NovelToon NovelToon

Ecstasy

Part 1

Tubuh tegap terbalut bathrobe, tapi bulu di dada masih nampak jelas. Seorang pria bernama Brandon Brooks baru saja keluar dari kamar mandi. Wajah tampan dengan sedikit brewok yang baru saja dicukur itu terlihat sangat segar setelah membersihkan tubuh.

Brandon, seorang CEO perusahaan ternama di Munich, pria berusia tiga puluh tujuh tahun. Tiga minggu lagi dia akan melangsungkan pernikahan dengan kekasihnya yang sangat cantik dan seksi. Rasanya tidak sabar menanti hari bahagia itu.

Tangannya segera meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia mengangkat panggilan telepon yang baru saja masuk. Senyum terlukis di wajah saat membaca nama yang tertera di layar berukuran enam koma tujuh inch tersebut. Calon istrinya, Alceena.

“Halo, Sayang?” Brandon menyapa dengan suara yang terdengar sangat mesra. Dia menghempaskan tubuh di sofa supaya lebih santai berbincang dengan wanitanya.

“Aku sudah memesan tempat, catering, dan undangan juga telah tersebar untuk tamu-tamu penting.” Ternyata calon istrinya hanya ingin memberikan kabar penting tersebut. Karena lokasi pernikahan mereka akan berlangsung di Helsinki, tempat tinggal Alceena, maka Brandon menyerahkan kepercayaan penuh pada wanitanya untuk mengurus semua.

“Ok, aku sudah tak sabar ingin hari itu segera tiba,” ucap Brandon begitu antusias. Siapa yang tak senang jika menikahi seorang primadona? Calon istrinya adalah wanita tercantik dari seluruh pebisnis muda di Eropa. Dari banyak pria yang ingin mengambil hati Alceena, dia akan menjadi pemenangnya.

“Sama. Aku sudah memutuskan untuk membeli gaun yang ku coba saat kita di butik itu, menurutmu bagaimana?”

“Bagus, kau tampak seksi dan cantik.”

“Kau yakin tidak mau membeli setelan jas baru? Ini akan menjadi hari bahagia kita yang terjadi hanya satu kali, coba pikirkan baik-baik selagi masih ada waktu.”

“Aku masih banyak pakaian baru, Sayang, bisa dipakai.”

“Ya sudah, ku pikir kau akan memakai setelan kerja biasa.”

Brandon membalas dengan terkikik gemas. “Mana mungkin hari penting dan spesial seperti itu tidak ku persiapkan dengan baik.”

Panggilan itu terjeda sesaat, keduanya tidak terlibat perbincangan karena Brandon sedang mendengar kalau Alceena tengah berbincang dengan seseorang.

“Kau tidak bertemu dengan kakakku di sana?” Suara Alceena kembali terdengar di telepon Brandon.

“Tidak, memangnya dia di Munich?”

“Ya, Selena dan Aldrich sedang berada di Jerman.”

“Oh ... aku tak tahu, biasanya grup alumni kami ramai ketika ada acara reuni.”

Brandon dan Selena merupakan teman satu kampus yang berlokasi di Munich. Bisa dikatakan mereka cukup dekat sebagai kawan. Tapi ia justru jatuh cinta dengan adik tiri Selena yang kini akan menjadi calon istrinya.

“Malam ini aku ingin membuat pesta untuk pelepasan masa lajang.” Brandon tidak meminta izin, tapi memberi tahu.

“Seru juga, nanti aku kabari Selena dan Aldrich, siapa tahu mereka bisa ikut pesta selagi di Munich.”

“Di mana mereka menginap? Agar aku jemput.”

“Tidak tahu, nanti ku tanyakan. Sudah dulu, ya, aku harus kembali menemui wedding organizer untuk membahas dekorasi pernikahan kita.”

“Oke, maafkan aku karena tidak bisa stay di sana untuk membantu persiapan.”

“Tak masalah, lagi pula aku bisa handle semua.”

“I love you, Sayang.”

“Hm ....”

Panggilan pun terputus, begitulah pejuang LDR Munich—Helsinki. Apa lagi keduanya sama-sama seorang CEO yang sibuk dengan pekerjaan sehingga hanya telepon yang bisa membuat Brandon dan calon istrinya terasa dekat.

Part 2

Brandon ingin makan terlebih dahulu sebelum melangsungkan party bersama teman-temannya. Dia berjalan ke lounge yang ada di hotel tempatnya menginap. Di sana juga akan menjadi tempat pesta karena ada club malam tersembunyi di basement, hanya member yang bisa masuk.

Kebetulan sekali, Brandon melihat dua calon iparnya sedang makan di sana. Daripada duduk sendirian, lebih baik bergabung saja. “Boleh aku join?”

Pertanyaan itu membuat Selena dan Aldrich menatap ke arah Brandon. “Silahkan.”

Brandon duduk di samping Aldrich, dia dapat melihat wajah Selena, bisa dibilang kalau dahulu mereka teman dekat sebelum akhirnya ia memutuskan untuk menjalin kasih dengan adik tiri wanita itu.

“Kebetulan sekali kalian di sini, tadinya aku sedang menunggu kabar dari Alceena yang akan mengirim lokasi kalian menginap,” ucap Brandon membuka pembicaraan. Memang sesantai itu mereka karena merasa sudah dekat dan lama kenal.

“Aku menginap di sini, kau mencari kami?” tanya Selena. Tatapan matanya dari dahulu sampai sekarang tidak pernah berubah. Ada rasa yang berusaha disembunyikan.

Jangan harap berteman dalam kurun waktu lama tidak menimbulkan perasaan apa pun, jelas saja ada sesuatu yang berbeda di hati Selena Eisten. Ya, dia mencintai Brandon Brooks. Tapi, berusaha untuk sadar kalau pria itu adalah calon suami adiknya. Maka, ia lebih baik menutupi perasaan tersebut.

Mungkin memang takdir tidak berpihak pada Selena, dia yang mengenalkan Brandon dengan seluruh anggota keluarganya karena dahulu sedekat itu hubungan pertemanan mereka. Ternyata, pria itu justru jatuh cinta dengan salah satu adik tirinya.

“Ya, aku tahu dari Alceena kalau kalian sedang berada di Munich, dan dia merekomendasikan untuk mengajak kalian ikut pesta yang aku buat,” jelas Brandon. Makanannya baru saja datang sehingga berbincang sembari mengisi perut.

Berbeda dengan tatapan mata Selena, Brandon justru nampak sorot yang berbinar. Tentu karena tiga minggu lagi akan menikah bersama wanita yang dicintai dan didambakan oleh banyak pria.

“Pesta apa?” Aldrich mulai masuk ke dalam perbincangan tersebut.

“Untuk melepas masa lajangku.”

“Sepertinya aku tak bisa datang, malam ini ada pertemuan dengan klien.” Aldrich langsung menolak saat itu juga karena sudah memiliki agenda.

Dan mata Brandon jadi menatap ke arah Selena. “Kalau kau? Mau ikut atau tidak?”

Selena menimbang untuk sesaat. Dia tidak memiliki agenda apa pun, tapi tak enak juga dengan adik tirinya kalau berpesta dengan calon ipar sendiri.

Kepala Selena menggeleng karena ia lebih memikirkan perasaan adik. “Sepertinya tak bisa.”

“Kenapa? Kau ada agenda juga?”

“Tidak, menjaga perasaan Alceena.”

“Justru dia yang memberikan rekomendasi untuk mengajak kalian pesta selagi di Munich. Datang saja, lokasinya di basement hotel ini, ada club malam tersembunyi.”

Akhirnya kepala Selena pun mengangguk setuju. Hanya pesta, tidak lebih. Dia akan menjaga sikap untuk tak melukai hati adiknya.

Brandon pun segera menghabiskan makannya, melihat jam yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. “Kau mau ke tempat pesta bersama aku atau menyusul? Sepertinya teman-temanku sudah sampai sana,” ajaknya pada Selena.

“Bersamamu saja.” Selena berpamitan dengan Aldrich. Dia mengikuti langkah kaki Brandon yang mengayun lebar. Sementara dirinya sedikit di belakang pria itu, menatap punggung yang dahulu selalu menjadi sandaran meskipun sebatas teman.

‘Kau hanya bisa ku pandang tanpa dimiliki, sepertinya aku harus belajar untuk berhenti menaruh rasa pada calon suami adikku,’ gumam Selena dalam hati.

Part 3

Dentuman dari musik EDM langsung menghantam gendang telinga ketika pertama kali memijakkan kaki di club malam itu. Hidung juga mencium bau alkohol yang sangat pekat. Pandangan mata bisa melihat ramainya tempat itu, penuh dengan orang-orang yang sedang mberjoget sembarangan, atau mungkin hanya sekedar mengobrol bersama teman.

“Ayo.” Brandon tiba-tiba memegang lengan Selena karena wanita itu tertinggal di belakang, supaya tak hilang. Nanti ia juga yang disalahkan oleh calon istrinya kalau sampai terjadi seperti itu.

Selena tentu saja terkejut karena mendapatkan sentuhan. Ia mencoba melepaskan supaya tidak timbul fitnah dikemudian hari. “Iya, jalanlah, aku akan mengikutimu.”

Memang rasa cinta untuk Brandon tumbuh di hati Selena, tapi wanita itu akan merelakan untuk dimiliki dan hidup bahagia bersama adik tirinya. Lagi pula, perasaan yang dimiliki Brandon padanya hanya sebatas teman, tidak lebih. Cukup sadar diri saja supaya patah hati tak terlalu larut.

Selena berjalan tepat di belakang Brandon, sampai di ruang VIP, ia terkejut karena di sana tidak ada wanita satu pun.

“Sepertinya aku berubah pikiran, aku kembali saja ke kamar.” Selena berbisik sebelum ikut bergabung duduk di sana.

“Sudah, tenang saja, tidak perlu takut. Mereka tak akan menyakiti atau mengganggumu karena aku yang akan melindungi jika teman-temanku berani macam-macam denganmu.” Brandon menepuk pundak Selena untuk meyakinkan. Lagi pula sudah sampai di sana juga.

Selena menggelengkan kepala, dia mau keluar saja dari sana. Ia pikir teman satu universitas yang datang, ternyata bukan. Semua orang di sana nampak asing. “Kau bersenang-senang saja di sini.”

Banyaknya botol minuman mengandung alkohol sudah banyak tersedia di atas meja. Ia yakin kalau para pria sebanyak enam orang itu akan mabuk. Dan itu yang harus Selena hindari karena orang yang hilang kesadaran bisa membawanya ke dalam petaka.

“Kau yakin tak mau ikut pesta? Ini terakhir kali aku membuat acara seperti ini sebelum menikah.” Brandon masih belum duduk, ia berdiri di samping Selena untuk memastikan sekali lagi kalau wanita itu memang mau pergi.

“Ya, aku ingin keliling Munich saja.”

“Sudahlah, jangan dipaksa kalau memang dia tak mau bergabung dengan kita,” ucap salah satu teman Brandon.

“Kau berani keluar sendiri? Ku antar jika tidak,” tawar Brandon.

“Berani, tenang saja.” Selena menepuk pundak pria yang harus direlakan untuk tak dimiliki selamanya itu. Ia segera mengayunkan kaki meninggalkan ruang VIP.

Barulah Brandon duduk bergabung dengan teman-temannya. Mereka minum banyak gelas, berbincang hal-hal yang tak senonoh, dan tak lupa menertawakan apa yang sedang dibicarakan. Botol-botol yang tadinya terisi penuh cairan, satu persatu mulai kosong.

“Hei, kawan, sebelum kita merelakanmu untuk menikah, kau harus mencoba ini.” Salah satu teman Brandon merangkul dan menunjukkan sebuah obat dengan empat warna dan gambar yang berbeda, ada kuning berlogo telapak tangan, hitam bergambar tengkorak, coklat ada logo alien, dan hijau dengan cap segitiga.

Brandon yang sudah berada di bawah pengaruh alkohol, menatap dengan mata yang sedikit kabur. “Apa itu?”

“Obat, enak, akan membuatmu terasa seperti di surga.” Teman Brandon langsung memasukkan empat butir obat terlarang ke mulut calon pengantin tersebut, dia juga memberikan botol minuman supaya sigelontor dengan alkohol.

Hingga akhirnya Brandon berhasil menelan obat yang tak tahu apa. Entah ada efek samping atau tidak, tapi sudah terlanjur masuk ke dalam.

Saat itu juga teman Brandon bernama Alex yang mencekoki langsung bertepuk tangan. “Wow ... Brandon Brooks, baru saja mengkonsumsi ekstasi.”

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!