NovelToon NovelToon

Dia Bernama Dea

1. Kunjungan Ke Rumah Mama

Angin berhembus semilir di halaman belakang rumah dengan desain rumah tahun delapan puluhan,

Bahkan kursi-kursi rotan bundar berwarna putih pun masih tampak menghiasi teras belakang rumah itu,

Reza, sosok laki-laki muda berusia dua puluh tujuh tahun itu tampak duduk tenang di atas kursi rotan sembari menyandarkan tubuh dengan malas,

Matanya terpejam, namun jelas ia tengah mencoba menikmati hembusan angin sore itu,

Hingga...

"Kalau mau pindahan, coba tanya ke Pak Syaefulloh, katanya kalau pindah tempat tinggal itu juga harus cari tanggal dan hari yang bagus Za,"

Tiba-tiba terdengar suara wanita dari arah belakang Reza duduk,

Tampak laki-laki muda berparas tampan itupun pelahan membuka matanya, ia menoleh sebentar ke arah belakang di mana kini tampak wanita dengan gamis berwarna coklat tanah berjalan dari pintu keluar rumah yang dari arah samping,

Ia membawa satu cangkir teh dan juga satu piring kecil berisi irisan kue lapis legit dan kue pie,

Reza membenahi posisi duduknya, tampak ia menatap wanita yang tak lain adalah Mamanya itu,

"Hari gini tidak usahlah Ma yang begitu-begitu, semua tanggal dan hari baik, lagipula, apa yang lebih sial daripada pernikahan batal karena calon pengantin wanita berselingkuh,"

Kata Reza dengan nada yang masih terasa sekali emosinya,

Sang Mama yang memahami betul perasaan sang anak hanya mampu menghela nafas,

Ia tahu jika pastinya tak semudah itu untuk Reza melupakan rasa sakitnya,

Ya...

Reza, laki-laki muda itu harusnya saat ini adalah saat yang paling membuatnya bahagia,

Saat di mana karirnya sedang bagus karena baru saja menjabat sebagai manajer keuangan di perusahaan, ditambah pula memiliki calon isteri cantik yang telah ia pacari sejak kuliah, sudah memiliki apartemen sendiri dan juga mobil sendiri, apalagi yang kurang dalam hidupnya?

Tapi...

Sungguh sayang disayang, nyatanya hidup tak selalu sempurna dan berjalan mulus sesuai dengan apa yang diinginkan memang nyata adanya,

Tanpa diduga oleh Reza, ternyata Maura, calon isteri yang selalu dibanggakannya justeru selingkuh dengan teman kuliah S2 nya di kota pelajar,

Pamit pada Reza untuk melanjutkan studi, yang tentu saja didukung penuh oleh Reza sebagai calon suami yang tak ingin menghalangi keinginan isterinya untuk maju, malah justeru membuatnya harus menerima kenyataan pahit jika calon isterinya itu bermain api dengan pria lain,

Mungkin...

Luka itu tidaklah akan terlalu lama jika saja hubungan mereka baru terjalin satu dua tahun,

Mungkin Reza juga tak akan terlalu sakit jika saja sosok Maura tak dikenalnya sejak mereka masih ada di bangku biru putih,

Maura, untuk Reza adalah cinta pertama yang tak pernah membuatnya mampu berpaling lagi,

Sekian tahun Maura adalah dunia kecil Reza, di mana di sanalah ia hidup, bernafas, bermimpi, dan mengukir hari dengan begitu banyak kenangan.

"Sabar, nanti kamu pasti akan bertemu dengan gadis lain yang lebih baik, janganlah berputus asa Reza,"

Kata Mama menasehati,

hembusan angin kembali terasa, angin sore yang sedikit hangat karena matahari sepanjang siang ini bersinar cukup terik,

Reza mengambil satu potong kue lapis legit dari piring kecil yang disajikan Mamanya,

Tampak Mama yang kini duduk di kursi yang berbeda lalu memangku majalah kesayangannya,

Mama adalah sosok Ibu rumah tangga yang masih tetap seperti Ibu jaman dulu, yang lebih suka membaca majalah, dan lebih suka sibuk praktek masak dan membuat kue di waktu luangnya,

Ia hanya memakai handphone untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya saja yang telah tinggal memisahkan diri dengannya,

Dua kakak perempuan Reza yang tinggal di Bali dan juga di Korea, sementara Reza yang anak laki-laki memilih tinggal di apartemen yang dekat dengan tempat kerjanya,

Reza tidur di rumah Mamanya saat tanggal merah atau akhir pekan kedua dan terakhir dalam satu bulan, yang mana Mama pun tak pernah mempermasalahkan itu karena keponakannya banyak yang ikut tinggal di rumah hingga Mama tak perlu merasa kesepian,

"Apa ada gadis lain yang bisa mengungguli Maura?"

Gumam Reza lirih,

Mama melirik putranya, lantas tersenyum tipis,

Gambaran Ibu yang baik jelas terpancar pada sosok Ibunya Reza,

"Selalu ada yang lebih baik di antara orang baik, jangan khawatir,"

Ujar Mama,

Reza menatap Mamanya, lalu memaksakan satu senyuman,

"Mama selalu doakan, kamu akan secepatnya dapat jodoh,"

Kata Mama,

Reza tak menanggapi, hanya tersenyum tipis lalu memakan potongan kue lapis legit di tangannya,

"Atau mau Mama kenalkan dengan anak dari teman lama Mama? Ah Mama bertemu dengannya dua bulan lalu di acara reuni angkatan Mama, dia mengajak anaknya, cantik sekali, sayangnya saat itu kamu masih bersama Maura,"

Kata Mama,

"Tidak Ma, jangan ada perjodohan, Reza takut nanti kami menikah hanya karena tak enak menolak,"

Kata Reza membuat Mama jadi tergelak,

"Kamu ini, alasan saja, ngawur, belum juga lihat anaknya,"

Reza hanya tersenyum lagi menanggapi gelak tawa Mamanya.

Warna lembayung langit sore kini mulai terlihat memenuhi sudut langit kota,

Reza menghela nafas sebelum meraih cangkir teh nya dan menyeruput wedang teh buatan Mamanya yang selalu dirasanya adalah teh terbaik,

"Besok apapun yang terjadi Reza resmi pindahan Ma, semua barang sudah dipindahkan kemarin, besok Reza hanya tinggal membawa beberapa buku saja dan resmi menempati rumah Reza yang baru."

"Mama akan ke sana akhir pekan dengan Mila, kalau adik sepupumu itu tidak sibuk di kampus,"

Ujar Mama akhirnya,

Reza mengangguk,

"Kabari saja kalau Mama mau ke tempat Reza, nanti biar Reza jemput,"

"Oh ya, baguslah kalau begitu,"

Sahut Mama.

...****************...

2. Warung Misterius

Sekitar pukul tujuh malam, Reza akhirnya pamit pulang pada Mamanya. Ia harus kembali ke apartemen untuk bebenah beberapa barang penting yang akan segera ia bawa pindah,

Rencananya, apartemen yang ia tinggali itu akan ia sewakan pada seorang teman yang kebetulan juga tengah mencari tempat tinggal setelah menikah,

Ya, tentu, masalah pasangan muda kebanyakan memang adalah tempat tinggal,

Jika dulu banyak pasangan setelah menikah masih mau ikut tinggal di rumah orangtua, belakangan pasangan muda lebih memilih mandiri karena menghindari konflik dengan orangtua dan ipar, pun juga semangat untuk bisa mandiri sudah mulai disadari pasangan muda,

Gerimis turun rintik-rintik sejak Reza akhirnya keluar dari rumah Mamanya, tak terlalu mengganggu tentunya karena hanya gerimis tipis saja,

Reza membawa mobilnya dengan kecepatan sedang saja menuju apartemen miliknya,

Tak ada yang aneh malam itu, semua senormal biasanya,

Suasana jalanan kota juga masih seramai biasanya, kerlip lampu dari pertokoan, maupun pendar lampu jalanan dan lampu-lampu hias di jalan yang dipasang pemerintah kota masih tampak semarak,

Reza memutar musik di mobilnya, lagu yang ia pilih adalah lagu lama di tahun 90'an, jamannya musisi di seluruh dunia ramai berlomba dengan karyanya, di mana pilihan musik sangat beragam dengan kualitas musik maupun lirik original luar biasa bagus,

Hentakan musik dari Roxette terdengar memenuhi mobil, suara vokalisnya yang khas terdengar begitu syahdu menyanyikan lagu Anyone yang sejak dulu menjadi salah satu lagu paling Reza sukai,

Mobil pun terus melaju menyusuri jalanan kota, melewati banyak bangunan tinggi dan juga pusat keramaian,

Hingga ketika akhirnya Reza sampai di perempatan jalan,

Saat di mana harusnya ia tinggal lurus sedikit maka ia akan sampai di apartemennya, entah kenapa Reza tiba-tiba ingin pergi ke rumah barunya sebentar,

Mumpung hari masih cukup sore, begitu pikirnya.

Reza ingin memastikan barang-barang yang ia kirim ke rumah sudah ditata oleh asisten rumah tangganya dengan baik,

Reza juga ingin membuktikan jika asisten rumah tangga yang ia dapatkan dari Bibiknya memang benar orang yang rajin dan bertanggungjawab,

"Herman ini sudah ikut Bibik sejak umur lima belas tahun, selama lima tahun bekerja, dia anak yang sangat terampil, cekatan dan rajin, jangan khawatir Reza, dia bukan hanya bisa diandalkan untuk menjaga rumah, tapi dia juga bisa memasak, dan mengurua rumah dengan baik,"

Kata Bibik saat Mama memintanya memberikan satu asisten rumah tangganya untuk Reza yang akan pindah rumah dan butuh orang untuk membantunya mengurus rumahnya,

"Selain itu, yang paling penting dia juga pemuda yang sholeh, dia bukan hanya rajin ibadah dan jujur, kamu juga tidak khawatir rumahmu akan digunakan aneh-aneh saat tidak ada di rumah,"

Ujar Bibiknya lagi saat itu,

Dan...

Reza kini membawa mobilnya menuju rumah barunya yang letaknya tak begitu jauh dari apartemen miliknya,

Hanya beda arah saja, namun masih sama-sama dekat dengan posisi kantor Reza bekerja,

Reza masih membawa mobilnya dengan kecepatan sedang, ketika ia akan melewati sebuah kampus universitas swasta ternama, Reza tanpa sengaja melihat warung tenda yang menjual nasi goreng,

Melihat warung tenda nasi goreng pinggir jalan yang cukup ramai dipenuhi motor parkir membuat Reza jadi penasaran ingin mencobanya,

Ah ya, benar juga, tadi di rumah Mama, ia memang tidak makan malam lebih dulu karena melihat lauknya yang didominasi seafood, dari udang, kerang, hingga cumi,

Menu kesukaan Mila, keponakan kesayangan Mama yang tengah kedatangan temannya yang tampaknya tengah mengerjakan tugas bersama,

Reza pun akhirnya mengarahkan mobilnya ke seberang jalan di mana kini warung tenda nasi goreng itu berada,

Suara khas penjual mengetok wajan saat tengah menggoreng nasi seolah menyambut kedatangan Reza tatkala laki-laki muda tampan itu turun dari mobil.

Nit nit...

Reza mengunci mobilnya, lalu berjalan santai ke arah warung tenda nasi goreng yang terlihat ramai dipenuhi pelanggan,

Hmm dari aromanya sudah luar biasa menggugah rasa, bahkan rasanya perut Reza langsung terasa keroncongan sekarang,

Reza baru akan mendekati bapak penjual nasi goreng yang kini tengah sibuk memasak, saat tiba-tiba sebuah tepukan dirasakan Reza di bahunya,

Reza seketika menoleh ke belakang,

Sepi,

Namun...

"Pesan apa Mas?"

Tiba-tiba seorang perempuan terdengar bertanya, dan tentu saja Reza kaget luar biasa karena perempuan itu tiba-tiba saja ada di depannya persis.

Entah bagaimana caranya perempuan itu muncul di sana, sementara tadi jelas-jelas Reza tak melihatnya di warung itu,

Tapi...

Ah tidak'

Ini pastinya bukan apa-apa, sepertinya karena efek Reza sedang lapar hingga membuatnya kurang fokus,

"Ngg..."

Reza mundur sebentar untuk melihat daftar menu yang dijual di sana,

Daftar menu yang ditempel di kaca gerobak penjual nasi goreng tersebut,

"Nasi goreng kambing, hmm boleh lah,"

Kata Reza kemudian,

Si perempuan mengangguk,

"Berapa porsi?"

Tanyanya ramah,

"Dua saja,"

Jawab Reza,

Ia memutuskan membeli dua karena takut asisten rumah tangganya juga belum makan,

"Tunggulah di depan,"

Kata si perempuan itu,

Reza pun mengangguk,

Tak ada yang aneh, biasa saja,

Reza menarik satu kursi plastik untuk ia bawa ke depan warung,

Diletakkannya kursi plastik itu untuk kemudian ia duduki dan menyibukkan diri membaca beberapa berita terbaru yang viral hari ini,

Sekitar setengah jam menunggu, akhirnya Reza dipanggil perempuan yang tadi menerima pesanannya,

Tapi, ada yang terasa aneh bagi Reza tiba-tiba,

Bukan, bukan perempuan yang kini ada di depannya,

Tapi...

Suasana warung itu.

Warung tenda yang semula ramai dipenuhi pengunjung entah kenapa tiba-tiba tampak sepi seolah tak pernah ada bekas orang-orang makan di sini,

Reza celingak-celinguk, ia sungguh penasaran bagaimana bisa terjadi sementara ia yakin sekali tak ada yang keluar dari warung sejak Reza duduk di depan untuk menunggu pesanannya selesai,

Reza menatap penggorengan dan kompor yang kini juga terlihat teronggok seperti barang lama,

Ke mana bapak penjual tadi?

Apa dia juga menghilang secara misterius?

Dan...

"Semuanya lima puluh ribu,"

Tiba-tiba perempuan di warung itu mengagetkan Reza,

Tampak Reza yang jadi tak enak itupun akhirnya mengangguk,

Cepat Reza mengeluarkan selembar uang lima puluh ribuan untuk kemudian ia berikan pada si perempuan yang rasanya seperti isteri dari pemilik warung tersebut,

Setelah membayar dengan uang pas, Reza pun akhirnya pamit dan bergegas menuju mobil mobilnya,

Sampai di dalam mobil, sambil menyalakan mesin mobil, Reza menatap warung tenda nasi goreng itu lagi,

Aneh sekali, bagaimana bisa tiba-tiba saja semua orang seolah menghilang?

Batin Reza.

...****************...

3. Pertemuan

Gerimis masih turun rintik-rintik, ketika mobil Reza akhirnya benar-benar meninggalkan warung tenda nasi goreng di mana Reza mengalami hal yang tak biasa,

Tapi...

Sebagai manusia yang hidup di era digital, yang seharusnya tak perlu terlalu percaya dengan hal-hal berbau mistis dan mengedepankan logika, maka Reza pun memutuskan jika kemungkinan memang ia tadi sempat melamun hingga tak menyadari dengan suasana sekitar,

Saat para pelanggan keluar dari warung dan pergi, Reza pasti sedang terlalu fokus dengan hp nya dan melamun pula, maka jadilah ia terkejut dengan perubahan suasana di sekitarnya,

Reza kemudian kembali menyetel lagu-lagu lawas kesukaannya untuk menemani perjalanannya di dalam mobil,

Jalanan masih cukup ramai, meskipun tak sampai padat hingga menimbulkan kemacetan,

Hingga kemudian, ketika Reza melewati depan bangunan kampus, tampak lamat-lamat di kejauhan, tepatnya di depan halte dekat kampus seorang gadis berdiri di halte yang tak ada penerangan selain dari lampu jalanan,

Gadis itu sepertinya seorang mahasiswi kampus tersebut,

Masih dengan memakai almamaternya, sambil menggendong ransel dan memeluk buku, gadis itu seolah tengah menunggu datangnya angkutan yang lewat,

Reza memelankan laju mobilnya,

Entah kenapa melihat seorang gadis sendirian berdiri di halte membuat Reza jadi ingat adik sepupunya Mila, dan juga kedua kakak perempuannya yang juga kadang pulang dari kampus dan tempat kerja di malam hari,

Tentu saja hal itu tidak selalu aman bagi mereka, apalagi mengingat waktu belakangan ini di mana kasus pelecehan pada perempuan semakin meningkat,

Reza yang memelankan laju mobilnya kemudian akhirnya menghentikan mobilnya itu di sisi jalan depan halte di mana mahasiswi itu berdiri menunggu angkutan,

Mahasiswi itu menatap datangnya mobil Reza,

Reza membuka kaca mobilnya, lalu melongok sedikit untuk bertanya pada gadis yang terlihat mengeratkan pelukannya pada bukunya,

Gadis yang begitu dari dekat terlihat cantik sekali itu menatap Reza dengan tatapan datar saja,

"Maaf, mau ke mana Mbak? Angkutan di jam sekarang sudah mulai jarang, kalau searah biar saya antar saja,"

Kata Reza,

Gadis mahasiswi itu terdiam, tak langsung menyahut, ia hanya menatap Reza seperti tatapan menyelidik atau serupa itu,

Lalu...

Gadis itu tiba-tiba mengatakan tujuannya adalah pulang ke rumahnya di perumahan yang tak terlalu jauh dari sana,

Mendengar gadis itu menyebutkan nama perumahan yang sama dengan perumahan tempat Reza membeli rumah barunya, membuat Reza merasa semakin harus menolong gadis mahasiswi yang berarti juga tetangganya itu,

"Kebetulan saya juga tinggal di sana, ayok saya antar sekalian saja Mbak,"

Kata Reza,

Gadis mahasiswi itupun seolah menimbang tawaran Reza sejenak, lalu ia terlihat celingak-celinguk untuk memastikan memang tak ada angkutan lewat,

"Ayok Mbak, nanti keburu hujannya deras,"

Ujar Reza pula,

Sebuah mobil keluar dari kampus tersebut, dan saat melewati halte dekat kampus di mana masih ada Reza di sana, seseorang yang berada di mobil itu mengklakson,

Gadis mahasiswi itu lantas menoleh ke arah mobil yang baru saja lewat,

Mobil berwarna merah itu meluncur dengan cepat dan dalam sekejap mobil itupun tak terlihat lagi dari pandangan,

"Bagaimana Mbak? Saya lelah sekali ini, mau cepat pulang juga,"

Kata Reza kemudian,

Ia merasa gadis itu terlalu banyak diam dan lama sekali untuk memutuskan iya dan tidak, sementara gerimis semakin deras dan jalanan akan semakin sepi.

"Ya, baiklah,"

Tiba-tiba suara itu terdengar,

Lembut sekali suaranya, sungguh membuat sosok gadis itu semakin sempurna saja,

Gadis berambut panjang itu lantas berjalan menuju mobil Reza,

Tampak Reza membukakan pintunya dari dalam, mempersilahkan gadis mahasiswi itu masuk ke dalam mobil,

"Untung belum hujan deras kan?"

Seloroh Reza berusaha agar suasana di antara mereka tak terlalu canggung dan akhirnya malah jadi tidak nyaman,

"Saya di Blok G nomor 27,"

Kata si gadis mahasiswi itu,

Reza pun mengangguk,

"Baiklah, saya antar Mbak pulang dulu,"

Kata Reza pula kemudian.

Gadis itu menoleh ke arah Reza sepintas lalu seraya menyunggingkan senyuman,

Sungguh senyuman yang manis sekali dan membuat Reza langsung berdebar tak menentu.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!