"Bajingan," ucap Justin.
"Ada apa tuan," tanya Mark.
"Mereka sudah bermain main dengan ku ya, habisi kelompok bajingan ini.." Justin benar-benar sedang di ambang amarah nya.
"Siap tuan.."
Justin berusaha mengontrol diri nya, ia ingat jika diri nya ada janji dengan seseorang yang sangat ia hormati. Walaupun diri nya seorang Mafia kejam tetap ada satu orang yang sangat ia hormati sampai saat ini.
"Hari ini aku pergi ke rumah nenek ku, kau tau aku sangat menghormati nya, jangan sampai ada masalah yang membuat ku emosi," ucap Justin sambil pergi meninggalkan tempat itu.
Di sebuah SMA Intan gadis cantik dan pintar baru saja merayakan kelulusan nya, Intan benar-benar sangat bahagia dengan menjadi juara umum di sekolah nya. Ia menjadi lulusan terbaik di sekolah nya.
Walaupun begitu terselip kesedihan bagi Intan karena tak ada yang tua ataupun keluarga yang datang, ia menerima penghargaan itu sendiri tanpa orang tua atau keluarga nya.
Tanpa menunggu acara selanjutnya yaitu party, Intan langsung pulang ke rumah nya, ia tidak ada waktu untuk melakukan hal seperti itu, setelah pulang sekolah ia harus bekerja di sebuah toko bunga untuk memenuhi kebutuhan nya.
"Selamat siang mamah ayah," ucap Intan.
"Siang," jawab mereka dengan sangat datar.
"Aku menjadi lulusan terbaik, aku ingin kuliah di tempat yang terbaik," kata Intan penuh semangat.
"Jangan aneh aneh, kau pikir kuliah itu murah, cepat ganti baju dan bekerja sana, jangan menyusahkan," ucap Wina mamah Intan.
"Dengar kata mamah mu Intan," ujar Lian.
"I.. iya.." Dengan perasaan yang sedih Intan pergi meninggalkan tempat itu.
Begitu lah nasib Intan, ia tidak pernah mendapatkan dukungan dari keluarga nya, ayah dan mamah nya sama sekali tidak pernah menganggap nya, ia memiliki adik yang menjadi prioritas ke dua orang tua nya.
Sebenarnya Intan sudah sangat biasa dengan kelakuan orang tua nya, tetapi kali ini sedikit sedih karena ini hari yang paling spesial untuk nya. Intan berusaha untuk kuat, ia yakin banyak kehidupan yang lebih baik sedang menanti diri nya.
"Ayo semangat Intan, ayo bekerja dengan giat. Kumpulkan banyak uang agar bisa kuliah di tempat yang kamu inginkan." Intan terus menyemangati diri nya.
Setelah makan siang dan berganti pakaian Intan langsung pergi meninggalkan rumah, ia pergi menggunakan sepeda kesayangan nya ke salah satu toko bunga di kota yang tak jauh dari rumah nya.
"Selamat siang Intan."
"Siang tante, maaf ya Intan baru datang."
"Tidak papa, bagaimana hasil nya. Pasti baik kan, selamat ya, tante yakin kamu pasti bisa."
"Iya tan, terimakasih untuk semuanya." Intan masih bersyukur ada satu orang yang masih membuat nya semangat, tante pemilik toko ini benar-benar menjadi penyemangat nya untuk menggapai semua yang ia inginkan.
Mobil yang Justin bawa berhenti di sebuah toko bunga yang terbilang sudah menjadi langganan nya. Ia akan membeli buang kesukaan nenek nya yang sangat wajib ia bawa saat berkunjung ke rumah nenek nya.
"Seperti biasa," ucap Justin.
"Ba.. baik tuan," kata Intan.
Intan sudah beberapa kali melayani Justin, dan Intan benar-benar sangat takut sekali pada Justin, ia tidak pernah melihat wajah Justin secara langsung di hadapan nya. Ia hanya sedikit melihat wajah Justin yang selalu memakai kaca mata hitam.
"Ini tuan." Justin memberikan tiga lembar uang seratus ribu dan langsung pergi tanpa menunggu kembalian. Padahal harga bunga itu hanya 200 ribu lebih sedikit saja.
"Lebih lagi," tanya Ica.
"Iya tan," jawab Intan.
"Ambil saja lebih nya, anggap saja rezeki dari Tuhan," kata Ica.
"Terimakasih tan," ucap Intan.
Intan memang senang mendapatkan uang lebih dari pria itu tetapi kalau boleh memilih lebih baik ia tidak mendapatkan uang dari pada berhadapan dengan pria itu yang tak lain adalah Justin.
Sesampainya di rumah nenek nya. Justin langsung merapihkan pakaiannya, setelah itu ia melepaskan kaca mata hitam nya dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan bunga dan serta senyuman indah di bibir nya.
"Nenek," ucap Justin.
"Cucu nenek akhirnya datang.."
Justin mencium wajah nenek nya dan memeluk nya dengan erat. Wanita ini benar-benar ia hormati, semua perkataan nya adalah kewajiban yang harus ia lakukan.
"Bunga kesukaan nenek," ucap Justin.
"Terimakasih cucu nenek yang sangat tampan tapi jomblo."
"Nenek.." Justin hanya bisa nyengir kuda, kalau sudah begini pasti nenek nya akan membahas hal yang paling tidak ia sukai.
"Hmm lusa nenek ulang tahun, apa yang ingin nenek inginkan? nanti aku pesan kan untuk nenek."
"Ya jelas kau menikah lah, nenek sudah tau, nenek ingin melihat mu menikah.."
"Selain itu nenek," ucap Justin.
"Tak ada yang lain, hanya itu. Kamu selalu saja menghindar kalau nenek bahas pernikahan. Sekarang sudah tidak bisa lagi, sudah tidak ada toleransi lagi Justin. Kau harus menikah di ulang tahun nenek."
Justin membuang nafas nya dengan kasar. Ia berusaha mengontrol diri nya agar tidak lepas kendali.
"Kenapa? kamu tidak suka nenek minta untuk menikah? ya sudah bunuh saja nenek, nenek sudah tidak ada harga nya dimata mu."
"Nenek apa yang nenek katakan, nenek sangat berharga untuk Justin, oke Justin akan pikirkan Tapi Justin tidak janji ya," ucap nya.
"Kalau tidak janji berarti kamu tidak serius, lebih baik nenek mati saja Justin."
"Nenek jangan begitu, oke oke aku janji, di hari ulang tahun nenek aku akan menikah, jangan berkata yang tidak tidak," ucap Justin.
Justin tidak memiliki pilihan lain, ia harus melanggar sumpah nya demi nenek tersayang nya. Padahal ia sudah bersumpah tidak akan menikah dengan siapapun, setelah kepergian mantan pacar nya. Justin tidak ada pilihan lain selain menarik sumpah itu.
Sebagai seorang Mafia sangat di larang menjilat ludah sendiri. Tetapi mau bagaimana lagi, wanita yang paling ia hormati sudah meninta nya, harga diri nya tidak ada apa apa nya di depan wanita itu Yang menjadi PR Justin sekarang ini siapa wanita yang akan ia nikahin, ia tidak pernah dekat dengan siapapun setelah kepergian mantan istri nya.
"Ahhh siapa ya, aku bingung sekali, aku tak mungkin asal memilih wanita tidak jelas. Ya memang tidak penting untuk ku tetapi untuk nenek sangat penting," batin Justin.
Justin tidak begitu lama berada di sana, ia memutuskan untuk pergi dari sana karena ada beberapa pekerjaan dan mencari wanita yang akan ia nikahin. Wanita yang mampu merebut hati nenek nya, untuk nenek nya ia tidak ingin mengambil yang sembarangan. Kalau untuk nya sama sekali tidak masalah.
Setelah toko tutup. Intan langsung pulang menggunakan sepeda kesayangan nya, hari ia ia mendapatkan uang lebih yang ingin ia belikan beberapa buku untuk belajar di rumah. Saat di perjalanan pulang Intan ingin menghentikan sepeda nya di toko buku yang sudah tak jauh lagi dari tempat nya berada.
Tatapi ntah apa yang terjadi, rem sepeda intan secara tiba-tiba blong, hal itu membuat Intan kebingungan dan sepeda terus melaju tanpa henti.
"Minggir," teriak Intan.
Dah tiba tiba ada mobil dari lawan arah, Intan benar-benar kebingungan ia sudah tidak bisa apa apa lagi, seperti yang terduga sepeda Intan dan Intan nya menabrak mobil itu.
"Oh ****.." Justin menekan rem secara mendadak, ia hampir saja ikut menabrak Intan.
Justin keluar dari dalam mobil, ia melihat Intan dan sepeda nya sudah terbaring di depan mobil nya. Karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan Justin membawa Intan masuk ke dalam mobil, begitu juga dengan sepeda nya.
"Sial sekali aku hari ini," ucap Justin.
Justin rasa wanita ini tidak papa, ia masih belum Mengingat siapa Intan mungkin karena diri nya cukup panik.Justin tidak membawa Intan ke rumah sakit, ia membawa gadis itu ke rumah nya langsung, ia akan memanggil dokter untuk menangani Intan.
Sesampainya di rumah Intan Justin serahkan pada orang rumah. Sedangkan diri nya memilih masuk ke kamar untuk istirahat, semua pekerjaan ia cancel hari ini. Justin benar-benar cuek dengan wanita, Ia saja sama sekali tidak peduli dengan Intan yang jelas jelas tertabrak mobil nya, ntah apa yang membuat Justin seperti ini, apa karena sumpah nya pada sang mantan pacar, ntahlah hanya Justin yang tau.
Malam hari nya, Intan sudah sadar dari pingsan nya, ia hanya mengalami sedikit luka kecil. Intan sangat terkejut ketika sadar ada di rumah yang tidak ia kenali, beruntung ada pelayan yang menjelaskan semua nya pada Intan.
"Siapa dia ya, semoga saja dia tidak marah, pasti mobil nya lecet. Aku tak akan mampu mengganti biaya perbaikan mobil nya, dari rumah nya seperti dia orang kaya," batin Intan.
Intan ingin sekali pulang, ia takut orang tua nya mencari keberadaan nya dan khawatir, ya walaupun sebenarnya mereka sama sekali tidak peduli dengan Intan. Tetapi pelayan tidak memperbolehkan Intan pulang karena Intan harus bertemu dengan pemilik rumah. Mereka tidak berani memulangkan Intan tanpa persetujuan dari Justin.
Di kamar Justin baru saja bangun dari tidur nya, ia melihat jam sudah pukul 9 malam. Ia sudah melewatkan jam makan malam. Karena sangat lapar Justin tetap keluar kamar untuk makan sekali ia ingin tau kondisi gadis yang ia tabrak tadi. Sebenarnya bukan Justin yang menabrak tetapi Intan yang menabrak mobil Justin.
"Dia sudah sadar," tanya Justin.
"Sudah tuan."
"Bawa dia ke sini," ucap Justin.
"Siap tuan.."
Justin memakan makanan yang ada di depan nya, ia melihat wanita yang menabrak nya tadi dengan tatapan yang cukup menakutkan. Dari tatapan itu Intan dapat tau siapa pria yang ia tabrak.
"Tu.. tuan," ucap Intan.
"Duduk dan makan lah," kata Justin.
Jangan kan untuk makan, Intan saja kesulitan menelan air ludah nya, ia berhadapan dengan seseorang yang paling ia takuti selamat ini.
"Kau bukan nya yang di toko bunga," tanya Justin.
"Iya tuan," jawab Intan.
"Kau sudah bosan bekerja, kau tau gaji mu di sana tak akan cukup membayar biaya kerusakan mobil ku. Kau benar-benar ya.."
"Ampun tuan, saya akan melakukan apa saja untuk membayar semuanya, dengan tenaga saya tidak dengan uang. Saya tidak mempunyai uang tuan, sepeda saya juga sudah rusak, saya tidak bisa bekerja lagi tuan," ucap Intan.
Justin benar-benar muak mendengar ucapan Intan. Ia sama sekali tidak suka dengan wanita seperti ini, untuk tidak berurusan dengan Intan adalah jalan terbaik. Lebih baik berurusan dengan banyak Mafia dari pada dengan wanita.
Justin mengambil beberapa uang dan memberikan nya pada Intan, bukan karena dia baik tetapi karena tanggung jawabnya. Mau di bawa kepolisian pun dia yang salah, pasti roda empat selalu salah di lalulintas.
"Pergi dan jangan pernah kembali. Kau antar kan dia, jahat sampai dia ingat jalan ke rumah ku."
"Baik tuan."
Intan cukup senang mendapatkan uang dari Justin, ia tidak di tuntun Justin malah di minta untuk pergi, ini memang hal yang ingin ia lakukan pergi dari Justin yang sangat menakutkan.
Setelah makan malam Justin kembali ke kamar, ia masih memikirkan wanita mana yang akan ia nikahin. Ia mampu memberikan nafkah tetapi tidak mau memberikan cinta. Menikah adalah hal yang tidak pernah terpikirkan sebelum nya, janji nya pada sang mantan membuat Justin seperti ini.
"Kalau aku bisa mengendalikan wanita yang aku nikahi pasti akan jauh lebih baik. Siapa wanita baik baik yang bisa aku kendalikan," ucap Justin.
Ntah kenapa ingatan Justin langsung pada Intan, bodoh nya ia malah meminta Intan untuk pergi dari rumah nya. Otak nya yang sangat licik langsung berpikir untuk memaafkan gadis lugu itu.
"Kau Justin, semua orang takut pada mu, kau bisa melakukan apa saja yang kau inginkan. Kau beli gadis itu dan jadikan dia istri mu, tidak bukan istri ku tetapi budak ku," ucap Justin dengan senyuman liciknya.
Intan sudah sampai di rumah nya, ia sangat takut orang tua nya marah padanya. Tetapi saat ia masuk rumah orang tua nya sama sekali tidak bertanya kenapa ia pulang malam. Memang ke dua orang tua nya sudah tidak mengharap kan diri nya lagi.
"Malam," ucap Intan.
"Masih ingat pulang, aku pikir kau sudah pergi jauh dari sini. Kau menjual diri mu sampai pulang semalam ini."
"Mamah.."
Perkataan mamah nya benar-benar sangat menyakitkan untuk Intan, dengan cepat Intan langsung pergi berlari ke kamar nya. Rasa sakit yang ada di dalam hati nya selama ini sudah tidak bisa ia tahan lagi. Intan melepaskan semuanya isi hati nya malam ini, menangis cara terbaik untuk membuat nya jauh lebih baik.
Pagi hari nya. Justin menuju ke sebuah rumah, sebenarnya ia tidak yakin tetapi main bagaimana lagi, Justin sudah tidak bisa menghindari hal ini lagi. Sebelum nya Justin tidak pernah ke rumah yang akan ia tuju, ia hanya mendapatkan informasi dari anak buah yang ia tugas kan.
"Jelek sekali rumah nya, ternyata dia miskin," ucap Justin.
"Tuan Justin," ucap Lian, ia sangat terkejut dengan kedatangan Justin di gubuk kecil nya.
Justin hanya menatap tajam Lian, hal itu membuat Lian tidak bisa berkutik, Lian sangat takut dengan Justin. Justin benar-benar memiliki pengaruh yang kuat di kota ini.
"Masuk tuan," ucap Lian.
"Mah ada tuan Justin.." Lian berusaha untuk memberikan sambutan yang baik pada Justin.
"Tampan sekali," ucap Nabila, ia sangat terpesona dengan Justin, walaupun umur nya belum 17 tahun sikap gatal nya sudah terbentuk sejak dini.
"Sayang sini sayang.." Lian memanggil Nabila agar bergabung dengan mereka.
"Aku tak ingin banyak bicara, aku ingin membeli anak mu," ucap Justin.
"Anak kami tuan, siapa? Nabila?"
"Siapa Nabila," tanya Justin.
Ia masih tidak tau nama wanita yang ia tabrak kemarin.
"Kalau wanita ini bukan," ucap Justin.
"Intan, anak itu," tanya Lian.
"Ya mana aku tau, kalau Nabila anak ini bukan, berarti memang Intan," jawab Justin.
"Ada apa Tuan, kenapa Intan," tanya Lian.
"Ya dia selera ku. Aku akan membelinya 2 M, tapi kalian jangan ikut campur lagi kehidupan nya, dia milik ku," ucap Justin.
"Iya tuan, 2 M kan tuan.."
Para mata duitan ini dengan ikhlas memberikan Intan pada Justin. Apalagi Justin berani membayar mereka 2 M, Intan sudah tidak pernah mereka anggap jadi sangat untung bagi mereka menjual Intan.
Justin memberikan cek 2 M pada mereka bertiga, ia sangat tidak suka dengan tiga orang di depan nya. Mereka benar-benar sangat berbeda dari Intan.
"Dimana dia," tanya Justin.
"Di kamar nya Tuan. Saya antar kan," jawab Lian.
"Tunjukan saja kamarnya."
"Di atas tuan, kamar pertama dari tangga, langsung di buka saja," kata Lian.
Justin berjalan ke lantai dua rumah ini, ia langsung membuka pintu kamar Intan yang ternyata tidak di kunci.
"Tuan.." Intan berteriak dengan keras, ia baru saja selesai mandi.
"Eh.." Justin yang juga terkejut langsung membalik tubuh nya.
"Sial mata ku ternoda, dia seksi juga," batin Justin.
"Tuan kenapa bisa di sini," tanya Intan sambil memakai pakaian nya dengan lengkap.
"Kau sudah aku beli, kau milik ku.."
"Apa!! bagaimana Bisa?? untuk apa," tanya Intan.
Ia tidak percaya kalau diri nya di beli oleh Justin.
"Jangan bawa tanya, bawa barang barang penting mu," ucap Justin.
"Tidak.. Aku tidak mau.."
"Kau berani pada ku.." Justin berjalan mendekati Intan.
"Tuan aku mohon..."
"Jika kau tau mau membereskan barang barang penting mu, ayo pergi.." Justin menarik paksa Intan.
"Iy.. Iya tuan, tunggu sebentar," ucap Intan.
Intan mengambil tas nya dan memasukan beberapa barang yang ia anggap penting..
"Jangan membawa pakaian, itu tidak penting," ucap Justin.
Setelah Intan selesai Justin langsung menarik paksa Intan keluar dari kamar, ia membawa Intan ke lantai bawa.
"Mah pah tolong aku.."
Mereka sama sekali tidak melihat ke arah Intan, hal itu membuat Intan benar-benar sama sedih, i sudah tidak di perlukan lagi oleh keluarga nya.
"Ayo.." Justin kembali menarik Intan. "
"Hiks hiks hiks, mah pah tolong Intan.."
"Jangan melawan Intan, pergi sana," kata Lian.
"Hahaha selamat tinggal kakak bodoh," ucap Nabila.
"Kau lihat kan, kau tidak di perlukan di keluarga mu, kau lebih berguna di tempat ku."
Pada Akhirnya Intan hanya pasrah saja di bawa pergi oleh Justin. Sebenarnya Justin sangat jijik dengan orang tua Intan, mereka berdua seperti bukan orang tua Intan, ia jadi ingat bagaimana keluarga nya memperlakukan nya dulu.
"Kita mau kemana tuan," tanya Intan.
"Ke rumah ku lah, mau kemana lagi," jawab Justin.
Sesampainya di rumah Intan dibawa Justin ke kamar yang akan Intan pakai, Intan sudah ia beli dengan harga yang mahal, tidak mungkin Justin tidak memaafkan Intan dengan baik.
"Kau bisa masak," tanya Justin.
"Bisa tuan," jawab Intan.
"Oke bagus lah, kau ada guna nya juga, dari pada aku selalu memesan makanan dari luar. Kau menjadi pembantu di rumah ini, tak ada pembantu seperti biasa nya lagi. Kau harus membersihkan rumah, memasak dan melakukan segala hal di rumah ini," ucap Justin.
"Baik tuan.." Intan tidak bisa menolak, dari pada ia mendapatkan kemarahan Justin, lebih baik yang menerima semua nya.
"Tapi kau bisa jadi gembel." Justin mendadak jadi ragu mempekerjakan Intan seperti itu, Intan akan menjadi istri nya di depan nenek nya, kalau Intan jadi gembel nenek nya pikir ia memiliki selera yang rendah.
"Tidak tidak tidak, tugas mu membersihkan lantai atas dan masak saja. Kalau untuk membersihkan rumah pelayan biasa nya saja," ucap Justin.
Justin yang ingin memecat mereka semua tidak jadi, lebih baik memang seperti ini saja.
"Ini kamar saya tuan," tanya Intan.
"Iya lah, apa yang kau harapkan mendapatkan kamar yang mewah, jangan bermimpi," jawab Justin.
"Pakaian saya tuan," tanya Intan.
"Banyak tanya, nanti ada yang memberikan nya," jawab Justin sambil pergi meninggalkan Intan.
Justin belum menjelaskan semuanya, ia akan menjelaskan semuanya setelah persiapan nya selesai, tak penting juga menjelaskan apa tujuannya membeli Intan.
"Apakah hidup ku akan lebih baik, ntalah," batin Intan.
Dalam satu hari Intan mendapatkan banyak pakaian, aneh nya ada beberapa pakaian khusus yang tidak boleh Intan pakai, kalau sisa nya pakaian seperti biasa nya.
Ia juga mendapatkan skincare yang sangat lengkap sekali, ia di minta untuk merawat dan diri nya. Hal itu semakin membuat Intan kebingungan, apalagi ia tau jika Skincare yang diberikan pada nya Skincare yang sangat mahal.
Dari pada memikirkan hal itu karena sudah mau jam makan siang, Intan memilih untuk membuat makanan untuk Justin, ia takut Justin marah ke pada nya.
"Halo," ucap Intan.
Beberapa pelayan di rumah itu langsung melihat kearah Intan.
"Halo," ucap mereka semua.
Intan yang sangat mudah bergaul dengan cepat bergabung dengan para pelayan, ada beberapa orang yang suka dengan nya dan ada beberapa orang yang tidak suka dengan nya. Tidak semua orang bisa suka dengan kita, semua orang memiliki hak untuk mau suka atau tidak.
"Kau siapa si, kenapa tuan Justin menarik mu ke sini," tanya Ira. salah satu pelayan yang terlihat masih muda.
"Aku juga tidak tau kenapa dia bisa menarik ku," jawab Intan.
"Kau jangan macam macam ya, tuan Justin akan menjadi milik ku," ucap Ira.
"Ii... Iya..."
Intan cukup terkejut mendengar hal itu, ternyata ada beberapa pelayan yang memiliki harapan menjadi kekasih Justin. Diri nya saja tidak pernah berpikir sampai sejauh itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!