Happy reading
💔💔💔💔💔
"Nay... dimana dia?"
"Nay... Nay... dimana anak itu?" Teriak seorang wanita tidak begitu tua kisaran umur tiga puluh lima tahun itu sedang mencari seseorang.
"Nay." teriaknya lagi
ia berlarian menuju dapur mencari keberadaan orang yang ia cari namun belum juga menemukannya.
"Ada apa bik?" Tiba-tiba Nayna datang dari arah belakang wanita yang sebuah mencari dirinya tadi.
"Nay...ayo ikut bibik, Nayna... ya ampun bibik ga kuat Nay." ucap bibik lagi kepada Nayna membuat gadis itu ikutan cemas melihat wajah bibiknya seperti ada yang sedang terjadi.
"Bi Ima, ada apa sih bik? jangan bikin Nay takut." ucap gadis bernama Nayna itu, dirinya baru saja pulang dari perpustakaan kota dan langsung menuju pulang ke rumah tetapi saat tiba dirumah Nayna kaget kedatangan bibinya yang berteriak mencari dirinya.
"Ayo ikut bibik kerumah sakit." bik Ima tidak menjelaskan apa yang sedang terjadi kepada Nayna tetapi dia langsung menarik tangan Nayna untuk pergi dari sana dan membawanya ke rumah sakit.
"Ada apa sih bik?" Nayna sudah berulang kali bertanya kepada bibiknya saat di dalam angkustn umum dengan berbisik tetapi bi Ima tetap saja tidak memperdulikan ucapan gadis itu dan lebih fokus melihat jalan takut terpelewat tempat dimana mereka berhenti nantinya.
Dan tak lama akhirnya dua orang itu pun sampai di depan lobby rumah sakit dan mereka berdua pun mencoba masuk "Siapa sakit bik?" tanya Nayna kembali saat mereka melewati lorong-lorong rumah sakit itu.
"Udah kita jalan aja dulu nanti bibik jelasin."ucap bi Ima lagi.
Cek lek
Dua orang itu langsung masuk kedalam salah satu ruangan dimana didalam nya sudah ada seseorang terbaring tak berdaya " Bapak?"Nayna kaget dan langsung berlarian kearah bapak nya.
"Bapak,,, bapak kenapa pak? bik, bapak Nah kenapa bik? hihkksss... kenapa jadi seperti ini pak? pak.. " gadis itu meraung-raung melihat kondisi orang tua satu-satunya itu terbaring tak berdaya.
"Nayna tenang lah ini rumah sakit." ucap Bibi ima lagi mengingatkan keponakan nya itu.
"Tapi bik, bapak Nay kenapa?" gadis itu terisak-isak.
"Kemari lah." Bi Ima pun langsung membawa Nayna sedikit menjauh dari bapaknya dan menceritakan apa yang terjadi.
"Bapak mu menjadi korban tabrak lari Nay."
Jedar.......
Seakan disambar petir disiang bolong Nayna mendengar semua itu, bahkan orang nya pun lari tak bertanggung jawab dengan kondisi bapaknya membuat Nayna mematung.
"Bibi bohong kan? ga mungkin kan bi? ini bercanda kan bi?" ucap Nayna tidak Terima dan menolak kebenaran itu karna melihat kondisi bapaknya begitu tragis di dengan luka dan jahitan dimana-mana.
"Orang yang menabrak bapak mu kabur Nay, mereka tidak mau tanggung jawab." ucap Bi Ima lagi
"Bapakmu perlu penanganan khusus ditambah lagi banyak membutuhkan tambahan darah dari rumah sakit dikarnakan kehabisan darah bapak mu Nayna." ucap Bibik lagi
"Kau tau bukan bibik ga punya uang sebanyak itu bahkan bibi baru saja berhenti bekerja di majikan bibi yang lama." ucap Bi Ima dan Nayna menyadari itu dan mencoba memahami nya.
"Jadi bagaimana bi?" Nayna yang notabene nya tidak mengerti hal begitu karna di otaknya itu hanya belajar belajar dan belajar.
"Jalan satu-satunya membawa bapak mu pulang nay, kita ga cukup biaya untuk membayar nya." pasrah bi Ima
"jangan Bi, nay ga mau." Nayna menolaknya
"Sayang kita ga punya uang untuk merawatnya." Bi Ima memberikan pengertian kembali kepada Nayna.
"Biarkan aku yang membayar nya."
Bersambung...
New ya, update setiap hari
like, komen, dan vote ya 🙏🙏😍
Happy reading
❤️❤️❤️😍😍❤️❤️❤️
Dua orang perempuan beda usia itu mematung saat ada seseorang yang akan membayar rumah sakit untuk bapak Nayna, mereka berdua terdiam dan tak lama mereka berdua pun saling pandang dengan diam "Bi?" Nayna seakan memberikan pertanyaan dari sebuah panggilan itu.
"Biar aku bayar pengobatan juga rawat inap nya, apa kalian mau?" ucap seseorang itu lagi.
"Apa kalian mau?" tanya orang itu lagi karna sedari tadi tidak mendapatkan respon sama sekali oleh dua perempuan di hadapan nya itu.
"Baiklah aku tidak mendapatkan jawaban ku, aku permi." belum sempat orang itu meneruskan ucapnya tiba-tiba Bi Ima langsung menghentikan langkah seseorang itu.
"Tunggu pak, tunggu sebentar." ucap Bi Ima memegang tangan seseorang itu namun saat orang itu menatap wajah bi Ima dengan cepat wanita itu langsung melepaskan tangannya.
Nayna langsung memegang tangan bibik nya seakan takut dengan apa yang ada di hadapan nya itu, "Kamu mau bapak sembuh kan? biarkan bibik yang bicara sebentar ya." ucap Bi Ima pelan kepada keponatnya itu.
"Iya Bik," ucap Nayna hanya bisa menurut saja perkataan bibik nya
"Jadi gimana?" tanya orang itu lagi
"Bisa bicara sebentar pak? maksud saya kita duduk di kursi tunggu itu untuk bicara." ucap Bi Ima sambil menujukan tak jauh dari mereka berdiri ada kursi tunggu untuk para penunggu disana.
Dan akhirnya dengan segala keraguan orang itu dan pertimbangannya akhirnya mereka bertiga pun sepakat bicara sambil duduk dikusrsi itu agar tidak terlalu jadi sorotan orang banyak disana.
"Ehgm.... beneran bapak mau bayarin pengobatan juga rawat inap kakak saya?bapak tidak bercanda kan?" tanya Bi Ima dengan mata berbinar juga penuh harap sedangkan Nayna hanya bisa diam mendengar dan memohon juga tak henti berdoa dalam hati semoga ada jalan keluar buat bapaknya.
"Ya benar, aku akan membiayai keseluruhan pengobatan juga rawat inap keluarga anda namun dengan satu syarat." ucap orang itu dengan wajah nya menatap Nayna penuh arti dan sang misteri.
"Syarat?" Bi Ima mengulangi perkataan orang itu dan mencoba menatap keponakan nya itu.
"A... apa pak?" tanya Bi Ima lagi.
Nayna sudah mulai ketakutan, gadis itu tak melepaskan pegangan tanganya dari baju belakang bibi nya itu.
"Ya syarat, maka akan aku biayai semua kebutuhan dan kesembuhan keluarga mu." ucap seseorang itu lagi
"Syarat nya apa?" Nayna mencoba bertanya dan menundukan pandangannya.
"Menikah" ucap laki-laki itu dengan begitu serius dan penuh ketegasan
"Hahk?" Bi Ima dan Nayna kaget berbarengan, mereka berdua langsung menatap orang itu, laki-laki tua dengan memakai jas hitam dan berkaca mata dan Nayna juga bi Ima bisa memperkirakan jika usia laki-laki tersebut di kepala empat atau lima.
"Bibik, jangan bilang aku yang ." belum sempat Nayna berbisik ke telinga bibik nya, Bi Ima langsung memberikan tatapan untuk tidak bicara lagi gadis itu.
"Pak, apa maksud anda?" Bi Ima mempertanyakan nya, karna dirinya bingung akan kata "Menikah" tersebut.
"Anda tidak bermaksud." belum sempat Bi Ima bicara laki-laki itu langsung membuka kacamata.
"Buang fikiran kotor mu itu, aku sudah punya istri dan aku mencintai nya, paham." ucap laki-laki itu seakan sedang mempertegas kan apa yang ia ucap.
"Maaf." jawab Bi Ima tak enak hati
"Ambil uang ini dan urus keluarga mu dan tanda tangan di surat perjanjian, aku akan menikahkan anak ku dengan gadis itu." Laki-laki itu mengeluarkan amplop coklat dari balik jas nya lalu menujukan Nayna dengan maksudnya.
"APA?"
Bersambung...
Support like, komen dan vote ya 🙏🙏🙏🥰
Happy reading
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
siang itu Naina langsung menarik tangan bibinya dan dia membawa bibinya sedikit menjauh dari laki-laki tua itu lalu Naina langsung bertanya kepada bibinya" dia nggak mungkin saya nggak mau BI." ucap Naina sambil memastikan kepada bibinya Jika ia belum siap untuk hal itu
Bi Ima pun menarik nafas panjangnya dia mencoba menenangkan dulu dadanya yang begitu sesak Bagaimana tidak dia hanya mempunyai keponakan satu-satunya Dia tidak memiliki anak namun di sisi lain ada kakaknya yang terbaring tak berdaya dan butuh pertolongan" Ayo ikut bibi sebentar. " seru Bi Imah langsung menarik tangan Naina menuju ruangan bapak Naina.
" lihat itu Nayna coba kamu lihat, coba kamu lihat, wajah itu wajah tua itu butuh pertolongan sayang dia butuh darah dia butuh ruangan untuk merawatnya, Apakah kau tidak punya rasa iba kepada kakakku? aku bisa apa Nayna? kita tidak punya pilihan lain, aku tidak punya pilihan Aku tidak punya cukup uang Nayna kau tahu kan Bibi mu ini?" ucap bi Imah meratapi kelemahan dan kesulitan ekonomi nya.
" tapi Bi, mainan takut. " ucap Naina sambil mere mas tangannya.
Bi Ima diam wanita itu tidak bisa memaksa ataupun memerintahkan keponakannya,bi Imah hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini.
"Baiklah Nayna jika itu keputusan mu, bibi tidak bisa berbuat banyak. bapak mu kita rawat di rumah saja." ucap Bi imah lalu hendak berjalan keluar dari ruangan kakaknya itu, Nayna diam dan langsung melihat nafas bapaknya yang tersengal-sengal dan saat itu juga gadis itu mengejar bibik nya.
" Bibi tunggu, Bi " Naina memanggil bibinya
"Ada apa lagi Nay,?" ucap Bibi
dengan memejamkan matanya Naina dengan tegas dan dengan keputusan yang ia ambil langsung berkata kepada bibinya " bi,Nay siap kok dengan tawaran tadi. " ucap Naina begitu lantangnya dengan apa keputusan yang ia ambil barusan.
"Kau yakin Nay?" tanya Bi Ima memastikan semuannya dan Nayna pun langsung menggelengkan kepalanya.
"Ayo kita kedepan menemui orang tadi." ucap Bi imah membawa keponakan nya itu.
Setibanya mereka di depan gang Di mana mereka tadi bicara dengan seseorang yang menawarkan untuk membayarkan dan membiayai seluruh pengobatan Ayah Naina." Maaf Pak, telah menunggu lama karena kami. " ucap bi Imah kepada laki-laki tua itu
"Jadi bagaimana? soalnya aku tidak terlalu banyak waktu untuk berfikir." ketus laki-laki itu lagi
"Keponakan saya siap, Pak." ucap Bi Ima sambil memegang tangan Nayna.
"Baiklah jika begitu, ambil uang ini. sisa nya biar orang ku yang mengurus nya. " ucap pria itu.
"Tanggal pernikahan akan dilaksanakan seminggu lagi, jadi kau cukup siapkan dirimu saja yang lainnya biar aku." ucap pria itu lalu pergi dari tempat itu.
di rumah sakit itu tinggallah bi Imah juga Nayna berdua, Bi ima pun memutuskan untuk mengurus biaya rumah sakit kakaknya dan tinggallah Nayna sendirian di tempat itu, Nayna pun berjalan menuju parkiran yang ada di rumah sakit itu. Gadis itu melamun sepanjang jalan seakan tatapan kosong dan pikiran kosong membuat dia tidak bisa menahan apa yang ada di dalam dadanya.
"Apa ini adil?" Nayna bertanya sambil mwnatap langit yang begitu cerah siang itu.
"Apa aku harus mengorbankan masa depan ku? bahkan aku tidak tau mereka siapa?" tanya gdia itu lagi.
Nayna pun menatap dirinya di cermin yang ada di mobil parkiran tersebut "Dari aku untuk aku, hehe,, pasti cape ya? ya udah gak papa gak usah ngeluh, masa iya manusia seperti aku mau menyerah gitu aja. tetapi aku kuat-kuatin yahyah, ga selamanya kek gini kok. semua orang juga di posisi dimana dirinya merasa sangat lelah, tapi lihatlah mereka masih bisa bertahan sampai sekarang. aku juga harus menjadi manusia yang kuat, walaupun sok kuat sih wkwkw."Saat Nayna bicara sendirian tiba-tiba kaca mobil itu tiba-tiba turun.
"Hah?"
Bersambung......
like, komen dan vote ya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!