Namaku Jessica Evelyna William tapi lebih dikenal dengan nama sosmed Lyn atau honey J. Kenapa begitu? Karena aku adalah salah satu fans berat Jonathan Kim atau lebih di kenal dengan " oppa J ", penyanyi sekaligus aktor berdarah campuran indo korea yang beberapa tahun belakangan ini namanya melambung karena banyaknya penghargaan yang dia terima dari karya- karyanya.
Lantas kenapa aku dipanggil Lyn atau honey J? Ya karena aku mengelola salah satu akun penggemarnya "oppa J". Awalnya aku memperkenalkan diri dengan nama samaran Lyn, tapi lama kelamaan pengikut akunku memberi julukan " honey J " karena aku sering ngehalu menobatkan diri sebagai pacarnya Jonathan. Dan sampai saat ini aku lebih sering di panggil dengan panggilan honey J oleh para followerku.
Saat ini aku bekerja di perusahaan papa, bukan karena aku tidak bisa mencari pekerjaan di tempat lain ataupun tidak bisa mandiri karena ketergantungan sama papa, tapi lebih karena waktunya yang fleksibel untuk bisa bolos-bolos mencari berita dan mengikuti kegiatannya oppa J hihihi.
Tentu saja papa tidak tahu kalau aku adalah salah satu masternim fansite oppa J. Kalau tahu mungkin bisa-bisa aku tidak diijinkan membolos kerja lagi.
...***...
Hari ini adalah jadwal oppa J pulang dari Jepang dalam rangka syuting film terbarunya. Aku mempercepat laju mobil untuk sampai di bandara. Sesampainya di sana, aku berlarian membawa perlengkapan tempur, memasang tangga dan segera menaikinya. Tak lama si "honey bunny" ku muncul, tak satupun moment ku lewatkan, puluhan bahkan ratusan jepretan mengarah langsung ke oppa J.
Setelah jepretan entah kesekian kalinya, dari lensa kulihat oppa menatap langsung ke arahku. Spontan kuturunkan kamera, dia tersenyum tepat ke arahku dan hal itu membuatku terdiam sambil memegangi dada yang detak jantungnya bertambah cepat.
Aku membeku sekian lama hingga setelah tersadar, oppa J sudah tidak terlihat.
" Aaaaaaaarrgghhh ". Aku berteriak frustasi sampai semua orang menatap heran padaku.
" Ya ampun Jessi loe bego banget sih? ( memukul kepala sendiri ) Bisa-bisanya loe melewatkan senyumannya oppa? Aarrgghhh harusnya moment itu bisa loe dapetin, ahhh... Sekalipun gue cerita di page pasti yang lain engga pada percaya deh karena emang engga ada bukti konkritnya. Aishhh sial. "
Setelah amarah mereda kupegangi dada kembali untuk mengecek kecepatannya dan kurasa detakannya masih terasa sangat kencang.
" Ah jantung gue, baru juga di senyumin udah kayak gini, apalagi kalau dinikahin yah? hahaha." Seketika aku senyum-senyum sendiri mengingat senyuman oppa J.
Aku memutuskan untuk kembali ke kantor karena kurasa aku sudah meninggalkan pekerjaan lebih dari 1 jam.
Saat tengah membereskan peralatan foto, terdengar ponselku berdering. Tanpa melihat layar langsung ku angkat dengan nada sedikit malas.
" Ya hallo?"
" JESSICA EVELYNA? "
Terdengar suara teriakan memanggil namaku dari ujung telepon sana. Aku menjauhkan ponsel dari telinga kemudian mengecek layar. Aku terkejut melihat nama yang tertera di layar.
" Astaga papa ", gumamku hampir tanpa mengeluarkan suara.
Kembali terdengar suara papa dari ujung telepon, agaknya beliau emosi sekali denganku.
" Kamu dimana Jessi? Ini sudah kali ke berapa kamu melalaikan tugas kantormu hah? Kamu tahu kan project kita kali ini nilainya besar? Papa percayakan ke kamu karena papa rasa sudah waktunya kamu di kasih kepercayaan tapi.. "
Belum juga selesai penjelasan papa, aku sudah memotongnya.
" Iya pa iya, maaf. Ini 15 menit lagi aku sampai kantor kok pa." potongku cepat.
" Engga perlu, kamu papa keluarkan dari project ini." Ucap papa terdengar penuh emosi.
Aku terkejut dan langsung melakukan protes.
" Tapi pa.."
" Engga pake tapi, sekarang juga papa tunggu kamu di rumah. Papa kasih kamu waktu setengah jam dari sekarang."
Tiiiiiiiittt. Teleponpun terputus.
Aku kesal sendiri kemudian memukul stir mobil dengan keras. Meski kesal aku tetap melajukan mobilku pulang ke rumah.
...***...
Mobil kuhentikan tepat di depan rumah. Terlihat mobil papa sudah masuk ke garasi. Aku masuk ke rumah dengan perasaan takut. Ya bagaimana tidak, selama ini papa tak pernah sekalipun meneriakiku sebandel apapun kelakuanku, tapi kali ini nampaknya agak berbeda.
Hawa menakutkan menyelimuti ruangan sejak aku membuka pintu tadi. Ku lihat papa sudah menungguku di sofa tunggal di ruang tamu sambil melipat kedua tangannya.
" Duduk!" Ucap beliau dengan ekspresi dingin.
Akupun mengikuti perintah beliau duduk di sofa panjang di sebelah kanan papa.
" Sebenarnya apa yang kamu kerjakan di luaran sana?" Tanya papa terdengar dingin.
" Aku cuma... "
" Ngikutin artis? " potong papa sengit.
" Untuk apa semua itu?" Tambahnya.
" Tunggu tunggu, kok papa tahu? " Tanyaku heran karena papa tahu apa yang ku lakukan selama ini.
" Papa itu penasaran kenapa kamu selalu melalaikan tugasmu di kantor, sering pergi diam-diam, bahkan kamar kamu pun selalu di kunci. Papa sengaja suruh orang buntutin kamu dan ternyata kerjaanmu itu cuma buntutin artis? "
Papa geleng-geleng kepala dan aku hanya bisa menunduk.
" Apa yang kamu harapkan dari dia? Apa dia bakal nikahin kamu kalau kamu kejar-kejar dia hah?"
" Ya... engga gitu juga sih pa. Tapi kalau ngomongin nikah ya selama oppa J nya mau sama aku ya aku engga akan nolak sih. Hehe tapi kan kenal juga engga dia nya." Jawabku cengengesan untuk mencairkan hati papa yang diliputi kekesalan.
" Siapa oppa J?" Tanya papa ketus.
" Ya artis yang selama ini aku ikutin pa." Jawabku mencoba santai.
" Ah sudah, sudah. Kamu sudahi semua main-main kamu itu ya. Besok kamu ikut papa ketemu sama anak sahabat papa. Kamu sudah papa jodohkan dengan dia." Ucap papa tegas.
" HAH? APA? "
Aku terkejut mendengar penjelasan papa yang akan menjodohkanku dengan anak sahabatnya. Apa-apaan nih? Memangnya sekarang masih jaman jodoh-jodohan? Aku langsung melakukan protes keras pada papa.
" Engga, engga, engga bisa. Kenapa papa tiba-tiba main jodoh-jodohin aku gitu aja? Engga bisa gitu dong pa. Lagipula aku tuh masih muda tahu. "
" Kamu tidak diperkenankan menolak ya!" Tegas papa.
" Daripada kamu engga jelas ngikutin artis kayak gitu, lagipula tadi kamu bilang mau menikah kan?" Tambah papa.
" Ya mau pa tapi bukan dari perjodohan kaya gini juga. Lagipula aku kan bilangnya mau nikah kalau nikahnya sama oppa J bukan sama anak temen papa atau siapapun itu lah yg engga aku kenal." Protesku lagi.
" Papa engga mau tau. Besok pagi kamu harus ikut papa. Kalau kamu kabur papa engga akan maafin kamu."
Aku berdiri sambil memanyunkan bibir karena kesal. Kuhentakkan kaki kasar sambil mencebik meninggalkan papa yang entah sejak kapan mulai terasa menyebalkan.
...___ to be continue __...
Hari ini terpaksa aku mengikuti papa untuk bertemu putra sahabatnya karena kalau sampai aku menolak, semua fasilitas mewah dari papa akan di cabut. Jahat sekali kan papaku?
Tapi tak apalah karena papa juga janji kalau seandainya aku tetap tidak menyukai putra teman papa itu dalam tiga kali kencan yang disiapkan sama papa, aku boleh menolak perjodohan itu. Ya setidaknya aku tidak harus kehilangan fasilitas kan? Walaupun tentunya aku akan rugi waktu karena aku jadi tidak bisa update berita tentang oppa J.
Kami memasuki restoran yang kupikir berbeda dari biasanya. Aku menoleh kanan dan kiri, hanya ada lalu lalang pelayan.
" Pa? Ini bukannya resto viral itu kan?" Tanyaku pada papa sedikit berbisik.
" Iya." Jawab papa singkat.
" Kok sepi?"
" Anak teman papa booking satu resto ini, dia maunya private."
" Hah? Jinjja? I mean... really?" Ralatku karena papa tak mungkin mengerti bahasa korea.
" Emang dia kerja apa pa sampe maunya private?" Tanyaku penasaran.
" Issshhh kamu nih banyak banget pertanyaan yah, nanti kamu kenalan sendiri aja deh."
Aku mencebik mendengar jawaban papa.
Kulihat seseorang dengan name tag manager menghampiri kami dan mengantarkan kami ke sebuah ruangan yang cukup luas, seperti vip room.
Aku dan papa duduk menunggu yang katanya anak teman papa itu.
Sekitar lima menit berlalu, belum juga ada tanda-tanda orang itu akan datang.
" Huh baru juga mau kenalan sudah telat-telatan gini." Gerutuku dalam hati.
Sambil menunggu, kukeluarkan ponsel untuk mengecek komentar dari foto oppa J yang semalam ku unggah. Ku lihat like nya sudah mencapai 15 ribuan. Ku baca satu persatu komentar di postingan itu.
" Wah jepretan honey J engga pernah gagal nih."
" Ganteng banget ayangku."
" Suamiku yang baru pulang dari kerja. Saranghae yeobo."
" Tumben engga ada foto yang eye contact min?"
" Honey J engga ke notice emangnya?"
Aku lantas kesal sendiri membaca komentar terakhir. Ah andai saja kemarin aku tidak bodoh menurunkan kamera, pasti aku akan dapat foto senyumannya.
Saking konsentrasinya aku pada komentar dimedsos, aku sampai terlonjak saat papa menyenggol lenganku. Ponselku pun ikut terjatuh.
Aku langsung menunduk mengambil ponsel sambil mengomel.
" Papa apa-apaan sih? Hp aku jadi jatuh tahu."
Saat aku berdiri seketika aku merasa berada di antara mimpi atau kenyataan. Mataku tak beralih dari seseorang yang berdiri di hadapanku saat ini. Bahkan aku tak sanggup untuk mengedipkan mataku.
Papa sekali lagi menyenggol lenganku.
" Jessi?" Kali ini papa memanggil namaku.
" Eoh? " Jawabku tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan dari pria di depanku.
" Hai Jess? Annyeong? " Sapanya dengan tersenyum sangat manis. Dan jujur saja aku sampai tidak mempercayai penglihatanku sendiri.
Benarkah pria di hadapanku ini adalah Oppa J?
" JESSI?" Panggil papa sambil menekankan suaranya.
Akupun akhirnya tersadar.
" Eh iya pa?"
" Kemarin aja di suruh ketemu engga mau, begitu lihat orangnya papa panggil aja sampai engga dengar saking terpesonanya."
Ah papa kenapa bicara seperti itu sih? memalukan sekali.
" Papa apaan sih. " Jawabku sedikit kesal.
" Ayo duduk nathan!" Ucap papa pada pria di depanku.
Tapi tunggu kenapa Nathan? Dia bukan Jonathan Kim memangnya?
" Om masih ingat saja panggilan kecilku."
" Tentu dong. Kamu kecil itu menggemaskan, om selalu suka sama kamu dari dulu. Eh pas appa kamu becanda ingin menjodohkan kamu sama Jessi, ya jelas om setuju lah. Hahaha."
Mereka berbincang entah apa karena aku tidak fokus dengan pembicaraannya. Aku sibuk memandangi wajah pria di depanku yang mirip dengan oppa J, atau bahkan malah memang oppa J? Yang jelas dia benar-benar tampan. Bahkan aku sendiri tak percaya apakah benar yang ada di hadapanku saat ini adalah orang yang mirip biasku?
" Ini seriusan gue di jodohin sama orang yang mirip Jonathan Kim? Kok bisa sih papa kenal sama dia?" Batinku.
" Kenalin Jess dia Jonathan Kim anak teman papa."
Jonathan Kim? Jadi ini memang benar oppa J? Beneran? Waaaahhh karma baik apa yang aku terima sehingga bisa di jodohkan dengan Oppa J, idolaku sendiri?
" Jadi gimana jess? Mau kan kalau menikah sama Jonathan? " Tanya papa tiba-tiba.
Aku yang sedari tadi tidak fokus pada pembicaraan hanya menjawab apa yang ada di pikiranku saat ini.
" Mau dong pa kalau sama dia."
Kulihat oppa J tersenyum geli, ku alihkan pandanganku pada papa dan ekspresinya pun sama.
" Heiiii sumpah yah, gue ngomong apa barusan?" Aku merutuki diri sendiri.
Kupejamkan mata kemudian menunduk malu dengan jawaban yang tanpa tedeng aling-aling itu.
" Haduuuhhh muka mau ditaruh dimanaaaa? Ya Tuhan, gue maluuuu." Batinku.
" Ya udah kalian ngobrol dulu aja ya, om angkat telepon sebentar."
Papa tiba-tiba saja pergi meninggalkan kita berdua. Aku yang sedari tadi kikuk atas tragedi jawaban asal-asalan itu benar-benar tidak bisa memulai obrolan. Padahal aku adalah tipikal orang yang banyak omong dan bisa mencairkan suasana. Tapi kali ini sepertinya Jessica cosplay jadi batu.
" Ekhem ( berdehem ) Loe serius mau di jodohin sama gue?" Tanyanya tiba-tiba.
Tapi syukurlah setidaknya kita tidak harus seperti orang bisu yang saling diam.
" Bukannya seharusnya gue yang nanya ya oppa?"
" Jangan panggil oppa ya? Kesannya kaya loe fans gue."
" Lah apa loe kata? Gue emang fans loe baaaang. Loe aja yang engga tahu, gue bahkan hari-hari ngikutin jadwal loe. Nguber loe kemana aja demi dapet foto loe, gue yang tiap hari ngehalu buat jadi pasangan loe dan sekarang loe nanya gue serius apa engga nikah sama loe? Besok juga gue jabanin. Tapi gue engga mungkin dong seterus terang itu? Hehehe." Jawabku yang hanya kuucapkan dalam hati.
" Terus gue harus panggil apa? Kim?" Nah kalau ini jawabanku yang mengeluarkan suara hehe.
Dia mengulum senyum dan itu bikin aku meleleh.
" Kim? Itu lebih baik. Karena baru loe yang panggil itu."
Gue meleyoottt baaaang, please jangan senyum manis gitu. Sekuat mungkin aku menahan agar jangan terlihat kebucinanku yang sudah mendarah daging ini.
" Jadi?" tanyanya lagi.
" Eoh? Jadi apa?" Tanyaku kebingungan dan kulihat oppa J menghela napas.
" Oh itu. Yaa.. Yaa gimana, kan tadi gue yang nanya emang loe mau nikah sama gue? Secara loe kan serbuk berlian sedangkan gue cuman serbuk marimas."
Dia tertawa mendengar candaanku. Melihatnya tertawa seperti ini membuatku semakin terpesona olehnya.
" Wah daebak moment ini harusnya bisa gue bagiin sama fans yang lain, tapi... Ini moment gue pribadi. Sorry ya gengs. "
" Loe lucu ya Jess. Maksud gue loe emang engga ada cowok gitu sampai mau di jodohin sama bokap loe?"
" Ya loe sendiri gimana? Kenapa mau di jodohin sama gue padahal loe bisa dapetin cewek model apa aja."
" Gue engga pernah dan engga bisa nolak keinginan bokap."
Seketika moodku berubah mendengar jawaban oppa J.
" Jadi loe ngelakuin ini terpaksa?"
Kulihat dia salah tingkah. Ya Jessica Evelyna? Makanya jangan ge er dulu, seharusnya loe sadar diri! Seorang oppa J mau nikah sama loe itu udah hal yang mustahil terjadi.
" Mianhae. Makanya gue nanya sama loe apa loe serius mau nikah sama gue? Sejujurnya bokap gue engga mau kalau sampai perjodohan ini gagal. Mau gimanapun loe harus nikah sama gue tapi gue minta maaf sebelumnya karena profesi gue ini loe engga bisa gue akuin terang-terangan." Jelasnya.
Degh.
Aku sangat paham tentang ini semua. Di dunia kami para fans apalagi fans fanatik yang melihat idolanya menikah pasti banyak yang akan tidak terima dengan itu. Aku sendiri pernah berpikir akan membully pasangan oppa J kalau dia ternyata tidak sesuai ekspektasi atau tidak memenuhi kriteria untuk pantas jadi pendamping oppa.
Tapi... Ternyata ini terjadi di diriku sendiri. Aku harus bagaimana? Haruskah aku melepaskan oppa padahal ini impianku?Atau tetap bertahan dalam segala konsekuensi? Dan bisa jadi pria ini juga berbeda dengan Jonathan Kim yang kukenal.
" Jess?" Panggil oppa J yang tanpa sadar ternyata memegang tanganku yang berada di atas meja.
" Eoh? "
Spontan mataku mengarah pada tangan besar yang menyentuh tanganku. Aku menariknya. Yaa.. Kalau dalam situasi normal aku pasti bisa kejang-kejang sampai pingsan tapi ini aku malah spontan menarik tanganku dari genggamannya? Tidak bisa di percaya.
" Sorry, gue panggil, loe malah bengong. "
" Ah ya. Kita jalanin dulu aja gimana? Papa bilang mau aturin tiga kali kencan buat kita dan setelahnya gue boleh mutusin apakah akan menerima perjodohan ini atau engga. Semoga ucapan gue ini engga nyinggung loe ya opaa. Eh.. I mean Kim."
Dia hanya menganggukkan kepala tanda setuju.
Aku membuka ponselku yang beberapa saat lalu berbunyi. Ternyata ada pesan dari papa.
" Sorry Kim papa kirim pesan beliau mau ke proyek karena ada masalah jadi beliau minta maaf karena engga bisa nemenin. Dan.. Apa sebaiknya gue juga pulang yah? Kayanya engga nyaman cuma berdua gini."
Akupun berdiri dan berpamitan pergi. Baru akan melangkah, tanganku sudah di pegangnya. Awalnya dia diam, lalu dia memandangku dengan tatapan yang membuat jantungku kembali berdegup kencang.
" Sorry kalau gue akan terkesan memaksa Jess tapi... "
" Tapi?" Tanyaku penasaran.
" Gue engga bisa mengecewakan appa. Gue memang harus nikahin loe." Sambungnya.
Shittt. Jantungku bisa meledak kalau begini. Apa kamu sadar dengan yang barusan kamu ucapkan oppa? Please jangan bikin aku meleyot kaya gini.
Aku memaksakan diri untuk tersenyum manis sebagai jawaban atas pernyataannya. Entah ini pernyataan cinta atau sebuah lamaran atau malah sebuah jebakan untuk hidupku selanjutnya?
...___ to be continue ___...
* Jessi? Ini gue Kim, besok loe ada waktu?
Sebuah pesan masuk di ponsel, segera ku hentikan aktifitasku scroll komentar di layar laptop. Setelah membaca pesan itu, spontan kucubit pipiku sendiri.
" Awwww. Sakittt." Ringisku.
Kembali kulihat layar ponsel untuk meyakinkan diri bahwa ini bukan mimpi. Jonathan Kim yang baru saja menjadi perbincangan hangat di layar laptopku saat ini mengirimkan pesan untukku? Ini nyata kan? Tapi tadi kucubit pipiku dan ternyata terasa sakit. Jadi ini memang bukan mimpi.
* Ini nomor Jessica Evelyna kan?
Kembali sebuah pesan datang di ponselku. Aku mulai berdiri dari kursi kebesaranku yang sudah kududuki sejak pagi tadi kemudian melompat-lompat sambil menari dengan terus melihat layar ponsel.
" Gilaaa ini beneran oppa J? Gue sampai lupa kalau gue mau di nikahin sama oppa. "
Aku tertawa-tawa sendiri layaknya orang gila, bersenandung sambil sedikit berteriak, tak sedikitpun layar ponsel terlepas dari tatapan mataku. Ku goyangkan kanan kiri mengikuti irama yang kubuat sendiri dengan mulutku.
" Lalalalala...... Inikah mimpi yang jadi nyata? Hohohoho... Waaaaaaaaa... "
Aku berputar-putar sampai akhirnya sosok yang berdiri di pintu kamar membuatku berhenti dan seketika aku merasa malu sendiri.
" Eh papa? Sejak kapan papa disitu?" Tanyaku sambil garuk-garuk kepala.
Yang di tanya malah tersenyum menggoda tanpa memberikan jawaban. Pandangannya mengitari seluruh sudut kamarku.
" Jadi yang kamu kejar-kejar, yang papa engga pernah di bolehin lihat kamarmu itu adalah anak sahabat papa kemarin? Jadi mimpinya akan menjadi nyata dong? " Ledek papa.
Ah aku baru ingat, sejak aku menjadi fans oppa J lima tahun lalu, aku memang tak pernah mengijinkan papa untuk masuk kamarku. Entahlah mungkin sebab malu atau aku tidak suka jika papa nanti tidak menyetujui keputusanku untuk menjadi fans seorang artis.
" Sssttt.... Tapi papa tutup mulut ya, malu dong kalau sampai Kim tahu."
Papa mengulum senyum mendengar kata-kataku.
" Jadi panggilan sayangnya Kim nih? Kok di sana tulisannya saranghae Oppa J. Biar beda dari yang lain ya? Spesial banget sih kedengerannya."
Aku jadi salah tingkah sendiri di goda papa.
" Ih papa apaan sih."
" Jadi kapan kira-kira first date nya?" Tanya papa.
Seketika aku teringat pesan Kim yang belum sempat ku balas.
" Astaga kelupaan bales pesan oppa." ujarku sambil menepuk dahi.
" Oppa? Katanya Kim. " Ledek papa sambil tertawa.
" Issshhh. Udah sana deh papa. Gara-gara papa aku jadi lupa bales pesan. Hush hush. " Usirku pada papa.
" Hemmm mentang-mentang mau ngedate papanya di usir. Kamu harusnya berterima kasih dong sama papa udah ngejodohin kamu sama Kim." Ujar papa meminta pengakuan.
" Iya iya bawel deh papa. Kamsahamnida uri appa. (* terima kasih papaku )" Jawabku dengan menyelipkan kalimat berbahasa Korea.
" Ciee yang mau nikah sama blasteran korea, bahasanya korea koreaan." Ledek papa padaku.
" Apaan sih? Udah sana-sana!" Usirku sekali lagi.
Papa meninggalkan ruanganku tanpa menutup pintu. Aku yang teringat sesuatu pun langsung berteriak.
" Inget pa jangan sampai keceplosan kalau aku fans nya dia ya."
" Engga janji." Teriak papa dari jauh.
Kembali aku berkutat pada ponselku yang sejak berbincang dengan papa tadi sudah kuletakkan di meja kerja. Aku tersenyum malu-malu kucing. Baru ditanya melalui pesan saja sudah segirang ini. Bagaimana nanti kalau aku dan Kim benar-benar berkencan ya?
* Eh iya Kim sorry tadi hp lagi dicharge. Besok? Besok gue free. Kenapa?
Aku geli sendiri membaca balasanku untuk Kim. Ya itu terdengar sok jual mahal sekali hahaha.
* Besok kita bisa mulai kencan pertamanya engga? Mumpung jadwal gue kosong.
* Boleh. Dimana?
* Gue jemput loe aja ya, bisa?
* Bisa. Jam berapa?
* Pagi aja ya? Soalnya agak jauh. Lagipula gue sekalian mau minta ijin sama om William karena takutnya kita nginep.
Hah? Nginep? Ini aku tidak salah dengar kan? Memang aku mau di ajak kemana sampai ada acara nginep-nginep?
Dan seperti tahu apa yang kupikirkan, Kim langsung mengirim pesan klarifikasi padaku.
* Jangan salah paham dulu. Gue mau ajak loe ke villa di bogor karena gue engga bisa ngajak ngedate loe di tempat terbuka. Tenang aja di sana ada yang jaga kok, jadi engga kita berdua aja. Gimana? Tapi kalau loe keberatan kita bisa ke tempat lain kok. Gue engga kepikiran tempat private yang lain kecuali villa appa di bogor. Sorry kalau bikin loe salah paham.
Aku tersenyum membaca penjelasannya. Dan dengan cepat kubalas pesan Kim.
* Iya gue engga salah paham kok.
...***...
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kim sudah datang ke rumah untuk menjemputku. Kami sudah bersiap di depan rumah dengan papa yang mengantar kepergian kami dengan beberapa pesan.
" Kalian hati-hati ya. Jaga anak om Nathan. Jangan sampai kalian berdua berbuat macam-macam meskipun kalian memang akan segera menikah."
Papa memberikan wejangan untuk kami. Ya bagaimanapun ini adalah pertama kalinya aku dimintai ijin seorang laki-laki untuk pergi berkencan. Di samping itu laki-laki ini juga mengajakku menginap. Dilihat dari segi manapun seorang ayah pasti akan selalu khawatir dengan anak perempuannya, sekalipun dengan seorang lelaki pilihannya sendiri.
" Baik om." Jawab Kim tegas.
" Lagian berbuat macam-macam apa sih papa? Emang Jessi selama ini suka macam-macam? Lagian tolong ralat ya, belum tentu juga Jessi nerima perjodohan ini. Ini kan baru kencan pertama." Protesku.
" Halah kamu sok sok an jual mahal bilang belum tentu nerima padahal... "
Papa hampir keceplosan dan untungnya beliau langsung menyadarinya.
" Ya udah deh pa kita berangkat dulu ya. " Potongku cepat.
Untung saja spontanitasku bagus, coba kalau tidak? Papa bisa buat malu aku.
...***...
Sampailah kita di sebuah villa dengan pemandangan yang menakjubkan. Kulihat beberapa orang datang menyambut kami. Mereka membawakan barang-barang kami ke dalam.
Kim mengajakku ke balkon di lantai dua. Karena masih pagi dan cuaca juga cerah, pemandangan pegunungan di ujung pandangan kami terlihat sangat jelas. Pemandangan yang sangat indah. Kami menikmati pemandangan itu berdua. Bahkan dalam kehaluanku pun tidak pernah terlintas aku akan berduaan dengan seorang Jonathan Kim.
Aku memandanginya yang terlihat sedang fokus memandang pegunungan jauh di hadapannya.
Apakah aku benar-benar akan menikahinya? Dia terlihat lembut seperti oppa J yang selama ini kukenal. Tapi jika benar dia menikahiku hanya karena keinginan appa nya saja dan dia sama sekali tidak menyukaiku, akankah aku akan bahagia dalam pernikahan ini nanti?
" Lama-lama pipi gue bisa berlubang kali di tatap kaya gitu jess."
Aku terkejut mendengar penuturannya. Darimana dia tahu jika aku memandanginya sejak tadi? Jantungku bergejolak saat tiba-tiba dia menoleh ke arahku.
" Apa yang lagi loe pikirin? " Tanyanya kemudian.
Ditatap dan di tanya tiba-tiba seperti itu malah membuatku salah tingkah.
" Aa.. Mmm... Engga.. Engga mikirin apa-apa kok." Jawabku terbata-bata.
" Yeppeuda. (*cantik.)" Ucapnya tiba-tiba.
" Eoh?"
Dan kembali aku terkejut dengan pernyataannya. Aku menatapnya sembari bengong.
Apa dia bilang? Yeppeuda? Maksudnya aku yeppeuda?
" Pemandangannya cantik banget kan?" Jawabnya yang membuat khayalanku terhempas begitu saja.
Seketika aku menertawakan diriku sendiri yang untuk ke sekian kalinya terlalu percaya diri. Ternyata bukan aku yang di maksud cantik oleh Kim.
" Ah iya cantik banget pemandangannya." Jawabku sekenanya dengan senyum yang sedikit ku paksakan.
" Kim? Boleh gue tanya sesuatu?" tanyaku yang tiba-tiba terpikirkan sebuah pertanyaan dalam otakku.
Dia tersenyum sambil menganggukkan kepala.
" Tentang pernikahan ini, apakah kita bisa bahagia jika salah satu dari kita atau mungkin kita berdua tidak saling menyukai satu sama lain? Loe sendiri yang bilang kalau loe terpaksa nikah sama gue karena engga mungkin menolak appa loe kan? "
" Gue akan tetap menikah sama loe Jess." Jawabnya.
" Demi bokap loe kan maksudnya?" Aku menekankan pertanyaanku sekali lagi.
Kim sempat terdiam, mungkin yang kukatakan memang benar dan dia hanya sedang mencari jawaban yang tidak menyinggung hatiku.
" Tentang pertanyaan loe kemarin apakah gue punya pacar atau engga? Ya.. saat ini gue emang dalam posisi engga ada pacar, tapi gue mau jujur sama loe bahwa ada seseorang yang tinggal sudah sangat lama di hati gue, bahkan sampai detik ini gue masih mengagumi dia. Dia unik, dia bukan ingin gue lindungi malah dia ingin melindungi gue. Dan hal itulah yang membuatnya tinggal dan mendiami hampir setengah ruang hati gue."
Nyess. Tiba-tiba hatiku terasa perih. Moodku berantakan seketika itu juga tapi tidak mungkin ku tunjukkan itu di depan Kim kan? Dan aku juga bukan tipikal orang yang bisa menyembunyikan raut wajah. Pasti saat ini wajah sedihku tergambar jelas, dan Kim pasti bisa melihatnya.
" Tapi... " Lanjutnya yang langsung saja ku potong perkataannya.
" Sorry Kim, gue capek banget rasanya, gue istirahat dulu ya sebentar? "
Tanpa menunggu jawabannya aku langsung pergi meninggalkan Kim sendirian. Sekuat mungkin kutahan air mata agar jangan sampai terjatuh.
...___ to be continue ___...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!