“Selamat atas pernikahanmu! Aku tidak menyangka bahwa wanita yang selama 20 tahun ini aku perjuangkan, pada akhirnya menjadi istri orang lain, terima kasih banyak dan semoga bahagia dengan kehidupanmu … ”
Seorang laki-laki bertubuh tegap tapi sakit-sakitan meninggalkan gedung pesta pernikahan setelah mengucapkan perpisahan tidak langsung terakhirnya dari kejauhan, pada orang yang sudah dicintainya selama kurang lebih 20 tahun itu.
“Meskipun aku tidak mengatakannya secara langsung, setidaknya aku sudah memenuhi janjiku untuk datang ke pesta pernikahanmu, sampai jumpa perempuan yang selalu tersenyum padaku, aku pergi dulu … ”
Begitulah takdir, ketika dia tidak bisa bersama dengan perempuan yang dicintainya dan membiarkannya menikah dengan orang lain.
Sakit, tentu saja sangat sakit, tapi apa yang bisa dia lakukan jika pada kenyataannya, dia tidak bisa memiliki perempuan itu.
Namun tanpa sengaja perempuan itu melihat laki-laki yang selama ini selalu ada dalam hidupnya hadir dalam pesta pernikahan, namun tiba-tiba saja menghilang dari kerumunan.
Entah apa yang menggerakkan hati perempuan itu, dia turun dari panggung dan keluar dari gedung pernikahan, dia meninggalkan mempelai pria yang membuat semua tamu kebingungan, lalu bergegas menuju keluar mencari laki-laki itu.
“Kemana aku harus mencarimu, bukankah kamu sudah mengatakan bahwa kamu sudah merelakanku bersama orang lain, lalu kenapa sekarang kamu pergi begitu saja dari pesta pernikahanku?”
Perempuan itu berteriak keras di bawah guyuran hujan yang membuat pakaian pengantinnya basah kuyup, tapi sayangnya dia tidak bisa menemukan laki-laki itu.
Dia sudah mencari kesana kemari, namun dia masih saja tidak bisa menemukannya, sampai muncul asisten pribadi menghampirinya menggunakan payung.
“Mari Nona saya antarkan menuju ke suatu tempat dan tuan muda juga sudah menyuruh saya memberikan ini pada Anda.”
Pelayan itu memberikan sebuah buku harian, dilihat dari gaya buku itu, perempuan itu langsung tahu buku tersebut milik sang laki-laki.
Perempuan itu langsung mengambil buku harian tersebut dan mengikuti sang asisten pribadi masuk ke dalam mobil.
Selama perjalanan, perempuan itu tiba-tiba menangis, semakin dalam dia membaca semakin dalam kesedihan dalam hatinya.
***
09.10.2000.
Aku adalah laki-laki yang terus mengagumi sejak masa SMA. Aku ingat sewaktu kamu datang pertama kali ke sekolah dan kebetulan di tempatkan di kelas yang sama denganku.
“Perhatian semua murid! Kita kedatangan murid baru, dia baru pindah ke sekolah kita per hari ini! Jangan usil padanya atau kalian akan bapak hukum!” tegas seorang guru laki-laki.
“Baik, Pak Agus!” jawab semua siswa kelas.
“Perkenalkan semuanya, saya adalah murid pindahan bernama Amelia Gunawan, kalian semua boleh memanggilku dengan Amel saja,” ucap Amelia memperkenalkan dirinya.
Semua siswa menyambut Amelia dengan baik, lalu Pak Agus menyuruh Amelia untuk duduk di salah satu kursi kosong yang kebetulan bersebelahan dengan seorang siswa laki-laki bernama Damar Baskoro.
Damar sangat cuek dengan kehadiran Amelia yang ada di sampingnya, dia memang terkenal dengan sikapnya yang acuh tak acuh dan selalu saja tidur di kelas.
“Damar! Setidaknya kamu harus membantu dan mempersilakan Amel untuk duduk, jangan bersikap acuh tak acuh seperti itu!” teriak Pak Agus dari depan kelas.
“Baik … Pak …” Damar menjawab dengan malas, lalu dia menggeser kursi yang ada di sebelahnya, sambil memperhatikan siswi baru itu dengan seksama.
“Terima kasih …” Amelia mengangguk pelan dan kemudian duduk di sebelah Damar, dia juga cukup terganggu karena siswa itu terus memandanginya sambil menaruh kepala di meja.
“Kenapa kamu terus memperhatikanku?”
Damar Baskoro yang ketahuan mencuri pandang langsung mengelak dan membela diri.
“Siapa juga yang memandangimu, itu hanya perasaanmu saja.” Damar mengalihkan pandangannya ke arah yang berlawanan dengan posisi duduk Amelia.
“Dasar laki-laki yang aneh,” batin Amelia tidak banyak berpikir lagi.
“Wanita yang cantik, Aku suka!” batin Damar, dia mulai tertarik dengan Amelia, tapi harga dirinya sebagai laki-laki tidak mengizinkannya untuk langsung berterus terang.
Pelajaran di kelas berlanjut sampai akhirnya bel istirahat berbunyi, Amel mengemas barangnya dan berniat menuju ke kantin.
“Mau kemana?” tanya Damar.
“Ke kantin, kenapa?” jawab Amelia dengan pertanyaan.
“Memangnya kamu sudah tahu area sekolah? Sepertinya belum ya? Kalau begitu dengan berat hari, tuan muda Damar ini akan mengajakmu berkeliling sekolah,” ucap Damar percaya diri.
“Siapa yang mau bersama dengan laki-laki terlalu narsis sepertimu, lebih baik aku kesana sendiri daripada bersama denganmu,” ucap Amelia yang berlalu begitu saja.
“Sepertinya kamu lebih menarik daripada yang aku pikirkan, tapi biarlah seperti itu, karena aku akan mendapatkanmu, Amelia Gunawan!” batin Damar tidak menyerah.
Tanpa persetujuan Amelia, Damar berjalan di sampingnya, dia terus mengikuti perempuan itu sampai di kantin.
Disana dia bertemu dengan beberapa temannya dari kelas lain dan bertanya pada Damar, siapa perempuan cantik yang ada di sebelahnya.
Amelia tidak peduli dan langsung menuju ke salah satu kantin untuk membeli lalapan ayam goreng.
“Dia murid baru di kelas gue, jangan berpikiran untuk merebutnya, jika tidak, baku hantam lah kita semua!” canda Damar pada teman-temannya itu.
“Wooo … wooo … akhirnya tuan muda Damar yang selama ini sangat cuek dan tidak peduli dengan sekitar menemukan tambatan hati, kalau begitu kami tidak akan mengganggu lagi,” ucap teman-temannya.
Semua teman-temannya itu sangat mendukung perubahan Damar, mereka adalah orang-orang terdekat Damar yang selama ini selalu menemaninya selama di sekolah.
Beberapa diantara mereka juga ada yang tahu mengenai permasalahan Keluarga Baskoro atau lebih tepatnya keluarga Damar itu sendiri.
Itu sebabnya, mereka semua senang dengan perubahan Damar yang lebih banyak tersenyum dan menemukan tujuan hidup lagi.
Damar pamit ke teman-temannya dan memesan makanan serta duduk tepat di depan Amelia, dia duduk di salah satu kursi panjang yang ada di kantin.
“Jangan banyak-banyak kalau makan sambalnya, nanti perutmu bisa sakit,” ucap Damar tiba-tiba.
“Memangnya kamu siapa? Apakah kamu dokter? Dan sejak kapan kamu tiba-tiba menjadi begitu ramah padaku?” tanya Amelia cepat.
“Bukankah sebelumnya, kamu acuh padaku? Lalu kenapa sekarang tiba-tiba sok perhatian seperti ini? Kamu tahu itu sangat mengganggu bukan?” protes Amelia lagi.
“Setidaknya aku tidak akan merelakan kamu diganggu oleh laki-laki bajingan yang ada di sekolah ini, hanya aku yang boleh mengganggumu,” ucap Damar Baskoro tak merasa bersalah.
“Dasar aneh,” batin Amelia, dia tidak menjawab ocehan Damar yang bercerita mengenai sekolah ini, dia hanya mendengarkan laki-laki itu mengoceh sambil terus menghabiskan makanannya.
Disisi lain, rombongan kelas 3 datang dan duduk di kursi panjang yang tak jauh dari tempat duduk Damar dan Amelia.
“Siapa perempuan itu? Apakah ada adik kelas kita yang secantik itu?” tanya Siswa paling jangkung diantara mereka.
“Mungkin dia murid baru bos, kalau tidak salah aku tadi melihatnya di ruang guru, kenapa bos? Jangan-jangan lo tertarik membuat dia jadi mangsa ya?” tanya salah satu siswa dalam rombongan itu.
“Hehehe, kenapa tidak? Ketika aku bisa mendapatkannya, apakah pesonaku sebagai Ketua Tim Bola sudah tidak menarik lagi?” tanya siswa yang dipanggil bos itu sensitif.
“Bukan-bukan bos, tapi lihatlah laki-laki yang ada di depannya, bukankah itu Damar? Sejak kapan dia begitu dekat dengan perempuan? Lu tau maksud gue kan bos?” tanya anak buahnya.
“Sang Petarung yang kehilangan sayapnya ya, sepertinya sainganku kali ini berat, tapi tenang saja aku sudah memikirkan cara untuk mendapatkan perempuan itu!”
20.10.2000.
Hari itu aku membuat sebuah membuatmu melihat sisi lain dariku, meskipun begitu aku melakukannya demi dirimu, karena Fajar Ganendra adalah bajingan tengik. Sayangnya kamu salah paham.
“Woi bajingan lebih baik kau jangan buat macam-macam dengan Amelia Gunawan, sekali lagi kau berniat buruk, akan kuhancurkan hidupmu,” ucap Damar yang selesai memukuli Fajar Ganendra.
“Hahaha! Jangan bersikap sok polos begitu Tuan muda Damar, kamu mendekati perempuan itu hanya karena menginginkan untuk bisa tidur dengannya, kan?” tanya Fajar Ganendra.
“Jangan samakan aku dengan bajingan sepertimu Fajar! Semua perempuan yang dekat denganmu, sudah kamu rusak dan merenggut masa depan mereka, jauhi Amelia!” teriak Damar.
Dia memukuli Fajar Ganendra dan seluruh anak buahnya di belakang sekolah, dia bersama dengan beberapa temannya dari kelas 2, memang terkenal berani pada senior mereka.
Kemarahan Damar berawal dari salah satu anak buahnya yang memberikan sebuah minuman pada Amelia Gunawan ketika acara Panggung Bulan Bahasa malam itu.
Tapi karena merasa sudah menang, Damar tidak sadar dengan sekitarnya lagi, ketika dia berniat menolong teman-temannya yang terluka, sebuah balok kayu menghantam punggungnya.
*BRAK!
“Argh … sialan, ternyata kakak kelas yang katanya penguasa sekolah hanya bisa menyerang dari belakang ya? Pengecut sekali!”
Meskipun sempat terkena pukulan itu, tubuh Damar yang sudah terlatih masih bisa menanggung luka seperti itu.
Lalu dia menghujani anak buah musuhnya itu dengan banyak pukulan hingga wajahnya berdarah, dia juga kembali memukuli semua kakak kelas tersebut.
Hingga …
*PRIIIIT!
“Siapa yang mengizinkan kalian semua berkelahi! Cepat kemari atau kalian semua akan dikeluarkan dari sekolah!” Pak Agus datang bersama guru lainnya dan para satpam.
Semua siswa yang berkelahi itu diamankan oleh para satpam dan guru, mereka semua digelandang menuju ke ruang guru dan mendapat ceramah dari Pak Agus selaku Waka Kesiswaan.
Seluruh siswa yang seharusnya memperingati acara bulan bahasa dengan berbagai penampilan yang memukau harus terganggu oleh belasan siswa yang terlibat dalam pertarungan itu.
Alhasil, semua siswa yang diceramahi oleh Pak Agus menjadi tontonan yang lebih menarik, banyak siswa yang curi-curi pandang ke ruang guru dan menyaksikan belasan siswa disetrap.
Amelia yang merupakan murid baru juga tak kalah tertarik dengan kerumunan banyak siswa, tapi dia sedikit kecewa setelah mengetahui salah satu diantara belasan siswa itu ada Damar.
“Kenapa laki-laki itu ada disana, bukankah dia mengatakan padaku hanya pergi ke kamar mandi, kenapa malah terlibat dalam pertarungan antar siswa?” batin Amelia.
Damar yang melihat Amelia dari kerumunan siswa, tersenyum pada perempuan pujaannya itu, serta tidak memedulikan ceramah guru yang ada di depan.
“Damar! Kamu tidak mendengarkan bapak lagi, yang lainnya boleh pergi dan jangan sampai kejadian seperti ini terulang! Damar kamu kesini!” tegas Pak Agus.
Pak Agus memukul paha Damar menggunakan batang sapu ijuk yang sangat keras, sampai terbentuk garis merah melintang di paha Damar.
“Lain kali dengarkan bapak ketika bicara dan kamu jangan berkelahi seperti ini lagi, atau bapak akan mengatakan pada Kepala Sekolah untuk mengeluarkanmu!” tegas Pak Agus.
“Baik, Pak!” Meskipun Damar anaknya memang nakal, tapi dia sangat menghormati seluruh guru-gurunya. Baginya guru disini memang disiplin dan itulah cara mereka untuk memberikan pendidikan.
Damar bersama teman-temannya keluar dari ruang guru, serta orang pertama yang ditemuinya adalah Amelia yang melihatnya sejak tadi.
“Hai, maaf tadi aku sedikit memiliki masalah dengan perutku dan harus berlama-lama di kamar mandi,” ucap Damar yang tidak ingin membuat Amelia salah paham.
“Aku tidak suka kamu berbohong, terlebih lagi aku sangat tidak suka dengan laki-laki yang menyelesaikan masalah dengan kekerasan seperti itu,” ucap Amelia meninggalkan Damar dan teman-temannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!