrick seakan tidak terpengaruh dengan drama yang dibuat oleh Jane. Pikirannya kini fokus ke kesalahan yang dia buat pagi ini pada mamanya.
"Sayangg! kenapa kamu diam saja? kamu tahu tidak, tadi aku ke rumah kamu untuk mencarimu, tapi mama kamu, malah mengusirku dan menghinaku. Mamamu memang bukan mama yang baik. Dia tidak pernah mendukung kebahagiaan anaknya,"
Kendrick sontak bereaksi, dia menatap tajam ke arah Jane, kekasihnya. Jane tidak menyadari kalau tatapan tajam Kendrick, kini sedang marah padanya. Dia merasa kalau Kendrick kini marah pada mamanya sendiri. Karena memang seperti itu lah biasanya. Kendrick akan selalu marah pada siapapun yang berani mengusik kekasihnya itu, sekalipun itu mamanya sendiri.
"Jane, bisa tidak, kamu berhenti berkata yang tidak-tidak tentang mamaku? aku rasa mamaku tidak seperti itu," bentak Kendrick, membuat Jane terkaget.
"Kenapa kamu membentakku? apa kamu sudah tidak percaya lagi padaku?" Jane, mulai berpura-pura sedih dengan menangis.
"Kamu sudah keterlaluan, memfitnah mamaku, Jane. Benar kata Edward dan David, seharusnya sebagai seorang kekasih yang baik, kamu harusnya tidak memperkeruh masalahku dengan mama. Aku sekarang menyadari, semenjak bersamamu, hubunganku dan mama semakin buruk." Tutur Kendrick, yeng membuat Jane,terbeliak kaget, sekaligus was-was.
"Oh, jadi ini gara-gara kedua sahabatmu itu? mereka mempengaruhimu, dengan mengatakan kalau aku tidak cukup baik untukmu? Jadi, sekarang kamu lebih mendengar mereka dari pada aku?"suara Jan
suara Jane mulai meninggi, dan sengit.
"Bukan seperti itu, mereka sama sekali tidak mempengaruhiku. Mereka hanya ingin __"
"Sudahlah! kamu tidak perlu membela mereka lagi.Aku cukup tahu, kalau sekarang kamu sudah tidak mencintaiku lagi, makanya dengan mudah kamu bisa dipengaruhi oleh mereka. Padahal kamu tahu sendiri, kalau dari awal mereka berdua tidak menyukai hubungan kita. Apa kamu tidak berpikir, kalau mereka pasti sengaja mengatakan itu. Buka mata kamu, Ken. Mereka itu hanya ingin hubungan kita hancur," Suara Jane semakin tidak terkendali. Hingga membuat banyak mata yang memperhatikan mereka.
Kendrick, bergeming. Dia bingung, perkataan siapa yang akan dia dengar. Kedua sahabatnya atau Jane, kekasihnya. Kalau diingat-ingat, kedua sahabatnya itu, memang dari awal sudah menentang hubungan mereka.
"Kalau kamu lebih mendengarkan mereka, ya udah, hubungan kita, berhenti sampai di sini!" ancam, Jane. Dia yakin Kendrick akan menolak, karena dia tahu, kalau Pria itu sangat mencintainya.
"Jangan begitu, Sayang! Ok, aku tidak akan mendengar ucapan mereka yang mengatakan kalau kamu tidak baik, lagi. Aku percaya, kalau kamu itu, wanita yang sangat baik," sesuai dugaan Jane, Kendrick pasti akan takut kehilangannya. Jane, tersenyum tipis, merasa berhasil membuat Kendrick kembali percaya padanya.
Jane, masih tetap dalam posisinya, yaitu berpura-pura marah. Dia menatap ke arah lain dan berpura-pura tidak mau menatap Kendrick.
"Sayang, jangan marah dong. Aku minta maaf!" Kendrick, menyentuh bahu Jane dengan kedua tangannya, mencoba untuk membuat gadis itu, menatapnya. Akan tetapi, Jane tetap pada posisinya.
"Hmm, kamu mau beli sesuatu ya? kalau iya, kamu mau beli apa? nanti aku kasih kamu uang. Tapi, yang penting, kamu mau memaafkanku," jurus terakhir yang selalu Kendrick lakukan, dan selalu berhasil.
"Hmm, Kamu benar-benar mau memberikan aku uang? Kemarin aku ingin membeli sepatu, tapi uang aku kurang, kamu mau beliin aku ya?" Jane langsung ceria, begitu Kendrick mengatakan akan memberikannya uang, untuk membeli apa yang dia inginkan.
"Iya. Tapi aku nggak bisa nemenin kamu untuk membelinya, ya? kamu bisa beli sendiri kan?". Jane, menganggukkan kepalanya menyanggupi, dengan senyum yang tidak ingin pergi dari bibirnya.
"Nih, kartu kreditnya! Sekarang,kamu kembali ke kelasmu dan belajar baik-baik!" Jane berjalan keluar dari kelas Kendrick dengan wajah yang berbinar bahagia, seakan tidak ada ketegangan yang terjadi baru saja di antara mereka.
Tbc
Setelah Jane meninggalkan ruangan, Edward dan David masuk kembali. Dari raut wajah mereka, terlihat kalau mereka sekarang tengah kecewa dengan sikap Kendrick yang terlalu lembek pada Jane. Bahkan mereka yakin, begitu melihat wajah kekasih Ken yang berbinar bahagia pasca keluar dari ruangan, pasti wanita itu mendapatkan apa yang dia mau.
Edward dan David langsung duduk begitu saja, tanpa mau mengajak bicara Kendrick lagi, dan Kendrick cukup memakluminya.
Dosen yang akan mengajar mereka hari ini terlihat masuk dan langsung memulai pelajaran. Tidak terdengar lagi suara berisik dari para mahasiswa. Kini semua fokus pada dosen yang memang terkenal kekilerannya.
Pembahasan materi kali ini, sangat membosankan buat Kendrick. Dia berharap waktu cepat berlalu. Akan tetapi, semakin ditunggu, waktu itu semakin terasa sangat lambat.
"Ok, sampai di sini dulu pembahasannya, lusa akan kita lanjutkan," terdengar suara dosen yang mengakhiri kelas.
"Akhirnya," gumam Kendrick lega, sambil merenggangkan otot-otot di tubuhnya yang terasa kaku.
"Ed, Vid, temani aku ke kantin yuk!"
Edward maupun David tidak memberikan respon sedikitpun atas ajakan Kendrick.
"Kalian berdua masih marah padaku? jangan marah dong. Please ngertiin posisiku!"
Edward menghela napasnya dengan helaan yang cukup panjang. Kemudian dia menoleh ke arah Kendrick yang kini juga menatapnya.
"Kami capek dengan sikapmu, Ken. Kenapa ketika di depan kami, kamu begitu berapi-api, tapi ketika berhadapan dengan Jane, kamu lemah?"
"Emm, Karena aku__"
"Karena kamu mencintainya? cintamu membuat kamu jadi bodoh, Ken. Tapi, sudahlah, mau bagaimanapun kami memberikan nasehat padamu, akan tetap kamu anggap angin lalu. Dan kamu akan tetap menganggap kami iri pada hubunganmu dan Jane. Ayo, lebih baik kita ke kantin sekarang!" Edward berdiri dan beranjak dari kursinya diikuti oleh David dari belakang.
Kendrick, mematung untuk sepersekian detik. Detik berikutnya, dia menghela napasnya dan beranjak mengikuti Edward dan David.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kebekuan yang sempat tercipta di antara tiga sahabat itu, kini sudah mencair. Begitulah mereka, pertikaian dan perbedaan pendapat memang sering terjadi, tapi, mereka tidak akan berakhir dengan permusuhan.
Mereka bertiga kini sudah terlihat tertawa dan saling bercanda, seperti tidak pernah terjadi apa-apa.
Di hadapan mereka kini sudah tersaji makanan dan siap untuk disantap. Tiba-tiba Edward menyenggol-nyenggol tubuh David dengan sikutnya.
"Oh, Ada apa?" tanya David, sambil menggerakkan wajahnya.
"Tuh lihat! ada wanita cantik!". Edward menggerakkan matanya.
David dan Kendrick, mengikuti kemana arah mata Edward memandang. Mereka melihat seorang wanita, yang memiliki surai berwarna hitam legam dan panjang, dan dari wajahnya terlihat jelas, kalau wanita itu keturunan Asia.
Wanita itu terlihat memegang nampan yang berisi makanan dan minuman di atasnya, dan dia juga celingukan untuk mencari tempat di mana dia bisa duduk.
"Naura, mari duduk di sini!" teriak seorang wanita yang dari wajahnya terlihat kalau dia juga seorang wanita Asia sama seperti wanita tadi.
Wanita yang dipanggil Naura itu, tersenyum dan berjalan menghampiri, wanita yang memanggilnya.
"Bahasa apa itu? sepertinya bahasanya sama seperti bahasa mama kamu?" tanya Edward pada Kendrick.
"Iya, itu bahasa Indonesia." sahut Kendrick, cuek dan tetap menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Edward dan dan David berdecak kagum dan tidak berhenti menatap wanita bernama Naura itu.
"Mau berapa lama lagi, kalian berdua menatapnya? apa kalian berdua bisa kenyang dengan hanya menatap wanita itu?" celetuk Kendrick dengan sedikit kesal.
"Oh, gila men! mata kamu memang udah gak waras, Ken. Lihat, dia sangat cantik!" puji Edward sambil berdecak kagum.
"Temannya juga tidak kalah cantik! sepertinya mereka baru di sini," David menimpali ucapan Edward.
Kendrick, tidak menyahut, tapi diam-diam ekor matanya bergerak melirik ke arah wanita itu dan tidak memungkiri kalau wanita itu, memang cantik.
"Nauraaa, Chika chilimikiti, i'm coming!" seorang wanita, berparas serupa, muncul tiba-tiba dan berteriak dengan ekspresi bahagianya, membuat David tiba-tiba tertawa.
"Apa kamu, ketawa-ketawa!" wanita itu, menatap sengit ke arah David.
"Dia bilang apa? kok sepertinya dia marah padaku?" tanya, David bingung dan Edward mengangkat bahunya, pertanda kalau dia juga tidak mengerti. Hanya Kendrick terkikik, karena walaupun besarnya di London, tapi pria itu masih bisa mengerti bahasa Indonesia.
"Mampus kamu! gak ngerti kan? emang enak?" lagi-lagi wanita itu, mengumpat pada David, dengan menggunakan bahasa Indonesia, sehingga David semakin terlihat kebingungan.
"Tasya, sini kamu!" panggil wanita yang pastinya bernama Chika, sembari melototkan matanya ke arah wanita yang ternyata bernama Tasya itu.
"Ken, kamu pasti ngertikan, apa yang diucapkan wanita gila tadi?" tanya David, setelah wanita itu, pergi bergabung dengan kedua temannya.
Akhirnya sambil menahan tawanya, Ken menjelaskan apa saja yang dikatakan oleh wanita bernama Tasya tadi.
"What? jadi dia bilang aku mampus?" David mendelik, dan Kendrick menganggukkan kepalanya, membenarkan.
"Nggak bisa jadi ini! aku harus menegurnya!" David berdiri, dan berencana hendak mendatangi Tasya. Akan tetapi, Edward dan Kendrick dengan sigap menahannya.
"Udahlah, kenapa kamu harus mempersoalkannya? salah kamu sendiri, menertawainya tadi." ucap Edward sambil mendudukkan paksa, David.
David menatap sengit ke arah meja tempat di mana 3 wanita Indonesia berada, dan betapa geramnya dia, ketika melihat wanita yang tadi mengumpatinya, menjulurkan lidah ke arahnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tasya! kamu ih, gak di Indonesia gak di sini kelakuan gak ada beda. Ingat, kalau kamu itu di negara orang, bukan di negaramu." terdengar suara Naura mengomel.
"Iya, iya, maaf!" jawab Tasya dengan bibir yang mengerucut.
"Hmm, kenapa sih tidak ada rendang di kantin ini?" celetuk Tasya tiba-tiba sambil meletakkan sendoknya begitu saja.
"Besok-besok, kamu tawarin diri, buat buka stall sendiri, khusus menjual rendang, gulai, soto dan lain-lain, biar kamu senang." cetus Chika, sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya, dan Tasya hanya mencebik mendengar ucapan Chika. Sedangkan Naura, hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Tasya.
"Aku udah selesai, kita kembali ke kelas, yuk!". Chika berdiri dari kursinya dan hendak beranjak pergi.
"Aku juga!" Naura juga berdiri, dan melakukan hal yang sama seperti Chika.
"Eh, tungguin aku dong! makananku masih banyak nih," rengek Tasya dengan wajah memelas.
"Makanya kalau makan itu, jangan kebanyakan bicara, buruan, habisin!" cetus Naura, sambil mendaratkan tubuhnya, duduk kembali. Demikian juga dengan Chika.
"Uhuk, uhuk!" Tasya terbatuk-batuk, karena tersedak.
"Makanya jangan buru-buru makannya! nih minum!" Naura memberikan minuman pada Tasya, yang langsung menyambut dan meneguk habis.
" mTadi katanya buru-buru," celetuk Tasya, kesal.
"Iya, tapi gak kaya gitu juga!" cetus Chika sambil mendorong pelan kening Tasya.
"Rasain!" celetetuk David tertawa puas, ketika melewati meja mereka.
Tbc
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!