Raisa Maheswari terlahir dari keluarga kaya dan terpandang di kota nya. Ayahnya yang seorang pengusaha sukses, mampu membeli tanah di desa dan membangun rumah yang sangat megah di daerah perkebunan di kota Bandung.
Perusahaan ayahnya bergerak di bidang ekspor impor, sukses menembus pasar manca negara. Tak heran kalau kedua putrinya Raisa Maheswari dan sang kakak Tiara Andini hidup dalam kemewahan.
Namun, petaka datang tatkala ayahnya meninggal setahun yang lalu karena penyakitnya. Ibunya memutuskan untuk menikah lagi dengan Feri. Dia adalah bawahan ayahnya yang bekerja di perusahaan. Usianya masih muda dan dia seorang yang royal.
Kegemaran nya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia memanfaatkan harta keluarga Raisa dan menghambur-hamburkan seenaknya. Ibunya Diana sudah lelah dengan perilaku kejam dari Feri. Tak jarang ibunya kerap kali di pukuli kalau mengkritik perilaku suami mudanya tersebut. Alhasil, kerap kali Diana memilih minum obat tidur dan melupakan tingkah laku suaminya yang bejat tersebut.
Sudah habis harta dari keluarga Raisa akibat ulah Feri. Sekarangpun, hutang nya menumpuk di mana-mana. Kakak perempuan nya Tiara sudah menjadi korban dari ulahnya tersebut.
Dia menikahi pengusaha tua yang kaya raya untuk menebus hutang Feri. Tentu saja orang tua itu sangat senang mendapatkan daun muda secantik Tiara. Walaupun sekuat tenaga dia melawan, tetap tak akan bisa menandingi kekejaman Feri, ayah angkatnya.
Mereka hanya harus tunduk pada perintahnya. Ibu kandung nya sendiri pun tak kuasa menolongnya. Dia hanya masuk ke kamar setiap kali Feri menghukum putrinya.
Kali ini pun hal yang sama terjadi. Feri masuk ke kamar Raisa dan menghajarnya. Dia mencambuk badan nya tanpa ampun. Hanya karena Raisa menolak di jodohkan dengan pengusaha tua.
"Aku tak mau menikah dengan nya,, orang itu sudah tua, dia pantas jadi ayah ku".
"Jadi kau berani melawan ku Raisa??".
"Rasakan ini,, kau harus belajar sopan santun dan menghormati orang tua".
"Di rumah ini, apapun yang ku inginkan, maka itu yang akan terjadi".
"Ibumu sekali pun selalu mematuhi perintah ku".
"Apalagi kau yang hanya gadis bau kencur".
"Ampun Feri,, lepaskan aku,,, ini sakit sekali".
"Aku akan berhenti mencambuk mu hanya jika kau mau menikah dengan Baron, tua bangka itu".
"Aku tidak Sudi menikah dengan nya..!!!!".
"Ibu,,,tolong aku....ini sakit sekali Bu!!".
"Katakan ya,, dan aku akan berhenti menyiksamu".
"Tidak,, aku tidak akan pernah mau".
"Kau memang keras kepala,,".
"Dengar,, setuju atau tidak, kau akan tetap menikah dengan Baron".
"Persiapkan diri mu,, kita berangkat ke rumahnya besok pagi".
"Aku sudah membayangkan, berapa banyak uang yang akan dia berikan untuk harga dari tubuh mu itu".
Tiara dan Diana sejak tadi hanya bisa berdiam diri di kamarnya. Mereka mendengar teriakan kesakitan Raisa, namun tak kuasa menolongnya. Diana bahkan menutup kepalanya dengan bantal, agar dia tidak merasakan jeritan putri bungsu nya.
Tiara keluar dari dalam kamarnya, setelah memastikan ayah tirinya itu sudah pergi. Dia lalu masuk ke kamar adiknya. Tiara memeluk erat Raisa yang masih menangis di pojok kamar menahan nyeri di punggung nya.
"Kemarilah,, biar aku obati luka mu".
"Seharusnya kau tak melawan orang itu,, lihat akibatnya pada mu".
"Punggung mu hancur penuh dengan luka bekas cambukan".
"Lalu aku harus sepeti kakak,, menikah dengan laki-laki tua yang sama sekali tidak ku cintai".
"Aku tak mau bernasib sama seperti mu,, aku ingin mendapatkan jodoh ku sendiri".
"Dengar Raisa, kadang dalam hidup keinginan tak sejalan dengan kenyataan".
"Kau hanya harus menerima dan menjalaninya saja".
"Lama-lama kau akan terbiasa dengan itu semua".
"Itu bagi mu kak,, tapi tidak untuk ku".
"Aku akan menjemput takdir ku sendiri".
"Lihat saja nanti,,aku pasti akan bisa pergi dari tempat ini".
"Aku tak mau menerima nasib seperti diri mu".
"Menjadi penebus hutang-hutang Feri".
"Pelan kan suara mu Raisa, kasihan ibu kita".
Diana menyuruh adiknya berbaring menelungkup dan mengoleskan salep pada lukanya. Sekujur tubuhnya luka memar dan berdarah akibat pukulan cambuk dari Feri.
Diana bisa merasakan bagaimana sakitnya. Toh dia juga pernah mengalaminya dulu, sebelum akhirnya pasrah di nikahkan dengan tuan tanah.
"Pelan-pelan kak, ini sakit sekali".
"Sabar sebentar,, tunggu.....tahan, aku sudah meniup nya".
Diana meneteskan air mata meratapi nasib mereka bertiga, selepas di tinggal oleh ayah nya. Harapan dapat hidup lebih baik dengan mempunyai ayah tiri, nyatanya semua itu hanya angan belaka. Mereka justru terjerumus jatuh ke dalam kesengsaraan.
"Istirahat lah sebentar, mumpung Feri sedang pergi".
"Usahakan untuk mendengarkan nya, agar kau tidak seperti ini lagi".
"Kakak harus pulang, ini sudah terlalu lama".
"Kakak takut suami kakak nanti marah saat tidak melihat ku di rumah".
"Terima kasih kak,, sering-sering lah mampir kemari".
"Setidaknya ibu akan senang dengan kedatangan mu".
"Jaga diri mu baik-baik Raisa,, kakak pulang dulu".
Tiara melangkah keluar kamar dan berpamitan dengan ibunya.Dia harus segera kembali ke rumah, atau suaminya akan marah nanti. Sepeninggal Tiara, Raisa ke kamar ibunya. Dia menangis di pangkuan nya. Merasakan kesedihan dan nyeri akibat luka di tubuhnya.
"Ibu,, aku sudah tidak tahan lagi hidup di sini".
"Suami ibu sangat kejam".
"Dia pikir bisa seenaknya mengatur hidup ku".
"Aku tak mau menuruti kemauan nya bu".
"Aku ingin hidup bebas".
"Sayang,, ibu tak bisa banyak membantu".
"Ini semua memang salah ibu, menikahi pria yang ternyata seorang penjahat".
"Ibu tak bisa berbuat apa-apa, dia sudah mengambil semuanya dari kita".
"Pergilah,, ibu merestui mu,, apa pun yang kau lakukan, ibu akan selalu mendukung mu".
Walaupun tidak menangis, Raisa yakin hati ibunya pasti hancur. Dia pasti merasa sangat bersalah. Sampai kedua putri nya pun ikut menjadi korban. Dia sendiri sudah sakit-sakit an. Dan ternyata hartanya sudah di habiskan oleh Feri di meja judi.
Raisa bertekad untuk melawan perkataan Feri. Walaupun dia bersikeras untuk membawanya ke rumah keluarga Baron. Dia
akan mencari cara untuk bisa keluar dari sana.
Baron adalah tuan tanah terkenal di kota Bandung. Dia sering main wanita, berjudi dan mabuk-mabukan. Usia nya lebih tua dari Feri. Dan dia belum punya istri. Setiap hari dia selalu bertemu Feri di klub tempatnya berjudi, jadi Feri menawarkan Raisa dengan nilai yang tinggi untuk Baron. Sial nya lagi, Baron menyetujui tawaran dari Feri. Mengingat Raisa adalah gadis tercantik di lingkungan nya.
Kini hanya tinggal menunggu malam tiba, dan Raisa harus bersiap-siap untuk pergi ke rumah Baron. Mereka sudah mempersiapkan pernikahan keduanya.
Raisa tak punya pilihan lain. Mau tak mau dia harus ikut pergi bersama Feri besok pagi. Kalau tidak, dia akan mendapatkan siksaan yang sama lagi. Dan Raisa yakin kali ini tak mungkin bisa melawan Feri. Dia hanya berharap ada keajaiban yang akan membantu dirinya keluar dari situasi sulit seperti ini.
...****************...
"Ayo,, bangun.....dasar gadis pemalas!!!!".
"Cepat mandi dan kenakan pakaian yang bagus,,, aku tunggu kau di luar".
"Aku tak mau Feri,,, kau saja yang pergi ke sana, aku tak mau menikah dengan Baron".
"Kau mau aku cambuk lagi,,hah.....!!!".
"Jangan menguji kesabaran ku Raisa,, ku tunggu kau di bawah".
Raisa masih berdiam diri di atas tempat tidurnya. Luka cambukan di tubuhnya menyisakan rasa perih dan ngilu. Apalagi kalau Feri nanti mencambuknya lagi,, bisa-bisa Raisa langsung mati di buatnya. Dia tak bisa melawan. Mau tak mau, Raisa harus segera berpakaian, atau Feri akan melaksanakan ancaman nya.
"Anak itu sungguh membuat kesabaran ku hilang".
"Aku harus menyeretnya keluar sekarang juga".
"Tunggu Feri,, biar aku saja yang memanggilnya".
"Kau tunggu di sini saja, mungkin Raisa sedang berpakaian".
Bibi Nancy berdiri dan berjalan ke kamar Raisa. Dia adalah adik perempuan Feri. Dia seorang janda, suaminya meninggal karena kecelakaan. Dia tinggal sendiri di rumah suaminya karena belum punya anak.
Feri memintanya untuk menemani Raisa di rumah Baron sampai hari pernikahan tiba. Rencananya Baron akan menggelar pesta yang meriah nanti. Dan tidak mungkin bagi ibu Raisa menemani anaknya karena kondisi kesehatan nya.
"Kau masih belum siap Raisa ???".
"Cepatlah berpakaian, atau nanti kakak ku kemari dan memukul mu".
"Kau jangan takut, aku yang akan menemani mu di rumah Baron nanti".
"Tapi bibi, aku tak mau menikah dengan Baron".
"Tolonglah aku bibi, bilang pada Feri untuk mengurungkan niatnya itu".
"Untuk urusan ini, aku tak bisa membantu mu".
"Kakak ku itu sangat keras,, bisa-bisa nyawamu melayang kalau kau tak mau menuruti keinginan nya".
"Ayolah Raisa, tak ada salahnya kau menikah, kau hanya harus diam dan memenuhi kebutuhan suami mu, dan kau akan jadi ratu".
Bibi Nancy membantu Raisa bersiap dan mengemasi pakaian nya. Dia kemudian membawa Raisa ke ruang tamu. Mereka segera berangkat ke rumah Baron untuk acara pernikahan. Walaupun Sepanjang jalan Raisa tak berhenti menangis, hati Baron tetap tidak tersentuh. Demi harta, dia rela menjual anak tirinya sendiri.
Mobil Feri memasuki pelataran rumah besar kediaman Baron. Mereka segera turun dari mobil. Pria paruh baya itu menyambut Raisa, dengan tatapan bak serigala yang lapar. Raisa sendiri bersembunyi di belakang tubuh bibinya, saat mereka masuk ke dalam rumah.
Di ruang tamu, Baron duduk di samping Raisa. Dia diam saja tak memperdulikan lelaki tersebut sama sekali. Sementara yang lain nya bercakap-cakap, rupanya tangan Baron asyik menjelajahi bagian belakang tubuh Raisa. Dia juga meremas pantat gadis itu sambil mengedipkan mata nakal ke arahnya.
"Baiklah.....sampai akad nikah lusa, kalian menginap di sini saja".
"Aku sudah siapkan kamar bagi kalian bertiga".
"Dan khusus untuk mu Raisa, kamar mu ada di sebelah kamar ku".
"Dengan begitu, kita bisa lebih cepat akrab satu sama lain".
"Kalian boleh beristirahat dulu,, biar aku yang antar Raisa ke kamar nya".
"Bagaimana kalau aku tidur dengan bibi saja".
"Jadi kamar ku bisa untuk saudara mu yang lain".
"Pelajaran untuk mu Raisa,,aku tak suka di bantah".
"Bawa tas mu dan ikuti aku sekarang".
Raisa masih terdiam di tempatnya. Sementara Feri sudah memasang raut wajah yang kesal. Sampai akhirnya bibi Nancy yang akhirnya membujuk Raisa. Dia melangkah mengikuti pria yang sebentar lagi akan jadi suaminya itu.
Baron memutar kunci kamar yang akan di tinggali Raisa sementara sebelum mereka
menikah nanti. Raisa membawa tas nya masuk ke dalam kamar yang super mewah. Tempat tidur berukuran king size, sofa serta lemari es kecil ada di dalamnya.
Baron duduk di ranjang sambil memperhatikan Raisa yang tengah menaruh tas nya. Pria itu memandang Risa dengan tatapan lapar. Perutnya yang gendut dengan wajah gelap, membuat Raisa takut kepadanya.
"Duduklah kemari, aku ingin berbicara dengan mu".
"Sebaiknya anda pergi tuan, tak enak kalau ada yang melihat nanti".
"Memangnya kenapa, ini rumah ku dan sebentar lagi kau akan jadi istri ku".
"Jadi, aku bebas melakukan apa pun di sini".
"Cepat kemari, sekarang juga....!!!".
Raisa memandang wajah Baron. Seringai nya terlihat sangat menjijikan. Dia enggan untuk mendekat ke padanya.
Baron sudah terlihat marah. Dia mendekati Raisa dan mengungkungnya di tembok dengan kedua lengan besarnya. Tangan kasarnya menyapu wajah Raisa.
"Kau terlihat sangat cantik!!".
"Tak salah kalau aku menerima mu jadi istri ku".
Dengan gerakan kasar, Baron mendekat kan mulutnya ke bibir Raisa. Laki-laki itu memaksa untuk menciumnya. Raisa ingin berontak, tetapi badan Baron jauh lebih besar.
Dia pasrah ketika lidah Baron menjelajahi bibir nya dengan gerakan kasar. Sementara tangan Baron yang lain bergerilya di payudara Raisa.
Gadis itu tak hilang akal. Dia segera menendang perut Baron dan mendorongnya ke belakang. Raisa kemudian mencoba berlari ke luar kamar, namun pintunya sudah dikunci dari dalam. Dia berteriak minta tolong, sampai bibinya datang mengetuk pintu nya.
"Dasar gadis bodoh,,,benar-benar tak tahu di untung !!!".
"Persiapkan diri mu,, nanti malam aku akan datang kembali ke kamar mu".
"Kita akan bersenang-senang,,, dan ku pastikan, malam ini tidak akan ada yang bisa menyelamatkan mu".
"Malam ini kau akan jadi milik ku".
Baron melangkah ke luar dan membuka kunci pintu kamar Raisa. Bibi Nancy segera menghampiri keponakan nya yang terduduk lemas sambil menangis. Dia segera memeluk keponakan nya dengan erat.
"Bawa aku pergi dari sini bibi,, aku takut sekali".
"Laki-laki itu sungguh menjijikkan".
"Tingkah lakunya seperti binatang,, aku tak mau jadi istrinya".
"Tolong bibi,, selamat kan aku,, ku mohon!!".
"Tenang lah Raisa,, kau akan terbiasa nanti".
"Dia akan jadi suami mu, jadi wajar kalau dia ingin mengenal mu".
"Ini hanya soal waktu,, lambat Laun kau pasti mencintai nya".
"Tidak bibi,,aku tak akan pernah jatuh cinta pada nya".
"Aku benci melihatnya,, sangat sangat membencinya".
Bibi Nancy masih berusaha menenangkan Raisa. Dia sangat mengerti perasaan keponakan nya. Namun, dia juga tak bisa berbuat banyak. Feri akan menghukumnya kalau sampai Nancy berani menolongnya.
Melihat perlakuan Baron, tekad Raisa sudah bulat. Dia akan meninggalkan rumah ini secepatnya. Raisa tidak mau hanya menjadi pelampiasan nafsu lelaki tersebut. Kalau bibinya tidak mau menolongnya, dia sendiri yang akan melakukan nya.
Setelah makan malam, Raisa langsung kembali ke kamarnya. Yang lain masih berkumpul di ruang makan untuk berbincang-bincang. Raisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk diam-diam pergi dari rumah Baron. Dia meninggalkan barang-barang nya
agar tidak ada yang curiga.
Raisa berjalan mengendap-endap di taman belakang. Ada pintu kecil yang terhubung ke sungai. Dalam kegelapan malam, dia mencoba membuka pintu dan langsung meloncat ke dalam sungai. Air yang dingin membuat tubuhnya menggigil, namun dia berusaha lari menyusuri tepian sungai agar Baron tidak menemukan nya. Entah lah,, di mana sungai ini akan bermuara. Yang jelas, saat ini hanya itu yang bisa di lakukan oleh Raisa.
...****************...
Raisa terus melangkah menyusuri tepian sungai. Dia sengaja menyamar menjadi seorang laki-laki. Dengan mengenakan sweater dan celana panjang, serta topi untuk menyembunyikan rambutnya yang panjang.Hal itu sengaja di lakukan agar orang tidak curiga, kalau dirinya kabur dari rumah Baron.
Raisa sampai di perkebunan teh yang sangat luas. Ada gasebo di sebelah sungai. Tak terlalu jauh dari kebun teh, ada rumah megah. Raisa yakin, pemilik kebun teh itu tinggal di sana. Dia kemudian beristirahat di dalam gasebo. Badan nya terasa sangat capek. Kakinya lecet-lecet dan luka di punggungnya masih terasa nyeri.
Semalaman Raisa tidur di gasebo dengan menahan kedinginan. Pagi-pagi buta, dirinya di kejutkan dengan teriakan dua orang remaja yang membangun kan dirinya. Rupanya mereka adalah sepasang remaja kembar.
"Hei,, bangun....kau mau mencuri ya di kebun kami??.
"Enak saja,, aku bukan pencuri!!".
"Lalu, kenapa kau ada di sini??".
"Aku cuma istirahat sebentar saja disini,, ini aku sudah mau pergi".
"Enak saja,, sudah masuk kebun kami, dan sekarang mau pergi??".
"Ayo, kita bawa ke ayah sekarang,, pemuda ini harus di beri pelajaran".
Kedua pemuda tersebut menyeret Raisa masuk ke dalam rumah mereka. Kebetulan ayahnya baru kembali dari jalan-jalan di kebun teh. Dia sedang duduk di bangku taman, ketika mendengar suara ribut dari kedua anak laki-lakinya.
"Ayah,, lihat....kami sudah menangkap pencuri yang masuk ke kebun kita".
"Untung, kami memergoki nya, kalau tidak mungkin dia sudah masuk ke dalam rumah.
Romi menarik tangan Raisa dengan kasar dan membuka topinya. Sementara, saudara satunya memegangi tangan Raisa. Keduanya terkejut ketika melihat rambut panjang Raisa tergerai ke bahunya.
"Rupanya, kau seorang wanita,, sedang apa kau disini sebenarnya".
"Cantik juga rupanya gadis ini,, kalau begitu biar buat ku saja".
"Enak saja,, aku yang menemukan nya lebih dulu".
"Lagipula kau sudah punya pacar Liza kan??".
"Jangan serakah Romi,, gadis ini lebih cocok dengan ku".
"Sudah,, jangan berdebat, tinggalkan gadis itu, biar aku yang mengurusnya".
"Kalian segera mandi dan berangkat sekolah".
"Baik ayah".
Romi menyerahkan tangan Raisa yang terikat kepada ayahnya. Pria itu mengamati penampilan Raisa dari atas ke bawah. Dia kemudian menyibakkan kaosnya,, tampak oleh David kalau Raisa mengikat kencang ***********.
"Lepaskan aku tuan,, kau jangan kurang ajar".
"Lebih baik kau diam,, atau aku akan menyerahkan mu pada polisi".
Raisa menuruti perkataan David, karena tak mau di laporkan ke polisi. David lalu melepaskan ikatan kain yang membelit ***********. Sekilas tampak luka memar dan bekas cambukan di sekujur tubuh Raisa.
"Siapa yang melakukan ini pada mu".
"Luka mu sangat parah, sebaiknya kau masuk, biar ibu ku yang mengobati mu".
"Ini ulah ayah tiri ku,, dia memaksaku menikah dengan Baron, tuan tanah di seberang desa ini".
"Aku tak mau, makanya aku kabur dari sana".
"Aku benar-benar tidak berniat mencuri tuan".
"Tolong,, jangan kembalikan aku padanya, laki-laki itu sungguh kejam dan menjijikkan".
"Aku bisa bekerja di tempat mu, setelah itu aku akan pergi ke tempat saudara ku".
"Aku mohon, tolonglah aku tuan!!".
Mendengar nama Baron, laki-laki itu sepertinya menjadi tertarik. Sudah lama dia menunggu kesempatan untuk bisa membalas dendam. Hari ini mungkin keberuntungan sedang berpihak padanya.
David melepaskan ikatan tangan gadis muda di depan nya. Dia kemudian menyuruhnya untuk duduk.
"Katakan, siapa namamu , dan darimana asal mu".
"Nama ku Raisa,aku berasal dari Bandung, aku kemari untuk di jodohkan oleh seorang bernama Baron".
"Di hari pertama kami bertemu, dia sudah berbuat tidak senonoh padaku".
"Makanya aku kabur dari rumahnya".
"Lalu, kau pikir Baron tidak akan mencari mu??".
"Mungkin,,, tapi setidaknya untuk sementara, aku aman di sini".
"Kenapa kau begitu yakin, aku mau memberi mu tempat berlindung??".
"Entah lah,,,tapi ku harap kau mau menolong ku".
"Aku bersedia melakukan apa saja, asal aku terbebas dari laki-laki itu".
"Baiklah,, ikut lah bersama ku, biar bi Ima mengobati luka mu".
Raisa mengikuti langkah David masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang sangat megah dengan ornamen dari Cina menghiasi setiap sudut ruangan. Lantainya bertingkat dua, dan bagian atas merupakan kamar pribadi pemilik rumah. Raisa tampak kagum melihat kemegahan rumah David.
"Bi Ima,, cepat kemari".
"Iya tuan.!!!".
"Bawa gadis ini ke atas dan obati luka di punggungnya, serta pinjamkan dia baju milik mama".
Bi Ima adalah asisten rumah tangga di rumah David. Dia sudah lama bekerja di sana. Dia selalu mematuhi perintah tuan nya itu tanpa pernah membantah sedikit pun. Makanya David sudah menganggap bi Ima sebagai keluarga nya sendiri.
Keduanya menaiki tangga menuju ruang tamu. Saat itu nyonya Hilda baru saja keluar dari kamarnya. Melihat gadis yang di bawa bi Ima, dia merasa heran. Dia kemudian turun untuk meminta penjelasan kepada putranya.
"David,, siapa gadis itu, mama belum pernah melihatnya".
"Dia tunangan Baron yang kabur kemari ma".
"Apa,, lalu kenapa kau mengijinkan nya masuk".
"Karena akhirnya aku punya alasan untuk membalas dendam".
"Kalau berani, biar dia yang menjemput Raisa kemari, dan aku akan menghabisinya".
"Untuk sementara, biar gadis itu di sini, mama yang harus mengurusnya".
"Sebaiknya kau jangan mencari masalah".
"Kembalikan gadis itu sekarang juga".
"Sudah ku bilang, gadis itu akan di sini selama aku masih membutuhkan nya".
"Tugas mama hanya mengurusnya saja,, yang lain, itu urusan ku".
"Kasihan gadis itu,, dia tak tahu apa-apa, dan kau memanfaatkan nya".
"Mama tak usah ikut campur, biar ini jadi urusan ku".
Raisa turun bersama bi Ima dengan menggunakan gaun milik nyonya Hilda. Agak sedikit kebesaran,tapi nampak sekali kecantikan wajahnya, setelah di bersihkan.
"Raisa,, kenalkan ini mama ku, dia yang akan membantu mu selama kau di sini".
"Selamat pagi nyonya, maaf merepotkan anda".
"Namaku Hilda, aku seperti tak asing dengan wajah mu".
"Dulu aku punya teman di kota Bandung".
"Tapi, itu sudah lama sekali".
"Raisa, apa kau tak berniat kembali ke rumah Baron??".
"Bagaimana kalau dia nanti mencari mu".
"Kalau nyonya tak keberatan, ijinkan saya di sini nyonya".
"Saya tak mau menikah dengan nya".
"Baron sangat kasar dan kejam,, aku sangat membencinya".
"Mama dengar sendiri kan,, lupakan ide mama untuk mengantar Raisa ke sana".
"Dia akan disini selama dia suka".
"Dan kita akan memperlakukan dia layaknya tamu di rumah ini".
David berdiri dan berjalan menuju kamarnya.
Entah kenapa hatinya sangat senang. Dia sudah lama menantikan pertemuan dengan Baron. Dan kali ini, tunangan nya justru meminta perlindungan kepada musuhnya.
Suatu kebetulan yang sangat menyenangkan.
Mengingat kemarahan David kepadanya sudah di tahan nya selama ini. Kini ketika ada kesempatan, David akan membalas dendam pada Baron. Walaupun dengan begitu, dia harus memanfaatkan gadis polos yang tidak berdosa.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!