NovelToon NovelToon

CINTA TIADA AKHIR

Berita Kecelakaan

Title: Bab. 1 Berita itu datang disaat yang paling tidak diduga nya, pada suatu siang disaat hujan di bulan Desember, hampir tepat 30 tahun sejak mereka berjumpa.

Tiga puluh  tahun.

Tahun- tahun luar biasa.

Ia telah melewatkan sebagian hidupnya bersama pria itu, pria yang ia cintai selama hidupnya.

Setelah semua yang dialaminya, Zack masih kelihatan muda di mata Imah.

Ada getaran semangat yang memancar dari dalam diri Zack, suatu daya dan kekuatan yang mendorong Zack.

Dia bagaikan sebuah meteor yang terjebak dalam tubuh dan jiwa seorang pria, selalu mendesak maju, melejit ke tujuan yang tak tampak.

Dia memiliki visi, kecerdasan dan semangat yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Imah telah melihat semua itu sejak pertama kali mereka bertemu.

Ia sudah tahu sejak dulu, tanpa tahu siapa dia.

Imah tahu Zack berbeda, penting, istimewa, dan seseorang yang sangat jarang ada.

Setelah bertahun-tahun, Imah telah meresapi Zack dalam dirinya.

Zack menjadi bagian dari  jiwa Imah.

Zack tidak selalu menjadi bagian jiwa atau  dirinya yang paling menyenangkan, tapi dia merupakan bagian paling utama dari diri Imah.

Dalam bertahun-tahun, banyak perselisihan yang terjadi, bentrokan, ledakan, dan masa-masa damai.

Sejak awal, Zack menjadi impian bagi Imah.

Mereka saling memberikan makna, warna, serta kedalaman dalam kehidupan masing-masing, terkadang mereka saling menakuti.

Damai, penerimaan, dan kasih sayang datang bersama usia dan waktu.

Pelajaran yang mereka peroleh dimenangkan dengan susah payah dan dengan upaya yang keras.

Masing-masing merupakan tantangan terbesar bagi keduanya, mewujudkan ketakutan paling buruk.. Dan akhirnya mereka saling menyembuhkan.

Pada waktunya, mereka saling cocok bagai dua bagian sebuah puzzle, tanpa sisi-sisi tajam dan tanpa garis sambungan.

Dalam 30 tahun yang mereka bagi bersama, mereka menemukan sesuatu yang jarang ditemukan orang lain.

Masa yang penuh hiruk-pikuk dan menggembirakan, kadang-kadang sangat mengganggu, tapi mereka berdua tahu bahwa masa itu sangat berharga.

Satu tarian magis selama 30 tahun yang langkah-langkah nya tidak mudah untuk mereka pelajari.

Zack sangat berbeda dengan orang lain, ia melihat apa yang tidak tidak bisa dilihat orang lain, dan tidak merasa butuh hidup diantara orang-orang lain.

Dia merasa bahagia bila hidup sendirian.

Dia membangun sebuah dunia yang luar biasa disekelilingnya.

Dia punya visi luas, membangun sebuah industri, sebuah kerajaan.

Dengan melakukan itu, dia telah membentangkan cakrawala diluar apa yang pernah dibayangkan orang lain.

Dia terdorong untuk membangun, memecahkan rintangan, untuk selalu maju lebih jauh dari sebelumnya.

Zack sedang berada di Semarang saat mendengar kabar itu, ia sudah berada disana selama beberapa minggu dan berencana akan kembali dua hari lagi.

Imah tidak mencemaskan Zack, Zack pergi dan akan kembali.

Seperti musim atau matahari, dimanapun dia berada, Imah tahu Zack tidak akan pergi jauh darinya.

Zack dan Imah, mereka menjadi bagian yang tak terpisahkan.

Imah sedang menulis dalam buku harian nya, tenang dalam keheningan rumah yang damai, sementara di luar tengah turun hujan dengan derasnya.

Sudah hampir gelap, ketika telpon dirumahnya berdering pukul 18.00, dan Imah terkejut ketika melihat hari sudah mulai petang.

Ketika melihat jam di dinding dan mendengar dering telpon, Imah tersenyum.. Ia tahu bahwa itu telpon dari Zack.

Imah masih kelihatan seperti dulu, saat ia menyingkap rambutnya yang panjang kebelakang, lalu meraih gagang telpon.

" Assalamu'alaikum..? " kata Imah menanti suara Zack diseberang sana.

Ia menanti suara Zack sambil memandang hujan yang turun melalui kaca jendela.

" Dengan ibu Imah? " Imah kecewa saat bukan suara yang didengarnya.

Ia mengira jika Zack yang menelponnya.

" Maaf Bu.. Saya menelpon dari kantor tuan Zack! " suara assisten Zack diseberang sana.

Imah punya perasaan aneh, mengapa Zack meminta sang assisten untuk menelpon nya.

" Saya... Saya menyesal. Ada kecelakaan.!"

Mendengar kabar itu, Imah merasa sekujur tubuhnya menjadi dingin, ia merasa seperti sedang bermain hujan diluar sana.

Suatu kecelakaan...ada kecelakaan... Kecelakaan..

Zack punya banyak kehidupan yang mempesona, dia tak terhancurkan, sempurna, tak terkalahkan, hidup abadi.

Ia pernah berkata pada Imah saat pertama mereka berjumpa, bahwa ia punya seratus kehidupan, dan baru memakai 99, selalu ada satu hidup lagi.

" Dia terbang ke Surabaya siang tadi! " suara itu berkata, mendadak Imah hanya mendengar suara jam dinding yang berdetak.

Semua terasa begitu sunyi..

Dengan nafas yang sesak, ia menyadari bunyi itu sama dengan bunyi yang didengarnya 40 tahun yang lalu saat ibunya menceritakan tentang ayahnya.

Bunyi waktu yang mulai habis, perasaannya yang seolah jatuh kedalam jurang tanpa dasar, dan ia tahu bahwa ia tak bisa membiarkan dirinya kembali ke tempat itu lagi.

" Ia sedang dalam perjalanan, dan sesuatu terjadi dengan kendaraan yang dikendarainya! "

Untuk pertama kalinya semenjak bertahun-tahun, Imah merasa tangan-tangan kengerian mencakar nya.

" Ada ledakan, " kata pria itu dengan suara yang begitu perlahan, hingga Imah tak mampu mendengar nya, kata itu bagai sebuah bom.

" Tidak.. Aku.. Pasti tidak mungkin ada.. Tak mungkin... " suara Imah tercekat, kemudian ia membeku.

Ia sudah tahu sisanya sebelum pria itu menceritakannya, Imah tahu apa yang terjadi saat ia merasakan dinding-dinding dunianya yang aman dan terlindungi mulai rubuh.

Imah seakan tak percaya dengan pendengarannya, ia seakan tengah bermimpi dalam tidur malamnya.

" Jangan ceritakan kepada ku!"

Mereka duduk di ujung telpon masing- masing, ketakutan dan terdiam.

Airmata mengalir membasahi pipi Imah. Pria itu dengan sukarela menelpon Imah dan mengabarkan tentang keadaan Zack.

Tak ada orang lain yang sampai hati menelpon dan memberi kabar padanya.

"Mobilnya jatuh ke jurang, terbakar dan meledak !" kata pria itu lagi.

Imah duduk dan memejamkan matanya, ia mendengarkan kata- kata pria itu.

" Itu tidak terjadi...itu tidak terjadi !"

Monolog Imah dalam hati.

Tak mungkin Zack melakukan itu terhadapnya, ia sudah tahu selama ini hal itu bisa terjadi. Tetapi tidak ada di antara mereka berdua yang benar- benar percaya hal itu akan terjadi. Zack masih terlalu muda, untuk meninggal dunia. Begitupun Imah masih terlalu muda untuk menjadi seorang janda.

"Apakah ada yang memeriksa keadaan mobilnya? " tanya Imah dengan suara yang gemetar tak terkendali.

Pasti, bila mereka memeriksanya, mereka akan menemukan Zack, dan dia akan mentertawakan mereka, mengibaskan debu dari tubuhnya, dan berteriak agar mereka menelpon Imah. Tak ada yang bisa menyentuh zack.

" Kami yakin, Ibu Imah...saya menyesal. Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk Anda? Apakah ada seseorang bersama Anda di sana? "

Imah berhenti, tak mampu berkata- kata. Ia hanya ingin berkata bahwa Zack ada di sana bersamanya.

Masa Muda Imah Begitu Bahagia

Dari kantor, nanti akan ada yang menelpon ibu, tentang.. Eh.. Pengaturan nya. " pria itu berkata dengan canggung dan Imah hanya bisa mengangguk walau ia tahu, pria itu tidak melihat anggukkan kepala nya.

Tanpa mengatakan apapun, Imah meletakkan gagang telpon.

Tak ada lagi yang bisa dikatakan nya, tak ada yang perlu dan mampu dikatakan nya.

Ia memandang keluar, kearah hujan...Memandang Zack, seakan Zack tengah berdiri dan memandang nya.

Ia bisa  melihatnya seperti malam pertama mereka berjumpa.

Imah merasa panik, dan kini ia tahu bahwa ia harus kuat demi Zack.

Berkat Zack, ia harus menjadi pribadi yang lebih baik.

Imah tak boleh terpuruk, dan jatuh kedalam kegelapan dan menyerah dengan keadaan.

Imah memejamkan matanya dan mengucapkan namanya dengan perlahan.

" Zack...Jangan pergi...Aku butuh kamu..! " bisik Imah.

Sementara air mata terus mengalir di pipinya.

" Aku ada disini, Imah...Aku tidak akan kemana-mana. Kau tahu itu! " suara itu terdengar kuat dan tenang, dan begitu nyata sampai Imah tahu bahwa ia mendengar kata-kata itu.

Zack tidak akan meninggalkan nya.

Dia sedang melakukan apa yang harus dia lakukan, ditempat dia harus berada.

Seperti memang sudah digariskan.

Seperti dalam kenyataan tahun-tahun penuh cinta kasih Imah kepada Zack.

Kuat..

Tak terkalahkan..

Dan bebas..

Tak ada yang bisa mengubah itu, tak ada ledakan yang bisa mengambil Zack dari sisinya.

Zack lebih besar dari pada itu, Zack tidak mudah untuk mati.

Imah harus membebaskan nya sekali lagi, untuk melakukan apa yang sudah digariskan untuknya.

Itu akan menjadi tindakannya yang terakhir, penuh keberanian, dan tindakan Zack.

Hidup tanpa Zack tak akan terbayangkan, tak terpikirkan.

Saat ia memandang keluar, ke kegelapan malam, Imah bisa melihat Zack berjalan perlahan, menjauh darinya.

Lalu Zack berbalik dan tersenyum padanya.

Zack masih tetap pria yang sama seperti dulu.

Pria yang sama yang sudah dicintainya sekian lama.

Rumah itu terisi keheningan yang tak terukur, sementara Imah terduduk hingga larut malam, memikirkan Zack.

Sementara diluar, hujan  terus turun dengan  derasnya seakan mengerti akan kesedihan yang Imah rasakan.

Hujan  seakan larut dalam kesedihan Imah, turut berduka dengan apa yang Imah rasakan.

Fikiran Imah bergulir kembali, ke malam pertama mereka bertemu.

Saat itu, Imah baru berusia 18 tahun dan Zack masih sangat muda, kuat dan gagah.

Suatu saat yang tak akan terlupakan yang mengubah hidupnya, ketika Imah menatapnya dan tarian kehidupan pun dimulai.

°°°

°°°

°°°

Fatimah pertama kali bertemu dengan Zakaria pada sebuah acara amal.

Imah dan orang tuanya datang ke Bandung selama satu minggu untuk berlibur dan mengunjungi sanak keluarga yang ada disana.

Imah sebenarnya sahabat adik perempuan Zack, mereka bersahabat sejak bangku SMP dan SMA.

Setamat dari SMA, Imah ikut orang tuanya pindah keluar kota.

Saat ada acara keluarga di Bandung, Imah dan keluarganya datang kesana sekalian mengikuti acara amal yang diadakan oleh kolega ayahnya Imah.

Sahabat Imah sangat gembira saat akan bertemu dengan Imah, begitupun dengan Imah yang merasa senang dapat kembali bertemu dengan sahabat lamanya.

Saat memasuki ruangan acara amal, Imah bergandengan tangan dengan ayahnya.

Suasana ruangan sudah sangat ramai dengan orang-orang yang akan mengikuti kegiatan amal tersebut.

Banyak para pengusaha dan para pejabat yang datang, karena ini acara amal besar-besaran yang diadakan setahun sekali oleh organisasi yang sering membantu korban bencana alam ataupun kaum duafa dan orang-orang yang memerlukan bantuan uluran tangan mereka.

Hasil dari dana amal akan didonasikan pada korban-korban bencana alam yang baru-baru ini terjadi.

Diruang amal itu, Imah melihat banyak wanita-wanita cantik dan pria-pria tampan yang berkelas.

Perhiasan dan gaun-gaun istimewa dikenakan oleh para wanita, sementara pria mengenakan jas-jas serta sepatu-sepatu mahal yang melengkapi penampilan mereka.

Terlihat jika mereka para pengusaha-pengusaha muda dan juga keluarganya.

Ratusan orang mengobrol di ruangan yang indah, ada pula ruang dansa yang penuh cermin.

Ratusan pelayan berseragam melayani mereka, ada band terbaik diruangan tersebut.

Imah mengenakan gaun yang indah membungkus kulit tubuhnya.

Ia terlihat begitu cantik dan mempesona.

Ia diperkenalkan pada rekan-rekan bisnis ayahnya.

Ia berdiri bersama orang tuanya, berbincang dengan rekan keluarganya.

Ayah Imah bernama Surya Atmaja, seorang pengusaha properti yang sukses, sementara ibunya Ny. Dira memiliki butik yang ternama di kota nya.

Saat keluarga Nugraha memasuki ruangan, Imah mencium sahabatnya dan mengucapkan terima kasih sudah ikut bersama orang tuanya dan mau menemaninya di acara ini.

Ini acara amal pertama yang diikuti oleh Imah. Dan Imah sangat senang mengikuti Acara Amal ini.

Imah berdiri berdampingan dengan sahabatnya, Aulia.

Mereka terlihat sangat bahagia bisa bertemu di acara ini.

Mereka berdua terlihat sangat kontras.

Aulia bertubuh mungil dan berkulit putih, sementara Imah bertubuh tinggi semampai dengan rambut hitam yang tergerai diatas pundaknya.

Kulit nya kuning langsat, dengan bola mata yang agak besar dan bentuk tubuh yang sempurna.

Imah dengan  tenang bersalaman dengan rekan-rekan yang dikenalkan oleh ayah.

Imah seolah memancarkan daya tarik tersendiri.

Saat ia diperkenalkan oleh orang tuanya kepada para tamu, Imah memandang mata mereka dan memesona mereka dengan senyumnya.

Ada sesuatu pada penampilannya, bahwa ia baru akan mengatakan sesuatu yang lucu, sesuatu yang penting, sesuatu yang ingin kita dengar dan kita kenang.

Semua tentang Imah menjanjikan suatu semangat, masa mudanya sendiri begitu riang sampai ia harus membaginya bersama semua orang.

Pesona dalam diri Imah, memang selalu seperti itu.

Ia seolah datang dari tempat lain dan selalu menjadi pusat perhatian bagi orang-orang yang bertemu dengannya.

Imah kelihatan menonjol dalam semua kerumunan, bukan hanya karena penampilannya, tapi juga karena kecerdasan dan pesonanya.

Dirumah, ia selalu aktif dan memiliki banyak ide-ide yang tak terduga.

Sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, ia membuat kedua orang tuanya selalu terhibur dan merasa bangga dengan setiap kegiatan positif yang dilakukannya.

Ia lahir setelah dua belas tahun ayah dan ibunya menikah.

Kedua kakaknya laki-laki dan ia seorang perempuan yang dinanti-nantikan oleh kedua orang tua dan saudara lelakinya.

Saat ia masih bayi, ayahnya sering berkata bahwa Imah pantas ditunggu kelahirannya, dan ibunya merasa setuju.

Mereka memanjakannya.

Di tahun-tahun awal kehidupannya, ia menjadi pusat dunia keluarganya.

Masa muda Imah begitu bahagia, ia hidup dengan  segala kasih sayang dan cinta dari kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

Ia lahir dari keluarga berada dan sebagai anak kecil, ia hanya mengenal kenyamanan dan kemudahan.

Pandangan Pertama

Ayah Imah, Surya Atmaja pria yang sukses berjuang dalam dunia bisnis hingga mampu menempatkan diri sebagai pengusaha terkenal di tanah air.

Surya Atmaja menikahi Dira, seorang perempuan yang bekerja disebuah perusahaan  swasta sebagai tenaga administrasi .

Karena usaha dan jerih payah serta dukungan dan doa sang istri, maka Surya bisa menempatkan diri sebagai penguasa yang patut diperhitungkan.

Jatuh  bangun dalam berusaha menggapai semua impian, hinaan dan terkadang cacian menjadikan sebuah cambuk bagi Surya untuk membuktikan bahwa ia mampu bangkit berdiri diatas kakinya sendiri.

Dalam tahun-tahun perjuangan mereka untuk bangkit, mereka dikaruniai dua anak laki-laki , Vernanda dan Andika dan satu anak perempuan, Fatimah Azzahra.

Saat memiliki dua orang anak, Dira memutuskan untuk berhenti bekerja dan lebih memilih fokus pada anak-anak dan mengurus rumah tangga.

Untuk mengisi waktu luangnya, Dira berjualan secara online.

Karena kemampuannya, maka ia bisa mengembangkan usahanya hingga memiliki sebuah butik dan dikelolanya dengan baik hingga bisa berkembang.

Dira pun tak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan pada suami tercintanya.

Surya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta memilih berhenti dan berusaha membangun usahanya sendiri.

Walau sering gagal dan terkadang ditipu oleh rekannya sendiri, tapi ia tak pernah lelah untuk berusaha.

Bermodal kepercayaan yang diberikan oleh rekannya, ia berusaha bangkit memulai usahanya kembali, hingga akhirnya ia pun bisa membuktikan bahwa ia mampu untuk menjaga kepercayaan dan kesempatan yang diberikan.

****

" Imah.. Bagaimana jika malam ini kau menginap dirumah ku, kita bisa bertukar cerita tentang kegiatan kita selama kita berpisah! " pinta Sahabatnya, Aulia pada Imah.

" Maaf Lia, aku tidak bisa, karena besok akan ada acara keluarga, sehingga kami harus berkumpul dirumah saudara ayah.

Mungkin lain waktu, kita bisa bertemu dan mengisi waktu kebersamaan kita dengan saling bertukar cerita. " jawab Imah yang merasa menyesal karena tidak bisa memenuhi keinginan sahabatnya.

Imah sendiri bukan tak mau, tapi ia ada kepentingan lain dengan keluarganya.

" Baiklah, mungkin lain waktu kita bisa bertemu dan berkumpul.

Jika kau sedang ke Bandung, datanglah berkunjung kerumah ku, aku pun jika sedang ke Jakarta, ingin berkunjung kerumah mu."  kata Aulia sambil tersenyum.

Ia berusaha mengerti dan memaklumi keadaan Imah.

Dan mereka berjanji untuk saling berkunjung ke rumah masing-masing.

***

Ibu Imah, Dira, seorang yang sangat bahagia.

Ia memiliki segala yang diinginkan dalam hidupnya, seorang suami yang dicintainya, dan anak-anak yang sangat disayanginya.

Imah melengkapi kebahagiaan kedua orang tua dan kakak-kakaknya.

Meski Imah begitu penuh semangat dan berwatak ceria, Dira memastikan Imah memiliki sopan santun  yang tak tercela dan memiliki sikap yang anggun.

Saat berjalan diantara para tamu, sikap Imah sangat tenang, ia kelihatan lebih seperti orang dewasa dari pada gadis muda.

Orang akan melihat bahwa Imah sangat bahagia.

Ia bisa berbicara dengan siapapun, pergi kemanapun. Tak ada yang membuatnya takut.

Meski Imah baru berusia 18 tahun, segala yang ada pada dirinya menunjukkan bahwa ia seorang wanita, dan bukan seorang gadis.

" Imah.. Lihatlah, begitu banyak mata yang memandang kagum padamu.

Banyak wanita yang terlihat iri saat memandang mu, dan banyak tatapan lelaki yang terlihat begitu memujamu.

Apakah salah satu dari lelaki itu nanti akan menjadi pasangan mu? "

Ayahnya menggoda Imah saat mereka melewati banyak orang yang menatap kagum pada putrinya.

" Ah.. Ayah! Kita kan kesini untuk ikut acara amal, bukan ajang mencari jodoh.

Lagian, aku juga masih muda ayah, usia ku baru 18 tahun.! " jawab Imah sambil mengerucutkan bibirnya, saat sang ayah menggodanya.

" Iya yah, biarkan Imah melanjutkan kuliahnya dan menggapai cita-citanya.

Ia masih terlalu muda untuk memiliki seorang kekasih! " ucap Ibu pada ayah.

" Iya bu, ayah mengerti! Ayah hanya menggoda anak kita yang sepertinya menjadi pusat perhatian di acara ini. " kata ayah pada ibu sambil tersenyum.

" Ibu ingin Imah menemukan laki-laki yang serasi dan menikah dalam waktu beberapa tahun lagi, hingga ia menyelesaikan pendidikannya dan bekerja sesuai keinginan dan kemampuannya.! "

Ucap ibu lagi.

Ayah dan Imah hanya mendengarkan dan mengaminkan apa yang menjadi doa dan harapan ibu.

Ayah juga ingin Imah menyelesaikan pendidikan dulu.

Meskipun ayah tidak mengharapkan Imah akan bekerja setelah selesai kuliah, menurutnya Imah sedapat mungkin harus mendapat semua manfaat dari kuliah.

Ia yakin, pendidikan itu akan bermanfaat bagi anak gadisnya.

Imah telah terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi ternama.

Jika telah menyelesaikan kuliahnya, Imah bisa bekerja di perusahaan lain atau perusahaan ayahnya untuk mencari pengalaman.

Imah dan teman-temannya mulai keluar dari ruangan itu, mereka menuju ke ruang dansa.

Imah mengobrol dengan gadis-gadis muda yang dikenalnya, dan diperkenalkan pada pria-pria muda yang ada di sana.

Dengan tenang, Imah mengobrol dengan mereka, baik dengan para gadis maupun dengan para pria yang ada disana.

Kelihatan sejumlah pria selalu menguntit nya.

Mereka menyukai cara bicara Imah yang lemah lembut dan gaya nya sangat sopan.

Saat acara dansa dimulai, mereka bergantian mengajak Imah untuk berdansa.

Ia terlihat tidak pernah mengakhiri acara dansa dengan pria yang sama yang mengawali dansa nya.

Malam yang indah, Imah sangat bersuka ria bersama sahabat dan teman-temannya.

Perhatian yang diberikan kepadanya, tidak membuatnya besar kepala.

Ia menikmati setiap perhatian yang diberikan tapi ia bisa mengendalikan diri.

°°°°°°

Imah sedang berdiri di dekat meja prasmanan, ketika pertama kali melihatnya.

Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang teman nya.

Ia sedang mendengarkan apa yang disampaikan temannya itu, mengenai pengalamannya saat pertama masuk kuliah.

Ia mendengarkan cerita temannya itu dengan seksama, ketika menengadah tiba-tiba ia melihat pria itu.

Ia tak tahu kenapa, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya dan membuatnya terpesona.

Tingginya mencolok, berbahu lebar, rambut hitam rapi dan wajah yang tampan.

Ia kelihatan lebih tua dari pria-pria yang bersamanya.

Imah mengira, pemuda itu berusia akhir dua puluhan.

Ia berhenti mendengarkan cerita temannya, dan lebih fokus memperhatikan pemuda itu.

Ia terpukau saat pemuda itu meletakkan dua potong puding diatas piringnya.

Pemuda itu mengenakan stelan jas dan berdasi seperti pemuda-pemuda lainnya, dan ia kelihatan luar biasa tampan.

Tapi, ada sesuatu yang canggung dari sikap nya.

Sepertinya, ia merasa tidak nyaman berada ditempat ini.

Saat Imah memperhatikannya berjalan disepanjang meja prasmanan, pria itu terlihat canggung dan bergegas pergi dari sana.

Pria itu berdiri tak jauh dari Imah, ia memegang piring yang berisi beberapa macam kudapan, dan ia merasa bahwa Imah tengah memperhatikannya.

Ia menatap Imah dengan intens, mata mereka bertemu pandang.

Pria itu sejenak berhenti bergerak, dan mereka saling memperhatikan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!