" Ayolah Emilia, kamu ikut kan sama acara nanti malam?" tanya salah satu temannya pada Emilia.
" Aku belum tau Sin, kayaknya susah deh buat aku, kamu tau sendiri kan bagaimana papa sama mama aku" balas Emilia dengan nada lesu.
Sudah tidak jarang, jika kedua orang tua Emilia tidak pernah mengijinkan anak sulung mereka untuk ikut dalam acara yang menurut mereka tidak ada gunanya, salah satunya party kelulusan yang selama ini Emilia tunggu,
Emilia adalah anak dari seorang pengacara kondang yang selalu memenangkan setiap kasus yang dia tangani, papa Emilia tidak pernah gagal dalam hal itu.
Selama ini Emilia selalu hidup penuh dengan kasih sayang dari kedua orang tuanya. karna selain pintar dan membanggakan mereka, Emilia juga selalu menuruti apapun yang sudah menjadi keputusan papa dan mamanya.
kedua orang tua Emilia begitu menyayanginya. karna menurut mereka Emilia seperti berlian yang menerangi dikala gelap menerpa rumah tangganya, Emilia hadir setelah delapan tahun penantian bapak Wirayudo beserta istrinya melinda
Selama delapan belas tahun, Emilia selalu hidup dengan sangat beruntung, di sayangi kedua orang tuanya. dan selain itu. emilia juga sudah di jodohkan dengan pria tampan dan anak dari seorang winarto yang terkenal kaya di kota itu.
Hal itu selalu membuat adiknya sendiri merasa iri terhadapnya, Emilia selalu mendapatkan apapun yang menjadi keinginan Siren.
Hingga satu akal jahat muncul dalam benak Siren, malam party kelulusan Emilia menjadi awal rencana jahat Siren. sebuah rencana yang akan membuatnya bisa menyingkirkan Emilia dan menggantikan posisi wanita itu sebagai calon istri dari David winarto, pewaris utama di kediaman Winarto.
"Ayolah Mil, nanti aku bantu bicara sama om tan tante, ya ya. kali ini aja Mil, aku tau pasti kamu juga pengen banget hadir kan? ucap teman Emilia lagi.
"Iya sih Sin, tapi aku gak yakin mama papa mau ijinin, kamu tau sendiri bagaimana kedua orangtuaku, kalau enggak ya pasti enggak, itu gak bisa di ganggu gugat"
Tak lama terdengar suara khas Siren yang muncul secara tiba-tiba dan membuat Emilia juga Sintia berlonjak kaget,
"Kakak tenang saja. Ada Siren yang akan membantu mengurus masalah kakak" ucap Siren yang tiba-tiba baik pada Emilia.
"Tumben kamu baik, pasti ada maunya" tanya Emilia menatap curiga Siren.
"Apaan sih kak, gini-gini aku tuh sayang sama kakak, aku juga mau kakak mengenang indah peristiwa malam party bersama teman-teman kakak yang lain"
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan, memangnya bisa membuat papa dan mama mengijinkan kakak?"
"Apa sih yang gak Siren bisa" balas Siren dan langsung pergi dari hadapan Emilia juga Sintia.
Siren juga sekolah di SMA merah putih, saat ini Siren sedang duduk di bangku kelas 11. karna jarak umur antara Emilia dan Siren hanya berpauk jarak dua tahun,
Biarpun mereka lahir dari rahim yang sama, namun sifat dan perilaku mereka sangat berbeda, jika Emilia memiliki nilai positif. lain dengan Siren yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang.
Siren begitu bandel dan tidak bisa di atur, selain itu, orang tuanya sering di panggil kesekolah karna kelakuan Siren,
Dan hal itu membuat kedua orang tuanya selalu membanding-bandingkan Siren dengan Emilia.
Emilia yang baik, Emilia yang sopan.Emilia yang pintar, Emilia yang penurut. sedangkan Siren, Siren yang bandel, suka membangkang, nilai sekolah selalu di bawah rata-rata.
"Tumben adik kamu baik Mil?"
"Aku juga gak tau Sin, yaudah lah, siapa tau dia bisa membujuk papa dan mama" ucap Emilia yang selalu berfikir positif.
Hari berlalu, seperti yang sudah diketahui. jika malam ini adalah malam party untuk lulusan SMA merah putih angkatan ke-5. dan dalam acara itu, bukan hanya angkatan ke-5 yang boleh hadir, semua alumni SMA juga siswa merah putih bisa ikut hadir dalam acara malam ini.
"Emilia, apa mama boleh masuk" panggil sang mama
"Iya ma, masuk aja, gak dikunci kok"
Tak lama pintu kamar Emilia terbuka dan langsung terlihat sosok seorang Melinda yang selama ini selalu memanjakan Emilia.
"Ada apa ma?"
" Kata Siren, malam ini ada party buat merayakan kelulusan kamu ya, kalau kamu mau hadir, boleh kok nak, tapi ada syaratnya"
Mendengar itu, membuat Emilia yang tadi tiduran langsung duduk dan berjalan ke arah sang mama. " Mama serius, memangnya apa syaratnya ma?" tanya Emilia penuh semangat
Melinda tersenyum " Syaratnya gampang kok nak, jangan sampai pulang melebihi jam 11 malam, kebetulan malam ini papa lembur dan pulang sekitar jam setengah 12,"
" Bisa ma, Emilia akan pulang sebelum jam 11 malam"
" Yaudah sana bersiap, tapi ingat ya. jangan pulang melebihi itu. kamu tau sendiri kan, bagaimana papa kalau lagi marah"
" Oke ma, makasih ya ma, mama memang yang paling baik" balas Emilia sambil memeluk mamanya.
Melinda adalah seorang mama yang begitu sayang pada anak-anaknya, wanita itu juga menjadi istri yang selalu menuruti perkataan Wirayudo, terhadap didikan kepada kedua putri mereka.
Disebuah gedung yang menjadi tempat party untuk SMA merah putih, saat ini sudah banyak siswa maupun alumni yang sudah datang menghadiri acara malam ini,
terlihat sosok seorang pria tampan dengan setelan jas berwarna silver sedang duduk dan mengobrol bersama teman-teman lainnya.
Dia adalah William bagaskara, seorang presedir muda di perusahaan milik keluarganya. namun selama ini tidak ada satu orangpun yang tau tentang identitas asli William,
Selama ini, William selalu menyembunyikan identitasnya sebagai tukang ojek online. karna pria itu trauma jika mempublikasikan identitas sebenarnya sebagai pewaris utama keluarga bagaskara.
William trauma, karna selama ini setiap wanita yang mau mendekatinya hanya karna harta yang William miliki. tidak pernah ada satupun dari mereka yang bisa mencintai William dengan tulus.
Dan sejak saat itu, William memutuskan untuk menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang, termasuk teman-temannya.
" Waaaaaw, kayaknya acaranya bakalan seru banget ya Mil"
" Iya Sin, untung saja Siren ikut membantu aku agar bisa datang kesini. kalau tidak. mungkin aku tidak akan pernah merasakan party semewah ini"
Tak lama acara pun dimulai, ternyata memang benar dugaan Sifa, jika malam ini adalah malam yang paling tepat untuk memulai misinya untuk merebut apa yang dia inginkan selama ini.
Emilia begitu menikmati acara malam ini, Siren yang melihat itu langsung memberikan minuman beralkohol pada sang kakak,
Memang awalnya Emilia menolak, namun karna Siren dan Sintia terus memaksa, akhirnya Emilia ikut meminum, minuman yang selama ini tidak pernah dia sentuh.
Melihat sang kakak sudah mabuk berat membuat Siren mengukir senyum senang, rencana yang sudah dia tata akan berjalan dengan lancar,
Karna sebelumnya. Siren juga memberikan obat perangsang pada minuman pria yang Siren juga tidak tau siapa,
Emilia keluar dari kerumunan pesta karna merasa kepalanya cukup berat, bersamaan dengan itu, ternyata Willian juga keluar dari dalam pesta, dan tak sengaja melihat Emilia yang sudah berjalan sempoyongan.
Melihat wanita cantik di depan matanya. membuat Willian semakin ingin menyalurkan hasratnya. Dengan cepat William membawa tubuh Emilia yang sudah setengah sadar pada sebuah kamar hotel. Hingga hal yang tak pernah Emilia duga terjadi begitu saja.
Jangan lupa like,komen sama vote ya, terimakasih yang selalu singgah dan mendukung karyaku🙏🏻
Tanpa terasa malam berlalu begitu cepat, Emilia menggeliat saat merasa kepalanya masih terasa berat, bukan hanya itu, Emilia juga merasa seluruh tubuhnya seperti remuk, apalagi di bagian inti tubuhnya yang terasa begitu nyeri.
" Awww" ucap Emilia saat mencoba menggerakkan tubuhnya, Wanita itu terkejut saat menyadari ada sosok laki-laki yang sedang tidur di samping tubuhnya, apalagi mereka berdua sama-sama dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.
Namun sayangnya, Emilia tidak bisa melihat jelas wajah pria itu, karna dia menutupinya dengan bantal, Emilia hanya bisa melihat tato kepala singa yang ada di pundak kanannya,
Emilia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya, " Astagfirullah. apa yang sudah terjadi. " ucap Emilia dalam batinnya. Emilia bangkit dari tempat itu dan menggunakan pakaiannya kembali,
Setelah semua pakaiannya terpasang sempurna pada tubuhnya, Emilia keluar dari kamar hotel meninggalkan William yang masih terlelap dalam tidurnya, Emilia berjalan sambil bertatih-tatih keluar dari hotel itu, sebuah hotel yang menjadi malam kelam untuknya.
Tak lama kemudian, ada panggilan masuk dari nomor sang papa, karna terlalu menghawatirkan Emilia, kedua orang tuanya tidak tidur hingga jam tiga pagi.
📞 : H...halo pa..
📞: Kemana saja kamu Emilia, kamu tau ini jam berapa?
📞: Ma.aaf pa, Emilia ketiduran dirumahnya Sintia, tapi ini Emilia sudah mau pulang kok pa
📞: Cepat, papa tunggu
tut...tut..tut... Sambungan telfon terputus.
Setelah mengatakan hal itu, papanya Emilia langsung mematikan sambungan telfonnya begitu saja, Dari nada bicaranya saja, Emilia sudah tau pasti, jika sang papa sedang marah besar padanya.
Bapak Wirayudo memang menyayangi kedua putrinya, terutama Emilia, namun tidak ada toleransi bagi siapapun yang melanggar peraturan yang sudah di terapkan olehnya, sekalipun anaknya sendiri.
Papa Emilia memang terkenal tegas dan dingin, oleh karena itu, tidak ada yang berani bermain-main dengannya.
Mendengar Nada marah dari sang papa, membuat Emilia semakin mempercepat langkahnya, wanita itu sampai melupakan rasa sakit yang dia rasakan pada seluruh tubuhnya, yang pasti dia harus segera tiba di rumah.
Karna, selama ini Emilia belum pernah membuat kecewa kedua orang tuanya. beruntung, ada driver yang mengambil orderannya pada jam 3 pagi seperti ini.
Emilia memilih menunggu taksi itu diluar hotel. karna Emilia masih takut, jika ada seseorang yang melihatnya berada di sebuah hotel jam segini.
Tak lama kemudian, taksi yang Emilia pesan tiba di tempat Emilia menunggu, Taksi itu berjalan sesuai alamat yang ada di aplikasi.
" Dari mana neng, jam segini ?" tanya bapak itu basa-basi
" Saya dari menjenguk teman yang lagi sakit pak" bohong Emilia.
" Bapak jam segini kenapa masih narik pak?'
Kali ini giliran Emilia yang bertanya pada si bapak driver online,
Driver itu masih terdiam saat mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Emilia. sedetik kemudian, bapak itu bru bisa menjawab.
" Ini semua demi anak sayang neng, anak saya lagi hamil besar, saya lagi mempersiapkan buat jaga-jaga kalau sudah mau melahirkan"
" Kok bapak, memang suaminya kemana?"
Lagi-lagi pertanyaan Emilia membuat bapak itu terdiam untuk beberapa saat, " A..anak saya tidak tau siapa ayah dari anaknya neng,"
" Maksudnya pak?" tanya Emilia yang ingin memastikan
" Anak saya terjebak cinta satu malam dengan pria asing saat acara reuni sekolahnya neng"
Deg! Mendengar itu, membuat Emilia yang terdiam, lidahnya seakan kelu, bagaimana bisa, kisah anak dari driver ini mirip dengannya, terlibat cinta satu malam.
Bagaimana jika nanti Emilia hamil, seperti anak bapak ini, hal itu terbesit dalam benak Emilia, rasa takut mulai merasuki dirinya.
Tak lama setelah itu, mobil taksinya berhenti karna sudah tiba di alamat tujuan, " Kita sudah sampai neng " ucap driver itu. namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Emilia, karna Emilia masih sibuk melamun membayangkan bagaimana jika dirinya hamil di kemudian hari karna peristiwa malam ini.
" Neng " ucap bapak itu lagi.
" E..eeh maaf pak, kita sudah sampai ya" ujar Emilia sambil menyodorkan ongkos taksi itu.
Emilia keluar dari dalam mobil taksi itu, kakinya terasa berat untuk sekedar melangkah dan masuk kedalam rumahnya sendiri, suara marah sang papa kembali terngiang pada indra pendengarannya.
Biar bagaimanapun, ini pertama kalinya bagi seorang Emilia melanggar peraturan sang papa.
" Assalamualaikum " ucap Emilia saat baru memasuki rumahnya,
Dan ternyata dugaan Emilia memanglah benar, sang papa sudah menunggu dan siap untuk menghukumnya saat ini juga, dari raut wajahnya, sudah terlihat jelas, jika saat ini pria paruh baya itu sedang marah besar.
" Waaalai-" omongan Melinda terpotong saat suara berat suaminya terdengar begitu jelas,
" Dari mana kamu baru pulang jam segini ?" Suara dingin pertama yang Emilia dengar selama delapan belas tahun iya hidup.
" Jawab, Emilia!"
Mendengar nada dingin sang papa membuat lidah Emilia seakan terasa begitu kelu, hingga sangat sulit untuk sekedar berbicara.
" Apa kamu tidak bisa mendengar perkataan papa!? Jawab?"
" M....maafkan Emil pa, Emil salah" hanya itu yang mampu keluar dari mulut Emilia.
" Kunci dia di kamar mandi" ucapnya pada Emilia yang terdengar begitu dingin.
Itulah konsekuensi yang akan diterima jika melanggar peraturan seorang Anggara Wirayudo.
Melinda tidak bisa berbuat apa-apa, karna ini sudah menjadi peraturan sejak dulu, bahkan Siren juga sering merasakan hal ini, tapi tidak dengan Emilia.
Bagi seorang Emilia, ini adalah pertama kalinya melanggar peraturan dari sang papa. dan ini juga pertama kalinya wanita itu merasakan hukuman dari apa yang sudah dia perbuat. bagaimana jika seandainya sang papa tau, jika dirinya baru saja menghabiskan malam bersama pria yang tak pernah dia kenal.
Mendengar ucapan sang papa membuat Emilia mengambil napas berat sambil melanjutkan langkahnya untuk menjalani hukuman, dikunci di dalam kamar mandi sampai besok siang.
" Maafkan Emil ya ma, Emil benar-benar ketiduran" ucap Emilia, karna memang benar. jika dirinya ketiduran bersama seorang pria di kamar hotel.
" Iya sayang, tapi kamu tidak berbuat yang aneh-aneh kan?"
Deg! ucapan sang mama membuat Emilia menghentikan langkahnya, kakinya seakan terasa begitu. seperti terpaku begitu saja. wajahnya menjadi pucat seketika itu, lidahnya seakan kelu, masih teringat samar-samar dalam benak Emilia, tentang apa yang sudah dia lakukan malam tadi.
Kejadian malam panas yang tak pernah Emil kira sebelumnya, kehormatan yang selama ini dia jaga, sudah direnggut begitu saja oleh sosok yang tak pernah Emilia kenal.
Biarpun Emilia sudah setengah sadar saat melakukan adegan panas itu, namun yang Emilia tau, pria itu adalah pria yang sangat tampan, suaranya juga terdengar begitu lembut.
Namun sialnya, Emilia tidak sempat menanyakan siapa nama pria itu. Tapi Emil masih ingat, jika pria itu memiliki tato kepala singa di bagian pundak kanan.
" Emil, kok diem nak?"
" Emm enggak kok ma, mama tenang saja, lagian mau ngapain sama Sintia, mama ini ada-ada saja deh" ucap Emilia sambil kembali melangkahkan kakinya agar sang mama tidak melihat raut panik dari wajahnya.
Selain itu, Emilia juga bersikap dan berjalan biasa saja agar orang tuanya tidak mencurigai apa yang sebenarnya sudah dia lakukan hingga pulang hampir subuh seperti ini, padahal sebenarnya Emilia menahan perih di bagian inti tubuhnya.
Setelah sampai di kamar mandi dalam kamarnya, Emilia menatap raut wajah sang mama dengan penuh rasa bersalah, satu hal yang Emilia takutkan. bagaimana jika sampai dirinya hamil di kemudian hari, apa yang akan terjadi jika hal itu benar-benar kenyataan.
Saat pintu sudah dikunci dari luar, Emilia kembali menangis sambil mengguyur tubuhnya dengan air shower. masih teringat jelas bagaimana dirinya melakukan hal itu tadi malam bersama pria yang tidak di kenalnya.
" Kenapa bisa semua ini terjadi, seandainya aku tidak datang pada party semalam, ini semua tidak akan terjadi" ucap Emil sambil memukul tubuhnya sendiri.
Melihat Emilia pulang jam segini saja papanya sudah marah besar, bagaimana jika sampai beliau tau jika sang anak sudah menghabiskan malam bersama seorang laki-laki.
Tanpa terasa jam berjalan begitu cepat, Melinda membuka pintu kamar mandi karna sudah pas dengan jam yang di tentukan oleh suaminya. tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, Wirayudo memang sempat berpesan agar tidak membukakan pintu kamar mandi Emilia sebelum jam 11 siang, wanita paruh baya itu benar-benar menuruti apa yang sudah menjadi keputusan suaminya.
Namun, saat Melinda sudah membuka pintu kamar mandi, betapa terkejutnya saat melihat tubuh Emilia sudah pucat seperti mayat. " Astaga " ucap Melinda sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya dan segera menghampiri tubuh Emil.
" Emil, Emil bangun Emil. ya ampun nak, badan kamu panas sekali, wajah kamu begitu pucat."
" Pak diki. tolong pak, pak diki" teriak Melinda panik memanggil supir pribadi rumahnya.
Tak lama, datanglah pria paruh baya yang bernama Diki. pria itu langsung menggendong tubuh Emilia dan segera di bawa ke dalam mobil,
" Ayo cepetan jalan pak"
" Baik nyonya "
Di tengah perjalanan, Melinda tak henti-hentinya mengusap kepala anaknya, rasa takut mulai melanda. karna ini memang pertama kalinya Emilia dikunci di dalam kamar mandi hingga berjam-jam lamanya. satu hal yang sudah terlupakan oleh kedua orang tua Emilia,
Mereka melupakan jika Emilia pobia pada tempat sempit, termasuk kamar mandi. apalagi terkunci di dalam selama 9 jam lamanya.
Wanita itu mengambil ponselnya dan mencari nomor suaminya, tak butuh waktu lama, nomor itu langsung tersambung dan diangkat oleh bapak Wirayudo.
📞 "Iya ma, ada apa?"
📞" Emil pa, Emil" ucapnya yang terdengar begitu panik
📞" Iya Emil kenapa ma, kalau bicara yang jelas, papa gak ngerti"
📞 " Emil pingsan pa, badannya panas sekali. wajahnya pucat,"
📞 " Apa, terus sekarang dibawa kemana ma?"
📞 " Rumah sakit Pelita hati. Ini semua gara-gara papa, papa tau sendiri kan, jika Emil pobia sama tempat sempit, tapi ego papa membiarkannya terkurung di dalam kamar mandi" ucap Melinda dan langsung mematikan sambungan telfonnya.
Setelah mendengar itu, membuat Wirayudo memejamkan kedua matanya, bagaimana bisa dirinya melupakan jika Emilia punya pobia tempat sempit sejak masih kecil.
" Astagfirullah, maafkan papa Emil, tapi ini semua papa lakukan agar kamu tidak mengulangi lagi. tapi papa sampai lupa bahwa kamu pobia tempat sempit" gumamnya dan langsung melajukan mobilnya ke arah rumah sakit yang dikatakan oleh istrinya.
Di saat dalam keadaan genting seperti ini, mobilnya mati di tengah jalan, Hal itu membuat Wirayudo mengumpat menahan kesal pada dirinya sendiri, " loh loh. kenapa ini mobil" ucapnya saat mobil yang dia bawa tiba-tiba mati begitu saja
" Sial, kenapa aku sampai lupa isi bensin sih. mana pom jauh lagi"
Disaat bapak Wirayudo kebingungan karna kehabisan bahan bakar mobilnya, tak lama ada seorang ojek yang berhenti tepat di samping mobilnya" Maaf permisi, ada yang bisa saya bantu pak" ucapnya sopan.
" Ini mobil saya kehabisan bensin, mana saya lagi buru-buru mau ke rumah sakit"
" Bagaimana kalau saya antar, sepertinya bapak dalam keadaan mendesak,"
" baiklah, tolong antar kan saya ke rumah sakit PELITA HATI, anak saya sedang dalam perjalanan kesana, ngebut ya"
" Baik pak, saya akan usahakan untuk segera tiba di sana"
Tukang ojek itu membawa motornya dengan sangat cepat, dia juga sangat lihai dalam menyalip setiap kendaraan yang ada di depannya, hingga tak butuh waktu lama, mereka tiba di rumah sakit Pelita hati.
" Ini ongkosnya, terimakasih ya"
" Eh gak usah pak, kebetulan saya juga ada urusan di daerah sini" balasnya sopan.
" Baiklah, terimakasih ya, saya permisi dulu" ucap bapak Wirayudo dan langsung berlalu dari hadapan tukang ojeknya.
•
•
•
2 bulan kemudian.
Waktu bergulir begitu cepat, hari ini adalah hari pertama Emilia masuk kuliah, Wanita cantik itu kuliah mengambil jurusan hukum, karna memang sejak kecil Emil sangat ingin menjadi seorang pengacara hebat seperti papanya.
Emilia bermimpi, suatu hari nanti akan menjadi pengacara buat orang-orang yang tertindas. dia akan menjadi orang terdepan membela kebenaran.
" Sarapan dulu sayang " ucap Melinda pada Emilia saat mau berangkat kuliah
" Iya ma," Emilia duduk dan mulai mengambil nasi beserta lauk yang sudah tersaji di atas meja makan. Namun, saat Emilia mengambil salah satu lauk, Entah kenapa baunya terasa begitu menyengat dan membuat Emilia ingin mengeluarkan isi dari perutnya.
Ueekk.....uek....uek...
Emilia langsung berlari ke dalam kamar mandi untuk segera memuntahkan isi dari perutnya, wanita itu merasa begitu mual saat mencium bau masakan yang baru saja mau dia ambil, padahal sebelumnya Emilia begitu menyukai kerang, Tapi entah kenapa pagi ini Emilia merasakan hal yang berbeda.
Melihat itu membuat kedua orang tua Emilia menghentikan makannya, begitu juga dengan Siren, si biang kerok.
" Kamu kenapa sayang?" tanya Melinda dan penghampiri Emilia yang sudah lari ke arah toilet.
" Emil gak papa ma, kayaknya masuk angin deh" balas Emilia setelah keluar dari kamar mandi.
" Sebelum berangkat kuliah, kamu ikut mama dulu ya, sekalian periksa. mama takut kamu kenapa-napa"
" Tidak perlu ma " balas Emil cepat
" Iya Emil, kamu harus ikut sama mama dan papa ke rumah sakit, mama papa hanya ingin memastikan kondisi kamu baik-baik saja"
Setelah mendengar suara sang papa, Emilia tidak bisa membantah. wanita itu akhirnya menurut dengan perkataan papanya.
1 jam kemudian
Saat ini Emilia sedang menemani mamanya periksa tentang kesehatan yang rutin mereka lakukan setiap awal bulan.
setelah itu giliran Emilia yang akan di periksa oleh dokter, namun satu hal yang membuat kedua orang tua Emilia terkejut di buatnya.
" Bagaimana dokter, anak saya baik-baik saja kan?" tanya Melinda yang menghawatirkan keadaan anaknya
" Alhamdulilah baik bu, anak Anda sehat-sehat saja. tapi saya ada kabar bahagia"
" Kabar bahagia, maksud dokter?"
" Selamat ya pak buk, anak kalian positif hamil, dan sekarang usia kandungannya sudah masuk di minggu ke empat"
" Apa!!! anak saya hamil dokter?" tanya melinda dengan raut kecewa
" Benar bu, anak anda positif hamil"
Setelah mendengar itu, Wirayudo menarik kasar tangan Emilia dari ruangan dokter dan membawanya pulang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!