NovelToon NovelToon

Di Nikahi Calon Kaka Ipar

BAB. 1 Hinaan

Suci Septiani Susanti, ia adalah seorang Gadis cantik yang menutup kecantikannya dengan memakai cadar. Suci baru berusia 19 tahun, yang biasa di panggil Suci atau Uci, ia baru saja melajutkan pendidikannya di bangku perkuliahan semester empat.

Suci mengambil jurusan desainer, sebenarnya cita-citanya bukan mejadi desainer, cita-citanya ingin mejadi seorang dokter, namen ia mengubur dalam-dalam cita-cita itu, bagai mana pun juga sumpah dokter harus menolong pasien wanita atau lelaki, sedangkan ia adalah seorang santriwati, ia tidak ingin menyentuh lelaki yang bukan makhromnya, untuk itu ia mengubur cita-citanya.

Di usia Suci yang 19 tahun, ia sudah mejadi senior di pesantren Alhusna, ia juga selalu mengajar di pesantren itu untuk anak-anak baru, bukan hanya sampai di situ, ia juga selalu mengisi acara dengan ceramah di setiap ada acara di pondok mau pun di luar pondok saat mendapatkan undangan.

Suci dulu bukan Gadis yang lemah lembut, ia seorang Gadis nakal, teman-temannya semuanya lelaki. Apa lagi saat Ayahnya meninggal dunia, ia baru saja berusia 16 tahun, itu membuat ia semakin nakal, bahkan hingga terjun bebas ke dunia malam.

Bar adalah tempatnya untuk mengungkapkan perasaannya, bahkan dulu ia sempat membenci Allah, karena menurutnya Allah itu tidak adil, Allah begitu cepat menjemput Ayahnya, lelaki cinta pertamanya saat ia baru membuka mata di dunia ini.

Bahkan Suci belum sempat membalas budi pada Ayahnya, tapi Ayahnya sudah meninggal dunia. Itu lah awal Suci terjun ke dunia malam. Namen ada musibah yang menimpa Suci, Suci nyaris hampir di lecehkan oleh teman-temanya sendiri yang sama mabuknya, di situlah Suci memainta bantuan pada Allah, hingga kejaiban itu datang.

Suci di tolong oleh seorang lelaki dan bahkan lelaki itu sampai membawa Suci ke rumah sakit, karena Suci pingsan. Suci hingga sekarang tidak pernah tau lelaki mana yang pernah menolongnya, tapi kejadian itu mampu membuatnya bertoubat dan masuk ke dalam pesantren, dengan kejadian itu Suci percaya kalau Allah masih sayang pada hambanya yang jelas-jelas sudah menyalahkan Allah atas kematian Ayahnya.

Suci sekarang sedang mengendarai mobil untuk pulang, ia juga sudah berpamit pada Umi, Abi dan Gus Ali selaku pemilik pesantren tempatnya menimba ilmu. Suci sebenarnya tidak pernah pulang ke rumah, ia akan pulang saat hari raya idul fitri saja, tapi karena satu seminggu lagi kakanya akan menikah, ia terpaksa pulang ke rumah. Suci sampai di pekarangan rumah, ia turun dari mobil, lalu memasuki rumahnya yang terbuka lebar sambil uluk salam.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Mereka semua mejawab serempak, karena sedang ada tamu, Anisa masih setia duduk di sofa.

"Eh Bunda lagi ada tamu iya?"

"Iya nak."

Suci langsung mencium punggung tangan Anisa, lalu langsung mencum punggung tangan sang kaka yang bernama Sulis Septiani Alzahra, ia berusia 24 tahun.

Tidak lupa Suci juga menyalami ibu paru baya itu, sedangkan pada lelaki paru baya dan lelaki yang ada di kursi roda, ia hanya menungkupkan tangannya di dada, karena memang bukan makhrom.

Tentu hal itu membuat ke tiga tamu terkejut dengan perlakuan Suci yang berbeda, memang dari awal juga sudah terkejut karena melihat Suci yang memakai cadar, terlebih lagi saat Suci menyalami ke dua lelaki itu membuatnya semakin terkejut.

"Duduk dulu nak."

"Iya Bunda."

"Oh iya Key, ini adalah putri ke duaku namanya Suci Septiani Susanti, panggil saja Suci atau Uci, terserah kamu saja."

"Wah, aku pikir kamu cuma memiliki satu anak Anisa, soalnya aku tidak pernah melihat putri ke duamu."

Keyla menjawab dengan senyum berbinar. Keyla dan Anisa memang sudah bersahabat dari dulu, hingga mereka tidak menyangka kalau anak-anak mereka saling mencintai.

"Suci memang tinggal di pesantren Key, jarang pulang, ini juga pulang karena kakanya mau menikah, jadi Suci pulang."

Arkan menatap wajah Suci yang menundukan pandanganya, mata Suci menurut Arkan sangat meneduhkan. Namen hati Arkan sedikit tidak percaya kalau Sulis memiliki adik yang kepribadiannya bertolak belakang. Sulis yang seorang model selalu memakai pakaian seksi, sedangkan adiknya memakai baju Gamis, bahkan menutup wajahnya dengan cadar. Kini Bagas Adipati selaku Papa tiri dari Arkan langsung memulai pembicaraan.

"Begini kami datang ke sini langsung saja pada intinya, setelah Arkan kecelakaan, Arkan memang lumpuh, sudah 3 bulan ini masih saja belum ada kemajuan, kami berharap nak Sulis tidak keberatan untuk melajutkan pernikahannya yang tinggal satu minggu lagi."

"Berapa lama Arkan akan sembuh om? Dan seberapa parah penyakitnya?"

"Kami juga tidak tau nak, karena dokter saja sudah menyerah, kami sudah memanggil banyak dokter, bahkan pergi ke luar negri, tapi hasilnya tetap nihil nak."

"Kenapa om baru bilang sekarang kalau Arkan lumpuh? Arkan, kalau saja kamu bilang 3 bulan yang lalu, kita membatalkan pernikahan tanpa menanggung malu, terutama kamu Arkan, pasti kamu malu besar di depan keluargamu walau pun kita tidak mengundang orang luar."

Semua orang di buat tetkejut oleh ucapan Sulis, tapi tidak dengan Arkan, inilah yang Arkan takutkan, kalau Sulis tidak bisa menerimanya karena sekarang ia lumpuh, dan entah berapa lama ia juga harus bergantung dengan kursi roda.

"Apa maksudmu?"

"Kamu bilang apa maksudku?! Tentu saja kita batalkan pernikahan kita Arkan! Aku tidak mau menikahi lelaki lumpuh! Aku tidak mau seumur hidupku menghabiskan waktu dengan lelaki lumpuh! Jadi aku minta kita batalkan saja pernikahan kita!"

Nafas Sulis naik turun, bukan karena ia benci pada Arkan, ia juga sangat mencintai Arkan, tapi egonya terlalu tinggi, ia tidak ingin menikah dengan lelaki lumpuh, bukan hanya seluruh hidupnya untuk mengurusi Arkan, tapi ia juga malu kalau nanti teman-temannya tau kalau ia menikahi lelaki lumpuh.

"Astaghfirullah kak, jangan berbicara dengan nada bertetiak, sangat tidak sopan."

Suci sangat malu dengan ucapan kakanya yang seolah-olah sedang merendahkan harga diri Arkan.

"Kamu tau apa dek tentang rasa kecewa?!"

"Kecewa dalam hal artian apa kak? Manusia tidak bisa mengubah takdir, manusia hanya tetap berusaha dan bersabar."

"Kaka kecewa karena lelaki yang kaka cintai jadi lumpuh, kaka tidak mau menikahi lelaki lumpuh, kaka malu dek!"

Air mata Sulis langsung mengalir deras, ia tidak ingin melepaskan cintanya pada Arkan, tapi ia juga tidak ingin menikah dengan Arkan, ia tidak mau terbebani karena Arkan lumpuh.

"Kak, mungkin ini adalah ujian dari Allah. Allah akan menguji setiap hambanya, tinggal kita yang sebagai hamba, mampuhkah bersabar melewati ujian ini atau tidak? Tapi perlu kaka tau, setiap ujian yang Allah berikan, Uci percaya kalau Allah akan membalasnya dua kali lipat dengan kebahagiaan."

Tutur kata Suci mampu membuat Keyla, Bagas dan Arkan sedikit tenang, yang awalnya sudah sedikit marah karena Sulis menghina Arkan, tapi sekarang pikiran mereka sedikit tenang.

"Kamu itu tidak perlu menasehati kakak dek, kamu hanyalah anak-anak, walau pun kamu seorang senior dan mampu menghapal 30 juz dalam waktu 1 tahun, tapi kalau masalah tentang percintaan kamu itu nol!"

BAB. 2 Menyuruh Suci menikah

Suci hanya bisa menghela nafas sambil beristigfhar di dalam hatinya, ia tidak mengenal sosok kakanya yang biasanya lembah lembut, memang semejak kakanya terjun ke dunia permodelan, kakanya jadi sering sekali berbicara kasar.

"Nak, pernikahan ini kamu yang mau, bukan atas perjodohan atau keinginan siapa pun, kamu yang menerima lamaran nak Arkan, kenapa kamu segampang itu membatalkan pernikahan ini nak? Coba kamu pikir, kamu sudah 2 tahun menjalin hubungan bersama nak Arkan, apa kamu yakin melepaskan nak Arkan begitu saja?"

"Bunda, jawabannya tetap sama! Sulis tidak mau menikah dengan lelaki lumpuh! Dan Kamu Arkan, mulai sekarang kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi! Aku tau kamu yang membuat nama aku melambung tinggi mejadi model papan atas, tapi aku tidak bisa hidup dengan lelaki lumpuh! Dan masalah perusahaan, kamu bisa mencari orang untuk menikah kontrak, agar perusahaan yang di bangun papa kamu jadi milik kamu."

Memang ini adalah aturan dari keluarga Wijaya, jika Arkan tidak menikah sampai usia 28 tahun, perusahaan itu akan di serahkan pada adik sepupu tirinya, yang memang sudah memenuhi aturan dari keluarga Wijaya. Bima Wijaya, ia adalah adik sepupu tiri dari Arkan, walau pun usianya 27 tahun, Bima sudah menikah 4 bulan yang lalu.

"Sulis, aku mohon, kali ini bantu aku, tolong jangan batalkan pernikahan kita, aku tidak mau melepaskan perusahaan papa, perusahaan itu hasil jerih payah papa."

Mata Arkan mulai berkaca-kaca, bukan ia kekurangan harta, kalau pun ia tidak mendapatkan perusahaan itu, keluarga papa tirinya sangat kaya, Bagas Adipati bukan hanya seorang pimbisnis, tapi ia juga seorang gubernur.

"Tidak mau! Sudah aku bilang aku tidak mau menikahi lelaki lumpuh!"

"Apa kamu selama ini tidak mencintai aku Sulis? Apa kamu hanya ingin menaikan populeritas kamu saja?"

"Aku cinta sama kamu, Arkan, tapi aku tidak mau nanti di gosipkan sama teman-teman aku kalau aku menikahi lelaki lumpuh."

Arkan menghela nafas kasar, menurutnya cinta macam apa yang Sulis miliki? Bahkan gengsi Sulis lebih besar dari pada rasa cintanya. Keyla hanya menatap Arkan dengan perasaan sedih, Arkan sudah sangat terpuruk saat mengetahui lumpuh, Arkan baru saja menata hidupnya kembali dan menerima kenyataan 2 minggu yang lalu, tapi sekarang pernikahanya dengan Gadis yang di cintainya selama 2 tahun kandas begitu saja.

"Kak, pikirkan kembali, jangan terlalu buru-buru mengambil keputusan, jangan sampai menyesal di kemudian hari."

Suci mencoba kembali untuk menasehati kakanya, ia tidak ingin kalau kakanya nanti menyesal.

"Kenapa kamu dari tadi menasehatin terus dek? Kamu suka sama Arkan? Kalau suka kenapa tidak kamu saja yang menikah dengan Arkan?"

"Tidak kak."

"Begini deh dek, kalau kamu di posisi kaka, jalan apa yang akan kamu ambil? Apa kamu akan tetap menerima calon suamimu yang lumpuh ini?"

"Insya Allah Uci tetap menerima kak, setiap orang di lahirkan dengan berpasang-pasangan, setiap orang memiliki kekurangan dan memiliki kelebihan juga. Allah menciptakan manusianya dengan sangat adil kak, dan terimalah kekurangan masing-masing agar menjadi pasangan yang sempurna, kalau kita hanya mencari yang sempurna, itu sangat sulit kak, tidak ada hamba yang di ciptakan begitu sempurna, pasti akan ada kekurangan di setiap hambanya."

Arkan yang sudah mulai berkaca-kaca mejadi tenang, entah kenapa setiap kata yang di ucapkan calon adik iparnya itu seakan memiliki nyawa. Arkan sekali-kali menatap mata Suci yang masih tetap menundukan pandanganya, entah kenapa di hatinya seperti ada sesuatu yang berbeda, jelas-jelas ia baru bertemu untuk pertama kalinya dengan Suci.

"Baik kalau itu jawabanmu dek, maka menikahlah dengan Arkan, bukan'kah kamu akan tetap menerima lelaki seperti apa pun itu?!"

"Masud kaka apa?"

Suci mejadi bingung dengan ucapan kakanya yang menurutnya tidak jelas, masa iya ia harus menikah dengan calon kaka iparnya? Bukan Suci tidak bisa menerima karena Arkan lumpuh, tapi Arkan adalah calon dari kakanya, terlebih ia juga sudah memiliki lelaki idaman, karena bagi ia cinta adalah fitrah, semua orang pasti memiliki rasa cinta, bahkan ia selalu menyebut nama lelaki itu di sholat sepertiga malamnya, lelaki yang mampu membuatnya sungguh-sungguh untuk berubah ke jalan yang benar.

"Tidak perlu alesan dan pura-pura bodoh dek, kamu juga tidak mau menikahi lelaki lumpuh'kan?"

"Kaka nyuruh Uci menikah dengan kak Arkan begitu?"

"Ya iyalah dek, lagian juga Arkan tidak akan menolak kalau kamu mau menikah dengannya, terlebih Arkan sedang membutuhkan istri untuk mendapatkan perusahaan papanya."

Suci mengelus dada sambil beristighfar berkali-kali, kini matanya menatap ke arah Bundanya, ia jadi bingung harus mejawab apa, karena ia merasa seolah-olah kakanya sedang memojokannya di setiap kata yang ia ucapkan. Anisa yang di tatap oleh putrinya, tentu ia juga bingung harus jawab apa

"Yang di cintai nak Arkan itu kamu Sulis, kenapa kamu menyuruh adikmu yang menikah? Yang menerima lamaran juga kamu bukan adikmu."

"Sudah Sulis bilang Bunda, Sulis tidak mau menikahi lelaki lumpuh, tadi adek juga bilang kalau adek mau menikahi lelaki lumpuh, mungkin saja Arkan adalah jodoh adek, kita sebagai manusia tidak ada yang tau."

Arkan menghela nafas berat, ia merasa sekarang seperti sampah yang sama sekali tidak di butuhkan oleh Sulis, jelas-jelas dulu yang melengket terus adalah Sulis, tapi kali ini Arkan merasa di buang begitu saja.

"Arkan, lalu harus bagai mana nak?"

Keyla menatap sedih dengan putranya, ia juga memang menginginkan perusahaannya di pertahankan, tapi mau bagai mana lagi, Sulis menginginkan membatalkan pernikahan itu begitu saja, sedangkan tentang usul dari Sulis untuk Arkan menikah kontrak jelas Keyla tidak setuju, pernikahan adalah hal yang saklar, tidak boleh untuk di permainkan.

"Tidak tau ma, Arkan juga bingung."

Anisa menatap mereka dengan perasaan bersalah dan kasihan.

"Maafkan putriku Key, maaf karena telah mengecewakan kalian."

Keyla menggelengkan kepalanya pelan, ini bukan salah siapa pun menurut Keyla, harusnya ia sadar kalau putranya itu lumpuh, tentu tidak akan ada Gadis yang sempurna untuk menikahinya.

"Jangan minta maaf Anisa, kamu tidak salah, kami yang salah. Kami bahkan masih menginginkan pernikahan mereka, jelas-jelas putra kami tidak sempurna, jadi seharusnya kami tidak mengharapkan pada Gadis yang sempurna."

Ada perasaan sakit di hati Suci saat mendengarkan ucapan Keyla, ia seharusnya tidak pulang, mungkin tidak akan mendengar kesedihan mereka. Keyla langsung mengeluarkan air matanya, ia langsung menangis, beban ia yang mejadi seorang mama begitu berat, harus melihat putranya lumpuh, bahkan harus melihat putranya terpuruk, di saat putranya mulai mau menata kembali hidupnya dan menerima keadaanya, sekarang ia harus melihat putranya di hina oleh calon istrinya sendiri, entah apa kesalahannya, ia bahkan menerima cobaan yang bertubi-tubi. Bagas langsung memeluk istrinya yang menangis

"Sabar sayang, mungkin Arkan dan Sulis memang tidak di takdirlan untuk bersama, kamu jangan menangis, harusnya kamu menyemangati Arkan yang lebih rapuh dari pada kita."

"Aku tau mas, tapi dada ini sangat sakit."

BAB. 3 Suci menerima pernikahan

Arkan menghela nafas berat saat melihat mamanya menangisi untuknya, begitu menyedihkannya ia sekarang, bukan hanya di hina, tapi ia seperti sampah sekarang. Suci yang melihat semua itu dadanya sangat sakit.

"Kak, pikirkan ulang, jangan membuat keputusan dengan kepala emosi, pikirkanlah dan setelah yakin kaka baru membuat keputusan."

"Keputusan kaka sudah bulat! Kaka tidak akan menikah! Kalau kamu merasa kasihan, menikahlah dengan Arkan!"

Suci mejadi bingung, ia menatap ke arah Keyla, ia merasa iba.

"Tante, maaf atas perbuatan kaka saya, bagi saya semua orang itu sama saja di mata Allah, hanya iman kita yang berbeda. Allah tidak pernah membeda-bedakannya, tidak ada seorang hamba yang sangat sempurna Tan, jangan buang air mata berhargamu untuk masalah ini, tidak pantas seorang ibu untuk menangisi hal seperti ini, dan percayalah di depan sana kak Arkan akan mendepatkan kebahagiaan, setelah menerima semua ujian dengan lapang dada."

Sebenarnya Suci tidak tau, ucapanya benar apa salah, otaknya sudah tidak bisa bekerja saat melihat kakanya yang sudah menghina dan membuat orang lain menangis. Sedangkan Anisa dari tadi bungkam, tapi tidak bisa di pungkuri setiap kata yang di ucapan oleh putri ke duanya, mampu mewakili ucapannya pada Keyla. Keyla menatap ke arah Suci sambil menghapus air matanya.

"Nak Suci, boleh tante meminta sesuatu padamu?"

Suci hanya menganggukan kepalanya sambil tersenyum di balik cadar.

"Apa kamu mau menikah dengan putra tante? Arkan sudah cukup untuk mejadi lelucon karena lumpuh oleh keluarga om tirinya, tante tidak ingin membuat ia tersisihkan, kalau masalah perusahaan, tante memang bisa buat ikhlas, tapi masalah penghinaan, tante tidak sanggup untuk menanggungnya."

Suci menatap Arkan sekilas, lalu ia langsung menunduk lagi.

"Suci, kalau keberatan jangan dengarkan ucapan mama, saya tidak ingin kamu terbebani oleh masalah saya, tidak seharunya mama saya menyeretmu."

Suci memejamkan mata, ia mengucapkan bismillah dan berdo'a, agar langkah yang ia ambil tidak salah.

"Saya mau menikah dengan kak Arkan."

Suci menjawabnya dengan mantap walau pun hatinya tidak mantap, karena ia harus menghapus nama lelaki yang ia cintai selama ini, yaitu Gus Ali, lelaki yang ia cintai dari pertama masuk pesantren, tapi ia tidak mau melihat orang lain menangis, apa lagi kalau ia bisa membantunya, biarkan ia mengorbankan kebahagiannya, karena ia selalu percaya, kalau rencana Allah itu lebih indah dari pada rencana manusia.

Flashback on

Suci memutuskan masuk ke pesantren yang ada di bandung, di pesantren Alhusa, ia ingin melupakan masa kelamnya dan dunia hitamnya yang hampir membuat ia menyesal dalam seumur hidupnya. Suci berangkat dengan supir, karena ia tidak ingin di antarkan Bundanya, alasannya jaraknya terlalu jauh, jakarta ke bandung. Suci menarik kopernya masuk ke dalam pesantren saat berusia 16 tahun, termasuk ia juga pindah sekolah di sana. Suci melihat lelaki yang memakai sarung, baju koko dan peci.

"Mas, pendaftaran di mana iya?"

"Di sebelah sana teh."

Yang di anggap oleh Suci santri itu tetap menundukan kepalanya. Suci yang melihat perlakuan santri itu, ia langsung jatuh cinta dengan pandangan pertama, jantungnya berdetak sangat cepat saat melihatnya, ia belum pernah melihat lelaki yang mudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

"Mas kenalan dong."

Suci mengulurkan tangannya pada lelaki yang ada di hadapannya. Sedangkan lelaki itu hanya menungkupkan tangannya di dada.

"Nama saya Muhamad Ali Alfauzi, panggil saja Ali, saya selaku ketua dewan santri di sini."

"Mas, usianya berapa tahun?"

"Usia saya 20 tahun."

Suci langsung menurunkan tangannya karena tidak di jabat oleh lelaki di depannya.

"Mas kenapa tidak mejabat tangan saya? Tangan saya tidak kotor."

"Tangan teteh memang bersih, tapi teteh bukan makhrom saya."

"Kalau biar jadi makhrom itu gimana?"

Jiwa kepo Suci terus saja meronta-ronta.

"Harus memiliki ikatan pernikahan teh."

"Jangan panggil teteh dong, panggil saja Suci atau Uci. Nama saya Suci Septiani Susanti. Baiklah mas kalau begitu tunggu saya untuk merubah diri saya, tunggu saya hingga membuat saya pantas untuk mas nikahi, saya jamin dalam waktu 2 tahun saya akan bisa menghapal 30 juz dan bisa membuktikan kalau saya memang pantas untuk mas yang sebagai ketua dewan santri."

"Uci, berubahlah dan bertoubatlah karena Allah, jangan karena saya, saya percaya kamu cepat hapal dalam waktu 1 tahun."

"Tapi saya mencintai mas dalam pandangan pertama, memang saya salah mencintai mas?"

Gus Ali menggeleng pelan.

"Tidak salah, cinta adalah fitrah Uci."

"Mas harus melamar Uci di usia Uci 19 tahun."

"Insya Allah, kalau Allah mengijinkan kita untuk bersama, pasti kita akan bersama, tapi cintai Allah lah terlebih dahulu sebelum kamu mencintai saya, cinta karena Allah akan membuat kita lebih lama untuk mencintai, sedangkan cinta karena rasa kagum pada diri saya, cepat atau lambat akan hilang."

"Baik mas saya akan berusaha."

Setelah itu Suci pamit dari sana, hari demi hari bulan demi bulan, Suci selalu mengagumi Gus Ali, rasa cintanya semakin bertambah dan berbicara tanpa ada rasa malu dengan Gus Ali, tapi semejak Gus Ali memiliki kelas mengajar di kelasnya, ia jadi tau siapa sebenarnya lelaki yang ia cintai selama ini. Ternyata lelaki yang Suci cintai adalah seorang Gus, putra tunggal dari pesantren tempatnya menimba ilmu, dari situlah Suci mulai melangkah mundur, ia mulai tidak lagi terbuka dengan perasaannya, tapi rasa giat belajarnya semakin menggebu-gebu setelah tau kalau lelaki itu adalah seorang Gus.

Benar apa yang Gus Ali ucapkan, Suci dalam satu tahun mampu menghapal 30 juz, dan setelah 1 tahun setengah mondok Suci sudah mulai bisa mengajar, ia mejadi senior yang patut di acungi dua jempol, tutur bahasa dan kecerdasannya mampu membuat siapa saja merasa kagum, dan mulai di situlah akhirnya Suci memutuskan menutup dirinya memakai cadar, ia masih terus memperbaiki dirinya. Kalau dulu memperbaki diri karena Gus Ali, tapi sekarang ia memperbaiki diri karena sudah mejadi terbiasa.

Flashback off

Keyla tersenyum saat mendengar jawaban dari Suci, matanya berbinar, ia sangat senang, setidaknya ia di buang oleh emas dan mendapatkan berlian.

"Kamu serius nak?"

"Saya serius tante, tapi ada syarat yang harus kak Arkan penuhi."

Arkan juga merasa sangat senang saat mendengar jawaban dari Suci, bukan karena ia senang bisa mempertahankan perusahaannya, tapi ia seperti pernah mencintai Suci sebelumnya.

"Katakan, biar saya tau syarat apa yang ingin kamu ajukan."

"Syarat pertama, apa pun yang terjadi nanti, jangan pernah ada kata perceraian, syarat ke dua, belajarlah mencintai Uci karena Allah kak, syarat ke tiga, biarkan Uci melajutkan pendidikan Uci yang baru semester empat. Uci memang tidak bisa janji kalau Uci bisa mejadi istri yang baik untuk kak Arkan, tapi Uci akan belajar mejadi istri yang baik sesuai yang kak Arkan inginkan."

"Saya tidak keberatan atas syarat yang kamu ajukan, lalu ingin pernikahan seperti apa yang kamu inginkan?"

"Cukup pernikahan sederahana, cukup keluarga saja yang tau, dan saya mau kita menikah di rumah ini."

"Baiklah."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!