"Kris, tambah lagi!" Pinta Radit kepada seorang bartender yang juga sahabatnya dengan kepala yang di sandarkan ke atas meja bar yang ada di depannya.
"Hey cukup! Si boss sudah mabuk!" Teriak Erik kearah Kristian. Kristian pun tak jadi menuang minuman ke dalam gelas Radit. Mendengar teriakan Erik, Radit pun segera bangkit kemudian menarik kerah kemeja Erik dengan sempoyongan.
"Br3ngs3kk! Siapa loe berani larang gue!" Teriak Radit tepat di depan muka Erik. Kemudian ia mendorong Erik hingga membuat Erik terhuyung ke belakang. Untung saja Erik tidak terjengkang ke belakang karena dirinya yang masih waras mampu menahan tubuhnya dengan berpegangan pada pinggiran meja bar. Radit pun kembali mendudukkan dirinya ke kursi, kemudian meminta Kris untuk menuangkan minuman kembali ke dalam dua gelas.
"Nih minum!" Radit menyodorkan gelas yang sudah terisi minuman tersebut ke arah Erik yang sudah kembali duduk di samping Radit.
"Loe gue ajak kesini untuk nemenin gue minum, Bukan untuk ngehalangin atau ngelarang gue." Akhirnya Erik pun mau tak mau juga ikut meminum minuman itu kembali hingga membuat keduanya teler.
Melihat dua makhluk teler yang ada di hadapannya, akhirnya Kris memutuskan untuk menghubungi Shasa. Karena setahu Kris, Shasa adalah tunangan Radit. Sebenarnya Kris juga satu kampus dengan Shasa dan Radit. Kris setiap malam bekerja di club tersebut untuk membayar biaya kuliahnya. Tak lama kemudian Shasa tiba di club tersebut. Ia segera memapah Radit ke dalam mobil dibantu oleh Kris. Sedangkan Erik di papah Kris ke dalam salah satu kamar yang ada di dalam club.
Shasa segera melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang nampak sunyi, karena waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Di belokkannya mobil yang ia kendarai ke dalam sebuah apartemen yang selama ini di tempati Radit. Radit memang tinggal di apartemen seorang diri. Karena ia memilih kuliah di luar kota dari pada di kotanya sendiri. Tepatnya di kota Surabaya ini, kota tempat Shasa sahabatnya pindah. Dulu Radit dan Shasa memang tinggal di kota yang sama yaitu kota Bandung. Namun saat nenek Shasa meninggal, orang tua Shasa membawa Shasa untuk tinggal bersamanya di kota Surabaya ini. Saat itu Shasa dan Radit baru saja duduk di kelas Xl. Dan setelah lulus dari sekolah Radit memutuskan untuk menyusul Shasa agar bisa kuliah di tempat yang sama dengan Shasa. Sepertinya Radit tidak menyadari akan perasaannya terhadap Shasa. Ia hanya menganggap perasaannya adalah perasaan sayang kepada sahabatnya, karena mereka sudah bersama sejak kecil.
Sejak kecil Shasa memang tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Shasa di asuh oleh nenek dari ayahnya di kota Bandung. Rumah nenek Shasa dan neneknya Radit tetanggaan. Ayah Radit dan Shasa pun juga bersahabat sejak kecil. Melihat Radit yang bersikeras ingin kuliah di tempat yang sama dengan Shasa, orang tua Radit mengira kalau Radit mencintai Shasa dan tak mau di pisahkan dengan Shasa. Jadi untuk mempererat tali silaturahmi di antara mereka, akhirnya terjadilah suatu perjodohan antara Radit dan Shasa oleh kedua orang tua mereka.
*****
Shasa memapah Radit masuk ke dalam kamar yang ada di apartemen tersebut kemudian merebahkannya ke atas ranjang. Setelah itu ia membuka sepatu yang di kenakan Radit. Tak lupa ia juga mengeluarkan dompet dan ponsel Radit yang ada di saku kemudian meletakkannya ke atas nakas yang ada di samping ranjang. Namun saat Shasa akan menyelimuti tubuh Radit, tangannya di tarik oleh Radit hingga membuatnya jatuh ke atas tubuh Radit.
"Aaahh!" Jerit Shasa yang terkejut dengan ulah Radit. Namun di telinga Radit terdengar seperti d3s@h@n. Radit pun tanpa pikir panjang langsung segera m3lum@t bibir Shasa yang ada di atasnya. Bola mata Shasa nampak melebar mendapat serangan mendadak dari Radit. Shasa yang ingin memberontak tangannya di kunci oleh Radit. Dan Radit segera membalik tubuhnya menindih Shasa tanpa melepas pagutannya. Dan terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi.
Jeritan dan tangisan Shasa saat Radit berusaha memasukinya tidak mampu menyadarkan Radit. Radit seperti orang yang kesetanan, dengan beringas ia menyalurkan h@sr@tnya kepada Shasa. Air mata Shasa nampak berderai namun ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan kebrutalan Radit malam ini. Shasa hanya bisa menjerit dalam hati. Bukan hanya luka hati yang di torehkan oleh Radit tetapi juga luka dirinya.
Setelah Radit menggagahinya berkali-kali, Akhirnya Radit pun tumbang di sampingnya. Entah tidur atau pingsan, Shasa tak peduli. Shasa segera memunguti pakaiannya. Dengan berjalan tertatih karena merasakan nyeri yang teramat sangat di pangkal p@h@nya ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Shasa nampak berjalan dengan terseok-seok menuju parkiran apartemen. Ia memutuskan untuk segera pulang karena esok ia akan terbang ke Jakarta untuk mengunjungi nenek dari ibunya bersama kedua orang tuanya.
*****
*****
*****
*****
*****
Hay gaess ini Novel ke-3 emak ya 😅
Ini spin off dari novel "Candamu Canduku" 🥰 Lanjutan dari Bab 61. Kemarahan Papa Angga 🥰
Semoga para readers yang Budiman berkenan mampir membacanya 😂
Lope-lope sekebun pare 😘😘🤪🤪
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Pagi harinya Radit nampak terbangun dari tidur lelapnya. Di kedipkannya matanya berulang kali guna mengurai rasa pusing yang ada di kepalanya. Di singkapnya selimut tebal yang membalut tubuhnya, kemudian ia segera beranjak masuk ke kamar mandi seraya memegangi kepalanya yang masih terasa pusing tanpa menyadari bahwa dirinya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya. Di guyurnya tubuh polosnya itu dengan air hangat yang berasal dari shower. Saat ia ingin menyabuni tubuhnya, alangkah terkejutnya ia yang tak memakai apapun. Padahal perasaan ia belum mencopot celana boxernya. Radit memang tak pernah memakai baju saat tidur, ia hanya memakai celana boxer saja.
Sekilas potongan-potongan kejadian semalam melintas di kepalanya. Seingatnya ia semalam datang ke club tempat Kristian bekerja bersama Erik. Ia yang frustasi dengan kisah cintanya dan sekaligus dengan perjodohannya, membuatnya melampiaskannya dengan minuman. Entah siapa yang mengantarkannya ke apartemen. Tapi ia seperti melihat bayangan Shasa ada di apartemennya tadi malam. Radit segera menyelesaikan mandinya karena ia ingin segera ke cafe untuk menemui Erik dan menanyakan tentang kejadian semalam kepada Erik.
Radit segera mencari baju ganti ke dalam lemarinya. Karena hari ini hari Minggu maka ia akan pergi ke kafe saja. Tanpa melihat keadaan sekitar yang berantahkan, apalagi di atas ranjang yang sudah tak karuan bentuknya itu. Dengan santainya ia melenggang keluar dari apartemen tanpa menyadari banyaknya noda merah yang terdapat di seprei akibat kebrutalannya semalam. Radit pikir karena ini hari Minggu, akan ada petugas kebersihan yang akan membersihkan apartemennya seminggu sekali.
Setelah kepergian Radit, tak lama kemudian masuklah dua orang wanita yang bertugas membersihkan apartemen dan mengganti seprei tempat tidur. Namun alangkah terkejutnya saat mereka menemukan banyak noda darah di atas tempat tidur tersebut. Mereka pun saling pandang sebelum akhirnya segera mengganti seprei dengan yang baru. Setelah itu mereka segera memasukkan seprei serta selimut kedalam keranjang kotor lalu segera keluar dari apartemen.
*****
Di tempat lain tepatnya di sebuah kafe, nampak Radit yang sedang mencecar Erik dengan segudang pertanyaan.
"Loe yang nganterin gue pulang semalam?" Tanya Radit kepada Erik.
"No! bukan gue boss. Gue tadi pagi pas bangun ternyata ada di dalam sebuah kamar yang ada di club." Jelas Erik.
"Terus siapa?"
"Kata Kris semalam dia nelfon Shasa buat jemput loe."
Deg!
Bayangan Shasa kembali melintas di kepalanya yang membuat Radit menyugar rambutnya ke belakang. Sialnya ia tak memasang CCTV di kamarnya. Tanpa pikir panjang Radit segera pergi untuk menemui Shasa di rumahnya. Biasanya jika tidak ada kuliah begini Shasa pasti akan tidur sampai siang. Dasar cewek kebo! Radit segera masuk ke dalam mobilnya. Namun sebelum ia melajukan mobilnya ia mencoba menghubungi Shasa terlebih dahulu, tapi nomor Shasa tidak dapat di hubungi. Radit pikir mungkin baterai nya habis dan Shasa lupa ngecas. Akhirnya ia putuskan untuk ke rumah Shasa saja. Ia hanya ingin memastikan bahwa semalam tidak terjadi sesuatu antara dirinya dan Shasa.
"Permisi pak, apa Shasa nya ada?" Tanya Radit kepada pak satpam saat tiba di kediaman Shasa.
"Loh, mas Radit gak tau to kalau Mbak Shasa pergi sama bapak dan ibu." Jawab pak satpam.
"Pergi kemana pak?"
"Wah, kalau itu saya gak tau mas. Coba aja telpon Mbak Shasa."
"Kapan perginya pak?"
"Tadi jam enam saya anterin ke bandara karena pesawatnya jam tujuh." Radit melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan. ia segera mengambil HPnya untuk menelpon Shasa kembali namun lagi-lagi hanya suara operator yang menjawab. Akhirnya Radit pamit pulang, ia akan mencoba menghubungi Shasa lagi nanti.
*****
*****
*****
*****
*****
Hayolo Dit, Shasa ilang 🤭
Piye toh ki 😂😂😂
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Sudah seminggu ini Shasa dan kedua orang tuanya berada di rumah Omanya yang ada di kota Jakarta. Pagi ini papa Andika memutuskan untuk pulang karena ia harus segera mengurus perpindahan kantor pusatnya dari kota Surabaya ke kota Jakarta dan juga kepindahan kuliah Shasa. Ya, rencananya mereka akan menetap di kota Jakarta untuk merawat Oma Sekar yang sudah sakit-sakitan, karena adik mama Dona memilih menetap di luar negeri ikut suaminya. Namun Minggu depan katanya mau datang ke Indonesia untuk mengunjungi Oma Sekar.
"Mau ikut pulang?" Tawar papa Andika kepada Shasa, namun Shasa hanya menggeleng. Kemudian papa mengelus kepala anak semata wayangnya itu.
"Gak usah di pikirkan, masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik dari pada Radit." Ucap papa Andika sambil tersenyum kepada Shasa. Shasa hanya mengangguk pelan.
"Ma, papa berangkat dulu." Papa Andika beralih mencium kening mama Dona.
"Hati-hati pa!" Ucap mama Dona dan Shasa bersamaan kemudian melambaikan tangannya ke arah mobil papa Andika yang mulai meninggalkan kediaman Oma Sekar. Sopir Oma Sekar akan mengantarkan papa Andika ke bandara untuk kembali ke kota Surabaya.
"Kenapa?" Tanya mama Dona yang melihat putrinya nampak murung setelah kepergian papanya. Namun Shasa hanya menggeleng kemudian segera masuk ke dalam rumah.
"Huuuft!" Mama Dona hanya bisa menghela nafas panjang. Pasalnya setelah putusnya pertunangan antara putrinya dan Radit. Shasa menjadi pendiam dan pemurung, seolah-olah dunianya runtuh tanpa seorang Raditya.
*****
Di tempat lain....
Siang ini sepulang dari kuliah, Radit mencoba lewat depan rumah Shasa, siapa tau hari ini Shasa sudah pulang. Ya, begitulah keseharian Radit, ia akan selalu memantau keadaan rumah Shasa, baik itu sepulang kuliah atau pun sepulangnya dari kafe. Entah berapa kali Radit melintas di depan rumah Shasa dalam sehari, mungkin tak terhitung.
Sepertinya ada yang berbeda dengan siang ini, nampak mobil papa Andika yang sudah seminggu ini terparkir cantik di garasi sekarang ada di halaman rumah keluarga Pratama. Radit pun segera menepikan mobilnya di depan pagar rumah Shasa kemudian mendekati pagar yang tertutup rapat itu.
"Pak!" Di panggilnya pak satpam yang ada di pos. Pak satpam pun segera membukakan gerbang dan Radit langsung melenggang masuk. Papa Andika yang baru saja keluar dari rumah pun nampak terkejut.
"Siang om." Sapa Radit namun tak mendapat jawaban dari papa Andika malah tatapan tajam yang Radit dapatkan dari papa Andika.
"Mau apa lagi kamu!" Teriak papa Andika ke arah Radit.
"Shasa nya ada om?" Tanya Radit lagi mengabaikan tatapan tajam papa Andika.
"Belum puas kamu menyakiti Shasa hah!" Papa Andika mulai tersulut emosi.
Buuugh!
Satu bogem cantik dari papa Andika mengenai rahang Radit sebelah kiri yang membuatnya terhuyung, untung saja tak sampai tersungkur ke lantai.
"Sekarang pergi kamu dari sini dan jangan pernah kembali lagi kesini." Teriak papa Andika keras.
"Dan ingat satu hal, jangan pernah lagi mencari Shasa. Biarkan Shasa mencari kebahagiaannya sendiri!" Tegas papa Andika kemudian masuk ke dalam mobil dan segera melajukannya ke kantor. Radit hanya bisa menatap nanar mobil papa Andika yang meninggalkan halaman kediaman Pratama.
Radit berjalan gontai masuk ke dalam mobilnya kemudian melesat pergi. Saat ini kepalanya di penuhi dengan Shasa, Shasa dan Shasa. Entah apa yang sebenarnya terjadi malam itu hingga ia terShasa-Shasa begini. Seberapa mabuk ia sampai tak mengingat apa yang terjadi malam itu.
"Aaaaaaarrrgh!" Teriak Radit frustasi sambil memukul setir kemudinya. Ia memutuskan untuk pergi ke kafe saja dari pada ke apartemen yang penuh dengan bayangan Shasa.
*****
*****
*****
*****
*****
Weeehh kapok loe Dit, sekarang terShasa-Shasa 🤭😂😂
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, kopi juga boleh ☕☕😂😂
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!