NovelToon NovelToon

The World Of The Venerate: Everwhite

Chapter 0 - Prolog

Benua Aizolica adalah salah satu benua di dunia Lamue dan merupakan tempat tinggal dari para ras keturunan campuran. Namun, jauh sebelum ras-ras tersebut datang ke benua itu, tempat tersebut telah dihuni duluan oleh para manusia yang datang berkelana ke benua tersebut. Para manusia pemukim awal itu hidup secara terpisah tanpa adanya sebuah sistem pemerintahan yang menyatukan mereka semua.

Setelah pengasingan para ras keturunan campuran ke benua Aizolica, mereka melihat bahwa para manusia yang tinggal di benua tersebut bukanlah seorang Venerate, yang memiliki kemampuan untuk memanipulasi energi alam. Para ras keturunan campuran kemudian mengeksploitasi kehidupan para manusia di tempat itu dengan dalih sebuah pembalasan dendam akibat perbuatan manusia lain pada mereka di tempat asal mereka sebelumnya.

Ras keturunan campuran yang terdiri dari beberapa kelompok jenis lalu menciptakan sistem pemerintahan mereka masing-masing untuk mendominasi benua tersebut, yang dimana berdirilah empat negeri pertama di dalam benua tersebut.

Di bagian selatan, berdiri negeri Asimir yang didominasi oleh ras Dwarfman, Goblinman dan Giantman, serta negeri Neodela, negeri yang didominasi oleh para ras Fairyman, Beastman, Gnomeman, Trollman, Pixieman dan beberapa kelompok ras campuran lainnya. Sedangkan pada bagian utara benua tersebut berdiri negeri Machora Tira yang didominasi oleh para Vampireman, Orcman, Mermaidman dan Ogreman dan kelompok ras keturunan campuran yang lainnya serta negeri Blueland yang hanya didominasi oleh para ras Elfman itu sendiri.

Seiring berjalannya waktu, sebagian dari negeri-negeri tersebut terpecah akibat perbedaan prinsip dari kelompok-kelompok jenis ras yang mendominasi benua itu. Ras Gnomeman, Trollman, Pixieman dan kelompok ras lainnya memisahkan diri dari negeri Neodela. Ras Mermaidman, Ogreman dan kelompok ras lainnya juga memisahkan diri dari negeri Machora Tira dan membuat pemerintahan mereka sendiri.

Dengan adanya para ras campuran yang mendominasi benua Aizolica, kehidupan para manusia pemukim asli menjadi sengsara. Mereka terpaksa menjadi budak para ras campuran, diasingkan ke tempat yang terpencil, dan tidak dibiarkan mendapat kebebasan ataupun hidup berbaur dengan para ras keturunan campuran.

Anehnya salah satu dari para ras keturunan campuran yaitu ras Elfman, yang pada dasarnya memiliki kemampuan memanipulasi kekuatan sihir malah bersikap baik para manusia yang bermukim di negeri Machora Tira dan mengajarkan kemampuan mereka kepada para manusia tersebut.

Namun, para ras Elfman mengajarkan kemampuan mereka kepada para manusia bukan semata-mata hanya ingin membantu mereka saja. Para ras Elfman yang sering berselisih dengan para ras Vampireman sebenarnya memiliki tujuan untuk menyingkirkan para ras campuran negeri Machora Tira itu dengan membuat sebuah konflik di dalam negeri mereka.

Setelah para manusia menguasai kekuatan tersebut, mereka kemudian membuat sebuah pemberontakan dan berhasil memukul mundur ras Vampireman dan ras-ras Machora Tira lainnya sampai ke bagian tengah benua Aizolica.

Tapi sayangnya kesenangan dari ras Elfman yang berhasil mencapai tujuan mereka tidak mereka rasakan dikarenakan mendapat sebuah pemberontakan juga dari para kelompok manusia lain yang menghuni negeri mereka.

Ras tersebut akhirnya mengalami kekalahan dan terpukul mundur sampai ke pulau paling utara Aizolica dan terpaksa harus menghuni tempat dengan iklim yang ekstrim di benua tersebut.

Akibat hal tersebut, para manusia akhirnya mendominasi dataran luas Aizolica utara dan menciptakan sistem pemerintahan mereka sendiri untuk dapat bersaing dari para ras campuran.

Berdirilah negeri Lightio, sebuah negeri yang dihuni oleh para manusia, yang memiliki kemampuan dalam memanipulasi kekuatan sihir, serta negeri Fuegonia yang dihuni oleh para manusia, yang memiliki kemampuan untuk dapat memanipulasi elemen api.

****

Selama bertahun-tahun negeri Lightio berdiri, negeri dari para penyihir itu telah menjadi salah satu negeri yang berpengaruh di benua tersebut.

Namun, walau telah menjadi negeri yang berdaulat, Lightio tidak bisa lepas dari konflik internal antara clan-clan yang berada di dalamnya karena suatu perbedaan pendapat.

Mereka sangat menentang sekali keputusan dari pimpinan negeri Lightio yang ingin melakukan aliansi dengan negeri Machora Tira, negeri yang telah membuat kaum-kaum mereka menjadi sengsara selama ratusan tahun lamanya.

Clan-clan penyihir yang tinggal di daerah pedalaman utara negeri Lightio itu mengancam jika negeri Lightio menjalin aliansi dengan negeri Machora Tira, maka mereka akan memisahkan dan membentuk pemerintahan sendiri yang terpisah dari negeri Lightio.

****

Zchaira adalah seorang gadis yang tinggal di daerah pedalaman utara negeri Lightio tanpa mengetahui dengan jelas keadaan dari dunia luar yang sebenarnya.

Sejak kecil, gadis tersebut hidup dengan tentram bersama dengan ibu dan saudara laki-lakinya tanpa mendapatkan kasih sayang dari seorang ayah disisinya.

Orang-orang berpendapat bahwa Zchaira merupakan gadis yang berbakat dan memiliki potensi menjadi penyihir yang kuat jika dirinya tidak hanya berdiam diri di daerah tempat tinggalnya tersebut.

Namun, gadis itu menolaknya karena lebih mendengarkan perintah dari ibunya untuk tidak keluar ataupun meninggalkan daerahnya tersebut. Dia lebih memilih untuk tidak meninggalkan keluarganya yang sudah bersama dengannya sejak dia kecil.

Saat menginjak usia yang keenam belas tahun, negeri Lightio memutuskan menjalin aliansi dengan negeri Machora Tira. Clan-clan dari beberapa negeri bagian di wilayah utara Lightio termasuk negeri bagian tempat tinggal dari gadis itu, yang sangat menentang hal tersebut akhirnya melakukan ancaman mereka untuk melakukan sebuah pergerakkan pemisahan diri mendirikan pemerintahan yang terpisah dari negeri Lightio. Mereka kemudian menciptakan dengan membuat sebuah penghalang agar para pimpinan Lightio tidak bisa memasuki daerah mereka dengan mudah.

Pada suatu hari, seorang pemuda yang berasal dari luar daerah pedalaman Lightio dengan tanpa sengaja berhasil menembus penghalang tersebut dan masuk ke daerah pedalaman. Pemuda itu secara tiba-tiba bertemu dengan Zchaira di sebuah hutan. Dan dari pertemuannya dengan pemuda itu membuat Zchaira akhirnya mengetahui segala kebenaran yang telah lama disembunyikan oleh ibunya, yang membuat kehidupannya pada saat itu juga seketika berubah.

Chapter 1 - Zchaira

–10 Mei 3024–

Di kota Hawkingson, sebuah kota yang terletak di negeri Lightio, yang juga merupakan pusat pemerintahan dari negeri tersebut, terlihat dua orang prajurit datang tergesa-gesa menuju ke sebuah ruangan.

Setelah kedua prajurit itu masuk ke dalam ruangan tersebut, nampak seorang pria sedang duduk dengan mengangkat kedua kakinya pada sebuah meja yang berada di depannya.

“Tuan Hefaistos, para prajurit yang kita kirim ke wilayah utara tidak dapat menembus penghalangnya,” ucap salah satu prajurit.

“Hmph… Sepertinya sangat sulit untuk dapat menembusnya… Memang ilmu sihir dari Artemis sangat merepotkan,” respon pria yang terlihat sedang bersantai itu.

“Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang tuan?” Tanya salah satu prajurit.

“Aku ingin kalian menghubungi adikku Lucierence untuk membujuk istriku itu agar bisa berdamai,” jawab pria itu.

“Baik tuan…” Ucap kedua prajurit itu, mengerti dengan perintah pimpinannya tersebut.

“Tapi… Jika kali tidak berhasil lagi, maka aku sendiri yang akan turun tangan,” kata pria itu.

***

Beberapa saat kemudian, berpindah ke kota Workyen, salah kota yang merupakan kota terbesar serta pusat ekonomi yang berada di negeri Lightio. Kota tersebut juga merupakan kota rumah dari clan Silkbar, clan penyihir terkuat dan pimpinan dari negeri bagian tempat kota itu berada.

Terlihat seorang pria keluar dari sebuah bangunan dengan diikuti oleh beberapa prajurit di belakangnya.

“Apa semuanya sudah dipersiapkan?” Tanya pria itu pada prajurit yang mengikutinya.

“Semuanya sudah dipersiapkan tuan Lucierence… Anda tinggal menunggu kendaraan kita kemari untuk berangkat,” jawab salah satu prajurit.

“Kalau begitu, aku mau berpamitan terlebih dahulu kepada keluargaku,” balas pria bernama Lucierence itu.

Baru saja beberapa langkah pria itu berjalan hendak menuju ke suatu tempat, tiba-tiba saja dia terhenti setelah melihat seorang wanita dan seorang pemuda datang menghampirinya.

“Oh… Ternyata kalian sudah disini. Aku baru saja mau datang menemui kalian,” ucap pria itu.

“Jadi kau mau menemui kakak Artemis disana?” Tanya wanita yang baru datang tersebut.

“Iya, ini perintah dari kakak Hefaistos… Tapi, aku tidak yakin bahwa kakak Artemis akan menyetujui perdamaian ini,” kata pria itu.

“Entah kenapa mereka harus berpisah… Aku bahkan sudah lupa dengan nama anak-anak mereka yang dibawa oleh kak Artemis dulu,” lanjutnya.

“Aku juga sudah lupa,” ucap wanita itu juga.

Pria bernama Lucierence itu kemudian menatap seorang pemuda yang datang bersama wanita itu.

“Hei Flogaz, ada apa dengan wajahmu?” Tanya Lucierence, melihat wajah cemberut dari pemuda itu.

“Ayah… Biarkan aku ikut denganmu,” jawab pemuda itu.

“Lain kali saja… Lagipula kau akan segera kembali ke Xemico secepatnya.”

“Yah sudahlah…” Mendengar kata dari ayah tersebut, ekspresi dari pemuda bernama Flogaz itu nampak menjadi lebih cemberut dari sebelumnya.

“Oh yah… Dimana Rayvor, kakakmu berada? Kenapa dia tidak datang kemari?” Tanya Lucierence lagi sambil melihat-lihat ke sekitaran.

“Entahlah… Mungkin saja dia sedang berlatih,” jawab Flogaz.

“Iya, aku juga tidak melihatnya sedari tadi,” sambung wanita yang bersama mereka.

Beberapa saat kemudian sebuah rombongan kendaraan datang menghampiri mereka yang berada di tempat itu.

“Kalau begitu, aku pergi dulu… Titipkan salamku pada Rayvor bahwa aku akan pergi beberapa hari,” kata pria itu.

“Baiklah,” respon wanita itu.

Pria bernama Lucierence bersama dengan beberapa prajurit yang bersamanya naik ke dalam kendaraan-kendaraan tersebut dan kemudian pergi beranjak dari tempat itu.

**

Beberapa saat kemudian, di dalam kendaraan Lucierence terlihat berbincang dengan para prajurit.

“Kenapa kita tidak melewati rute darat ataupun udara saja?” Tanya Lucierence.

“Sesuai informasi yang kami dapat, para anggota clan-clan utara sering berjaga diperbatasan darat. Jika kita menempuh rute-rute tersebut, aku khawatir jika mereka akan menyerang kita,” kata salah satu prajurit.

“Hanya daerah sekitar kawasan danau raksasa yang minim penjagaan mereka,” lanjut prajurit tersebut.

“Baik, aku mengerti… Lagipula kita datang untuk berdamai bukan untuk menyerang mereka,” respon pria itu.

**

Kemudian di salah satu bagian belakang kendaraan tempat barang-barang diletakkan, nampak seorang pemuda berambut hitam aksen pirang dengan panjang sebahu pada bagian belakangnya keluar dari salah satu kotak barang.

Pemuda itu sepertinya sedang mengendap-endap dengan bersembunyi di dalam kotak tersebut untuk mengikuti mereka menuju wilayah utara.

“Walaupun harus seperti ini, tapi akhirnya aku berhasil ikut dengan mereka,” ucap pemuda itu.

Dia kemudian mengambil buah apel yang berada di dalam kotak dan langsung memakannya.

“Aku sudah tidak sabar lagi untuk kesana…”

***

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, kendaraan-kendaraan tersebut akhirnya sampai di pinggiran sebuah danau yang telah terparkir sebuah kapal disana.

Lucierence bersama dengan para prajurit lalu turun dari kendaraan mereka. Beberapa prajurit kemudian langsung mengangkat barang-barang yang dibawah oleh mereka menuju kapal yang berada di pinggir danau tersebut.

**

Setelah semuanya selesai dan telah berada di atas, kapal tersebut kemudian berjalan melakukan pelayarannya.

“Kenapa juga nama danau ini harus bernama Raioton? Kenapa tidak Workyen saja?” Gumam pria bernama Lucierence itu sendirian.

“Itu karena kalian telah kalah atas sengketa danau ini dengan negeri Fuegonia.” Mendadak pemuda yang sebelumnya bersembunyi di dalam kotak barang datang menghampiri Lucierence dan menjawab pertanyaannya.

“Rayvor…! Kenapa kau berada disini?” Pria itu sontak terkejut melihat pemuda tersebut berada di atas kapal.

“Untuk apa lagi… Jelas saja aku ingin ikut dengan kalian,” jawab pemuda itu.

“Haah… Kalau sudah begini aku tidak bisa menyuruhmu balik… Atau, apakah kau mau berenang sampai ke daratan kembali sendiri?”

“Tidak terima kasih, lebih baik kau yang kembali… Dan aku saja yang memimpin perjalanan ini,”

“Dasar bocah ini… Baiklah, nikmati saja perjalananmu. Aku mau menghubungi ibumu bahwa kau diam-diam mengikutiku.” Lucierence kemudian pergi meninggalkan pemuda itu sendirian.

Pemuda bernama Rayvor itu lalu menuju ke bagian paling depan kapal dan naik ke sebuah pegangan pinggiran kapal. Salah satu tangannya kemudian memegang sebuah tiang didekatnya.

“Wuu… Huu…” Teriak pemuda itu dengan senangnya setelah berhasil mengikuti mereka.

***

Di tempat lain tampak seorang gadis cantik dengan mata berwana hijau yang indah sedang duduk di pinggiran sebuah tebing yang menghadap langsung ke sebuah danau. Dengan angin yang bertiup mengibaskan rambut hitam panjangnya membuat gadis tersebut nampak lebih anggun berada di tempat itu.

Tak berapa lama, seseorang dari bawah tebing datang mendekat. Nampak seorang pemuda dengan rambut berwarna abu-abu gelap dan mata yang mirip dengan warna mata dari gadis yang berdiri pinggiran tebing itu.

“Zchaira… Ternyata sedari ku berada di tempat ini rupanya,” kata pemuda itu.

Gadis yang berdiri di atas tebing tersebut sontak menoleh ke bawah setelah mendengar panggilan dari pemuda itu padanya.

“Kakak… Ada apa?” Tanya gadis.

“Ibu mencarimu dari tadi. Dia khawatir jika kau hilang,” jawab pemuda itu.

“Baiklah, aku kesana sekarang.”

Dengan lincahnya, gadis tersebut melompati satu per satu bebatuan menuruni tebing yang sangat tinggi itu.

“Ekh…” Namun, tiba-tiba karena sebuah karena bebatuan yang tidak kokoh, gadis sontak kehilangan keseimbangannya dan jatuh meluncur ke bawah dengan cepat.

Dengan sigap, pemuda yang berada di bawah langsung melompat dan menangkap gadis itu tepat pada waktunya.

“Terima kasih, kakak…”

“Dasar bodoh… Untuk apa kau melompat-lompat seperti itu… Buat apa jalan itu,” ucap pemuda itu dengan nada tinggi sambil menunjuk sebuah jalan menurun yang lebih baik dilewati oleh gadis itu tanpa harus melompati bebatuan tebing.

“Ayo, lebih baik kita berangkat sekarang… Ibu pasti sudah mengkhawatirkanmu.” Pemuda itu kemudian menurunkan gadis tersebut dan berjalan lebih dulu darinya.

“Baiklah…” Ucap gadis itu.

***

Setelah berjalan cukup lama sampai matahari pun terbenam, mereka akhirnya sampai di sebuah pedesaan dengan pemukiman semi-permanen yang berada di tengah hutan. Gadis dan pemuda itu kemudian berjalan memasuki salah satu rumah yang berada di desa tersebut.

“Zchaira… Darimana saja kau?” Nampak seorang perempuan muda datang menghampiri gadis itu dan langsung memegang kedua pundaknya.

“Dia sedang melamun di pinggiran tebing tadi,” ucap si pemuda.

“Benarkah itu?” Tanya wanita itu.

“Iya ibu,” jawab gadis bernama Zchaira pada perempuan, yang ternyata merupakan ibunya tersebut.

“Kenapa kau berada di tempat itu? Apa yang sedang kau lakukan disana?” Tanya perempuan itu lagi.

“Ibu… Aku hanya penasaran saja tentang bagaimana dunia luar, kenapa kita tidak boleh keluar dari daerah ini?”

Mendengar jawaban dari gadis tersebut, wanita yang dipanggilnya dengan sebutan ibu itu sontak menjadi terkejut.

“Zchaira… Sudah ibu bilang bahwa dunia luar itu sangat berbahaya. Ibu bahkan menentang keputusan dari para pimpinan negeri Lightio demi melindungi kalian berdua serta orang-orang kita dari ancaman ras keturunan campuran.”

“Tapi, ibu… Mau sampai kapan kita menutup diri seperti ini. Bukankah ras-ras campuran itu bahkan sudah tidak lagi memperbudak kaum kita selama ratusan tahun?” Gadis bernama Zchaira itu pun sontak menjadi kesal karena mendengar penjelasan yang kurang meyakinkan dari ibunya tersebut.

Saking kesalnya, gadis itu pun berlari keluar meninggalkan ibu dan saudaranya tersebut.

“Zchaira!”

“Ibu, biar aku saja.” Kata saudara laki-laki dari Zchaira, langsung menghentikan ibunya yang mau mengejar gadis tersebut.

Pemuda itu pun sontak keluar untuk mengejar saudaranya tersebut.

***

Pada malam hari, terlihat Zchaira sedang duduk bersama dengan para warga mengelilingi sebuah api unggun yang besar.

Tak berapa lama kemudian, saudara dari Zchaira datang menghampirinya dan duduk disamping gadis itu.

“Hei, apakah kau masih kesal?” tanya pemuda itu.

“Tidak juga… Aku hanya penasaran saja tentang dunia luar itu seperti apa keadaannya,” jawab Zchaira.

“Aku juga penasaran dunia luar itu seperti apa… Katanya selain benua ini, diseberang sana terdapat benua lain yang memiliki budaya berbeda dengan negeri ini.”

“Bahkan, ada benua yang memiliki pengetahuan dan teknologi paling maju diantara benua-benua yang lain.”

“Aku juga tahu itu, para manusia dari benua itu sering menculik para ras campuran kan?” Kata Zchaira.

“Iya benar.”

Kemudian terlihat tetua dari desa tersebut datang menghampiri para warga yang sedang duduk di sekeliling api unggun itu.

Tetua itu lalu mengangkat kedua tangannya di depan api unggun dan memainkan jarinya. Sontak asap yang keluar dari api unggun tersebut menjadi lebih tebal.

“Sepertinya cerita itu lagi,” kata Zchaira.

“Dahulu kala… Sebelum negeri ini terbentuk, para manusia hidup di atas tekanan dari para ras berkulit pucat, bertaring dan memiliki ekor layaknya seekor ular.” Asap yang tebal tersebut sontak berubah-ubah bentuk sesuai dengan cerita dari tetua itu.

“Mereka membuat kaum kita hidup sengsara. Diperbudak, disiksa dan dibantai.”

“Namun, ras baik hati berambut putih dari utara memberikan kekuatan mereka pada kaum kita terdahulu untuk bisa melawan ras-ras jahat itu.”

“Kaum-kaum kita akhirnya bisa mengusir para ras jahat itu dari tanah ini. Menjadi aman dan damai.”

“Aku bahkan belum pernah melihat langsung ras rambut putih itu. Apakah mereka masih ada sampai sekarang?” Kata Zchaira.

“Entahlah…” Kata saudaranya.

“Namun… Setelah berabad-abad lamanya, mereka akhirnya dapat menghasut pimpinan negeri ini dengan dalih menjalin sebuah aliansi.”

Zchaira dan saudaranya, serta para warga yang mendengar cerita dari tetua itu sontak menjadi tegang, karena sebelumnya mereka belum pernah mendengar tetua tersebut melanjutkan ceritanya.

“Cepat atau lambat, kehidupan kita damai kita akan terusik jika kita membiarkan hal tersebut.”

***

Di lain tempat, nampak kapal dari Lucierence telah berlabuh. Terlihat telah mendirikan tenda-tenda untuk bermalam di pinggiran danau tersebut.

“Ayah, kau bilang daerah ini ditutupi oleh sebuah penghalang… Aku tidak melihat sebuah penghalang di sekitar sini?” Tanya pemuda bernama Rayvor itu sambil melihat-lihat ke sekitaran tempat tersebut.

Mendengar pertanyaan dari anaknya tersebut, pria itu kemudian mengambil sebuah batu dan langsung melemparkannya lurus ke depan.

“Akh…!” Tampak batu yang dilemparkannya itu memantul dan mengenai kepala dari pemuda tersebut.

“Penghalang itu tidak bisa dilihat jika kita tidak menyentuhnya,” ucap Lucierence.

“Siapa orang yang menciptakan penghalang ini? Pasti dia setara dengan paman Hefaistos,” Tanya pemuda itu.

“Dia adalah bibimu, salah satu World Venerate negeri ini,” jawab Lucierence.

Pria itu kemudian berjalan mendekati penghalang yang tak kasat tersebut.

“Ayah, mau kemana?”

“Aku mau menyapa bibimu. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya.”

“Penetrans sillabare…” Lucierence kemudian memancarkan energi sihirnya dan perlahan-lahan berjalan menembus penghalang tersebut.

Seketika pria itu terbang dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat tersebut.

“Mantra penembus… Aku pernah mempelajarinya di akademi sebelumnya,” gumam pemuda itu.

Dia kemudian melihat ke arah prajurit Lightio. Setelah dirasanya bahwa prajurit-prajurit tersebut tidak memperhatikannya, pemuda itu seketika pergi menjauhi mereka.

**

Tak berapa lama, pemuda itu berhenti di suatu tempat dan mendekati penghalang tersebut.

“Penetrans sillabare…” Dia pun mengaktifkan kekuatan sihir seperti yang dilakukan oleh ayahnya sebelumnya dan perlahan-lahan berjalan menembus penghalang tersebut.

“Akh…!” Namun, seketika pemuda itu terlempar karena tidak mampu menahan tekanan dari penghalang tersebut.

“Sial…” Keluhnya.

“Penetrans sillabare…”

“Akh…!” Dalam percobaan yang kedua kalinya, dia tetap tidak bisa menembus penghalang tersebut.

***

Beralih pada Lucierence yang hampir sampai di pedesaan. Setelah melihat tempat tersebut di depan matanya, pria itu kemudian turun dan berjalan menuju desa itu.

“Lucierence… Ada apa kau kemari?” Tiba-tiba seseorang berbicara, yang sontak membuat pria seketika menghentikan langkahnya.

“Apa mungkin Hefaistos yang menyuruhmu kemari?” Terlihat ibu dari Zchaira muncul dari kegelapan.

Chapter 2 - Pertemuan pertama

“Jawab pertanyaanku, jangan hanya mengangah seperti itu,” kata ibu dari Zchaira.

“Kakak... Bagaimana bisa kau bisa menjadi kasar seperti ini? Padahal kau selalu bersikap baik padaku.”

“Lucierence, berhenti membuat alasan…” Karena merasa kesal, tiba-tiba wanita itu mengeluarkan tekanan kekuatannya, yang sontak membuat tempat tersebut seketika bergetar.

**

“Eh… Gempa bumi.”

Getaran tersebut sontak langsung dirasakan oleh para warga desa.

***

“Ada apa ini?” Pemuda bernama Rayvor yang sedang berusaha melewati penghalang juga sampai merasakan getaran tersebut walaupun dalam jarak seratus enam puluh mil jauhnya.

**

“Kakak… Tenang dulu. Aku tidak bermaksud jahat,” ucap Lucierence, nampak was-was dengan yang dilakukan oleh wanita itu.

“Tujuan utamaku kemari, sebenarnnya bukan untuk membujukmu untuk berdmai.”

Mendengar pernyataan dari pria tersebut, ibu dari Zchaira itu berhenti mengeluarkan tekanan kekuatannya.

“Apa maksudmu?” Tanya wanita itu.

“Iya, awalnya kak Hefaistos menyuruhku kemari untuk membujukmu… Tapi, aku yakin bahwa pasti kau akan menolaknya… Disamping itu, sebenarnya maksud kedatanganku kemari adalah ingin memberitahukan sesuatu padamu kakak.”

“Apa itu?” Tanya wanita itu lagi.

“Tempat ini tidak akan aman lagi untuk menyembunyikan putrimu… Beberapa hari yang lalu, para ras campuran dari Machora Tira datang dan menetap di wilayah Lightio.”

“Orang-orangku pernah mendengar pembicaraan mereka tentang daerah pedalaman utara Lightio ini. Sepertinya mereka mulai mengincar putrimu kembali,” jawab Lucierence.

“Tidak mungkin…” Wanita itu sontak setelah mendengar informasi dari Lucierence.

Dia kemudian terlihat merenung, memikirkan jalan keluar dari informasi yang diberikan oleh Lucierence.

“Kakak, lebih baik kau ikut denganku. Kita pergi tinggalkan daerah ini sementara waktu untuk menyembunyikan putrimu.” Melihat wanita itu nampak kebignungan, Lucierence memberikan sebuah tawaran untuk pergi dari tempat itu.

“Tapi, bagaimana dengan para warga desa? Aku takut jika mereka datang kemari dan tidak menemui apa yang mereka cari.” Namun, ibu dari Zchaira itu nampak ragu untuk menyetujui tawaran tersebut.

“Kakak, mereka tidak bisa menyerang para warga desa... Jika mereka mencoba melakukannya, para pimpinan Lightio tidak akan tinggal diam.”

“Yang harus kau pentingkan terlebih dahulu adalah putrimu.” Namun, Lucierence juga tetap meyakinkan wanita itu untuk tetap membawa lari putrinya tersebut.

Wanita itu pun nampak tidak bisa berkata apa-apa dan berpikir keras mempertimbangkan hal tersebut.

“Apa kau yakin?” Tanyanya.

“Iya, itu adalah pilihan yang terbaik untuk sekarang,” jawab Lucierence.

“Baiklah, jika itu yang terbaik maka aku akan menyetujuinya.” Wanita itu pun sontak menyetujui tawaran dari Lucienrence.

Lucierence pun tampak tersenyum mendengar wanita itu menyetujui tawarannya tersebut.

“Kalau begitu, aku kembali dulu… Orang-orangku mendirikan tenda di pinggiran danau dekat perbatasan negeri Fuegonia.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Lucierence kemudian terbang meninggalkan tempat itu.

***

Berpindah pada pemuda bernama Rayvor, yang masih berusaha melewati penghalang yang berada di depannya. Walaupun terus-terusan terlempar saat mencoba melewati pengahalang tersebut dengan kekuatannya, pemuda itu tidak pernah menyerah untuk mencobanya kembali.

“Urgh… Kenapa sulit sekali melewatinya?” Keluhnya.

Karena sedari tadi tidak kunjung berhasil melewati penghalang tersebut, dia pun berhenti dan duduk beristirahat memejamkan matanya mencoba memulihkan energinya yang sudah terkuras habis.

“Sial, padahal aku sudah menirukan teknik yang dilakukan oleh ayah… Tapi, kenapa aku selalu saja gagal?” Gumam pemuda itu, memikirkan letak kesalahan dari tekniknya tersebut.

Karena berpikir dengan keras, tiba-tiba sesuatu pun terlintas dalam benak pemuda itu, dimana dia nampak mengingat tentang sihir tingkat atas yang pernah dia lihat sebelumnya.

Pemuda itu pun nampak merapatkan kedua tangannya dan memejamkan mata untuk berkonsentrasi karena penasaran ingin memasukki wilayah yang dihalangi oleh sebuah penghalang tersebut

“Incantesimo segreto… Coup de poignard…” Sontak sebuah pancaran energi sihir keluar menmancar dari dalam tubuhnya.

Dalam sekejap dia meluncur lurus ke depan dan seketika melewati penghalang tersebut tanpa kesulitan sedikitpun. Pemuda itu meluncur sekitar satu kilometer dari tempat awalnya berdiri sehingga membuat pepohonan yang dilewatinya tersebut seketika roboh akibat efek dari tekniknya.

“Eh… Mungkin aku terlalu berlebihan,” ucapnya.

Tidak mau memikirkan hal yang diperbuatnya lebih lama lagi, pemuda itu kemudian menciptakan sebuah cahaya dari energi sihirnya untuk dijadikan penerangan menyusuri hutan tersebut lebih dalam lagi.

***

Beberapa saat kemudian, terlihat Lucierence sampai di dekat perkemahan para prajurit Lightio yang berada di pinggiran danau.

“Penetrans sillabare…” Pria itu mengeluarkan energi siihirnya untuk kembali melewati penghalang tersebut.

Setelah melewatinya, dia kemudian menghampiri para prajurit bawahannya yang berada di dekat situ.

“Tuan Lucierence, ini gawat… Putramu tuan Rayvor sedari tadi tidak terlihat di tempat ini,” ucap salah satu prajurit.

“Apa…? Bagaimana bisa?” Lucierence pun sontak terkejut mendengar bahwa anaknya tersebut sedari tadi tidak berada di perkemahan.

“Karena terlalu sibuk membangun tenda, aku bersama yang lain baru menyadari bahwa tuan Rayvor tidak berada disini,” kata salah satu prajurit.

Tak lama kemudian, beberapa prajurit yang sepertinya mencari keberadaan dari Rayvor datang menghampiri Lucierence dan yang lainnya.

“Tuan Lucierence? Eh… Kami sebenarnya sudah berjalan menyusuri pinggiran danau melihat keberadaan tuan Rayvor, tapi tidak menemukannya,” kata salah satu prajurit yang baru datang.

“Kemana anak itu sebenarnya?” Kata Lucierence, nampak khawatir tentang keberadaan anaknya yang tidak diketahui berada dimana.

Tiba-tiba pria itu seperti memikirkan sesuatu saat melihat hutan dibalik penghalang.

“Tidak mungkin… Apa mungkin dia masuk ke dalam?”

“Ke dalam…? Bagaimana mungkin tuan? Bahkan seorang Land Venerate saja akan kesulitan penghalang itu,” kata salah satu prajurit.

“Itu hanya sulit saja, bukan tidak mungkin… Rayvor bisa meniru teknik sihir bahkan dalam sekali lihat saja.”

Lucierence pun kembali mengeluarkan pancaran energi sihirnya, masuk ke dalam wilayah yang di dalam penghalang.

Tanpa berlama-lama lagi, pria itu seketika terbang dengan kecepatan tinggi meninggalkan tempat tersebut untuk mencari keberadaan dari anaknya, yang sebelumnya telah masuk ke dalam hutan.

***

Di pedesaan terlihat ibu dari Zchaira tampak sedang duduk di dekat api unggun sambil memikirkan tentang pembicaraannya dengan Lucierence sebelumnya.

Tak berapa lama kemudian, tetua desa yang sebelumnya berada di tempat itu datang menghampiri wanita tersebut dan duduk di dekat api unggun itu.

“Artemis… Kenapa kau masih berada diluar?” Tanya tetua itu.

“Oh, tuan Timonar… Kapan kau datang?” Karena berpikir keras tentang pembicaraannya dengan Lucierence sebelumnya, wanita tampak tidak menyadari bahwa tetua desa tersebut telah berada di tempat itu.

“Apa yang sedang kau pikirkan sampai-sampai tidak menyadariku berada disini?” Tanya tetua itu lagi.

“Sebenarnya, seseorang dari luar datang kemari,” jawab wanita yang bernama Artemis tersebut.

“Seseorang dari luar…? Siapa dia?” Tetua itu nampak terkejut mendengar jawaban dari wanita tersebut.

“Dia adalah Lucierence Silkbar, adik dari Hefaistos.”

“Tenang saja, mereka tidak datang untuk menyerang kita… Adik Hefaistos itu kemari untuk memperingatiku bahwa para ras campuran Machora Tira masuk ke negeri ini untuk mengincar kembali Zchaira.”

Mendengar pernyataan dari wanita bernama Artemis itu membuat tetua desa tersebut menjadi lebih terkejut lagi.

“Akan lebih baik jika aku membawa Zchaira pergi dari sini… Dia akan membantuku menyembunyikan putriku untuk sementara waktu dari para ras campuran.”

“Tapi, jika aku pergi dari tempat ini, bagaimana dengan kalian yang berada disini? Aku takut jika kalian diserang oleh Machora Tira.”

Wanita bernama Artemis itu nampak ragu untuk menentukan pilihannya yang dirasanya sangat sulit tersebut.

“Artemis… Melindungi Zchaira itu bukanlah hanya menjadi masalahmu saja. Kau tidak perlu khawatir, kami pasti bisa melindungi diri kami dari mereka.” Namun, tetua tersebut meyakinkan Artemis untuk menetapkan pilihannya untuk membawa pergi putrinya dari tempat itu.

“Apakah anda yakin, tuan Timonar?” Tanya Artemis.

Tetua itu pun sontak menganggukkan kepalanya, berusaha meyakinkan Artemis agar menyembunyikan putrinya tersebut.

Saat Artemis tersenyum karena yakin dengan pilihan yang akan dipilihnya, dalam waktu bersamaan Lucierence datang menghampirinya dan tetua desa tersebut.

Melihat pria datang secara tiba-tiba sontak membuat mereka berdua menjadi terkejut.

“Lucierence… Kenapa kau kembali?”

“Maaf kakak, aku datang secara mendadak lagi… Namun, apakah kau melihat seorang pemuda datang ke desa ini?” Tanya pria itu.

“Seorang pemuda…? Tidak ada siapapun yang datang ke desa ini sedari tadi. Lagipula ini sudah sangat larut. Siapa pemuda yang kau maksud ini?” Jawab Artemis, kemudian bertanya balik.

“Dia adalah putraku Rayvor. Kemungkinan anak itu telah melewati penghalang dan terjebak di dalam hutan.” Jawab Lucierence.

“Kau membawa putramu kemari juga?”

“Aku tidak membawanya. Anak itu yang mengikuti kami diam-diam,” kata Lucierence, terlihat sudah mulai khawatir tentang putranya tersebut.

Artemis pun berdiri dari tempat duduknya, dan memunculkan lingkaran sihir tepat berada di bawah kakinya. Wanita itu kemudian memejamkan kedua matanya dan berusaha berkonsentrasi.

“Hmph… Aku hanya merasakan hawah keberadaan beberapa manusia di pinggiran danau dekat perbatasan Fuegonia.”

“Itu pasti adalah orang-orang yang datang bersamaku. Mereka sedang berkemah di tempat itu,” kata Lucierence.

“Selain tempat itu dan desa ini, tidak ada lagi hawah keberadaan manusia pada radius seratus enam puluh mil,” kata Artemis.

“Dasar anak itu… Bahkan dalam tingkatan Regional Venerate saja dia sudah bisa menyamarkan hawah keberadaannya.” Lucierence masih merasa khawatir karena wanita itu juga tetap masih tidak bisa mendeteksi keberadaan dari putranya tersebut.

Artemis lalu kembali membuka matanya dan menghilangkan lingkaran sihir yang berada di bawah kakinya.

“Sebaiknya kita berpencar mencari anakmu itu,” kata Artemis.

“Baik kakak.”

“Tuan Timonar, aku pergi mencari keponakanku dulu,” kata Artemis pada tetua desa.

“Hati-hatilah kalian,” respon tetua tersebut.

Setelah Artemis berpamitan pada tetua desa, kedua orang itu kemudian terbang ke udara meninggalkan pedesaan tersebut.

***

Di tempat lain, tepatnya pada daerah yang berdekatan dengan wilayah pedalaman utara yang terisolasi, nampak sebuah rombongan beberapa kendaraan datang memasukki sebuah kota.

Kendaraan-kendaraan tersebut kemudian berhenti saat terlihat beberapa orang warga sedang berdiri di depan, yang sepertinya telah menunggu kedatangan dari rombongan tersebut.

Beberapa saat kemudian, terlihat seorang berkulit pucat yang merupakan salah satu dari ras Vampireman turun dari salah satu kendaraan.

“Selamat datang tuan di kota Ferreson… Perkenalkan namaku adalah Hayliver, ketua clan Bridgehunts dan sekaligus pemimpin dari negeri bagian Risoumi,” kata salah satu warga yang merupakan pimpinan dari daerah tersebut.

“Terima kasih atas sambutannya tuan gubernur. Aku adalah Silvan, ketua dari clan Blowner, yang diutus Machora Tira ke tempat ini,” balas pria Vampireman itu.

Setelah pria itu memperkenalkan diri, terlihat semua anggota rombongan dari pria tersebut turun dari kendaraan-kendaraan mereka.

Ketua clan beserta beberapa warga yang menanti mereka terlihat tegang setelah orang-orang yang turun dari kendaraan-kendaraan tersebut nampak memiliki warna kulit yang sama seperti pria Vampireman yang pertama kali turun.

Setelah itu, terlihat dua perempuan bersama satu laki-laki datang mendekati pria Vampireman tersebut.

“Tuan, perkenalkan ini adalah istriku, Edana… laki-laki ini adalah Joker, anak sulungku… Serta perempuan ini adalah Lucia, anak bungsuku.” Pria itu nampak memperkenalkan ketiga Vampireman tersebut, yang merupakan anggota keluarganya.

“Oh, ternyata anda membawa keluarga anda juga sedang bertugas,” respon ketua clan itu sambil tersenyum.

*

“Tapi, mereka seperti diusir dari negeri mereka saja.” Namun, di dalam hatinya nampak mencurigai rombongan Vampireman tersebut.

**

“Keluarga bagiku adalah yang terpenting, jadi aku selalu membawa mereka saat sedang menjalani tugas,” kata Vampireman bernama Silvan tersebut.

“Benar sekali tuan,” respon ketua clan tersebut.

“Eh, lebih baik kalian beristirahat terlebih dahulu. Kami sudah menyiapkan tempat untuk kalian semua.”

“Terima kasih banyak tuan.”

Ketua clan itu kemudian menuntun para rombongan Vampireman menuju ke tempat yang telah disediakan olehnya.

Saat perjalanan menuju tempat tujuan mereka, ketua clan tersebut bersama Vampireman bernama Silvan nampak sedang membicarakan tentang wilayah pedalaman utara Lightio.

“Jadi, kalian mengalami kesulitan untuk masuk ke wilayah memiliki sebuah penghlang itu?” Tanya Silvan.

“Benar sekali tuan… Selain sulit untuk masuk, orang-orang yang berada di dalam juga sering menyerang kami,” jawab ketua clan.

“Hmph… Sepertinya teknik penghalang itu dibuat oleh para Venerate tingkat atas, sehingga sulit untuk diterobos.”

“Tidak tuan, teknik itu hanya berasal dari satu Venerate saja.”

“Hanya satu orang saja?” Vampireman tersebut nampak sedikit terkejut setelah mengetahui kebenaran dari penghalang tersebut.

“Iya, orang yang menciptakan penghalang itu adalah Artemis Hairowl, mantan wakil presiden penyihir, salah satu Venerate terkuat yang dimiliki negeri Lightio.”

*

“Artemis Hairowl yah… Sepertinya akan sulit untuk menculik pemegang kekuatan naga merak jika wanita itu ada,” gumam Silvan dalam hati.

–11 Mei 3024–

Keesokan harinya terlihat Zchaira di sebuah hutan bersama dengan saudara laki-lakinya, yang sedang mengendap-ngendap dibalik semak-semak sambil membidik seekor rusa dengan sebuah panah.

Setelah merasa bahwa bidikannya tersebut akan tepat mengenai sasaran, pemuda itu langsung meluncurkan dua buah anak panah sekaligus ke arah rusa tersebut.

Dalam sekejap dua panah yang meluncur itu, menamcap ke bagian vital tubuh hewan tersebut hingga membuatnya sempat meronta dan kemudian terkapar tak berdaya.

“Wah… Kau hebat kakak,” puji gadis bernama Zchaira itu.

“Heh, jelas saja… Apa kau bisa melakukan seperti yang kulakukan?” Tanya saudara gadis itu.

“Kau meremehkanku yah…” Kata Zchaira, merasa tertantang dengan perkataan saudaranya tersebut.

Dia kemudian melihat ke sekitaran, mencari keberadaan rusa lain yang berada di dekat tempat tersebut.

“Hmph… Sepertinya tidak rusa yang lewat disekitar sini.” Namun, setelah memperhatikan sekitaran tempat itu sedikit lama, gadis itu tidak melihat satu rusa yang lewat.

Zchaira kemudian terlihat memanjat salah satu pohon yang berada di dekatnya.

“Hei, mau apa kau?” Tanya saudara Zchaira, melihat gadis itu memanjat pohon.

“Aku mau mencari rusa di tempat lain.” Setelah mengatakan hal tersebut, Zchaira kemudian melompat dari satu pohon ke pohon yang lainnya meninggalkan saudaranya sendiri di tempat tersebut.

***

Tak terlalu jauh dari tempat Zchaira sebelumnya, terlihat Rayvor yang dari semalaman masih menyusuri hutan tersebut.

“Haah… Ternyata pedasaannya masih jauh. Aku bahkan sudah semalaman berjalan tapi tidak menemukannya,” gumam pemuda itu, mulai kesal.

Tak berapa lama, Zchaira lewat dari atas pohon tanpa disadari oleh pemuda itu.

“Siapa dia?” Zchaira pun bertanya-tanya melihat pemuda yang berjalan itu nampak memiliki penampilan yang berbeda dengannya.

Gadis itu kemudian mengikuti pemuda bernama Rayvor tersebut dari atas pohon tanpa diketahui sedikitpun.

“Uaah…!” Saat berada tepat diatas pemuda itu, tanpa gadis itu sadari dia menginjak sebuah cabang pohon yang rapuh sehingga membuatnya langsung terjun ke bawah.

Dengan refleks Rayvor menangkap gadis itu hingga membuat kedua mata mereka saling bertatapan satu sama lain.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!