NovelToon NovelToon

Istri Rasa Simpanan

Bab 1

Oleh Sept

Rate 18 +

"Tidak! Dia anakku. Aku yang melahirkannya. Mas tidak boleh mengambilnya begitu saja! Di anakku! Aku bahkan belum melihatnya," Terdengar isak tangis Padma Pramudita memenuhi ruangan. Wanita berusia 20 tahun itu histeris mencari bayi yang diambil tanpa sepengetahuannya. Hatinya hancur ketika sang suami mengambil bayi yang baru ia lahirkan beberapa jam yang lalu.

"Kembalikan bayiku!" ratap Padma sembari terus menangis. Ia memegangi dadanya yang terasa sesak. Wanita itu ingin melihat bayinya, bayi yang selama sembilan bulan ini ada di dalam rahimnya. Terlalu kejam bila ia harus dipisahkan dengan bayinya yang baru lahir itu. Apalagi ia belum melihatnya sama sekali.

Sementara itu, sang suami, Guntur Gumilang hanya diam tak berkutik. Pernikahan dengan Padma sangat ditentang oleh keluarga besarnya. Tapi,  begitu Padma melahirkan, sang Mama malah mengambil bayi mereka. Pintu rumah keluarga besar Guntur Gumilang terbuka lebar untuk penerus darah biru mereka, tapi tidak dengan ibu si bayi. Nyonya Gumilang sangat membenci Padma. Sebuah benci yang sudah mengakar. Ia tidak sudi putra semata wayang, sang penerus Indago Group tersebut memiliki istri dari kalangan bawah, rakyat jelata yang tidak berkasta. Hanya kaum rendahan. Ya, Padma hanya seorang anak dari pembantu di rumah keluarga konglomerat tersebut.

Mau ditaruh mana muka Nyonya Gumilang yang terhormat itu? Bila public sampai tahu bahwa ia memiliki menantu anak babu? Astaga! Mimpi saja tidak mau. Bagi Nyonya Terhormat tersebut, bibit, bebet dan bobot is number one. Nomor wahid, nomor uno, nomor satu, jangan mimpi Padma bisa masuk dalam keluarga tersebut. Tidak akan, sampai matipun Ibu dari Guntur tersebut tidak akan memberi restu.

Bahkan sampai sekarang, meski sudah menikah. Padma tidak memiliki buku nikah, karena Guntur baru menikahi wanita itu secara agama, hanya berani nikah siri. Bukan karena pria itu tidak cinta, Guntur bisa saja menikahi Padma secara resmi kapanpun ia mau. Hanya saja, Nyonya Gumilang mengancam akan menghancurkan Padma serta keluarganya. Bahkan Guntur juga akan kehilangan 51% saham di Indago Group miliknya jika berani menikah dengan Padma secara hukum.

Nyatanya, menikahi Padma butuh pengorbanan besar, dan Guntur belum bisa melepas embel-embel kemewahan yang ia nikmati selama ini.

"Biarkan Mama yang mengasuhnya, Pad." Meski pahit, Guntur tetap mengatakannya.

Suara itu terdengar seperti vonis hakim yang tidak bisa diganggu gugat. Padma sangat ingat, bagaimana ia diusir dari rumah besar Gumilang. Seperti layaknya sebuah kotoran, sang mertua menatap jijik padanya. Lalu sekarang, bagaimana anak mereka diasuh mertua yang tidak pernah menganggap dirinya? Padma yakin, Ibu mertuanya pasti memisahkan ia dan anaknya.

Padma menggelengkan kepala pelan, sakit pasca operasi belum pulih. Kini ia harus menerima luka yang lain. Luka yang lebih sakit, karena harus berpisah dengan sang buah hati. Wanita mana yang tidak menderita bila harus dipisah dari anaknya? Apalagi anak itu baru lahir, jelas Padma sudah seperti orang gila. Wanita muda yang baru genap 20 tahun beberapa hari lalu itu sangat mengharap bisa melihat dan memiliki anaknya kembali.

"Mas ... balikin anakku, aku bahkan belum melihatnya ... balikin bayiku!" Padma kembali terisak, dadanya tambah semakin sesak. Ia memukuli tubuh Guntur. Memukul dengan keras dan berulang. Ia sangat kecewa pada sang suami. Mengapa tega melakukan ini padanya?

"Pad!" Guntur mencoba menenangkan sang istri. Bagaimana pun juga, untuk saat ini ia belum bisa menentang sang Mama. Ia hanya bisa menenangkan Padma dengan menepuk pundak wanita tersebut.

"Balikin anakku, Mas!"

Pukulan Padma yang semula keras dan cepat, perlahan melemah.

"PAD!!!! PADMA!!!" teriak Guntur ketika melihat Padma memejamkan mata dan jatuh pingsan. Wanita itu terkulai di atas ranjang rumah sakit.

Padma yang baru melahirkan itu jiwanya masih terguncang. Dipisahkan dengan sang anak, membuat Padma tidak sanggup menghadapi kenyataan lagi. Hatinya carut-marut, hancur berkeping-keping.

Nyatanya cinta tidak seindah bayangan Padma selama ini. Impian hidup bahagia bersama pria yang ia cintai setulus hati ternyata hanya semu. Khayalan tak bertepi, hanya impian yang menyilaukan dan membuat ia lupa dengan kenyataan.

Mereka berbeda kasta, cinta pria kaya dan wanita miskin hanya ada di dongeng belaka. Cinderella hanya ada dalam cerita, di dunia nyata, semua hanya bualan. Terlalu banyak  yang menentang cinta si miskin, kini Padma harus membayar nya. Ia harus berpisah dengan buah hatinya karena berani jatuh cinta pada anak majikan ibunya.

"Pad ... Padma!"

Guntur menepuk pipi istrinya, mengoles minyak angin di area hidung wanita tersebut. Pria itu mencoba membuat Padma sadar kembali.

"Bangun, Pad!" Guntur terus menepuk pipi Padma. "Pad ... buka matamu, Pad!" sambung Guntur yang mulai panik.

Tap tap tap

Terdengar derap langkah yang semakin mendekat. Dari belakang tiba-tiba muncul seorang perawat yang datang untuk mengecek kondisi Padma. Perawat tersebut berniat mengganti infus sang pasien. Tapi, yang ia dapati malah keluarga pasien panik membangunkan wanita yang baru melahirkan beberapa waktu lalu.

"Permisi, Pak."

Suster mendekat dan memeriksa Padma, sesaat kemudian ia berbalik, akan keluar untuk memanggil dokter.

"Istri saya kenapa, Sus?" Guntur cemas, takut Padma kenapa-kenapa. Pria itu mencegah sang perawat untuk pergi.

Bila takut Padma kenapa-kenapa, Guntur harusnya mengambil anak mereka kembali. Tapi, entahlah. Lahir dengan sendok emas, mungkin ia tidak mau hidup melarat. Miskin dan kekurangan harta. Makanya menurut pada sang Mama, meskipun harus membuat Padma terluka karena berpisah dengan bayinya.

"Tunggu sebentar, Pak. Saya akan panggil dokter dulu."

Setelah suster pergi, Guntur kembali mengoles minyak angin. Padma harus bangun, ia tidak mau melihat wanita yang ia cintai seperti ini. Tapi, jujur ia sangat tidak berdaya. Berdiri di antara dua kapal, membuat Guntur sulit untuk memilih.

Ia malah merasa anak mereka akan bagus dalam asuhan ibunya. Setidaknya hidup sang anak akan terjamin. Dari pada memaksa tinggal bersama mereka. Dicoret dari hak waris, Guntur belum bisa, membayangkan saja ia enggan. Ia benar-benar tidak siap untuk hidup dalam keterbatasan.

Beberapa jam kemudian, Padma masih menangis. Matanya pun terlihat sembab. Sedangkan Guntur, pria itu sedang keluar untuk mengurus semua administrasi. Ia meninggalkan Padma sendiri di ruang perawatan seorang diri.

KLEK

Seorang wanita paruh baya dengan pakaian elegan dan glamour masuk ke ruang perawatan Padma.

"Ambil ini, jangan muncul lagi di depan Guntur!" Nyonya Gumilang melempar amplop coklat dan terlihat amat tebal di kaki Padma yang masih terbaring lemah tersebut.

Mata Padma langsung berkaca-kaca, sang mertua memang tidak pernah suka pada dirinya. Kini, wanita itu datang ke rumah sakit bukan untuk menjenguk dirinya. Tapi, menyuruh Padma untuk berpisah dengan suaminya.

"Bagaimana, apa masih kurang?" sindir Nyonya kaya raya itu dengan kasar.

"Ma ...!" suara Padma terdengar serak memanggil mertuanya.

"Tutup mulutmu!" sentak Nyonya Gumilang.

Bersambung.

IG Sept_September2020

Bab 2

Oleh Sept

Rate 18 +

"Ma ...!"

Padma terlihat gelisah ketika mertuanya tiba-tiba muncul begitu saja dan menyuruhnya meninggalkan Guntur, suaminya. Apalagi ia dilempar dengan segepok uang. Sebagai kompensasi untuk mau pergi dari sisi sang suami.

Nyonya Gumilang langsung melotot tajam menatap Padma. Ia menyentak menantunya itu dengan sinis, setelah itu membuang muka, ia tidak suka Padma memanggil dirinya dengan sebutan mama. Lancang sekali anak itu, pikir nyonya Gumilang. Meskipun Padma adalah menantunya, akan tetapi nyonya Gumilang tidak pernah menganggap Padma adalah sang menantu. Padma hanya orang asing, kaum rendahan yang sengaja menjerat anaknya demi harta. Nyonya Gumilang yakin, Padma hanya ingin status dari keluarga mereka.

"Aku rasa uang ini sangat cukup, ambil dan tinggalkan kota ini. Segera tinggalkan Guntur!" sentak nyonya Gumilang sekali lagi.

"Ma ...!" bibir Padma sudah bergetar, wanita tersebut mau menanyakan perihal anaknya. Tapi, lidahnya keluh. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Wanita di depannya sudah mengambil anak yang baru ia lahirkan, sekarang memintanya pergi meninggalkan sang suami. Padma tambah dilema. Apa orang miskin sepertinya tidak patut bahagia dan memiliki pernikahan seperti orang di luar sana?

Mama mertua nya terlalu berkuasa, ia ingat sekali, bagaimana Nyonya itu memfitnah sang ibu mencuri di rumah Nyonya Gumilang tersebut. Wanita itu sengaja menjebak ibunya dan mengirimnya ke penjara. Beruntung bagi Padma karena memiliki pria yang mencintai dengan tulus tanpa melihat status. Strata sosial bagi Guntur bukanlah penghalang bagi cintanya. Guntur selalu ada saat Padma dalam masalah, sebuah masalah dari ibu pria tersebut tentunya.

"Apa ancamanku tidak membuatmu takut, Padma?" tanya Nyonya Gumilang dengan sinis.

"Maaf, Ma ... Maafkan Padma. Padma akan pergi dari hidup Mas Guntur. Tapi ... berikan bayi Padma terlebih dahulu." Wanita yang terlihat putus asa itu mencoba mengiba. Barangkali hati sang mama mertua akan melunak. Karena mereka sama-sama seorang wanita dan seorang ibu juga.

Plakkk

Bunyi tamparan terdengar begitu keras. Menyisakan bekas merah di pipi Padma. Panas dan perih, tapi tak seberapa. Itu masih belum sebanding dengan luka hati wanita tersebut. Hanya karena miskin, ia diusir dan bayinya diambil.

"Lancang sekali bicaramu! Kamu siapa? Lihat statusmu! Tidak tahu di untung, bukannya terima kasih. Jangan harap kamu bisa memiliki anak itu, mulai sekarang dia bukan anakmu!" sentak Nyonya Gumilang tanpa perasaan.

Wanita tua dan arrogant tersebut tidak peduli pada tangis Padma yang terdengar menyayat hati, baginya Padma hanya benalu yang perlu ia babat habis. Menjauhkan Padma dari putranya, itu adalah misi nyonya Gumilang ke mari. Menghilangkan Padma dari sisi Guntur. Agar bisa menikahkan Guntur dengan wanita lain. Wanita dari kalangan atas, wanita bermartabat. Seorang wanita yang sederajat dengan keluarga Gumilang. Tidak seperti Padma, hanya anak babu yang tidak ada nilainya di mata wanita sombong tersebut. Yang ia lihat hanya harta dan tahta. Nyonya Gumilang benar-benar gila hormat.

KLEK

Tiba-tiba pintu terbuka, seseorang masuk dengan pandangan aneh. Guntur melangkah masuk mendekati sang mama.

"Ma," sapa Guntur yang masih merasa aneh dengan tujuan sang mama yang tiba-tiba menjenguk Padma.

Guntur menatap curiga pada sang Mama. Mengapa wanita yang sangat membenci Padma itu datang ke rumah sakit lagi? Apa mamanya mau menerima Padma setelah melihat anak mereka? Apa pintu hati mama yang terkunci itu mulai terbuka? Guntur berjibaku dengan pikirannya. Menerka-nerka tujuan kedatangan sang Mama.

"Mama pulang dulu, Mama hanya ingin melihat Padma."

Tanpa menoleh pada Padma, Nyonya Gumilang langsung keluar. Ia melewati Guntur tanpa suara. Wajahnya dingin tanpa ekspresi.

Setelah nyonya Gumilang pergi meninggalkan ruang perawatan Padma, Guntur langsung menghampiri istrinya. Pria itu menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang.

"Apa yang mama katakan?" Guntur langsung mengintrogasi sang istri. Ia ingin tahu, apa saja yang dikatakan oleh mamanya kepada Padma.

Sedangkan Padma, wanita itu hanya menggeleng kepalanya dengan pelan, kemudian memilih membetulkan posisi tidurnya dan tangannya menarik selimut. Hatinya kalut, Padma hanya ingin tidur. Berharap jika nanti bangun, ini hanyalah sebuah mimpi buruk.

Guntur yang tidak tahu bahwa istrinya habis ditampar, ia lantas membelai rambut Padma. Mengecup kening wanita tersebut dengan kasih sayang. Tidak menyadari, bahwa wanitanya memiliki hati yang sudah luluh lantah akibat sang mama. Hati Padma sudah tidak terbentuk lagi, sudah hancur berkeping-keping menjadi puing-puing.

Esok harinya.

Langit di pusat kota nampak gelap, mendung terlihat menggantung. Sepertinya alam pun mengerti suasana hati Padma saat ini. Wanita itu merenung sambil menatap langit gelap lewat jendela di depannya. Wajahnya dipenuhi riak sendu, menggambarkan hati yang masih memendam rindu yang menggebu. Padma begitu ingin melihat buah hatinya. Tapi, Guntur masih belum ada tanda-tanda mengabulkan inginnya.

"Nanti Ibu akan ke sini, Pad."

Suara Guntur mengusik lamunan Padma. Wanita itu menoleh sekilas ke sumber suara, kemudian kembali menatap kosong ke jendela.

"Pad!" panggil Guntur.

Padma menoleh lagi. Tapi tidak menyahut, bibirnya masih terkunci rapat. Wajahnya nampak semakin pucat, sepertinya Padma tidak ada gairah dalam menjalani hidup ini. Ia terlihat tidak bersemangat.

"Setelah pulang dari sini, sebaiknya kita membawa ibu untuk tinggal bersama. Bagaimana menurutmu?"

Guntur mencoba merayu Padma, ia pikir bisa menghibur Padma dengan mendatangkan ibu dari istrinya tersebut.

"Bagaimana dengan anakku?" Padma malah tak menanggapi pertanyaan sang suami, ia malah memiliki pertanyaan lain yang juga butuh jawaban.

"Dia sehat, sangat sehat."

Padma memejamkan mata dalam-dalam, dadanya terasa sesak. Bulir bening memaksa keluar dari sudut matanya.

"Aku ingin melihatnya!" Wanita itu terisak, menangis sampai sesenggukan. Padma mau bayinya. Ia hanya ingin bayinya.

"Jangan begini, Padma ... Aku sudah banyak berkobar. Biarkan bayi itu tinggal bersama mama. Toh, itu adalah nenek kandungnya."

"Aku ibunya ... aku ibunya Mas, aku bahkan belum sempat memberinya ASI. Mengapa kalian kejam sekali padaku? Apa karena aku miskin, maka tidak pantas menjadi seorang ibu?"

"Berpikirlah yang terbuka, Pad. Ini demi masa depannya. Tunggu sampai Mama mau menerimamu."

Mendengar ucapan Guntur, Padma sudah tidak bisa lagi berkata-kata. Guntur mungkin matanya sudah tertutup. Mau sampai kapan pun, Nyonya Gumilang pasti tidak akan menerima menantu seperti Padma.

Menunggu restu hanya akan mengiris hati, karena mertua nya bahkan sudah mengusirnya kemarin. Artinya, tidak ada pintu untuk Padma masuk dalam keluarga itu.

"Sampai kapan?" Padma mengusap pipinya yang sudah basah.

"Bersabarlah, Padma!"

"Sampai kapan?" tuntut Padma.

"Ayolah Padma, bukannya kamu sudah tahu sejak awal, bahwa mama tidak merestui hubungan kita? Harusnya kamu lebih sabar, jangan egois."

Padma meremas kain sprei yang ia duduki, hatinya sakit mendengar tuduhan dari sang suami. Egois? Ingin hidup bersama bayinya apa itu dikatakan egois? Guntur benar-benar sudah mirip seperti ibunya. Selalu menyakiti hati Padma sampai relung hati paling dalam dengan semua ucapan uangang sudah dilontarkan.

"Pad ... mengertilah! Ini semua demi hubungan kita," ucap Guntur sembari memegangi kedua pundak Padma.

Padma kembali menangis, melihat itu, Guntur langsung memeluk istrinya tersebut.

"Kita tunggu sampai mama mau menerimamu, bersabarlah sedikit lagi, Padma!" bisik Guntur di telinga Padma. Bukannya tenang, Padma malah semakin sesenggukan. Sebab ia tahu, hal itu sangat tidak mungkin.

Satu tahun kemudian.

Kediaman keluarga besar Gumilang, terlihat tenda yang megah terbentang di halaman rumah tersebut.

Di depan pagar, Padma sedang mengintip. Ia ingin melihat putrinya dari jauh. Bila beruntung, ia akan bisa melihat anaknya dari luar pagar.

Tapi, pagi ini tidak seperti biasanya. Suasana kediaman keluarga Gumilang sungguh berbeda. Sepertinya ada acara besar di sana.

Padma yang berpakaian sedikit rapi kala itu, ikut membaur bersama pada tamu yang datang. Rasa penasaran, membuat Padma terus melangkah masuk ke dalam.

"Mas Guntur!" pekik Padma dari jauh ketika melihat suaminya duduk di depan penghulu.

Padma tidak menyangka, ia akan menyaksikan sang suami menikah lagi.

Bersambung.

Fb Sept September

IG Sept_September2020 

Bab 3 TEGA

Oleh Sept

Rate 18 +

Bibir Padma bergetar saat memanggil nama suaminya. Hatinya mendadak hancur ketika mendapati pemandangan yang mengusik hati. Bagaimana bisa suaminya menikah lagi? Sedang pria itu masih berstatus suaminya. Ya, meski hanya suami siri.

Padma merasa Guntur sudah menghianati cintanya. Wanita itu sungguh merasa kecewa berat pada pria yang selama ini ia percayai tersebut.

"Tega kamu, Mas!" gumam Padma lirih. Kakinya mulai lemas, langitnya terasa runtuh saat itu juga.

Tidak sanggup melihat suaminya menikah di depan mata, Padma langsung berbalik. Dengan mata yang berkaca-kaca, ia pergi meninggalkan kediaman konglomerat tersebut.

Tidak jauh dari sana, Nyonya Gumilang tersenyum licik penuh kemenangan. Sengaja ia tidak menghalangi Padma masuk ke kediamannya. Dengan sengaja pula ia menyuruh para penjaga untuk membiarkan saja bila Padma datang. Ini sudah masuk dalam rencana Nyonya kaya raya tersebut. Membuat Padma hancur, karena mau ditampar dengan banyak uang pun, Padma tidak mengindahkan peringatan darinya.

***

Setelah ijab kabul selesai, acara dilanjutkan dengan resepsi. Masih di tempat yang sama. Acara sengaja dilakukan di rumah, itu semua atas permintaan Nyonya Gumilang. Ternyata, tujuannya hanya satu. Agar Padma dapat melihat suaminya itu menikah di depan matanya.

Dendam yang membara, membuat Nyonya Gumilang ingin mencabik-cabik hati Padma sampai hancur tak berbentuk. Wanita itu terlalu marah karena pernikahan siri keduanya. Ia benar-benar tidak mau memiliki menantu tidak sederajat. Tidak selevel dengan starta mereka.

Malam harinya, ini adalah malam pengantin bagi Guntur dan istri keduanya. Istri pertama yang sah di mata hukum dan agama. Seorang istri yang mendapat pengakuan dari dunia. Terutama Nyonya Gumilang yang terhormat itu. Dan kini, di dalam sebuah kamar pengantin, sebuah kamar yang ranjangnya dipenuhi akan kelopak bunga mawar di atasannya. Serta banyak hiasan lainnya khas malam pertama. Terlihat, pengantin wanita duduk di depan meja rias yang dihiasi lampu di sekitarnya.

"Mas tidak mandi?" tanya seorang wanita yang sibuk menghapus make up di wajahnya. Riasan yang tebal itu perlahan terkikis oleh kapas basah yang ada di tangannya.

Guntur bergeming, matanya menatap kosong pada langit gelap di atas sana. Ia sama sekali tidak mendengar pertanyaan dari istri barunya.

"Sedang apa kamu, Padma?" gumam Guntur. Bukannya menjawab pertanyaan dari Bella. Hati Guntur justru mengingat istri pertamanya itu, tangannya terlihat mencengkram pegangan besi pada balkon yang dingin di depannya. Ada kemarahan yang terselip pada hati pria tersebut.

"Mas!" panggil Bella.

Guntur pun langsung menoleh, dilihatnya istri keduanya itu sudah berdiri di belakangnya dengan menggunakan baju tidur yang menerawang. Barangkali wanita itu mau menggoda suaminya. Ini kan malam pertama, malam istimewa.

Dengan lembut, Bella meletakkan tangannya di atas dada bidang suami barunya itu. Sudah lama sekali Bella Hadinata tersebut memimpikan moment seperti ini.

Ketika keluarganya dan keluarga Guntur melakukan perjodohan ini, Bela adalah orang yang pertama menerima. Hatinya begitu senang, meski harus menikahi pria satu anak tersebut.

Menurut kabar yang ia dengar, istri pertama Guntur pergi dengan pria lain setelah mengeruk harta keluarga Gumilang. Bella tidak habis pikir, suaminya terjebak oleh wanita mata duitan. Sampai menghasilkan anak segala. Bella merasa kasihan pada suaminya itu. Guntur terlalu dibutakan cinta, pikir Bella Hadinata, wanita keturunan konglomerat yang kaya dan terpandang.

Tidak peduli Guntur bekas orang, paras rupawan dan kharismatik pria itu membuat Bella langsung jatuh hati saat pandangan pertama. Apalagi Guntur adalah seorang CEO, baginya pria itu nyaris sempurna.

"Bel!" Guntur menepis tangan Bella yang sudah mulai turun ke bawah, ia tidak suka tubuhnya dijamah.

Meskipun kini mereka sudah menikah, hati Guntur masih bertaut dengan Padma. Walau hatinya tetap sakit bila ingat melihat Padma masuk hotel dengan pria lain.

Sedangkan Bella, wanita itu tidak mau menyerah. Malam ini ia harus mendapat haknya. Sesuai saran sang mertua, bila hati Guntur masih belum luluh, Bella bisa menggunakan tencana B. Ya, mertua dan menantu itu begitu kompak dalam melakukan apapun demi mendapat keinginan mereka.

"Baiklah, mungkin Mas capek. Bella bikinkan kopi ya?" tawar Bella dengan maksud tersembunyi.

"Hem."

Tanpa rasa curiga, Guntur mengiyakan saja.

Di dalam dapur, Bella clingak-clinguk. Ia menoleh kanan-kiri, melihat apakah ada orang. Ketika dirasa situasi begitu aman, Bella meraih sesuatu dari saku. Dengan hati-hati ia memasukkan sebuah obat di dalam sana. Dengan penuh kehati-hatian, ia mengaduk kopi itu. Berharap obatnya segera larut.

Sesaat kemudian, Bella masuk kamar. Dilihatnya Guntur masih di balkon dengan tatapan kosong.

"Mas, ini kopinya!" Bella datang sambil membawa segelas kopi. Sebuah kopi bukan sembarang kopi. Karena ada sesuatu yang terkandung di dalamnya. Sesuatu yang akan membuat Guntur terbakar malam ini bila ia meminumnya.

"Taruh di sana!" jawab Guntur tanpa menoleh. Ia masih berjibaku dengan asap yang mengepul di sekitarnya. Entah berapa batang yang ia hisap. Benda kecil yang ia apit dengan jarinya itu, nyatanya sangat ampuh menghilangkah setres yang ia rasa.

"Nanti keburu dingin," bujuk Bella. Ia akan memaksa Guntur meminumnya, karena sudah tidak sabar melakukan malam panas mereka.

Karena Bella terus memaksa, akhirnya Guntur pun meraih gelas kopi tersebut. Tanpa curiga pada sang istri, pria itu meminum kopinya. Beberapa menit kemudian, Guntur merasa aneh. Ia merasa gerah, tubuhnya mulai bergejolak.

Semakin lama, tubuhnya merasa panas yang tidak biasa. Apalagi saat melihat Bella yang mulai mendekat. Ada hasrat asing yang mengalir dalam nadinya. Degup jantungnya pun tak teratur. Dari sini, ia merasa ada yang tidak beres pada tubuhnya. Sejak kapan ia sangat bergairah melihat wanita selain Padma?

Hanya wanita itu yang selama ini bisa mengoyahkan hati Guntur. Tapi, mengapa malam ini Bella terlihat sungguh menggoda. Lihat! Tubuhnya begitu sempurna, seperti gitar Spanyol. Seksi, menggoda dan memikat. Hingga tanpa sadar, tangannya merengkuh pinggang yang ramping itu.

Di dalam hati Bella, ia tersenyum puas. Rencananya akan berhasil, sebentar lagi ia akan menguasai hati pria itu seutuhnya. Ia semakin senang saat menyadari, bahwa tangan Guntur sudah mulai liar meraba-raba seluruh tubuhnya.

Bukkk

Guntur langsung melempar tubuh Bella tepat ke tengah ranjang. Membuat ribuan kelopak bunga berserakan di mana-mana. Dengan gerakan cepat ia langsung mengungkung tubuh Bella. Namun, saat ia menatap wajah Bella dalam-dalam, tiba-tiba bayangan wajah Padma muncul begitu saja.

Reflect, Guntur langsung menarik diri. Pria itu mundur sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Mas!" panggil Bella dengan tatapan aneh. Mengapa aksi suaminya putus di jalan? Padahal wajahnya sudah panas dingin menantikan buaian dari sang suami. Ia jadi bertanya-tanya, apa dosis obat yang ia berikan masih kurang?

"Mas ... Mas mau ke mana?" teriak Bella saat mendapati suaminya malah meraih jaket dan membawa kunci mobil. Wanita itu nampak prustasi.

Tanpa menoleh, Guntur meninggalkan istrinya di malam pertama mereka. Sedangkan Bella, ia *******-***** kain seprai dan menendang semua bantal. Ia merasa rencananya sudah gagal total.

***

Di dalam mobil, Guntur mengemudi dengan kecepatan penuh. Hingga tidak butuh waktu lama ia tiba di tempat tinggal Padma.

Tok tok tok

Guntur mengedor pintu rumah Padma. Tidak peduli sudah larut malam, pokoknya ia ingin bertemu dengan wanita yang masih berstatus istrinya tersebut.

Di dalam rumah, Ibu Padma yang masih terjaga membuka pintu rumahnya. Ia juga pemasaran, siapa tamu yang datang malam-malam begini.

"Tuan muda?" Ibu Padma menatap heran, saat pintu mulai terbuka. Karena belakangan ini, mantan anak majikannya itu sudah jarang mengunjungi rumah mereka.

Meskipun sudah menjadi anak menantu, lidah Ibu Padma sudah kapalan memanggil Guntur dengan sebutan Tuan muda.

"Di mana Padma, Bu?"

"Ada ... ada ... Padma ada ... di dalam kamarnya." Ibu sedikit terbata saat bicara dengan Guntur. Selama ini, ia juga kurang setuju pernikahan keduanya. Ibu Padma trauma dengan perlakuan Nyonya Gumilang pada keluarganya. Ibu Padma juga takut dipenjara lagi. Jadi, ia selalu was-was bila Guntur datang ke sana. Takut ketahuan Nyonya besar, maka mereka semua akan habis nantinya.

Ketika ibu Padma merasa ketakutan sendiri, Guntur malah menerobos masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Padma sedang tidur sambil memeluk guling.

Srakkk

Dengan kasar, Guntur menarik kain selimut yang menutupi tubuh istrinya. Terkejut dengan gerakan kasar itu, Padma mulai bangun. Matanya mengerjap menatap suaminya. Padma dapat melihat sorot mata tajam yang menghujam ke arahnya.

"Sejak kapan kamu tidur dengan pria lain?" tuduh Guntur begitu Padma sudah sadar sepenuhnya. Ia mencengkram kedua pundak istrinya dengan kasar.

Bersambung.

yukk, ketik SEPT di kolom pencarian.

Temukan 21 judul cerita yang sudah tamat. SEMOGA terhibur yaaa

IG Sept_September2020

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!