Sudah sebulan ini, ibu guru Cinta dan rekannya, melatih anak-anak didiknya untuk mengikuti kegiatan acara ulang tahun sekolah. Honey sangat bersemangat mempersiapkan dirinya untuk memberikan penampilannya yang terbaik untuk ayahnya, karena ia hanya ingin mencuri perhatian ayahnya dari pada penonton yang rata-rata wali murid teman-temannya sendiri.
Kelas yang dipegang oleh ibu guru Cinta memiliki dua puluh siswa. Ibu guru Cinta memiliki rekan kerjanya yang bernama ibu Dea. Keduanya membagi dua kelompok siswa untuk bisa melatih anak-anak ini sesuai dengan bakat yang mereka miliki.
Ada yang ingin bernyanyi, membaca puisi, menari dan memainkan alat musik seperti piano, gitar dan biola.
Karena waktu yang akan ditunggu tinggal dua hari lagi, Ibu Cinta dan ibu Dea sangat semangat melatih siswa kelas mereka dengan sungguh-sungguh.
"Anak-anak hari ini kita cukupkan latihannya. Ibu melihat penampilan kalian sudah sempurna, tolong pertahankan agar kalian bisa mempersembahkan penampilan kalian sebaik mungkin." Ucap ibu guru Cinta.
"Pastikan juga, kedua orangtuanya bisa hadir agar mereka bisa melihat penampilan kalian, karena momen ini sangat berharga untuk kalian." Imbuh ibu Dea.
Setiap siswa merasa kedua orangtua mereka pasti hadir walaupun sangat sibuk dengan tugas mereka masing-masing.
Sekolah Taman kanak-kanak Harapan Cinta adalah sekolah yang dirancang untuk para siswa yang rata-rata berasal dari keluarga konglomerat.
Sekolah ini dibangun dengan asrama untuk siswa yang akan tinggal selama lima hari di asrama dan akan pulang setiap akhir pekan.
Hanya satu siswa yang jarang pulang setiap weekend, yaitu Honey. Gadis kecil itu merasa percuma pulang ke rumah karena ayahnya tidak pernah berada di rumahnya.
Gadis kecil ini lebih banyak menghabiskan waktunya dengan guru-guru di asrama. Itulah sebabnya, mengapa guru Cinta dan Dea sangat menyayangi gadis itu.
Apa lagi Honey tidak punya ibu, membuat gadis kecil ini selalu merindukan figur ibu guru Cinta. Honey melihat cinta tulus seorang ibu ada di dalam diri ibu Cinta.
Apapun yang menjadi kebutuhan Honey sangat di perhatikan oleh ibu Cinta. Perhatian khusus yang diberikan ibu Cinta hanya karena tidak ingin melihat Honey merasa sedih karena kehilangan sosok ibu kandungnya itu.
Semua teman Honey selalu membully Honey yang sudah tidak memiliki ibu. Ibunya Honey ternyata sudah meninggal dua tahun yang lalu saat melahirkan dirinya. Saat meninggal Honey masih berusia dua tahun.
Sejak saat itulah, tuan Noah, ayah kandung Honey jarang pulang ke mansionnya. Honey di titipkan di asrama sejak usianya menginjak tiga tahun lebih.
Kini, Honey mencari tempat untuk dirinya bisa menangis seorang diri karena ia tidak punya ibu yang akan hadir di acara ulang tahun sekolahnya itu. Di tambah lagi dengan kehadiran seorang ayah yang tidak begitu peduli dengan dirinya karena terlalu sibuk bekerja.
Ibu guru Cinta yang melihat Honey menyendiri sambil termenung atas nasibnya yang hanya dibesarkan oleh Tantenya. Saat ini mereka menitipkan Honey setiap saat, hingga jarang datang untuk menemui Honey di sekolahnya.
"Honey kenapa nggak bermain dengan teman-temannya?" Tanya ibu Cinta sambil duduk di hadapan Honey yang terlihat murung.
"Aku yakin ayahku tidak akan datang menemui aku di sini, apalagi berjanji untuk melihat penampilan aku nantinya. Dia lebih banyak memikirkan perusahaannya dari pada aku, putrinya." Keluh Honey dengan mengerucutkan bibirnya.
"Oh, jadi lagi mikirin ayah?"
"Iya ibu Cinta, karena ayahku tidak akan datang seperti biasanya dalam momen apapun itu." Jawab Honey makin sedih.
"Kalau ayah tidak jadi datang dalam acara ini, apakah kamu akan membatalkan juga penampilan kamu yang sudah kamu persiapkan dengan sangat baik?"
"Entahlah ibu guru Cinta. Jika nanti dia datang aku pasti sangat bahagia, tapi itu rasanya nihil. Seperti yang sudah-sudah, aku hanya menelan kecewa karena ayahku seakan tidak menganggap aku ada." Ucap Honey mulai meneteskan air matanya.
"Kalau begitu kenapa kita tidak pinjam ponsel kepala sekolah saja untuk menghubungi ayahmu agar kamu bisa menghubunginya di luar negeri." Ucap ibu guru Cinta menghibur gadis cantik itu.
"Wah ide bagus. Tapi kenapa harus menggunakan ponselnya kepala sekolah? Bukankah ibu cinta juga punya ponsel?"
"Ponsel ibu Cinta lagi di isi baterainya. Itu terlalu lama untuk menunggu sayang." Ujar ibu Cinta.
"Baiklah. Aku akan ke kantor kepala sekolah."
Honey dan ibu Cinta berlari menuju ruang kerjanya ibu Cynthia. Setibanya di sana, Honey menyampaikan keinginannya kepada kepala sekolah.
"Ibu Cintya! apakah aku bisa meminjam ponselmu untuk menghubungi ayah?"
"Boleh sayang!"
Ibu Cynthia memberikan ponselnya kepada Honey setelah mencari kontak Tuan Noah. Honey tersenyum manis saat panggilan itu tersambung.
"Hallo Ayah!"
"Hallo Honey! ini dengan om Aldo. Apakah kamu ingin bicara dengan ayahmu?"
"Iya om Aldo. Apakah ada ayah?"
"Ayahmu sedang meeting saat ini. Nanti saja kalau ayah selesai meeting, om Aldo akan memberi tahukan ayahmu agar menghubungi kamu lagi."
"Apakah meeting nya masih lama?"
"Sepertinya begitu."
"Apakah ayah akan tetap meeting jika aku sedang sakit atau kecelakaan?" Keluh Honey dengan wajah kecewa.
"Bukan begitu sayang. Hanya saja saat ini, om Aldo tidak berani menganggu ayahmu jika beliau sedang serius membahas masalah perusahaan."
"Baiklah. Rupanya putri ayahku adalah perusahaannya, bukan aku. Terimakasih om Aldo. Jika dia lebih mementingkan putrinya itu sebaiknya lupakan aku putri kandungnya. Mungkin di hari tuanya kelak perusahaan itu yang akan merawatnya." Sindir Honey membuat Aldo tercengang.
Honey mengakhiri pembicaraannya dengan asisten ayahnya itu. Ia mengembalikan ponsel ibu Cinta dengan wajah tertekuk.
Melihat perubahan wajah Honey, ibu Cinta sudah curiga kalau Honey saat ini sedang dikecewakan oleh ayahnya.
"Apakah ayahmu saat ini mengecewakan kamu lagi sayang?" Tanya kepala sekolah yang sudah hafal betul dengan sikapnya Tuan Noah pada putrinya.
"Ayahku bukan hanya mengecewakan aku saja, tapi dia tidak mempedulikan apakah aku ini masih anaknya atau tidak."
"Honey! Mungkin ayahmu memang lagi sibuk nak, jadi sulit untuk bicara denganmu." Ujar ibu Cintya memberi pengertian pada Honey.
"Putrinya ayah adalah perusahaannya, bukan aku ibu Cintya." Imbuh Honey lalu menangis.
"Oh, Honey. Kami jadi ikut sedih kalau melihat kamu menangis' seperti ini." Ujar ibu Cinta lalu merangkul tubuh Honey.
Kepala sekolah hanya menarik nafasnya kesal karena menyayangkan sikap Tuan Noah yang tidak peduli dengan putrinya. Setiap hari Honey menunggu ayahnya menghubungi dirinya. Namun pria tampan itu seakan saat ini dirinya masih bujangan.
Jangankan ke sekolah melihat putrinya, menghubungi dirinya sebagai kepala sekolah untuk menanyakan keadaan putrinya saja tidak pernah.
Acara yang di tunggu oleh para peserta didik dalam mengasah bakat dan minat mereka pada pada seni melalui pergelaran acara ulang tahun sekolah taman kanak-kanak Harapan Cinta yang di adakan di sekolah itu.
Para tamu undangan yang merupakan wali murid siswa tersebut, begitu antusias menyambut acara tersebut. Hanya dengan momen itu, mereka bisa bertemu lagi dengan putri mereka yang jarang mereka bertemu karena tinggal di asrama.
Rata-rata dari mereka semuanya bekerja dan satu sama lain memiliki jabatan penting dalam pemerintahan dan juga suami istri itu punya perusahaan masing-masing yang harus mereka kelola.
Itulah sebabnya mereka menitipkan putri mereka pada sekolah itu agar mereka bisa fokus pada pekerjaan mereka tanpa terganggu dengan anak-anak mereka yang kadang kala merengek untuk bertemu dengan keduanya.
Hampir sembilan puluh lima persen wali murid sudah mengambil tempat di dalam gedung aula di mana acara itu sedang berlangsung.
Sementara ibu guru Cinta dan beberapa guru lainnya memastikan anak didik mereka tidak ada yang berkeliaran lagi karena acara hampir di mulai.
"Apakah kalian sudah siap anak-anak?" Tanya ibu Cinta sambil memperhatikan wajah cantik kedua puluh siswanya.
"Sudah ibu Cinta!" Ujar mereka kompak.
"Bagus!"
"Setelah di antara kalian sudah tampil di acara ini, kalian langsung menghampiri orangtua kalian masing-masing dengan membawa buket bunga untuk ibu kalian, mengerti!"
"Mengerti ibu Cinta!"
"Bagus!"
Hanya satu siswa yang tidak begitu antusias dengan acara itu karena hatinya hanya tertuju pada satu orang yang sampai saat ini belum datang juga.
Honey menatap pintu masuk itu sambil berharap ayahnya muncul di antara para tamu undangan lainnya.
Awalnya pintu Itu bejibun dengan rombongan wali murid, namun sejalannya waktu, ayahnya honey belum muncul juga.
Rasa kecewanya mulai menghinggapi hati gadis yang berusia empat tahun ini. Manik hitam legam miliknya terasa mulai panas karena ayahnya yang kemarin sudah berjanji untuk melihat tampilannya hanya sebatas janji.
Satu persatu temannya dari kelompok lain sudah mulai tampil dengan aksi hebat mereka di atas panggung.
Melihat ibu guru Cinta yang sibuk mengatur jalannya acara, membuat Honey segera mengendap keluar untuk mencari ayahnya.
Gadis ini ingin menyambut kedatangan ayahnya tanpa harus menunggu gelisah di dalam sana.
"Ayah! Mengapa kamu sangat tega pada putrimu sendiri padahal , ayah sudah berjanji bahkan bersumpah pada Honey, bahwa ayah akan melihat penampilan aku di atas panggung.
Apakah ayah lupa akan janji ayah sendiri?" Tanya Honey yang sedang duduk sendirian diantara mobil yang terparkir.
"Siapa bilang ayah akan mengingkari janji ayah pada putri cantik ayah sendiri?" Tanya Tuan Noah dibalik punggung putrinya yang sedang menangis sendirian di pelataran parkir di samping gedung aula tersebut.
Mendengar suara ayahnya Honey langsung berbalik dan melihat sosok gagah, tampan dan kharismatik membuat Honey memekik dengan gembira lalu merentangkan tangannya untuk di gendong.
"Muuuaaacchhh!"
"Muaacch!"
Keduanya saling mengecup kedua pipi mereka masing-masing.
"Apakah ayah datangnya telat, sayang?" Tanya tuan Noah sambil melangkah.
"Aku hampir mati putus asa karena ayahku belum muncul juga di acara berharga untuk sekolahku." Ucap Honey dengan gayanya yang terlihat sok dewasa.
"Maafkan ayah sayang karena ayah baru pulang dari Paris dan begitu tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta, ayah langsung ke sini untuk melihat penampilan putri cantik ayah." Ucap tuan Noah membesarkan hati putrinya Honey.
Sementara di dalam Aula gedung, ibu guru Cinta mencari Honey di setiap tempat dengan debaran jantungnya yang hampir meledak. Pasalnya gadis kecil itu akan tampil tiga temannya lagi dari sekarang.
Beruntunglah, temannya itu memainkan biola, jadi durasinya cukup lama hingga membuat para tamu undangan terkesima dengan penampilan Rihanna yang paling pintar memainkan alat musik gesek itu.
Karena tidak ada di ruangan manapun, ibu Cinta berlari ke luar menuju halaman Aula sambil menahan silau matahari yang menerpa wajahnya.
Tubuhnya sudah hampir lemas karena tanggungjawabnya menjaga gadis itu tidak dilakukan dengan baik.
"Honeyyy....Honeyy....Honeeyyy!" Teriaknya menggelegar hingga terhubung di kuping Honey yang sedang bicara dengan ayahnya.
Honey melambaikan tangannya ke arah ibu gurunya itu, namun ibu guru Cinta yang melihat sosok pria yang yang berdiri memunggungi pandangannya membuat gadis cantik ini berlari dan langsung melabrak pria tampan itu dari belakang.
"Apakah kamu sedang merayu anak kecil ini, untuk ikut bersamamu, hahh! Apakah kamu penculik berdasi yang sedang mengincar para gadis kecil putri konglomerat?"
Tuan Noah segera berbalik menghadap ke arah ibu guru Cinta. Ia dengan santai mendengarkan ocehan gadis cantik ini tanpa ingin menjedah nya.
Honey yang ingin menghentikan Omelan ibu gurunya, hanya menepuk jidatnya karena ibu guru Cinta mengatai ayahnya yang macam-macam.
"Aduh! Parah ibu guru Cinta. Dia tidak tahu sedang berbicara dengan siapa." Batin Honey.
"Baik aku akan memanggil polisi untuk segera menangkap penjahat sepertimu yang berusaha menculik siswaku."
Ibu guru Cinta segera menekan angka yang terhubung dengan kantor polisi setempat.
Dengan cepat, tuan Noah menyentak sikunya hingga ponselnya jatuh dan di tangkap oleh ayah dari Honey ini.
Ibu guru Cinta tersentak saat melihat ponselnya sudah berpindah ke tangan tuan Noah.
"Heh, penjahat! Kembalikan ponselku! Apakah setelah kamu gagal menculik siswaku apakah kamu ingin merampok ponselku?" Semprot ibu Cinta makin menggila.
"Sini sayang! Menjauhkan dari lelaki ini, atau kita berdua akan berakhir tragis." Ucap ibu guru Cinta sambil menarik tangan Honey dan menggendong gadis itu sambil memeluknya dengan erat.
Honey segera memberi tahukan status pria tampan itu pada ibu guru Cinta yang hendak membawanya masuk.
"Ambil saja ponselku dan jangan bawa siswaku dan pergilah dari sini!" Ucap ibu guru Cinta ketakutan karena melihat tampang tuan Noah yang tetap terlihat cool.
"Ibu Cinta! Dia adalah ayahku. Apakah ibu Cinta ingin mengusirnya setelah lama aku menanti kedatangannya selama ini?"
Deggg...
Ibu guru Cinta mengurai pelukannya dan menatap wajah tampan tuan Noah dengan gugup.
"Apaaa...?
Astaga, apa yang sudah aku lakukan pada ayah dari siswaku ini?" Batin Cinta.
"Selamat siang ibu guru Cinta! Terimakasih atas perhatianmu atas putriku hingga kamu rela menyerahkan ponselmu untukku." Ucap tuan Noah sambil menahan tawa karena melihat wajah cantik Cinta yang terlihat salah tingkah.
"Mohon maafkan sikapku tuan!" Mungkin saking kuatir nya aku pada putrimu hingga aku tidak mengetahui kalau tuan adalah ayah kandungnya Honey." Ucap ibu guru Cinta sambil tertunduk malu dan melindungi wajahnya dibalik tubuh Honey yang masih berada dalam gendongannya.
"Tidak apa ibu Cinta. Mungkin lain kali, aku akan datang lagi menculik hatimu." Goda tuan Noah makin membuat wajah guru putrinya ini bersemu merah seperti tomat.
Degggg...
Ibu guru Cinta baru menyadari kalau Honey sebentar lagi akan tampil. Iapun buru-buru mengajak Tuan Noah untuk masuk bersama mereka ke dalam gedung aula.
"Honey. Sebentar lagi kamu akan tampil sayang." Ucap ibu Cinta.
"Turunkan aku ibu Cinta! supaya aku bisa langsung lari ke panggung." Pinta Honey.
"Oh iya sayang." Ibu Cinta segera menurunkan Honey dari gendongannya.
Honey meninggalkan ayah dan ibu Cinta, lalu lari ke dalam gedung dan langsung menuju panggung.
Ibu guru Cinta berjalan dengan cepat untuk menghindari Tuan Noah yang sudah membuatnya sangat malu.
Sementara itu Tuan Noah terkekeh kecil melihat guru putrinya berlari ketakutan untuk bisa bebas dari dirinya.
"Ternyata kamu sangat menggemaskan ibu guru Cinta. Kau pantas aku perjuangkan untuk menjadi ibu dari putriku, Honey." Lirihnya sambil berjalan dengan cepat menuju tempat duduknya yang ada di barisan paling depan.
Tidak lama berselang, Honey maju ke depan panggung usai namanya di panggil oleh MC acara.
Jenis acara yang akan dibawakan Honey adalah membaca puisi.
Honey tampil dengan percaya diri. Tubuh kecil itu yang masih berusia empat tahun itu, menatap wajah ayahnya sesaat.
Ia lalu tersenyum kepada sosok yang membuatnya selalu semangat untuk belajar. Dan sosok gagah itu saat ini sedang memberikannya kekuatan.
Ia pun mendekatkan mikrofon satu jengkal dari mulutnya, dan siap untuk membaca puisinya.
"Untukmu pahlawan pertamaku....
Setiap pagi saat aku membuka mataku..
Pikiran ku hanya terbingkai wajah lelah mu...
Engkau mulai harimu dengan kerja keras...
Pengorbanan mencari rezeki, pengorbanan untuk mencari awal yang baru.
Kau ajarkan aku arti perjuangan, kau ajarkan aku arti kesuksesan.
Ayah! mungkin tanpamu aku tidak bisa seperti ini.
Mungkin tanpamu aku tidak bisa berdiri di tengah-tengah impianku.
Impian untuk meraih keberhasilan.
Ayah kaulah inspirasiku..
Walaupun tanpa ibu di samping kita, tapi aku telah melihat cinta ibu dalam dirimu. I love you Daddy...
Ayah. Aku tidak akan memberikanmu bunga tapi aku akan memberikanmu cinta dan prestasiku untuk membuatmu bangga."
Honey menangis setelah membaca puisi untuk ayah tercinta. Ibu Cinta sangat bingung ketika mendengar puisi yang dibacakan oleh Honey yang tidak sesuai dengan isi puisi yang sudah ia latih pada gadis itu.
Honey sudah membaca puisinya sendiri. Puisi yang diberikan oleh Ibu Cinta adalah kekaguman hambaNya atas ciptaan Allah melalui alam ciptaanNya.
Tapi walaupun begitu puisi milik Honey lebih menyentuh hati para wali murid. Puisi yang dibacakan Honey untuk ayahnya sangat sedih, saat mendengar gadis itu melihat cinta ibunya dalam diri ayahnya.
Tuan Noah berkaca-kaca, usai mendengar ungkapan hati putrinya Honey untuk dirinya.
Keduanya saling bertatapan dan Tuan Noah maju ke depan panggung untuk memeluk putrinya tercinta itu.
Para orangtua murid menangis haru melihat adegan ayah dan anak itu. Ibu Cinta dan ibu Dea ikut terenyuh melihat keduanya sambil berpelukan. Tuan Noah membawa turun putrinya dari atas panggung dan semua orang bertepuk tangan dengan meriah.
Sampai acara itu berakhir, dengan kata penutup dari kepala sekolah atas kelancaran acara tersebut. Anak-anak diminta untuk pulang karena besok sudah memasuki hari weekend.
Tuan Noah keluar dengan menggendong putrinya Honey.
Gadis ini masih bingung, apakah akan pulang bersama ayahnya atau tidak, karena ia takut jika ada di rumah, ia hanya ditemani kepala pelayan dan dua ekor kucing kesayangannya.
"Apakah kamu ingin pulang bersama ayah?" Tanya Tuan Noah yang melihat wajah kerinduan putrinya pada dirinya.
"Benarkah? Berarti ayah akan menemani aku selama dua hari di rumah kita?"
"Tentu saja, sayang!"
"Alhamdulillah! muaacch."
"Ayahku adalah ayah yang terbaik di dunia."
Honey mencium kedua pipi ayahnya dengan sangat bahagia.
"Apakah kamu senang, sayang?"
"Tentu saja ayahku, sayang." Ucap Honey sambil memperlihatkan deretan giginya yang putih dan bersih.
"Ayah! Aku harus pamit pada kedua ibu guruku dulu. Ibu Cinta dan ibu Dea." Pinta Honey yang ingin turun dari gendongan ayahnya.
"Ok!"
Honey berlari menghampiri kedua ibu gurunya yang sedang ngobrol dengan wali murid yang lain.
"Ibu Cinta!"
"Iya sayang!"
"Aku mau pulang bersama ayah."
"Baiklah. Hati-hati sayang. Selamat berakhir pekan." Ucap ibu Cinta sambil melambaikan tangannya kepada Honey.
Dalam sekejap sekolah itu mulai sepi. Ibu Cinta merasa ada yang hilang dari genggamannya. Ia pun baru ingat kalau saat ini ponselnya masih berada di tangan Tuan Noah.
Iapun berlari ke tempat parkir dan berharap Tuan Noah masih berada di area sekolah.
"Sial! Mana aku tidak tahu lagi plat mobilnya Tuan Noah." Keluh ibu Cinta sedih.
Tuan Noah yang hendak keluar dari gerbang utama sekolah putrinya dihentikan oleh putrinya ketika melihat ibu Cinta yang sedang mencari sesuatu.
"Ayah, berhenti ayah. Ibu Cinta mencari siapa?" Tanya Honey.
Tuan Noah yang baru ingat kalau ponsel ibu Cinta masih bersamanya. Iapun meminta ijin kepada putrinya untuk menghampiri ibu Cinta yang sudah membalikkan tubuhnya menuju paviliun khusus untuk para guru muda yang sengaja di siapkan sekolah itu untuk mengawasi para siswanya.
"Ibu Cinta!" Panggil Tuan Noah.
Degg...
Ibu Cinta membalikkan tubuhnya dan menatap wajah tampan Tuan Noah malu-malu.
"Maaf tuan!" Sepertinya ponsel saya masih berada pada anda." Ucap ibu Cinta sambil menahan kegugupannya.
"Bukankah kamu tadi mengatakan aku boleh bawa ponselmu untukku asalkan tidak menculik siswa mu?" Goda Tuan Noah sambil mengulum senyumnya.
"Sial...! Kenapa dia malah balik menggoda aku?" Batin ibu Cinta.
"Bagaimana ibu Cinta?"
"Maaf tuan!" Ponsel milikku tidak layak untuk di jual. Lagian ponsel itu sudah jadul modelnya, di kasih ke pelayan tuan pun, mereka tidak akan tertarik.
Tapi ponsel itu sangat berarti untuk saya karena alat itu bisa mengobati rasa rinduku pada kedua orangtuaku." Ucap ibu guru Cinta sambil tertunduk sedih.
"Ais!" Kenapa dia jadi sedih seperti itu, padahal aku hanya menggodanya. Rupanya gadis ini tidak bisa di ajak bercanda.
"Jangan sedih seperti itu! aku hanya bercanda saja ibu Cinta. Ini ponselmu." Ucap Tuan Noah seraya menyerahkan ponsel milik ibu Cinta yang sudah berkaca-kaca.
"Terimakasih Tuan!" Ucap ibu Cinta sambil memberikan salam hormat pada Tuan Noah yang begitu senang memandang wajah cantik ibu Cinta.
Iapun membalikkan tubuhnya tapi berhenti sesaat karena ingat sesuatu. Tuan Noah masih berdiri di tempatnya.
"Tuan Noah!" Puisi yang dibacakan oleh putrimu Honey bukanlah puisi yang kami berikan di saat latihan, melainkan puisi yang dibacakan nya tadi adalah puisi buatan Honey sendiri yang dipersembahkan khusus untuk anda Tuan.
Itulah bentuk rindunya untuk anda dan resa bangganya dia pada anda yang selalu sibuk dengan pekerjaan hingga lupa akan dirinya yang menanti perhatian dan kasih sayang dari Anda untuk dirinya." Ucap ibu Cinta sambil menahan gejolak emosinya yang sudah membuat matanya terasa panas.
Deggg..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!