...Hallo, selamat datang. Untuk pembaca baru salam kenal, dan pembaca lama salam sayang. Ini adalah kisah Mikhayla Qianzy, yang merupakan Sequel dari Gairah Cinta Sang Presdir....
...****************...
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari kebahagiaannya sebagai seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
...****************...
Terbiasa hidup dengan penjagaan ketat sang papa membuat Mikhayla merasa jengah. Perhatian yang Mikhail berikan membuatnya merasa terkekang, bukan sekadar fasilitas mewah semata. Tapi yang dia inginkan hanyalah kebebasan seperti teman-teman seusianya.
"Happy birthday ... Mikhayla yuhuuuuu!!"
"Azeek-azek!! Selamat ulang tahun, tuan putri!!"
DOR .... Prriiit
Teriakan kebahagiaan dan ucapan hangat bertabur malam ini. Untuk kali pertama Mikhayla merayakan ulang tahun bersama teman dan juga kekasihnya. Selama ini, Mikhail dan Zia akan selalu menjadi yang pertama dan tidak memberikan kesempatan Mikhayla untuk merayakannya di luar.
"Syukurlah kamu datang juga, gimana cara pamitnya?"
Alka bertanya dengan senyum tipis di wajah manisnya. Setelah dua tahun menjalin hubungan dengan putri kesayangan pria posesif sedunia itu, akhirnya Alka bisa menatap wajah sang kekasih di bawah sorot lampu berwarna warni dengan alunan musik yang menggema begitu syahdu di telinganya.
"Ikutin saran kamu, dan berhasil."
Mikhayla menampakkan gigi-gigi rapihnya. Mengingat bagaimana cara dia meminta izin yang luar biasa brutal di hadapan sang papa. Mikhayla merasa tidak lagi punya cara selain itu, dia merasa malu di usianya yang ke 18 tahun pun papanya masih menyiapkan sebuah pesta di rumah layaknya anak kecil umur 13 tahunan. Mikhayla membenci hal itu, apapun alasannya.
"Hahaha sesekali durhaka nggak masalah, kita masih muda ... nikmati hidup selagi bisa, iya kan, Sayang?"
Salah besar seorang Mikhayla, gadis itu merasa iri dengan kehidupan teman-temannya yang bebas luar biasa. Bahkan pergi ke luar kota berminggu-minggu tidak akan jadi masalah, berbeda dengan dirinya yang pacaran saja bahkan harus curi-curi kesempatan karena Mikhail benar-benar membatasi ruang geraknya.
"Akhirnya anak rumahan keluar malam coy!! Welcome Mikhayla ... Kamu akan merasakan bagaimana nikmatnya menghabiskan malam di tempat ini," teriak Ananda bersemangat sekali, meloncat dengan alunan musik yang menggema sejak tadi.
Jiwa Mikhayla perlahan menyukainya, ini sangat menyenangkan dan dia merasa benar-benar hidup malam ini. Hingga, beberapa menit larut dalam kesenangan Alka mencekokinya minuman keras. Minuman yang sama sekali dia belum pernah menyentuhnya, bahkan melihatnyapun hanya di media sosial dan film-film saja. Ya, Mikhail menjaga sang putri sebaik itu sebenarnya.
"Lagi?"
"Enggak-enggak!! Cukup," tolak Mikhayla kala mulai merasakan hal aneh setelah dia meminumnya.
Kepala Mikhayla terasa pusing, dia mendadak tidak nyaman dan berpikir jika dirinya masuk angin. Alka yang melihat kekasihnya mulai kehilangan keseimbangan hanya tersenyum tipis kemudian mendekkat dan menarik Mikhayla dalam pelukan.
"Come on, Honey ... Kita belum pernah melakukannya sekali, kamu sayang aku kan," bisik Alka kemudian, pria itu melirik ke arah teman-temannya. Jelas saja respon mereka hanya memberikan jempol dan isyarat untuk pindah ke tempat lainnya.
"I wanna kiss you," desis Alka kemudian namun tanpa diduga Mikhayla justru menepis wajahnya hingga pria itu tersinggung dengan penolakan Mikhayla.
"Siaalan!! Nggak asik tau nggak!!"
Merasa tetap diacuhkan padahal sudah dalam pengaruh minuman, Alka mendorong tubuh Mikhayla dengan kasarnya. Dia yang masih memiliki kesadaran sontak berdiri dengan mata memerah dan menampar pria itu dengan sisa tenaganya.
"Kamu apa-apaan sih? Aku susah payah minta izin Papa bukan buat kamu tidurin ya!!"
"Sok suci!! Anak ha-ram aja belagu!!" ucap Alka kemudian, kalimat yang selalu dia tahan-tahan akhirnya keluar di hadapan beberapa teman lainnya.
"Diam!! Kamu juga sama, jangan lupa ngaca!!" bentak Mikhayla dengan amarah yang luar biasa menggelora.
"Hei-hei ... kenapa kalian berdua jadi berantem? Khayla, kamu kenapa begini? Alka udah baik loh, dia siapin ini semua buat kamu ... Kamu pikir ini murah? Mahal tau nggak!!" bentak Widuri kemudian, secepat itu suasana menjadi panas lantaran cekcok pasangan kekasih itu. Padahal memang keduanya kerap bertengkar lalu berbaikan lagi sebagaimana hubungan sepasang kekasih yang masih labil.
"Yaudah sih, emang dasar dianya aja nggak cocok bergaul sama kita."
Merasa tidak ada yang membelanya, Mikhayla memilih pulang sendiri. Tidak lagi dia pedulikan kepalanya yang terasa sedikit pening ini, dengan langkah sempoyongan Mikhayla keluar dari tempat berkilau sekaligus berisik itu.
Dia masih sanggup jika sekadar pulang saja, hendak menelpon orang-orang di rumah sama halnya bunuh diri. Pasalnya, dia minta izin pada Mikhail ialah merayakan pesta di hotel, bukan di club malam.
Dalam keadaan emosi, Mikhayla melajukan mobil kesayangannya itu dengan kecepatan tinggi. Matanya begitu fokus menatap kedepan dan mempertahankan kewarasannya.
Semakin dia ingat maka semakin marah, hingga Mikhayla menambah kecepatannya lagi. Ini adalah rekor tercepat dia berkendara, jalanan yang begitu lenggang malam ini membuatnya luar biasa puas berkuasa.
"Aaahhh badjingan kamu, Alka!!" teriaknya kemudian dan kecepatan mobil semakin tak terkendali. Hingga tanpa sempat Mikhayla sadari di depannya terdapat mobil dari arah berlawanan, dia yang panik berusaha untuk menghindar namun karena kecepatan yang luar biasa tinggi membuatnya mobilnya menghantam kendaraan pengendara lain dalam hitungan detik saja.
BRAAAKK
"Euugh Papa ...."
-To Be Continue-
Jangan lupa tap love dulu, Sayangku. Biar ga ketinggalan❣️
Dentuman keras memecah keheningan malam di pusat kota. Tabrakan maut yang tidak dapat terhindarkan ini membuat sebuah mobil sedan hitam yang ditumpangi seorang wanita bersama pria yang diduga sopirnya itu rusak parah.
Sirine ambulance memekakan telinga, dengan pandangan yang mulai gelap dia masih dapat melihat darah mengalir di tubuh wanita yang terpental beberapa meter di sana. Mikhayla hanya bisa menatapnya dari kejauhan, batinnya terpanggil untuk melangkah namun apa daya dia tidak bisa.
Entah apa yang terjadi kini, dia hanya berharap dunianya belum berakhir. Tenaga medis bergerak cepat, beberapa orang yang menjadi saksi kecelakaan maut itu hanya bergidik ngeri begitu menyaksikan wajah korban sudah tidak berbentuk lagi, membentur aspal dengan aroma darah yang mulai menyeruak indera penciuman.
Maafkan, Khayla ... Papa
Dunianya mendadak gelap usai megucapkan kata maaf, Mikhayla tidak mengetahui lagi apa yang terjadi setelahnya. Yang jelas, saat ini dia beberapa orang tengah berusaha megeluarkannya dari dalam mobil.
Mereka bergerak cepat, karena kemungkinan mobil akan meledak. Benturan tersebut terlampau keras, korban dipastikan meninggal di tempat. Sungguh memilukan, mereka yang ada di sana hanya bisa mengurut dada kala melihat darah yang bersatu dengan tetesan air hujan itu kian menyebar.
"Masih sangat-sangat muda, kasihan sekali."
Kini, di rumah sakit, tampak pria bertubuh tegap melangkah pelan menuju salah satu brangkar tempat istrinya berbaring. Tidak pernah dia duga pertemuan malam ini akan berakhir begiru tragis, padahal beberapa jam sebelum kejadian dia bahkan bercumbu via telepon bersama sang istri.
"Selamatkan istriku," titahnya dengan suara dingin tak terbantahkan, dokter dan beberapa orang di sana hanya diam tanpa kuasa mengucapkan apa-apa.
"Kalian buta? Istriku butuh pertolongan!! Wajahnya terluka, kenapa kalian hanya diam saja?" bentaknya kemudian dengan emosi yang berapi-api, matanya mulai membasah dan menatap tubuh yang kini terbujur kaku dengan mata sendunya.
"Pak, maaf sekali lagi ... istri And_"
"Tutup mulutmu!! Sejak tadi kalian sama sekali tidak memeriksanya, istriku tidak butuh selimut hingga ke atas wajahnya! Kau dengar itu?!!" Kembali dia mengguncang pria berjas putih di sana, secara sadar dia paham betul bahwa yang dihadapannya hanyalah tubuh tak berjiwa.
"Cepat, Dokter ... saya mohon, berapapun saya bayar tapi tolong kembalikan dia, Dokter!! Kasihan bayi kami di dalam kandungannya!!"
Harus dengan cara apa dia memohon agar pria itu tersentuh, saat ini tidak ada yang dia butuhkan kecuali sang istri. Sayangnya, mau bagaimanapun memohon dokter hanya diam hingga akhir.
"Sayang bangun! Jangan tidur di sini, ini bukan kamar kita, Sayang ... bukankah kamu tidak suka temat tidur keras begini? Hm?" tanya pria itu menyentuh menangis sendu, bak diiris sembilu hatinya luar biasa seperih itu.
Satu menit, dua menit, tiga menit hingga kini tak terhitung lamanya belum juga ada pergerakan. Istrinya tidak lagi mendengar, tak peduli seberapa keras dia menangis, istrinya tetap diam begitu saja.
.
.
.
Pemirsa! Tragedi menggegerkan ibu kota kembali terjadi di jalan Ahmad Yani pada hari rabu, sekitar pukul 00:30 dini hari. Salah satu korban meninggal di tempat, sementara satunya luka parah. Diduga pengemudi yang merupakan seorang wanita muda itu melaju dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi dalam keadaan mabuk hingga hal itu tidak dapat dihindari.
Hingga hari ini hampir seluruh stasiun televisi masih menyiarkan kabar duka tersebut. Pria tampan yang tengah terpaku hanya menatap nanar tanpa arah. Napasnya seakan tercekat, wajahnya sudah pucat sejak malam itu, istrinya menjadi berita utama berhari-hari.
"Aaaaarrrggghhhg Liora!!!"
PRANK
Televisi itu retak seribu dengan sekali lemparan, ponsel beradu dengan layar televisi itu jelas saja hancur dengan mudah.
Jiwanya sudah cukup sakit begitu mendengar kabar kematiannya kemarin malam. Kini, televisi tak henti-hentinya membahas hal itu hingga kepala pria itu seakan pecah rasanya. Air matanya sudah kering, sesal mendalam kini bersemayam dalam hatinya. Menyesal, kenapa tidak dia saja yang menjemput sang istri tadi malam.
Keyvan Wilantara, pria tampan yang baru saja menikah beberapa bulan lalu di usianya yang ke 30 tahun terpaksa menelan pil pahit saat ini juga. Jiwanya terasa mati, dia tidak memiliki siapapun sebagai tempat bersandar selain Liora.
Sulit baginya, mana mungkin seorang Keyvan mampu menerima semua ini dengan mudah. Bahkan dia sempat menolak prosesi pemakanan dilakukan dengan harapan istrinya yang sudah terbujur kaku itu dihidupkan kembali.
"Kembali, Lio ... atau kalau tidak bawa saja aku bersamamu!! Aku mohon!!"
Dia memeluk erat foto pernikahan yang ada di atas nakas, seorang Keyvan berurai air mata dan ini luar biasa sakitnya. Pria itu meraung seolah meminta Tuhan membawa serta dirinya juga.
"Dasar pembunuh, jika kau tidak bisa mengembalikan istriku maka akan ku hancurkan duniamu anak kecil," ucap Keyvan menatap tajam sekitarnya, rahangnya mengeras dan dengan tangan terkepal begitu kuatnya.
Dia beranjak pergi meninggalkan kamar tidurnya. Sejak tadi siang hanya menghabiskan waktu sendirian di kamar hingga kini menjelang malam. Setelah kematian kedua orang tuanya, kini Keyvan juga harus melihat wanitanya pergi lebih dulu tanpa aba-aba, hal wajar jika dia terpukul luar biasa. Terlebih lagi kala dia mengingat bagaimana kondisi sang istri yang bahkan hampir tidak bisa dikenali, wajahnya hancur dengan beberapa tulang yang patah.
"Wibowo kemari!!"
-To Be Continue-
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya."
Pria berkacamata itu tak segera menjawab, dia paham atasannya tengah diselimuti kemarahan. Siapapun yang berada di posisi itu jelas akan merasakan hal yang sama, akan tetapi di sisi lain Wibowo menjadi dilema lantaran mengetahui jika wanita yang dimaksud atasannya masih begitu muda.
"Kenapa diam? Kau tuli?"
Wibowo terperanjat, suara dingin bosnya benar-benar mendominasi. Belum apa-apa pikiran Wibowo sudah tidak jernih lagi, apa yang akan dilakukan sebagai bentuk kemarahannya lantaran gadis itu sudah menghilangkan nyawa Liora, istri sang pewaris Adwyantara Group.
"Baik, Tuan."
Meski dilema membelenggu hatinya, pria itu tetap harus mengikuti perintah majikannya. Meski ada sedikit kekhawatiran dan perasaan tak tega, Wibowo harus bertindak cepat dan mengikuti kemauan atasannya.
Sementara di sisi lain, kemarahan tak hanya menyelimuti batin Keyvan saja. Melainkan pahlawan dalam hidup Mikhayla juga merasakan sakitnya, sejak kejadian tersebut Mikhail tidak banyak bicara.
Dia hanya terdiam, menatap dingin putrinya yang kini terlihat pucat dengan beberapa perban di beberapa bagian tubuhnya. Bertahun-tahun dia didik dan jaga sebaik mungkin lantaran khawatir Mikhayla akan dipertemukan dengan pria seperti dia di masa muda, kini Mikhail merasakan patah yang luar biasa.
"Maaf, Pa."
Suara putrinya terdengar lirih, Mikhail mengusap wajahnya kasar. Ingin dia tampar tapi tidak mungkin, sementara melihat Zia yang kini sembab sembari memegang erat jemari Mikhayla di sana hatinya semakin sakit saja.
Berbohong, mengemudi dalam keadaan mabuk dan menurut info yang Mikhail dapatkan putrinya mendatangi sebuah club malam sebelum peristiwa itu. Apa mungkin ini karma lantaran dia kerap berbohong kepada Kanaya di masa muda? Entahlah, yang jelas Mikhail merasa kecewa di luar batas pada putrinya.
"Kebebasan apa yang kamu mau, Mikhayla? Kamu cari apa di luar sana? Kasih sayang kami kurang sampai kamu memilih bersenang-senang bersama teman yang nyata-nyata hanya membuat kamu terjebak dalam situasi ini!!"
Kesabaran Mikhail yang memang sedemikian tipis tidak lagi mampu bersikap halus. Tidak peduli meski putrinya kini menangis, Zean dan Sean juga sama marahnya. Kedua adiknya yang kini beranjak remaja saja sudah mengerti, keduanya menatap Mikhayla dengan tatapan permusuhan.
"Mana Khayla yang Papa puja-puja dan selalu Papa banggakan dulu? Kamu tidak malu, Khayla? Siaran televisi tidak henti-hentinya membahas kesalahan kamu yang mabuk saat mengemudi, mau diakui hebat kah? Atau apa?"
Mikhayla bergetar, untuk pertama kali sang papa bersikap luar biasa dingin. Mata Mikhail tidak lagi hangat seperti biasa seorang papa yang khawatir putrinya terluka, hanya ada sesal dalam diri Khayla jika sudah begini.
"Bukan begitu, Pa ... Khayla sama sekali tidak menginginkan ini terjadi, Alka yang maksa makanya Khayla pulang malam itu," jelas Mikhayla dengan suara seraknya, saat ini memang tubuhnya hanya luka kecil dan tidak begitu parah. Namun, batinnya luar biasa tersiksa karena ada banyak yang dia sakiti dalam hal ini.
"Berhenti menyalahkan siapapun!! Papa tidak pernah mengajarkan kamu melempar kesalahan kepada orang lain, yang salah di sini tetap kamu ... sejak awal kamu mengancam untuk bunuh diri di hadapan Papa itu sudah salah, dan selebihnya perbuatan kamu lebih salah lagi."
Setelah beberapa hari memilih diam, kini amarah Mikhail benar-benar dia ungkapkan. Selama ini dia memanjakan Mikhayla dengan kasih sayang setiap detiknya, sayangnya sang putri justru berontak dan berakhir kacau seperti ini.
"Kamu tau dampak perbuatan kamu? Istri orang tewas di tempat, Khayla ... dalam keadaan hamil, bagaimana perasaan keluarganya, Sayang? Kamu bayangkan jika hal itu terjadi sebaliknya, sehancur apa perasaan Papa, Khayla!!!" bentak Mikhail meninggi bahkan memekakan telinga.
.
.
.
Bryan yang sejak tadi berada di sana segera menarik putra putri Mikhail yang lain. Tidak seharusnya hal semacam itu dilihat oleh anak seusia mereka, saat ini siapapun mungkin takkan bisa menghentikan Mikhail.
"Stop, Pa!! Jangan dipertegas, Khayla begini juga karena Papa yang selalu kekang Khayla!"
Mikhayla menangis sesenggukan, dia menatap sang Papa dengan tatapan sendunya. Paham betul jika masa depannya mungkin saja takkan sebaik yang dia harapkan, hanya saja kemarahan papanya yang begini semakin membuat Mikhayla terpukul dan membenci dirinya sendiri.
"Jawab terus, Mikhayla!! Lama-lama kamu kurang ajar ya!!" bentak Mikhail hampir saja mendaratkan pukulan di wajah putrinya, dadanya benar-benar sakit dilawan seorang putri sebegitunya.
"Tampar, Pa!! Tampar!!" tantang Mikhayla dengan suara yang kini benar-benar bergetar, nyalinya ciut dan sebenarnya takut sekali dengan kemarahan Mikhail.
"Aarrgghhh!! Mikhayla diam!!" sentak Mikhail pada akhirnya mengurungkan niat, semarah-marahnya dia Mikhail tidak akan main tangan untuk menyelesaikan masalah.
"Mas udah, putri kita juga tertekan ... jangan dibentak lagi ya," tutur Zia yang pada akhirnya tidak tega mendengar raungan putrinya, meski memang dia juga kecewa. Akan tetapi, tetap saja marah bukanlah jalan terbaik untuk saat ini.
Situasi kini hening, hanya ada isakan tangis putrinya. Zia hanya bisa memeluknya, menjadi penengah namun sama sekali dia tidak membenarkan perbuatan putrinya. Dia juga sama marahnya, tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.
"Tanggung jawab atas perbuatanmu, Mikhayla ... kamu bukan lagi anak dibawah umur," ungkap Mikhail tiba-tiba dan sontak membuat Zia terperanjat, Mikhayla yang sejak tadi memang sudah menangis semakin menggila dan berusaha berusaha menahan kepergian sang papa.
"Mas?!"
"Dia tidak butuh sosok Papa pengatur sepertiku, dan sekarang lihat sendiri? Itu pilihanmu, Khay. Papa pergi." Mikhail berlalu usai mengungkapkan kekecewaan tiada tara pada putrinya.
"Papa!! Jangan tinggalkan Khayla, Pa!!" teriak Mikhayla bahkan suaranya hampir habis, Mikhail benar-benar tidak kembali setelahnya.
"Papa!! Mama panggil Papa, Ma ... aku mohon."
Teriris Zia dengan keadaan ini, melihat putrinya yang menangis seperti kehilangan dirinya adalah luka yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Jika Mikhail sudah berkata begitu, bisa dipastikan suaminya akan lepas tangan. Sementara Zia takkan bisa berbuat apa-apa setelah ini, hanya bisa berharap keluarga korban memiliki belas kasihan, itu saja.
-To Be Continue-
Tim yang setuju keputusan Mikhail cung!!
****Ohayu, jan lupa votenya ya❣️****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!