NovelToon NovelToon

Jangan Salahkan Aku Jatuh Cinta

malam gelap

hujan turun cukup deras, beberapa area pertokoan juga sudah tutup karena mereka tak memiliki pelanggan lagi.

dua orang gadis berjalan menyusuri jalan yang cukup sepi di karenakan hujan.

tapi saat dia berbelok ke area perkampungan warga, dia mempercepat langkah kakinya.

dia berusaha untuk lari secepat dia bisa, tapi langkah kakinya seperti tak mau mengikuti keinginannya.

dia kaget saat di depannya muncul sesosok tubuh berpakaian serba hitam yang membawa sebuah pisau.

sosok itu membuat gadis di tembok dengan pisaunya dan perlahan berjalan mendekat ke arah gadis cantik itu.

dia ingin berbalik tapi dia terkejut melihat seseorang yang juga sedang berdiri di sana.

wanita itu melihat gang lain dan berlari melewati gang kecil itu. beberapa kali dia menoleh dan melihat pria itu mengikutinya dengan berjalan.

"tolong!!!" teriak wanita itu dengan suara yang memecahkan keheningan malam.

"siapapun tolong aku!!" teriaknya lagi.

tapi tak ada orang yang berani menolong gadis itu,karena tersiar kabar jika setiap malam akan ada dua orang pembunuh berantai yang akan membunuh siapapun yang memiliki dosa.

dan bagi orang yang berani keluar saat ada suara minta tolong, maka mereka akan mati.

gadis itu pun terjatuh karena kakinya tersandung oleh batu, dan lututnya membentur jalan.

"arg...."

"kamu harus mati..."

gadis itu pun berusaha bangkit dan berlari sebisanya, akhirnya dia hampir mencapai jalan utama.

saat sebuah tangan membekap mulutnya dan menyeretnya ke sebuah rumah kosong.

"tidak!!!" teriak gadis itu yang penuh dengan ketidak berdayaan.

keesokan paginya, rumah kosong itu sudah di kerumini begitu banyak orang.

beruntung polisi cepat datang setelah mendapatkan laporan RT pagi buta tadi.

seorang pria baru datang dengan mengenakan stelan baju kemeja putih dan celana kain berwarna coklat gelap.

semua tim penyidik memberi hormat saat pria itu datang. "selamat pagi pak,"

"pagi, sekarang jelaskan apa yang terjadi," kata pria itu yang langsung masuk ke dalam area TKP.

dia melihat ada mayat seorang gadis yang tergletak di lantai dengan kondisi mengenaskan.

pasalnya tubuhnya di potong jadi beberapa bagian dan beberapa organnya hilang.

"apa ada bekas kekerasan *******?"

"tidak pak, hanya organ hati dan jantungnya saja yang hilang," jawab tim penyidik itu.

"tak mungkin dalam kasus pembunuhan ini tak ada satu pun saksi yang melihat kejadian ini, ini perkampungan padat penduduk," kata polisi itu

"ada satu sakti dan sekarang kamu sedang menanyainya, dia disana, dia bernama Rinjani Ayuningtyas,"

"baiklah aku akan menemuinya, dan kalian cari sekecil apapun bukti yang mungkin di tinggalkan oleh pelaku, mengerti,"

"siap pak," jawab semua tim penyidik.

"maaf nona Rinjani bisa kita bicara sebentar, sebelum itu izinkan aku memperkenalkan diri,namaku Andika prawira, kepala devisi bagian kriminal Kapolda XXXX," kata pria itu menyapa gadis cantik bersurai hitam gelap itu.

"iya pak polisi, ada apa ya? saya sudah memberikan semua yang saya lihat pada polisi tadi," jawab gadis itu.

"saya ingin mendengarnya lagi, karena tak akan sama saat anak buah saya yang menceritakan kepada saya,apa anda keberatan dan tidak nyaman, kita bisa pindah tempat untuk mengobrol," jawab pria itu.

"boleh mentraktirku air dingin," kata gadis itu yang di setujui oleh kepala polisi itu.

mereka berdua pun menuju ke sebuah warung yang tak jauh di sana, Dika terus mendengarkan bagaimana wanita itu bisa melihat semuanya.

dia pun mengangguk mengerti, "apa anda bisa mengenali pelakunya?"

"tidak pak, yang pasti tubuh mereka tinggi sekitar seratus delapan puluh sentimeter, dan perawakan tubuh yang berorot, dan cara jalan sosok itu terlihat sangat pat tapi setiap langkahnya membuat tak nyaman, telebih suara sepatunya," kata Rinjani.

"apa sudah jadi sketsanya?"

"iya benar ini persis dan sangat mirip dengan pria itu semalam,"

"ah sayang wajahnya tak terlihat," jawab Dika sedikit frustasi.

dia pun segera pergi dari tempat itu, untuk membuat laporan tentang semuanya.

"kenapa hari ini lagi, bikin orang sakit kepala saja," gumam Dika.

di sebuah sekolah, beberapa murid sedang praktek untuk menjadi seorang dalang.

dan beberapa juga belajar untuk menyanyikan tembang Jawa klasik, dan di sekolah itu semua semua terasa begitu harmonis.

terlihat Ndoro Shaka berjalan Mengawasi semua murid yang tengah belajar.

"selamat pagi Ndoro," sapa beberapa murid yang langsung menyalami pria itu.

"pagi. sudah lanjutkan kegiatan kalian," perintah pria itu.

Andika memijat kepalanya, karena beberapa bulan ini terus menerus ada gadis yang hilang dan juga orang yang meninggal dunia secara tak wajar.

saat dia sumpek, seseorang menelponnya, "iya mas, ada apa? aku masih di kantor, aku sepertinya akan lembur lagi,"

"...."

"baiklah mas, nanti aku akan bertemu dan menyapanya," jawab pria itu.

sedang Rinjani masih sedikit lelah setelah memberikan semua keterangan kepada polisi.

pasalnya dia harus terus membayangkan sosok itu yang dengan tega membunuh wanita yang tak bersalah itu.

saat wanita itu sedang melamun, seseorang menepuk pundaknya, "hayo sedang memikirkan apa?"

"ibu... aku tak memikirkan apapun, hanya lelah saja," jawabnya dengan senyum.

"baiklah setelah ini ku gadis mandi, masak anak gadis bau sih, padahal malam nanti ada tamu yang mau datang ke rumah,kamu ingat ketua padepokan yang kami ikuti, dia bertamu ingin melihat beberapa wanita yang ingin di jadikan istri untuk ketiga putranya," kata ibu Sekar.

"apa? ibu bagaimana sih kan Rinjani masih kuliah, sudah pasti keluarganya sangat kuno, orang padepokan itu saja masih sangat mengikuti adat kejawen," kata Rinjani yang protes.

"kamu itu bagaimana sih, ini adalah kesempatan bagus karena jarang-jarang loh seorang Ndoro mau mencari menantu dari menantu yang tak sepadan dengan dirinya, jadi apa salah jika bapak berharap jika kamu bisa terpilih,dan aku yakin jika kamu akan bahagia," kata bapak Selo.

"baik bapak, apapun yang bapak inginkan dan ku pastikan aku akan dapat posisi itu, tak harus yang pertama bukan, maksudnya anak tertuanya bukan," kata Rinjani.

"tentu saja kalau bisa ya harus, bukan apa-apa sayang, karena putra tertua dari keluarga itu sangat tampan dan juga sangat lembut dan berperilaku luhur, dia juga seorang pengusaha, dan anak kedua sedikit kasar tapi dia juga seorang pengusaha, dan yang ketiga, dia itu seorang pria tampan yang menjadi kepala kepolisian di kota ini," jawab sang ibu.

"apa? kalau kepala polisi ini aku sudah bertemu tadi, ya meski melihatnya dari kejauhan," kata Rinjani yang hampir keceplosan jika dia saksi pembunuhan

''itu bagus, jika kamu mau fokus memilih anak yang nomor tiga, karena sepupu mu ingin menjadi istri dari putra pertama keluarga itu," jawab Bu Sekar.

anak tertua

Rinjani pun mengangguk dan membantu sang ibu menyiapkan beberapa makanan yang akan di suguhkan nanti untuk para tamu.

terlebih mereka ini adalah orang-orang yang sangat terpandang.

tapi Rinjani merasa aneh, bagaimana bisa seseorang yang memiliki strata sosial yang sangat tinggi, pemuka di salah satu padepokan terkenal.

memilih beberapa gadis dari keluarga sederhana untuk di jadikan istri, terlebih Semuanya akan fokus pada anak ketiga yang memang memiliki karir bagus sebagai polisi.

"Bu, kalau aku mau memilih yang nomor tiga apa tak ada saingan?" tanya Rinjani penasaran.

"kamu salah nduk, saingan mu malah banyak ada sekitar sepuluh orang itu sama kamu," jawab Bu Sekar

Rinjani kaget mendengar ucapan sang ibu, "apa sepuluh orang, aku memang tau jika putra ketiga mereka itu tampan, tapi kenapa sebanyak itu, bukankah mereka ingin mendapatkan anak pertama keluarga itu,"

"sebenarnya nduk, kami dengar desas-desus mengatakan jika putra pertama keluarga itu lumpuh, meski tampan dan kaya, tapi dia kasar, dan pernah membunuh orang," jawab Bu Sekar dengan sedikit khawatir.

"benarkah, kalau begitu kenapa mbak Ayusta mau dengan pria itu? padahal selama ini dia sangat melihat penampilan?" bingung Rinjani.

"karena keluarganya mengincar hartamu, lagi pula ini pernah melihat pemuda itu yang terlihat sangat mirip Ndoro Shaka,"kata Bu Sekar.

Rinjani pun diam, dia tiba-tiba dilema, tapi dia yakin pasti akan ada pilihan terbaik nantinya.

saat mereka mau membuat kue lain, tiba-tiba mereka ingat jika fermipan untuk pengembang kuenya habis.

"nduk... bisa belikan di warung mbok seh, ya..." kata Bu Sekar membujuk putrinya.

"iya Bu, apa sih yang gak buat ibu," kata Laila yang langsung bergegas menuju ke tempat toko kelontong itu.

dia memutuskan memakai sepeda pancal untuk menuju ke toko, tapi di perjalanan tak sengaja dia melihat ada dua mobil yang ada di depan rumah temannya.

dia pun yakin jika itu rombongan dari keluarga Ndoro Shaka yang sedang berburu menantu.

dia pun mempercepat sepedanya,dan akhirnya memutuskan bergegas pulang karena dia harus memberitahu sang ibu secepatnya.

Dika baru saja sampai di rumah bersamaan dengan adzan magrib, tapi baru juga masuk.

sebuah pedang pas berhenti di lehernya, "ya elah mas, baru juga masuk rumah udah mau di bunuh saja," kata pria itu kaget.

"makanya kalau punya janji itu tepati, apa kamu membawanya," tanya Angga yang menyimpan pedangnya di sarung dan memajangnya di dinding rumah.

"iya aku bawa, aku tau jika aku tak membawanya, maka kalian pasti akan benar-benar membunuhku, aku ini adik kalian apa babu sih sebenarnya?" kesal Dika yang masih mengenakan baju dinasnya tadi.

"kenapa kamu terus mengeluh, padahal di mintai tolong membeli buah ini saja," saut seseorang yang datang.

"lah mas Ndaru dari mana?" tanya Dika yang heran dengan keringat pria itu

"habis olahraga panas dia, memang kamu olahraga cuma lari-lari doang, nangkap penjahat saja bawa mobil, cih kamu itu paling lemah di antara kami Dika," tegur Angga.

"sudah tau tak usah ngomel deh mas, aku cuma tanya," kesal pria itu.

"habis bunuh seseorang, kenapa masih bertanya," kesal Ndaru yang duduk dan mengambil buah tin itu.

tubuh Ndaru penuh dengan keringat, semua otot lengan dan dadanya basah dan tercium aroma maskulin dari tubuh pria itu.

"aneh ya, dari semua lamaran hanya satu orang yang mau sama mas Ndaru," kata Angga meledek kakaknya.

"itu sengaja, dan pasti itu pasti hanya wanita yang hanya melihat uang, karena jika wanita normal tak akan mau padaku," jelas Ndaru.

"ya bener saja, siapa yang mau menikah dengan pria lumpuh, galak,jutek, kumisan,bewokan, dan judes begini, ilfil duluan kali mas," kesal Angga.

"tapi ada sedikit masalah, dan aku tadi sudah mengatakan pada kalian semua," kata Dika dengan nada bicara serius.

"aku minta data wanura itu, setelah mandi aku mau semuanya sudah ada di meja, mengerti Dika," kata Ndaru yang pergi menuju ke ruang mandi.

"tapi mas Ndaru mau apa?"

"itu urusanku, tugas mu mencarikan data yang aku minta, paham!" kata Ndaru yang mulai tinggi.

"iya mas," jawab Dika yang kaget melihat reaksi dari kakak pertamanya itu.

Dewandaru, atau biasa di panggil Ndoro Ndaru, seorang pria tampan yang sempurna dalam berbagai aspek.

tapi kegilaannya terhadap rasa takut sangat menyusahkan, dia selalu suka melihat seseorang ketakutan dan putus asa di depan matanya.

terlebih pelatihan dari Ndoro Shaka membuat pemuda yang masih berusia muda itu sangat berbahaya.

pasalnya Ndaru seperti tak memiliki rasa sakit saat terluka, tapi yang lebih mengherankan dia tidak tertarik dengan wanita.

itulah kenapa Laila ingin memilihkan seorang gadis yang tepat untuk putranya itu.

sekarang keluarga Ndoro Shaka sudah sampai di rumah keluarga bapak Selo dan ini rumah yang terakhir.

mereka pun menyambut rombongan itu dengan sangat mewah, "kenapa menyiapkan sebegini banyak, kami sudah bilang tak perlu menyiapkan apa-apa cukup kami ingin bertemu dengan putri kalian," kata Nyai Laila.

"inggeh nyai,"

terlihat Rinjani keluar dengan membawa air minum, dia berpenampilan sangat sopan seperti hadis jawa kebanyakan.

Nyai Laila langsung jatuh hati melihat kesederhanaan dari Rinjani, Ndoro Shaka pun melihat ekspresi istrinya.

"nduk jika kamu bisa memilih, kamu ingin menikah dengan putra kami tang nomor berapa, dan sayang fotonya.."

"tidak usah Ndoro, saya akan menikah dengan siapapun yang susah di setujui oleh orang tua saya, jika tidak terpilih juga tidak apa-apa, berarti saya belum pantas menjadi menantu keluarga Ndoro yang begitu hebat."

mendengar jawaban itu malah membuat Nyai Laila senang, pasalnya baru ini jawaban yang tak membahas harta.

"jika kamu akan menikah, kamu akan minta mahar apa?" tanya Ndoro shaka lagi.

"apapun yang di berikan oleh suami dan keluarga saya terima, karena saya tak mau malah membebani keluarga calon suami," jawab Rinjani.

"apa kamu bisa nyinden dan menari?" tanya nyai Laila.

"bisa Nyai, saya juga lulusan Sekolah karawitan milik Ndoro Shaka dan baru lulus," jawab Rinjani.

"jangan-jangan kamu Rinjani yang kemarin mewakili sekolah menang juara dua tingkat nasional ya?" tanya Nyai Laila.

"inggeh Nyai," jawab Rinjani.

"kalian tentu tau jika keluarga kami itu menjunjung tinggi warisan leluhur, dan Rinjani sudah sangat memenuhi kriteria, nanti tinggal ketiga putra kami tang memilih," kata Ndoro Shaka.

"inggeh Ndoro, kami sekeluarga menantikan kabar dari panjenengan,"

mereka pun makan bersama, sedang di rumah Ndaru melihat berkas di meja kerja miliknya,

dan dia pun melihat foto dari Rinjani.

"kamu ingin bermain dengan ku, kalau begitu baiklah gadis cantik," gumam Ndaru.

pria berbaju hitam

Nyai Laila dan Ndoro Shaka,baru sampai rumah bersama para rombongan.

saat mereka masuk kedalam rumah, mereka melihat Dika dan Angga sedang duduk bermain PS.

"Adit sedihnya, ibu pulang tak ada yang menyambut," kata Laila sedikit menyindir kedua anaknya itu

"selamat datang ibu dan ayah,maaf kami sedang fokus," kata Dika.

"Dika..." suara bariton milik Ndoro Shaka langsung membuat kedua pria itu langsung berlari mencium tangan kedua orang tuanya.

pasalnya jika Ndoro Shaka marah, maka itu lebih menakutkan setidaknya mereka bisa di Ruruh lari tanpa ampun.

"kalian cuma berdua,mana mas Ndaru kok gak kelihatan," kata Laila yang tak melihat putra pertamanya.

"saya di sini Bu, selamat datang di rumah, bagaimana perjalanan dan apa ada yang nyantol?" kata pria itu yang berjalan menghampiri Nyai Laila dan Ndoro Shaka.

"tentu ada dong sudah ibu pilihkan untuk kalian semua, dan ibu senang melihatmu sudah mau cukur jenggot dan kumis mu itu, masak masih muda usah kayak pria tua saja," kesal Nyai Laila.

"sudah sekarang kami akan menunjukkan keenam gadis yang akan datang ke rumah ini dan kalian bisa mengawasi mereka, dan kami mengundangnya saat hari Minggu ini," kata Ndoro Shaka.

"baiklah kami akan menyediakan waktu, dan untuk mu ibu, tolong jangan memilih wanita yang melihat hanya dari harta kita," kata Angga.

"tentu saja tidak," jawab wanita itu dengan yakin.

malam itu hujan rintik-rintik pun turun membasahi bumi, seorang pria berjalan sambil menggoreskan sebuah pisau tajam ke dinding rumah warga.

ternyata ada seorang pria yang sedang menunggu angkutan umum sepertinya.

dia nampak sendirian, tapi meski bukan seorang wanita itu tak menyurutkan niatnya untuk melakukan hobinya.

tapi saat dia melihat siapa yang sedang di tunggu ya, dia pun mengurungkan niat jahatnya.

dua pun mencari sosok lain untuk di burunya, dan seperti pucuk di cinta ulam pun tiba, dia melihat sosok wanita yang menjadi saksi terakhir kali.

dia pun bergegas mengejar gadis itu, Rinjani mendengar suara siulan dari kegelapan.

mendengar itu Rinjani berlari sekuat mungkin, tapi dia melihat sosok hitam mengejarnya.

tanpa sadar dia berlari hingga ke pinggir jalan raya dan dia tertabrak sebuah mobil.

seorang pria yang sudah cukup tua turun dari mobil itu, "apa anda baik-baik saja nona,"

"pak tolong pak, saya di kejar orang tak tak di kenal, dia membawa pisau, dia pembunuh yang sedang di cari polisi," kata Rinjani dengan ketakutan.

bahkan gadis itu gemetar dan menangis histeris, "kalau begitu mari saya antar," kata pria itu mengajak gadis itu ke dalam mobil.

sosok pria itu berpakaian hitam itu tersenyum melihat gadis yang menjadi incarannya malah masuk kedalam mobil yang dia kenali.

sedang ada sosok pria yang sedang tidur kaget melihat ada gadis yang masuk ke kursi di samping pengemudi.

"apa ini Hasto?"

"maaf Ndoro, Kuta antar gadis ini dulu, karena dia ketakutan dan ada pembunuh yang mengejarnya," kata Hasto.

pria itu hanya sedang melihat ke arah luar kaca mobil, sedang Rinjani terus gemetaran tak bisa tenang.

"Hasto beri dia air minum, atau dia terus seperti itu," kata pria itu dengan dingin.

Hasto memberikan botol minuman baru, dan memberikannya pada gadis itu.

dengan gemetar Rinjani minum, dan perlahan gadis itu bisa tenang, dia tak mengira niatnya untuk sekedar menikmati waktu luang.

ternyata malah bertemu hal seperti ini, "jadi nona, anda mau di antar ke mana?"

"di ujung jalan belok kanan rumah yang memiliki pagar dari tumbuhan baluntas," kata Rinjani.

akhirnya mobil itu sampai di rumah yang di sebutkan oleh gadis itu, "terima kasih tuan, apa anda mau mampir dulu?" tawar gadis itu.

"tidak usah, dan lain kali jangan berjalan sendirian terlebih saat malam, kamu memang dari mana?" tanya Hasto.

"saya dari tempat anak-anak untuk mengajar les, dan lain kali aku akan lebih hati-hati, terima kasih sudah mengantarkan saya," kata Rinjani.

gadis itu menunggu hingga mobil itu jauh meninggalkan rumah,dia baru masuk kedalam rumah.

sedang Ndaru tersenyum, dia tak mengira jika niatnya menjemput adiknya malah menolong gadis yang dia cari.

mobil sampai di tempat penjemputan, seorang pria berpakaian hitam datang dan langsung masuk kedalam mobil.

"bisa kamu tak menarik perhatian,kamu bikin orang bisa saja menangkap dirimu," kata Ndaru melihat Angga.

"memang peduli apa, aku tak akan tertangkap kak, tapi lihatlah sepertinya kalian sangat berjodoh hingga bisa bersama seperti tadi," kata Angga tertawa

tapi Ndaru tetap tak bergeming, "sudahlah tak usah mengatakan omong kosong, Hasto kita pulang,"

mobil pun melesat menuju ke istana Bangura, dan terlihat beberapa penjaga yang sedang bersiaga.

sedang di rumah Rinjani kaget melihat kedua orang tuanya, "kamu dari mana dan siapa yang mengantar mu," tanya pak Selo.

"maaf ayah, aku dari mengajar les tapi saat pulang aku di kejar seorang pria berbaju hitam mengejar ku, dan saat aku berlari aku di tabrak mobil tadi, dan dia memberikan tumpangan untuk pulang," jelas Rinjani

"ya Allah nduk kamu ini sudah tau sekarang banyak kasus pembunuhan, sudah mulai sekarang bapak tak izinkan kamu memberikan les malam," kata pak Selo.

"baik ayah," jawab Rinjani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!