Cintya baru saja lulus dari sekolah SMP. Dia gadis sulung yang sangat manis, lesung pipit di pipi kanan - kirinya membuat seseorang mudah kagum padanya, dia juga ramah dan murah senyum, sehingga banyak teman yang menyukai dirinya.
Siang itu, Cintya dan teman - temannya berkumpul di rumah salah satu teman SMP nya, mereka saling berbicara tentang kelanjutan sekolahnya dan memilih sekolah favorit. Salah satu teman Cintya juga bertanya kepada Cintya, sekolah mana yang akan dia pilih. Tapi Cintya malah berkecil hati, karena ibunya tidak mampu untuk melanjutkan sekolah Cintya yaitu SMA.
Setelah mendapat ijasah dari sekolah, dia berniat untuk kerja agar bisa membantu perekonomian orangtuanya. Sebenarnya Cintya ingin sekali berada di posisi yang sama seperti teman - teman yang lain untuk melanjutkan sekolah SMA, tapi keadaan tidak memungkinkan, buat makan sehari - hari saja seadanya, biaya sekolah SMA cukup banyak, belum lagi untuk beli perlengkapan sekolahnya, butuh uang yang tidak sedikit.
Masih di rumah teman SMP, sambil mengobrol mereka menikmati makanan dan minuman yang di suguhkan oleh tuan rumah. Cintya mengambil sepotong kue, dia mencicipi dan meminum es jeruk yang telah di sediakan, begitu pula dengan teman - teman Cintya.
Salah satu teman Cintya menyarankan untuk masuk ke sekolah yang bebas biaya, supaya Cintya tetap bisa sekolah seperti teman - teman yang lain, tetapi Cintya lagi - lagi teringat beban orang tuanya.
Setiap hari Cintya membaca lowongan kerja yang ada di media sosial. Sepertinya dia tertarik dengan postingan seseorang, untuk bekerja di tempatnya. Dia pun mencoba menghubungi nomor telepon yang tertera pada postingan orang itu. Tempatnya jauh di luar kota, dan setelah di tunjukkan kepada temannya, ternyata itu adalah saudara dari salah satu teman sekolahnya.
"Menurut kamu kalo aku kerja di sini gimana,,? Jadi baby sister" ucap Cintya sambil menunjukan postingan seseorang.
"Tunggu deh, ini kan sodara gue, aku sering loh main kesini, biasanya 5 bulan sekali." jawab dari salah satu teman Cintya.
Ini sangat kebetulan bagi mereka, jadi Cintya tidak perlu khawatir dengan penipuan - penipuan yang sedang marak di berita TV.
Teman Cintya kembali bertanya tentang keberangkatan Cintya. "Lalu kamu mau berangkat kapan cin, aku harap setelah kamu bekerja, kamu tidak lupa yah sama kita semua. Kasih kabar sama kita yah. Kita gak mau kalau setelah selesai sekolah kita, selesai juga persahabatan kita." Ucap teman Cintya yang sedang berhadapan sambil menepuk satu pundak Cintya. Dia pun berjanji bahwa dia tidak akan pernah lupa dengan teman - temannya.
Cintya adalah anak dari Bu Sarah dan Pak Hadi, usia orangtua mereka juga masih cukup muda, keluarga Cintya terdiri dari 3 bersaudara, dia sulung dan mempunyai 2 adik yang masih sekolah. Adik pertama Cintya bernama Arie, dia duduk di bangku SMP kelas VII dan adik kedua Cintya bernama Dinar, dia masih duduk di bangku SD kelas 3.
Cintya ingin sekali membahagiakan keluarganya yang dari dulu hidup serba berkecukupan. Cintya harap setelah bekerja, dia bisa membahagiakan keluarganya, dengan cara mengajaknya liburan, beli sesuatu yang mereka pengin, beli makanan yang enak, dan semua yang diinginkan tercapai.
Ayah Cintya bekerja di sebuah Toko Bangunan. Sudah cukup lama Pak Hadi kerja di situ, hampir semua orang yang berada di toko itu mengenal pak Hadi, dari tua sampai yang muda, dari yang masih bujang sampai yang sudah punya cucu. Sering sekali teman - teman pak Hadi bertamu di rumah, sehingga keluarga Cintya juga mengenal teman - teman pak Hadi termasuk Cintya dan ibunya. Karena mereka yang sering membuatkan kopi untuk tamu ayahnya.
Besok pagi, Cintya mulai pergi merantau untuk bekerja, dia mempersiapkan segala sesuatu yang akan dibawa. Dia menyiapkan tas ransel besar yang berisi pakaian, alat mandi, alat sholat, dan yang lain. Tidak lupa juga membawa charger Hp.
Dia harus tidur cepat kali ini, karena pagi - pagi sekali dia harus datang ke Terminal untuk menunggu bus jurusan Jakarta. Ini pertama kali dia pergi ke jakarta naik bus sendirian. Dia membunyikan alarm di Hpnya dan mengingatkan ibunya juga untuk membangunkan dia.
"Mah jangan lupa bangunin Cintya yah, soalnya kalo telat bangun nanti ketinggalan busnya" perintah Cintya kepada Bu Sarah.
Ibu Sarah juga berharap anak pertamanya bisa membantu perekonomian keluarga mereka, dia sangat mendukung jika lulus sekolah Cintya langsung bekerja dan menghasilkan banyak uang.
Ibu Sarah sama sekali tidak memikirkan Cintya untuk lanjut sekolah seperti teman - teman yang lain, Bu Sarah pikir, untuk apa sekolah tinggi - tinggi, yang namanya perempuan pasti akan jadi ibu rumah tangga, percuma kalau sekolah tinggi - tinggi. Tidak perlu lagi sekolah tinggi.
Kata - kata itu membuat Cintya berkata demikian. Benar juga kata Cintya. Tetapi terkadang dia ingin seperti teman - teman yang usia segitu masih senang - senang bukan bekerja keras mencari rupiah karena dia baru berusia 15 tahun. Sebenarnya sekolah tinggi juga bisa menjamin pekerjaan, jadi kerjanya bisa terjamin di PT. Lulus SMP paling tidak harus mau kerja seadanya, seperti jadi PRT, dan Baby sister.
Untung saja Cintya sering main ke tetangga yang punya bayi, dia suka menggendong, dan memberi makan bayi, jadi dia sudah tau cara - cara untuk merawat bayi. Dia juga tau cara memandikan dan yang lain. Jadi dia sudah ada pengalaman untuk bekerja sebagai Baby Sister.
Tak lama kemudian Cintya pun tertidur. Baru 15 menit saja dia sudah terbangun, tak nyenyak tidur rasanya, kepikiran kalo besok mau berangkat untuk merantau. Dia mencoba membuka Hpnya untuk memutar lagu - lagu yang bikin dia tidur, dan ternyata itu berhasil membuatnya tertidur lelap, tak lagi terbangun.
5 Jam kemudian.
Alarm berbunyi, karena masih sangat mengantuk jadi dia mengabaikan bunyi alarm yang sudah di atur. Terdengar ketukan pintu dari luar, itu suara ibunya membangunkan Cintya. Saat melihat jam dinding yang ada di kamar Cintya langsung terbangun. Dia keluar dari kamar tidur dan pergi untuk mandi.
"Cintya, selesai mandi kamu langsung makan yah, mamah udah siapin sarapan buat kamu. Kamu harus makan buat isi perut di jalan" ucap ibunya sambil membuka tudung saji di atas meja, dan menyiapkan segelas susu coklat kesukaan Cintya.
Ayah Cintya juga ikut terbangun, dia akan mengantar Cintya ke terminal memakai motor bututnya yang sudah lama belum ganti juga. Cintya tidak pernah malu untuk membonceng motor seperti itu, karena Cintya bukan orang yang punya gengsi tinggi.
Tak lama kemudian Cintya keluar dari kamar mandi, dia masuk ke kamar untuk mengganti baju.
Cintya memakai baju pendek untuk inner dan juga memakai sweater panjang berwarna merah. Celana yang dia pakai berwarna biru dongker, celana itu sangat sering dia pakai untuk pergi kemanapun.
Dia menyisir rambutnya yang panjang itu secara pelan - pelan, ingin memakai conditioner tapi tidak ada di rumahnya. Dia juga menyemprotkan beberapa kali parfumnya ke seluruh badan. Bisa dibayangkan seberapa wanginya dia.
Tak lupa pula memoles wajahnya dengan bedak bayi, dan sedikit liptint untuk memerahkan bibir agar terlihat segar. Dia menaruh liptin di saku celana, jadi kalau yang di bibir sudah pudar warnanya, dia bisa mengambil liptint di sakunya dan memolesnya lagi. Dia juga membawa cermin kecil yang bisa di taruh di saku sweeternya.
Selesai sudah make-up Cintya, dia pergi ke luar untuk menikmati sarapan yang sudah di sajikan oleh ibunya. Adiknya masih tertidur. Di meja hanya ada mereka bertiga, Cintya, Bu Sarah dan Pak Hadi. Makanan yang sudah disajikan untuk Cintya harus dihabiskan, dia juga tidak lupa meminum segelas susu coklat yang sudah di sediakan.
Makan dan minum sudah selesai, Cintya pamit pergi dengan ayahnya. Tapi, tiba - tiba adiknya si Arie dan Dinar terbangun. Mereka bersalaman dengan kakaknya, Cintya.
Belum saja bekerja sudah dimintai oleh - oleh sama adiknya, namanya juga anak - anak yah. "Mba, kalo pulang aku dibeliin Hp yang bagus yah" ucap Arie yang masih duduk di kelas VII SMP. Tak lupa pula Dinar memesan sesuatu. "Mba kalo pulang bawain Dinar boneka sama baju princess yah, terus kita jalan - jalan" ucap Dinar.
Mendengar ucapan adik - adik Cintya, dia pun meminta adiknya untuk mendoakan kakaknya supaya betah dan bisa bawa apa yang mereka inginkan. "Doain mba yah, biar betah, kalian yang rajin sekolahnya biar dapet peringkat di sekolah. Jangan malas belajar, buat orang tua kalian bangga dengan kalian" pinta Cintya terhadap adik - adiknya.
Cintya pamit dan melambaikan tangan kepada adik dan ibunya, sedangkan ayah mengantar Cintya ke Terminal. Jarak antara rumah dan Terminal lumayan dekat, hanya butuh waktu 30 menit untuk sampai di sana.
Tak lama kemudian mereka akhirnya sampai di Terminal. Cintya turun dari motor ayahnya yang butut itu, dan segera memesan tiket bus yang ada di area Terminal. "Pah, barangkali mau pulang dulu gak papa ko, aku udah beli tiketnya, tinggal nunggu penumpang yang lagi di toilet kata supir bus, sebentar lagi bus akan jalan pah" ucap Cintya sambil berdiri di depan ayahnya.
Kata pak Hadi dia akan menunggu Cintya sampai bus jalan. Pak Hadi menggenggamkan dua lembar uang merah ke tangan Cintya. "Ini pegang buat jajan kamu" ucapnya sambil menunggu Cintya masuk lagi ke dalam bus.
Tak lama kemudian bus mulai jalan. Cintya melambaikan tangan dari jendela. Perpisahan sementara antara Cintya dan keluarganya.
Lega melihat anaknya sudah jalan, pak Hadi pun pulang ke rumah. Hari ini pak Hadi akan kedatangan tamu dari teman - teman kerjanya. Karena ini hari mereka libur kerja, di Toko Bangunan itu seminggu sekali mendapat jatah libur.
*****
Tak lama kemudian teman pak Hadi datang, 3 orang sudah berkeluarga dan 1 orang masih bujang, tetapi umur sudah cukup matang untuk menikah. Ibu Sarah mempersilakan teman pak Hadi untuk duduk di ruang tamu.
Bu Sarah menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka, dan membawanya ke meja bulat yang berada di ruang tamu. "Silahkan di minum seadanya" ucap Bu Sarah sambil tersenyum kepada teman - teman Pak Hadi.
Salah satu teman Pak Hadi yang masih bujang itu menatap Bu Sarah tak henti - henti, membuat Bu Sarah merasa dirinya masih cantik meskipun sudah punya 3 anak. Dia bernama Roni, usianya lebih muda dari Bu Sarah, selisih 3 tahun lebih muda katanya.
Di ruang tamu, Roni melihat dinding yang bertempelan foto - foto Cintya, dan keluarganya. "Cantik sekali, itu foto siapa,,?" Tanya Roni kepada Pak Hadi. Kemudian Bu Sarah menjawab dengan nada lemah lembut di depan teman - teman Pak Hadi. "Itu foto anak pertama kami, Cintya namanya."
Memang tak punya sedikit rasa malu Bu Sarah ini, kalau ada teman Pak Hadi yang main, Bu Sarah selalu ikut keluar menemani suaminya ngobrol dengan teman - teman kerjanya.
"Dimana dia,,??" Tanya Roni mencari gadis cantik itu yang bernama Cintya. Salah satu teman lagi yang bernama Juned ikut menyambung pertanyaan Roni. "Ah jangan - jangan dia suka sama anak kamu nih di, jangan mau di, suruh aja cari yang lain. Jangan Cintya dong, dia cantik, masih muda lagi, ngaca dong Roni" ledek si Juned kepada Roni yang sedang basa - basi.
Tiba - tiba saja Bu Sarah mengeluarkan kata - kata yang berarti memberi kesempatan untuk gebet anaknya yang bernama Cintya itu. "Ah... yang namanya cinta itu gak pandang bulu yah Ron... cinta itu gak mandang fisik, apalagi umur.." celemong Bu Sarah sambil menatap Juned dan Roni.
*****
Di dalam bus itu, Cintya tidak punya teman ngobrol, karena yang sebangku itu adalah kakek - kakek yang sedang tertidur. Rasanya iri melihat sepasang kekasih yang sedang duduk di bangku depan Cintya. "Enak yah kalo naik bus sama pacar, ada senderan buat tidur, ada yang ajak ngobrol, ih, bikin iri aja nih, kapan yah aku punya cowo." Ucap hati Cintya sambil memegang Hp.
Cintya menaruh uang yang di kasih ayahnya ke dalam saku sweaternya. 3 jam setelah perjalanan, bus berhenti di tempat peristirahatan, Cintya turun dari bus, karena ingin membeli sebotol minuman soda yang dingin.
Cintya menghampiri salah satu tempat yang menjual berbagai macam minuman, kebetulan yang dia cari tersedia disitu, yaitu es soda dingin. Setelah memesan dan mengambil minuman itu dari freezer Cintya mencari uang di saku sweater, tapi ternyata uang itu sudah tidak ada. "Aduh.... uang aku ko gak ada. Dimana jatuhnya, padahal aku naruh di sini loh beneran" ucap Cintya kepada pedagang minuman sambil merogoh saku sweaternya kanan - kiri.
Uang yang di cari Cintya tidak ketemu juga, akhirnya dia menaruh kembali es soda dingin itu ke dalam freezer. "Maaf yah mba, gak jadi beli, uangku hilang" ucap Cintya kepada penjual minuman.
"Haus sekali aku, padahal aku sangat menginginkan es soda tadi, tapi mau gimana lagi, uang yang Papa kasih hilang" batin Cintya sambil termenung duduk di bangku depan tempat penjual minum. Rupanya dari tadi ada yang memperhatikan Cintya, dia adalah seorang laki - laki yang berpakaian rapi sambil menggendong ransel lumayan besar.
"Kamu mau minuman itu,? Ambil saja" kata laki - laki yang memperhatikan Cintya dari tadi. Cintya pun menjawab kata - kata lelaki itu. "Engg...gak makasih" tolak Cintya meskipun dia sangat haus. Laki - laki itu tiba - tiba mengambilkan es soda yang di inginkan oleh Cintya, dia pun memberikan minuman itu kepada Cintya. "Ini minum aja, kamu pasti haus kan, akupun sama" ucap lagi laki - laki yang menggendong ransel itu.
Laki - laki itu meletakkan minuman es soda dingin di samping Cintya. Karena tak bisa menahan rasa haus, Cintya terpaksa mengambil pemberian laki - laki itu. "Makasih. Aku minum yah" ucap Cintya dengan muka polos sambil membuka botol minuman itu. Laki - laki itu duduk di samping Cintya, tapi Cintya malah semakin menjauh. "Jangan takut, aku gak jahat ko." Ucap laki - laki itu.
"Saya dengar tadi uangmu jatuh. Emang kamu mau kemana..?" Tanya laki - laki itu sambil duduk minum es kopi.
"Iya betul, apa kau melihatnya,,? Saya mau ke Jakarta." Jawab Cintya dan balik bertanya lagi.
"Saya sama sekali tidak melihat uangmu. Berarti sama dong, aku juga kebetulan mau ke Jakarta. Oh iya, namaku Daniel barangkali kamu butuh aku, kamu bisa hubungi aku" jawab Daniel sambil memberikan kartu nama yang tertera nomor Hp dia.
Cintya memegang kartu nama itu. Dia masih berhati - hati dan tidak mudah percaya dengan orang yang tidak dia kenal. Tapi kelihatannya laki - laki itu memang baik. Daniel memberikan dua lembar uang merah muda, tapi Cintya menolaknya.
"Tidak perlu terimakasih" tolak Cintya dengan sopan, dia mengangkat tangannya untuk tidak menerima uang itu. "Yasudah, aku masuk ke bus dulu, barangkali butuh bantuan hubungi saja nomor yang ada di kartu namaku." Ucap Daniel dan meninggalkan Cintya di bangku depan warung penjual minuman.
Setelah laki - laki itu pergi, Cintya jadi makin penasaran.
"Arrghhhh.... aku ini, berhentilah memikirkan yang gak penting" ucap batin Cintya sambil membuang botol es soda yang sudah habis ke dalam tong sampah.
Cintya kembali berjalan menuju bus yang di tumpangi tadi. Setelah dia masuk, ternyata laki - laki yang bernama Daniel itu duduk di bus yang sama. Mereka baru sadar, karena sejak awal mereka tidak melihat kanan - kiri. Mereka hanya asik bermain Hp dan mendengarkan musik. Daniel duduk di belakang kursi Cintya, selisih dua kursi.
"Wah, itu kan yang ngasih aku minuman soda, siapa yah tadi namanya, coba aku lihat kartu nama yang dia kasih" batin Cintya sambil mengambil kartu nama di saku celananya. "Daniel namanya. Aku simpen baik - baik deh kartu nama ini, siapa tau aku perlu. Karena disini aku juga gak punya teman" ucap batin Cintya lagi sambil memegangi kursi yang akan diduduki.
Cintya duduk kembali bersama kakek - kakek tadi. Kata supir bus, jurusan Jakarta akan sampai 3 jam lagi. Sambil menunggu sampai di Jakarta, Cintya pun tidur. Kepalanya di tutupi dengan topi rajut berwarna coklat.
*****
Di rumah Cintya.
Teman Pak Hadi yang bernama Roni meminta nomor telepon Cintya dari Bu Sarah. Tanpa pikir panjang Bu Sarah pun memberikan nomor telepon Cintya yang bisa di hubungi.
Setelah meminta nomor Cintya dan lama mengobrol, Roni dan teman lainnya akhirnya izin pulang. Hidangan yang di siapkan Bu Sarah habis tanpa sisa, minumannya juga, pertanda mereka nyaman main disini.
Bu Sarah dan Pak Hadi mengantar teman - teman Pak Hadi sampai di halaman rumah. "Hati - hati yah. sering - sering main, jangan sungkan." ucap Pak hadi sambil melambaikan tangan kepada mereka. Usai mereka pergi, Bu Sarah berbicara dengan Pak Hadi tentang Masa depan Cintya.
"Mas, kayaknya Roni suka beneran deh sama Cintya, gimana kalau kita jodohin dia sama Cintya, dia kan udah kerja lama selama bertahun - tahun, sudah pasti uangnya banyak. Lagian Cintya kan belum punya pacar" ucap Bu Sarah kepada Pak Hadi sambil berjalan pelan dari halaman depan menuju ke ruang tamu.
Pak Hadi duduk sambil memikirkan hal itu, "Bu, Roni kan sama Cintya umurnya selisih banyak. Umur Cintya 15 tahun sedangkan Roni 30 tahun, masa iya sih kita mau jodohin dia" pendapat Pak Hadi tentang perjodohan ibunya itu.
Pak Hadi tidak akan menuntun Cintya untuk harus mau dengan Roni, teman kerjanya. Pak Hadi berfikir bahwa Cintya adalah gadis yang cantik dan masih muda, pasti dia gak akan mau sama si Roni.
3 jam kemudian.
Bus berhenti di Jakarta. Semua penumpang yang punya tujuan Jakarta turun dari bus, tapi Cintya ketiduran. Daniel melihat Cintya masih ada di bus. "Loh ini kan cewe tadi yang gue ajak ngobrol. Kalo gak aku bangunin kasian juga dia nanti kelewatan, yaudah aku banginin" batin Daniel sambil memanggil Cintya dengan kata Hey, karena dia belum tau namanya.
Berkali - kali di sapa tidak bangun juga, terpaksa Daniel melutik lengan Cintya yang tertutup dengan sweaternya. "Hey bangun. Udah sampe nih, kamu mau ketinggalan" ucap Daniel sambil melutik lengan Cintya. Cintya kaget dan terbangun.
"Ya ampun.! Sudah sampe yah ternyata, aku tadi ngantuk banget" ucap Cintya sambil membereskan ranselnya. Daniel menunggu Cintya agar keluar dari bus bersama - sama.
"Ada yang ketinggalan gak,? Coba dicek lagi." Celetus Daniel tegas mengingatkan Cintya supaya tidak ada sesuatu yang ketinggalan. Cintya mengecek semua barang bawaan dia, dan ternyata semua sudah beres, tidak ada satupun yang tertinggal. Cintya dan Daniel keluar dari bus secara bersamaan.
Cintya berdiri dan menatap Daniel diam - diam. "Lumayan juga yah dia, peduli lagi, kalo orang lain kan biasanya masa bodoh sama orang yang gak di kenal" ucap batin Cintya sambil menatap Daniel dan tersenyum sendiri.
Tatapan Cintya tertangkap oleh Daniel yang sedang berdiri menunggu Taxi. "Woy, ngapain senyum - senyum sendiri" ucap Daniel yang melihat Cintya menatapi dirinya dengan senyuman kecil.
Cintya merasa malu, karena tatapan dia tertangkap oleh Daniel. Cintya mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Daniel. "Itu tuh, di muka kamu ada nyamuk" ucap Cintya berbohong.
"Nyamuk,,??? Mana ada nyamuk siang - siang begini, aku tau, ini pasti alasan kamu aja biar gak malu natapin aku yang ganteng ini" ucap Daniel dengan percaya diri di campur canda.
Tiba - tiba Taxi yang di tunggu Daniel datang, sementara Cintya masih menunggu calon majikan menjemput dia di tempat itu. Daniel melangkahkan kakinya, dan meninggalkan Cintya. "Aku duluan yah, Taxi yang aku tunggu sudah datang. Kamu hati - hati yah" ucap Daniel dengan penuh perhatian, Cintya pun balik melambaikan tangan kepada Daniel.
Tak lama kemudian, calon majikan Cintya datang menjemput Cintya yang sedang berdiri sendiri.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!