🌹 Happy Reading 🌹
Di sebuah klub malam di Negara Spanyol, terlihat seorang pria dingin nan kejam sedang menikmati malam santainya dengan meminum sebuah Alchol tinggi yang biasa dikonsumsinya.
Pria itu bernama Zein Alucas Maurice, seseorang yang mempunyai Julukan sebagai Dewa Kematian. Dia tidak akan pernah tersenyum kepada siapapun, termasuk kepada Bunda dan Uncle Jesper, orang yang telah membesarkannya.
Dia sendiri adalah keturunan dari mendiang Lucas Maurice dan juga Tenriyola. Keduanya meninggal di hari yang sama. Meninggalkan dirinya berdua bersama dengan Bundanya yang tak lain adik dari Papahnya yaitu Valencia Jasmine.
“Sendirian aja, Tuan, banyak banget lagi minumnya,” tegur salah seorang wanita yang sering melihat Zein di klub ini, namun tidak pernah menegurnya. Namun hari ini dia memberanikan dirinya untuk menegur.
Sedangkan Zein yang mendapatkan teguran itu langsung mengalihkan pandangannya dan merasa enggan untuk berbicara dengan wanita baru ini.
Merasa diabaikan,wanita itu tidak tinggal diam, dia berusaha untuk mendapatkan perhatian dari Zein, walau hanya sekedar berteman saja.
“Andara Naqquenza, itu adalah namaku, panggil saja aku Dara,” lirihnya pelan, memperkenalkan dirinya.
Dan di saat mereka berdua tengah tenggelam di suasana yang tegang, muncullah seorang barista biasa melayani Zein dan Bara. “Dia adalah Tuan Zein, Dara. Kamu tidak bisa sembarang mengajaknya ngobrol seperti itu,” ucap barista itu memberikan peringatan kepada temannya Dara.
“Oh ya, semenakutkan apa dia? Kenapa tidak boleh mengajaknya bicara?” tanya Dara penasaraan.
Namun belum ada yang menjawabnya, terdengar suara dari atas panggung. Host yang sudah membuka acaranya serta musik yang mulai terdengar.
Dara menoleh sekilas ke arah Zein yang tetap saja cuek ke arahnya. “Kamu akan ke sini lagi, kan, besok? Jika iya, maka aku akan menemanimu lagi, dan ingat, jangan terlalu banyak minum ya,” pamitnya tanpa jawaban terlebih dulu dari pria itu.
Dara berjalan melangkahkan kakinya ke sebuah jalur khusus untuk naik, hingga tak lama kemudian dia muncul di atas panggung untuk bernyanyi dan dancing bersama teman yang lainnya.
Mendengar Dara yang bernyanyi dan melepaskan jaket yang sedari tadi menutupi tubuhnya, membuat Zein menatapnya tajam ketika wanita yang tadi menegurnya dengan pakaian tertutup, kini berlenggak lenggok di atas panggung dengan baju yang sangat terbuka.
“Ternyata dia sama saja,” batin Zein tersenyum sinis memandang Dara yang terlihat sama seperti wanita murahan pada umumnya.
Namun, dia malah terus menatap Dara dan setiap gerakannya, wanita yang begitu cantik dan dipandang oleh semua pria yang berada di sini.
“Siapa wanita itu?” tanyanya pada barista, yang tadi terlihat menegur Dara. Barista itu menoleh sekilas ke arah Dara, dan kembali menundukkan kepalanya, takut menatap Zein yang sedang menatapnya tajam.
“Dia adalah Dara, Tuan, dia setiap malam akan berada di sini untuk menari agar mendapatkan uang sebagai biaya kuliahnya, dan lagi Ayahnya hanyalah seorang tukang kebun biasa di sebuah desa, yang membuatnya harus bekerja demi kelangsungan hidup ayahnya,” jelas barista itu.
“Apakah dia tidak memiliki saudara yang lain?” tanya Zein bingung.
Barista itu sempat terdiam, karena mendapatkan Zein yang baru pertama kali bicara panjang lebar. Apalagi bertanya tentang masalah perempuan, yang sama sekali bukan karakternya.
Ketika mendapatkan barista itu terdiam, Zein akhirnya tersadar bahwa dia sudah melewati jalurnya. Dan itu membuatnya langsung berdiri pergi meninggalkan klub malam itu.
Zein berjalan cepat menuju parkiran, untuk segera mengambil mobilnya dan kembali pulang ke apartemennya. “Ahh, aku harus segera beristirahat, karna besok aku harus kembali ke Indonesia untuk mengawasi dan menjaga Griffin,” gumamnya sendiri, sambil merenggangkan tulang-tulangnya yang nyaris patah.
“Lebih baik aku melanjutkan pekerjaanku sekarang, agar besok aku bisa santai sementara waktu. Sungguh, menjaga Griffin bukanlah hal yang sulit untuk dikerjakaan, beruntung masih ada Bunda dan Uncle Jesper yang membantu,” lirihnya pelan, lalu terlihat melangkah masuk ke dalam kamarnya dan mengambil laptop untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Sedangkan di sisi lain, tepat pukul 03.00 am terlihat Dara yang baru saja keluar dari klubnya. “Mau aku antarin gak ?” tanya DJ, teman baristanya.
Dara tersenyum lalu menggelengkan kepalanya pelan sebagai penolakan, “Tidak, DJ, aku bisa pulang sendiri kok, rumah aku kan dekat,” jawabnya lembut yang memang merupakan ciri khasnya.
“Ya sudah jika begitu aku pamit duluan ya, Dar, bye-bye,” pamit DJ sopan pada Dara.
“Bye,” sahut Dara yang terlihat melambaikan tangannya dari jauh, sambil tersenyum manis ke arah temannya tersebut.
Dan setelah DJ pergi dengan motornya, Dara baru melangkahkan kakinya untuk pulang, “Huwwoooo, aku ngantuk sekali, rasanya tubuhku ini sakit semua,” lirihnya pelan, lalu memilih untuk berendam di air panas sejenak agar semua rasa pegal-pegalnya hilang.
Dara sendiri adalah sosok wanita tangguh dan mandiri, dia merupakan seorang anak yatim yang harus kehilangan Ibunya yang menderita penyakit Cancer dan berhasil membuat Dara dengan kakaknya, Elang, kini hanya memiliki sosok ayah di dalam hidup mereka.
Elang sendiri adalah kakak laki-laki dari Dara. Dia sudah menikah dan memiliki keluarganya sendiri. Dan itulah yang membuat Dara harus bekerja banting tulang untuk membiayai kehidupannya dan juga kehidupan ayahnya di desa.
Dara memang tidak memiliki pilihan lain untuk menjadi seorang dancer di sebuah klub-klub malam, mengingat pendidikannya yang hanya sampai di SMA, membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan tetap sebagai karyawan atau pabrik yang beroperasi.
Apalagi di negara besar seperti Spanyol ini, ijazah seperti itu tidak akan mungkin laku, namun demi kehidupan Dara hanya menerima semuanya dan menjalaninya dengan sebaik-baik mungkin.
“Dara, apa kamu ada di rumah?” teriak sesorang dari luar.
Dara yang sedang asik menikmati rendamannya tidak mendengar suara yang mengetuk-ngetuk rumahnya di luar.
Dreeeett,,Dreaaat, suara getaran ponselnya berbunyi dan mengagetkannya, “Oh God, siapa yang menelepon di jam segini,” gumam Dara melirik ponselnya singkat.
“Ahh, pria itu. Tidak bisakah sehari dia tidak mengganguku? Apa maunya?” kesal Dara, merasa tergangu dengan kehadiran pria di depan rumahnya ini.
Pria otak kotor yang selalu mengacaukan hari-hari Dara dengan segala rayuan mautnya.
Dreetttt,,Dreet ponsel Dara kembali berdering bahkan berulang-ulang, sampai dia merasa kesal. “Kalau kamu masih terus mengganguku, maka aku akan melaporkanmu pada penegak keadilan, ini namanya sudah meresahkan, tau,” bentaknya di telepon, lalu segera mematiknya.
“Sepertinya aku harus pindah negara saja, ini tidak akan aman jika seperti ini terus,” gumam Dara, merasa resah dalam hatinya.
Dia paling benci jika sampai ada yang menganggunya, tapi dia juga membutuhkan uang. “Haa, sudahlah, lebih baik aku tidur dulu, biar besok itu akan aku pikirkan,” ucapnya, bermonolog sendiri.
Setelah itu dia segera menyelesaikan drama mandi yang tidak memuakan, untuk segera mengistirahatkan tubuhnya, sambil berpikir negara mana yang akan dia datangi setelah ini.
Negara yang aman, dan tidak memiliki orang-orang rese di dalamnya itu yang dia cari.
**To Be Continue. *
hey teman - teman, Cerita Mimin kali ini kurang menarik ya?? kok sepi banget Likenya 😭
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti **🙏🏻🙏🏻 dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal 😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘 *
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh **😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
🌹 Happy Reading 🌹
Jakarta, 07.00am.
Zein baru saja terlihat mendarat sempurna di Indonesia, dengan menaiki pesawat pribadi mendiang Papahnya dulu, memudahkan Zein untuk melangkah atau pergi ke mana pun dia inginkan.
“Permisi, Tuan Zein, Anda sedang ditunggu oleh Tuan Aiden di markas,” ucap seseorang yang sejak tadi menunggunya di bandara khusus keluarga Lesham.
Zein hanya diam tanpa ekspresi, namun dia tau ke mana dia harus melangkah. Bahkan pengawal-pengawal tadi pun, hanya bisa memandang langkah Zein yang kian menjauh, tanpa berani mengikuti ataupun menegurnya.
Zein mengendarai mobilnya dengan cepat menuju markas besar yang selama ini menjadi saksi kehidupan hitamnya.
Sesampainya di markas, Zein dengan santainya melangkahkan kakinya masuk, bahkan ketika dirinya mendengar suara-suara jeritan teriakan manusia yang menahaan sakit akibat penyikasaaan sadis yang mereka jalani, Zein tetap nampak cuek dengan semua itu.
“Sudah sampai kamu, Zein?” tanya suara yang muncul dari belakangnya.
Zein menolehkan pandangannya singkat, lalu menatap ke arah pria yang tak lain adalah kakak angkatnya, Aiden.
“Ya,” jawab Zein singkat.
Aiden melangkahkan kakinya mendekat ke arah meja yang berisikan semua dokumen penting. “Zein, aku mau kamu--,” ucapnya terhenti ketika Zein menatapnya lekat.
“Kak, please, rasanya kita tidak usah bahas itu. Apa pun yang aku lakukan, itu adalah urusanku dan apa pun yang Kakak lakukan itu adalah urusan kakak, this is my life okay,” ketusnya tidak suka ketika ada seseorang yang mulai mengaturnya dalam hal-hal tindakannya.
Aiden yang sudah memberikan jabatan dunia hitamnya pada keturunan Lucas ini, merasa sesak melihat sikap Zein yang keras bagaikan batu.
“Zein, aku ingat jelas dulu ketika Papah kamu masih hidup, dia tidak sekeras kamu, kamu tidak akan bisa mencari siapa pun yang menjadi dalang di balik kematian orang tua kamu, karena yang mengetahui hal itu hanya 2 orang saja yaitu Bunda kamu dan juga Kevin, mantan asisten Papah kamu,” ujar Aiden memberikan peringatan pada adik angkatnya itu.
“Ya, tapi aku sudah tidak peduli juga sama mereka karena Bunda masih saja tidak ingin memberitahuku dan Uncle Kevin juga masih terus menyimpannya rapat,” balas Zein acuh.
“Well, berikan saja pekerjaan itu nanti, saat ini aku ingin pulang melihat Griffin sejenak, lalu akan kembali melanjutkan tugas-tugasku yang lain,” sambungnya santai. Membuat Aiden hanya bisa menggelengkan kepalanya pusing melihat tingkah adiknya ini.
Zein kembali melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah, meninggalkan Aiden begitu saja tanpa membahas apapun masalah pekerjaan.
Aiden tidak bisa menyalahkan Zein atas sikapnya itu, dia hanya bisa berharap semoga suatu saat nanti ada sosok yang bisa mengubahnya seperti dulu dia diubah secara ajaib oleh cinta sejatinya.
Sedangkan di sisi lain, Dara yang baru saja selesai beberes di tokonya kini telah bersiap untuk pulang.
Selain bekerja sebagai dancer di klub malam, Dara memang membangun usaha kecil-kecilan di sebuah ruko kecil yang dia sewa.
Dara mencoba segala hal untuk membuat dirinya bisa menghasilkan banyak uang, namun tidak dengan menjual dirinya. Karena baginya itu sangat pantang untuk dilakukan.
“Ohh, stock barang sudah mulai habis, aku harus segera memesannya,” gumam Dara, sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
“Ke mana ponselku? Tadi perasaan aku taruh di sini, engghhh,” kesalnya merasa pusing ketika mencari barang yang susah ditemukan.
Dara terus mengaduk-aduk dalam isi tasnya mencari ponsel yang hilang, bahkan sangking kesalnya dia sebegitu cerobohnya hingga isi dalam tasnya itu berhamburan keluar, membuatnya harus memungut kembali.
“Hisskk, kenapa pakai jatuh sih, sial banget hari ini,” gumamnya benar-benar kesal, lalu dengan segera menunduk untuk mengambil kembali barang-barangnya kembali.
“Oh God, ponselku masih tertinggal di toko, kan aku charger tadi ahhhh, dodol banget sih kamu, Dara, pintar sedikit, nggak bisa ya?” emosinya memaki diri sendiri.
Dengan napas yang berat, dia kembali melangkahkan kakinya kembali ke toko untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
Beginilah Dara, sosok yang ceroboh, lemot bahkan pelupa, membuat dirinya pusing sendiri dengan sikapnya.
“Ahhh dapat,” serunya senang, ketika berhasil mendapatkan ponselnya kembali.
“Harus segera memesan barang ini, sebelum besok toko buka dan barang belum sampai,” ucapnya bermonolog sendiri.
Dara terus memainkan ponselnya sambil terus berjalan tanpa peduli dengan sekelilingnya. Hingga menabrak seseorang yang membuatnya terpental jauh. “Aaawwwwhhhhhhh,” teriaknya kesakitan, membuat orang yang ditabraknya menatap bingung.
“Kenapa melihatku seperti itu?” bentak Dara kesal, ketika sosok di hadapannya ini hanya diam mematung melihatnya terjatuh.
“Kenapa kamu yang jatuh, Miss? Kan saya yang kamu tabrak,” sahut sosok itu. Sontak membuat Dara terdiam menahan malu.
“Oh iya ya, kan aku yang tabrak ya,” sahut Dara pelan, yang dibalas anggukan kepala oleh sosok itu.
Dara mencoba untuk bangkit sendiri, namun dia terdiam ketika melihat tangan yang terulur di hadapannya, Dara mencoba untuk tersenyum tipis dan menerima uluran tangan itu. “Terima kasih,” ucapnya pelan.
“Sama-sama,” balas sosok itu.
“Justin,” sambung sosok itu memperkenalkan dirinya.
Dara terdiam bingung menatap pria itu yang sedang tersenyum ke arahnya. “Ha?” sahut Dara yang masih belum sadar.
“Justin. Nama aku Justin. Nama kamu siapa?” tanya pria itu lagi.
“Oh, nama aku Dara,” sahutnya pelan, merasa canggung dengan orang yang baru.
Justin tersenyum manis ke arah Dara, membuat Dara merasa terpanah dengan senyum pria yang menampilkan lesum pipit di pipinya.
“Manis banget,” lirihnya pelan, menatap ke arah Justin tanpa mengedipkan matanya.
Justin tersenyum mendengar pujian secara langsung yang keluar dari mulut wanita ini.
“Kamu juga cantik kok, imut lagi,” balas Justin memuji Dara kembali, membuatnya tersadar dari lamunannya menatap sosok Justin.
“Eh maaf, bukan begitu maksud aku,” seru Dara glabakan, menahan malu karena ketahuan menatap orang sembarangan.
“Ah, tidak masalah, Dara, bukankah itu hak manusia masing-masing ya?” balas Justin dengan suaranya yang lembut.
“Ahhh iya, benar kamu benar, kalau begitu aku permisi dulu,” pamitnya buru-buru.
Namun belum sempat dia berjalan jauh, Justin sudah memanggilnya lagi, “Tunggu, Dara,” teriak Justin, segera berlari menyusul Dara.
“Ada apa?” tanya Dara, ketika melihat Justin yang berada di hadapannya.
Justin tersenyum dan terlihat mengeluarkan dompetnya lalu mengambil sebuah kartu nama di dalamnya.
“Aku pernah melihatmu berada di sebuah klub, dan aku berminat untuk menawarkanmu sebuah pekerjaan yang lebih menjanjikan,” tandas Justin, menawarkan sebuah pekerjaan baru untuk Dara.
Dara hanya diam saja karena kalimat Justin itu belum masuk dan menyerap di otaknya dengan baik. “Ehm, maaf kamu ngomong apa ya? Aku nggak ngerti,” jawab Dara gugup. Dia malu ketika orang lain mengetahui bahwa dirinya lemot dalam berpikir.
Justin langsung menyerahkan kartu nama yang tadi diambilnya dari dompet. “Aku adalah seorang produser sekaligus sutradara film, dan aku ingin menjadikanmu salah satu aktris dalam film baru yang akan saya kontrak, apa kamu berminat?” ucap Justin menjelaskan niatnya.
Dara tersenyum manis, dan langsung mengambil kartu nama itu. “Baiklah, aku pikir-pikir dulu ya, kalau minat aku akan menghubungimu,” jawab Dara sambil menundukan kepalanya hormat.
“Jika sudah tidak ada lagi, aku permisi dulu ya, sudah sore soalnya saya harus segera balik ke rumah,” pamitnya undur diri.
“Eh,iya silahkan Dara, segera kabarin ya, jika berminat. Aku sangat berharap jika kamu mau menjadi aktrisku,” sahut Justin, yang hanya dijawab anggukan kepala oleh Dara.
“Oke, nanti aku kabarin, bye Justin,” sapanya, sebelum melangkahkan kakinya pergi.
“Bye Dara,” balas Justin, ketika jarak Dara sudah mulai jauh.
**To Be Continue. *
hey teman - teman, Cerita Mimin kali ini kurang menarik ya?? kok sepi banget Likenya 😭
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti **🙏🏻🙏🏻 dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal 😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘 *
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh **😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
**Sebelum baca cuman mau ingatin ya teman-teman, di Like dulu oke **🥰
**Jangan sinder **😘😘
🌹 **Happy Reading **🌹
Setelah berbicara dan berkenalan dengan Justin tadi, Dara langsung sesegera mungkin pulang ke rumah untuk bersiap-siap pergi ke klub, karena waktu yang sudah sangat lewat, membuatnya harus terburu-buru.
“Huftt, sudah jam 6 sore, aku harus cepat,” gumam Dara, sambil terus mengakseskan make-up tipis di wajahnya.
Beginilah Dara. Dia mungkin memang seorang wanita pekerja malam, namun dia tidak menjual dirinya. Dia hanya dancing dan bernyanyi tanpa boleh disentuh oleh siapa pun. Dan itu sudah perjanjian dia dengan pemilik klub sedari awal.
Sebab itulah mengapa dia tidak memakai make-up yang berlebihan seperti wanita lainya.
Setelah selesai menghias dirinya, Dara dengan segera berangkat ke klub yang tidak jauh dari tempatnya tinggal.
******
Dentuman musik mulai terdengar, terlihat pasangan dan muda-mudi yang tengah menari sana-sini, namun ini belum jamnya Dara untuk naik ke atas panggung.
Dara duduk di tempat biasanya di sebelah meja bar, dan melihat ke sekelilingnya mencari sosok pria yang kemarin dia gangguin.
“Cari siapa, Dar?” tanya DJ, dengan tiba-tiba hingga mengejutkannya.
Sontak saja Dara memeganggi jantungnya yang nyaris copot karena perbuatan sahabatnya ini. “Oh dammn! Kamu mengagetkanku saja,”seru Dara, sambil memukul pelan lengan pria itu.
“Heheh apa kamu mencarinya?” tanya DJ lagi dengan tertawa melihat tingkah Dara yang selalu saja seperti itu.
Dara hanya mengedikkan bahunya singkat, merasa enggan menjawab pertanyaan Dj, dan kembali menganggukkan kepalanya menikmati alunan musik yang sedang berputar.
Hingga sampai akhirnya musik kembali terdengar dan menandakan Dara harus segera naik ke atas panggung. “Apakah dia benar-benar tidak datang?” tanya Dara dengan berterial di telinga DJ, karena suara musik yang begitu nyaring bahkan teriak pun tidak akan terdengar.
“Tidak tahu,” jawab DJ sambil menyiapkan beberapa minuman untuk para tamu.
Dara yang kesal, akhirnya memilih untuk naik saja ke atas panggung, dan menari seperti biasanya tanpa ada yang mengganggu pikirannya.
Setelah dia menyanyikan beberapa lagu, barulah Dara turun dari atas panggung.
Bugghhh, “Aduh,” keluh Dara ketika dirinya tidak sengaja menabrak seseorang.
“Hey, Sayang,” sapa seorang pria yang selama ini mengejarnya.
Sontak saja mata Dara membulat dengan sempurna melihat sosok pria tidak warasa yang berada di hadapannya. “Kamu,” lirihnya pelan.
“Iya, Sayang, ini aku. Akhirnya kita ketemu juga, kan,” respon pria itu yang tidak lain adalah Joel, pria yang selalu mengejar dan memaksa Dara untuk menerima cintanya.
“Lepaskan tanganku!” ketus Dara, berusaha melepaskan genggaman Joel dari tangannya.
“Oh, tidak semudah itu, Sayang. Sudah lama kamu menghindariku, dan saat ini aku sudah mendapatkanmu, maka kamu harus ikut denganku,” ucapnya penuh penekanan.
“Tidak, lepaskan,” jeritnya ketika Joel mulai menariknya secara paksa.
Namun tiba-tiba saja ada sosok yang datang menolongnya. Buggghhhh,,buggghhhh.
“Justin,” lirih Dara pelan karena mengenal sosok tersebut.
Justin tersenyum tipis ke arah Dara, “Hey, Dara kita ketemu lagi,” balas Justin lembut. Lalu kembali beralih pada Joel yang mencoba untuk melawannya.
Perkelahiaan pun terjadi di antara Joel dan Justin, hingga tidak sengaja Justin mendorong Joel ke meja kaca hingga kepala pria itu, bocor dan mengeluarkan banyak darah.
Dara yang panik langsung menarik tangan Justin untuk keluar dari klub itu. “Ayo cepat, cepat, kita harus pergi sekarang juga,” ajak Dara dengan tergesa-gesa.
Dia takut jika karena menyelamatkan dirinya, Justin akan terkena masalah yang berat.
“Dara, kenapa kita berlari dan kabur seperti ini?” tanya Justin, ketika mereka sedang berlari dari kejaran anak buah Joel.
“Kita harus segera pergi, Justin. Lebih baik kamu sekarang pulang ke tempat kamu berasal, dan aku akan mencari negara lain untuk kabur dari kejaraan mereka,” seru Dara dengan kalimat penuh penekanan.
Setelah itu, Dara langsung melepaskan tangan Justin dan meninggalkannya begitu saja, bahkan dia lupa mengucapkan terima kasih kepada Justin karena sudah menolongnya.
Dengan tubuh gemetaran Dara berlari masuk ke dalam rumah sewaanya, untuk mengemasi barang-barangnya, tak lupa dia mengirimkan pesan pada DJ untuk mengambil alih toko yang dia punya.
“Aku harus pergi, aku takut mereka akan membunuhku,” gumam Dara dengan rasa ketakutan yang sangat besar.
Selesai dirinya mengemasi barang-barang penting, Dara langsung keluar dari rumah itu, namun betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok Justin yang berada tepat di depan pintu rumahnya. “Kamu sedang apa di sini? Kamu mau mati? Ini bukan main-main Justin, kamu--," ucapnya terhenti ketika Justin, membekap mulutnya dan menariknya secara paksa untuk masuk ke dalam taxi.
“Lepaskan aku! Apa maumu sebenarnya?” bentak Dara yang merasa jika Justin juga sedang berniat jahat kepadanya.
“Ssttttt Dara, bisa diam sedikit, tidak! Suara kamu itu berisik sekali, tenanglah aku hanya ingin membantumu kabur,” tandas Justin, pusing mendengar Dara teriak-teriak seperti ini.
“Kamu mau bawa aku ke mana?” tanyanya dengan sedikit membentak, lalu menyilangkan tangannya di dada sambil mengerucutkan bibirnya.
Justin tersenyum menanggapi sikap Dara yang menurutnya childish ini, “Indonesia,” jawabnya santai, namun berhasil membuat mata Dara nyaris terkeluar dari tempatnya.
“What? Kenapa Indonesia? Aku tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia,” tolaknya pada Justin.
Namun Justin hanya tersenyum tipis dan enggan menjawab pertanyaan Dara, dia lebih memilih mengangkat teleponya yang sedang berdering itu.
“Yes, Darling,” sahutnya pada panggilan telepon.
Membuat Dara terdiam dan mengetahui bahwa Justin sudah mempunyai kekasih atau bahkan seorang istri.
Dara terdiam menatap jalanan sampai Justin kembali menegurnya ketika panggilan teleponya selesai. “Istri kamu?” tanya Dara penasaran.
Justin menggelengkan kepalanya pelan. “Bukan, tapi dia baru kekasihku, mungkin beberapa bulan lagi baru kami akan menikah,” jawabnya menjelaskan terhadap Dara.
“Oh,” balas Dara singkat, merasa bahwa pembicaraan ini sangat-sangat tidak penting. Yang dia tahu dia harus menjaga jarak dengan Justin agar kekasih dari pria ini tidak akan salah paham padanya.
Dia tidak ingin menjadi seorang wanita perusak hubungan orang yang sudah terjalin lama, Justin sudah baik kepadanya, maka dirinya tidak boleh merusak kebahagiaan Justin dengan wanita yang dia cintai itu.
Jakarta 10:00 Wib
Zein baru saja terlihat selesai menyelesaikan rapat dewan bersama dengan Aiden dan yang ianya. Dan langsung segera kembali ke ruangannya.
“Sampai kapan kamu mau di sini?” tanya Aiden tiba-tiba masuk ke dalam ruangan adiknya itu.
Zein mengedikkan bahunya singkat menanggapi kata-kata dari Aiden. Sedangkan Aiden lagi-lagi hanya bisa menghela napasnya kasar melihat sikap Zein yang sangat-sangat dingin ini.
“Zein, untuk meeting bersama dengan pihak swasta, aku meminta agar kamu yang menemuinya, karena aku harus berangkat ke Jerman siang ini, dan, oh ya, kamu juga harus terus memperhatikan Griffin, ingat itu,” ucap Aiden memberikan perintah pada Zein.
“Oke,” jawab Zein singkat dan padat.
**To Be Continue. *
hey teman - teman, Cerita Mimin kali ini kurang menarik ya?? kok sepi banget Likenya 😭
**Note : teman-teman, kalau bisa babnya jangan di tabung ya, karena itu akan berpengaruh dengan Level yang akan Mimin dapatkan nanti **🙏🏻🙏🏻 dan Akan mimin pastikan bahwa karya ini bukanlah promosi, dan akan selalu ada di sini sampai tamat.
Dan Jangan lupa yah, dukunganya🥰 jangan Sinder.
Woy sedekah woy!!!! Jempolnya itu di goyangk'an jempolnya😎
*Jangan pelit! Mimin, jangan jadi pembaca gelap woy, legal 😭Like,Komen,Hadiah,Dukungan dan Votenya ya semua para pembaca yang terhormat, jangan lupa biar Mimin lebih rajin lagi Updatenya****😘😘 *
**Kalo malas-malasan entar Mimin juga malas-malasan loh **😭😭😭
Terima kasih🙏🏻🙏🏻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!